Vous êtes sur la page 1sur 62

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Kelompok
Khusus Penyakit Menular di RW 02 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sereal”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih. Kami
berharap semoga amal baik yang diberikan mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah swt.
Aamiin.

Kami menyadari tugas makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran, masukan, dan kritikan
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas Makalah ini untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.

Semoga tugas makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas ................................................................... 3

2.2 Pengkajian Keperawatan Komunitas .............................................................. 3

2.3 Diagnosis Keperawatan Komunitas ................................................................ 7

2.4 Perencanaan Keperawatan Komunitas ........................................................... 9

2.5 Implementasi Keperawatan Komunitas .......................................................... 4

2.6 Evaluasi Keperawatan Komunitas .................................................................. 9

BAB III CONTOH KASUS ......................................................................................... 27

3.1 Persiapan ....................................................................................................... 27

3.2 Saran ............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan


pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat
(PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai
institusi pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara komprehensif.

Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.


Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki
kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan askep yang berupa
rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat mampu secara mandiri dalam
menghadapi masalah kesehatannya. Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus, berfokus
pada klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas, adalah elemen-elemen penting dalam
asuhan keperawatan komunitas.

Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan


komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut akan tampak
pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara
dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Praktek Keperawatan Komunitas atau


rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya
dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi
kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang yang berkaitan agar mampu mencapai
kehidupan sehat sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas ?


2. Bagaimana pengkajian keperawatan komunitas ?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan komunitas ?
4. Bagaimana perencanaan keperawatan komunitas ?
5. Bagaimana implementasi keperawatan komunitas ?
6. Bagaimana evaluasi keperawatan komunitas ?

1
1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan komunitas


2. Untuk mengetahui Pengkajian keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui Diagnosis keperawatan komunitas
4. Untuk mengetahui Perencanaan keperawatan komunitas
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan komunitas
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan komunitas

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan


profesional yang merupakan bagian integral dari bagian proses keperawatan yang berdasarkan
pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada masyarakat dengan menekan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan ynag optinal melalui upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan rehabilitasi. Proses asuhan
keperawatan komunitas adalah metode asuhan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis,
kontinyu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien
individu, keluarga, serta kelompok melalui tahap pengkajian, penentuan diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi keperawatan (Stanshope & Lancaster,
2016).

2.2 Pengkajian Keperawatan Komunitas

Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane, 2011). Pengkajian
komunitas dilakukan dengan mengaplikasikan beberapa teori dan konsep model keperawatan
yang relevan. Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung di
komunitas.

2.2.1 Jenis Data Komunitas

Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan meliputi :
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri atas sejarah/riwayat (riwayat daerah ini,
perubahan daerah ini), demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis), tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok), status
perkawinan (kawin, janda/duda, single), statistik vital (kelahiran, kematian kelompok
usia dan penyebab kematian), nilai-nilai dan keyakinan, dan agama.
b. Data Subsistem Komunitas
Data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas meliputi :

3
1) Lingkungan Fisik
Kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, flora, ruang terbuka, perumahan,
daerah hijau, musim, binatang, kualitas makanan dan akses.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen pelayanan kesehatan
di rumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut dan kronis.
3) Ekonomi
Karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerja, kategori pekerjaan
dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat bisnis.
4) Transportasi dan Keamanan
Alat transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi umum (bus,
taksi, angkot, dll) dan transportasi privat (sumber transportasi, transportasi untuk
penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran, polisi, sanitasi dan kualitas
udara.
5) Politik dan Pemerintahan
Pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, dsb), kelompok pelayanan
masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu, poskesdes, panti, dll),
politik (kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut, dan peran peserta partai
politik dalam pekayanan kesehatan).
6) Komunikasi
Komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet, dan
hotline. Komunikasi informal meliputi papan pengumuman, poster, brosur,
pengeras suara dari mesjid, dll.
7) Pendidikan
Sekolah yang ada di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan
khusus, pelayanan kesehatan di sekolah, program makan siang di sekolah, akses
pendidikan yang lebih tinggi.
8) Rekreasi
Taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilitas khusus.
c. Data persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
1) Persepsi Masyarakat
Bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang
disarankan di lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan
4
mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga, dll).
2) Persepsi Perawat
Berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial masalah yang dapat
diidentifikasi.

Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang didapat
dengan cara : survei epidemiologi, pengamatan epidemiologi, dan skrining kesehatan.
Sedangkan data sekunder, didapatkan dari data yang sudah ada sebelumnya. Sumber
data sekunder didapat dari :

1) Sarana pelayanan kesehatan, meliputi rumah sakit, puskesmas, atau balai


pengobatan.
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya Kementrian Kesehatan,
Dinas Kesehatan, atau Biro Pusat Statistik.
3) Absensi sekolah, industri, dan perusahaan.
4) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO, seperti laporan
populasi dan statistik vital, population bulletin, dll.

Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat


diperoleh dengan metode wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan. Setelah data
terkumpul, analisis data kounitas dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan kesimpulan.

1) Kategorisasi. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data


pengkajian komunitas diantaranya : karakteristik demografi (komposisi keluarga,
usia, jenis kelamin, etnis dan kelompok ras), karakteristik geografis (batas
wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga (KK), ruang publik, dan jalan),
karakteristik sosial-ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
dan pola kepemilikan rumah), sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, klinik, pusat kesehatan mental, dll).
2) Ringkasan. Meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan
dalam bentuk ukuran seperti jumlah, bagan, dan grafik.
3) Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi kesenjangan
data dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan
pola atau kecenderungan yang ada atau jika data tidak benar dan perlu revalidasi
5
yang membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat terjadi karena terdapat
kesalahan pencatatan data. Contoh perbandingan dapata dilakukan dengan
menggunakan data hasil pengkajian komunitas dan membandingkannya dengan
data lain yang sama yang merupakan standar yang ditetapkan untuk suatu wilayah
kabupaten/kota atau provinsi atau nasional. Misalnya terkait dengan angka
kematian bayi/IMR disuatu wilayah dibandingkan IMR standar pada tingkat
kabupaten/kota.
4) Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori,
ringkasan dan dibandingkan, maka tahap akhir adalah membuat kesimpulan
secara logis dari peristiwa yang kemudian dibuatkan pernyataan penegakan
diagnosis keperawatan komunitas.

Contoh Analisis Data

Kategori data Ringkasan laporan Kesimpulan


vital statistic
angka kematian
bati/ IMR 42/ 1000 kelahiran hidup Angka kematian bayi
Desa A 38/ 1000 kelahiran hidup Di desa A lebih tinggi
Desa B 34/ 1000 kelahiran hidup dari desa B dan
Kabupaten Mekar Baru kabupaten Mekar Baru.
Penyebab kematian Penyakit jantung 23,2 %. Penyebab kematian
Desa A Tuberkulosis 25,3%, paling besar adalah
Kanker 18,2% tuberkulosis dan kanker
Desa B Tuberkulosis 28,3% di desa B.
Penyakit jantung 22,3%,
Kanker 24,2%
Kabupaten Mekar Baru Tuberkulosis 20,3%
Penyakit jantung 24%
Kanker 12,5%

6
2.3 Diagnosis Keperawatan Komunitas

Sesuai hasil Munas IPKKI II di Yogyakarta ditetapkan formulasi doiagnosis


keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan menggunakan ketentuan
Diagnosis Keperawatan NANDA (2015-2017) dan ICNP. Formulasi diagnosis tersebut
digunakan tanpa menuliskan etiologi. Penulisan tersebut sesuai dengan label diagnosis sesuai
dengan NANDA (2015-2017) mencakup diagnosis aktual, promosi kesehatan/sejahtera atau
risiko.

Daftar Diagnosis Keperawatan Komunitas

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis keperawatan


Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 Gaya hidup monoton
Promosi kesadaran
Kesehatan kesehatan
(NANDA) Kelas 2: 00257 Sindrom kelemahan lansia
manajemen 00231 Risiko sindrom kelemahan lansia
kesehatan 00215 Defisiensi kesehatan komunitas
00188 Perilaku kesehatan cenderung
resiko
00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
00078 Ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri
00162 Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan diri
0080 Ketidakefektifan manajemen
regimen terapeutik keluarga
Manajemen 10029684 Krisis kesehatan akut
perawatan
(ICNP)

7
Promosi 10023452 Kemampuan mempertahankan
kesehatan kesehatan
(ICNP) 10022234 Penyalahgunaan alkohol
10022425 Penyalahgunaan obat-obatan
10028187 Perilaku seksual efektif
10022592 Ketidakmampuan memanajemen
regimen diet
10022603 Ketidakmampuan memanajemen
regimen latihan
10000918 Ketidakmampuan mempertahankan
kesehatan
10022585 Defisit pengetahuan tentang latihan
10021939 Kurang pengetahuan tentang
regimen diet
10029991 Kurang pengetahuan tentang
perilaku seksual
10022140 Ketidaksiapan meningkatkan
keamanan
10001274 Masalah perilaku seksual
10032386 Resiko terjadinya penyakit
10032355 Risiko cidera lingkungan
10022247 Penyalahgunaan rokok
Manajemen 10029286 Kurang pengetahuan tentang
perawatan penyakit
jangka
panjang
(ICNP)
Manajemen 10029744 Kekerasan pada anak
risiko 10029825 Kekerasan lansia
(ICNP) 10029856 Keamanan lingkungan yang efektif
10032289 Risiko kekerasan
10032301 Risiko kekerasan anak
10033489 Risiko pengabaian anak
10032340 Risiko kekerasan lansia

8
10033489 Risiko pengabaian lansia
10015122 Risiko jatuh
10033436 Risiko pengabaian

2.4 Perencanaan Keperawatan Komunitas

Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas berorientasi pada


promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisis.
Dalam menyusun perencanaan keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-
langkah sebagai berikut.

a. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat/komunitas dalam
suatu pertemuan musyawarah masyarakat. Masyarakat/komunitas akan
memprioritaskan masalah yang ada dengan bimbingan atau arahan perawat kesehatan
komunitas. Perawat dalam menentukan prioritas masalah memperhatikan ebnam
kriteria, yaitu kesadaran masyarakat akan masalah, motivasi masyarakat untuk
menyelesaikan masalah, kemampuan perawat dalam memengaruhi penyelesaian
masalah, ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah, beratnya konsekuensi
jika masalah tidak terselesaikan, serta mempercepat penyelesaian masalah dengan
resolusi yang dapat dicapai (Stanhope & Lancaster, 2016).
b. Menetapkan sasaran (Goal)
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan
kesehatan, sasaran adalah pernyataan situasi ke depan, kondisi atau status jangka
panjang dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan sasaran :
1) Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi
2) Memperbaiki komunikasi antara orang tua dan guru
3) Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah
4) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler
c. Menetapkan Tujuan (Objective)

Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi
waktu berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam penulisan
tujuan, yaitu menggunakan kata kerja, menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas
penampilan, kuantitas penampilan, bagaimana penampilan diukur, berhubungan

9
dengan sasaran (goal), serta adanya batasan waktu. Penulisan tujuan mengacu pada
Nursing Outcome Classification (NOC).

d. Menetapkan Rencana Intervensi


Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan keehatan komunitas, maka
harus mencakup : hal apa yang akan dilakukan, waktu atau kapan melakukannya,
jumlah, target atau siapa yang menjadi sasaran, tempat atau lokasi. Hal yang perlu
diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi meliputi : program pemerintah terkait
dengan masalah kesehatan yang ada, kondisi atau situasi yang ada, sumber daya yang
ada di dalam dan di luar komunitas yang dapat dimanfaatkan, program yang lalu yang
pernah dijalankan, menekankan pada perbedayaan masyarakat, penggunaan teknologi
tepat guna, serta mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Penyusunan rencana keperawatan komunitas
menggunakan integrasi mengacu pada NIC.

10
Contoh perencanaaan Asuhan Keperawatan Komunitas Integeasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Komunitas dengan
NANDA/ICNP,NOC,NIC

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


kode Diagnosa Kode Hasil Kode Hasil
Data Pendukung Masalah Kesehatan komunitas : HIV
 Akses terhadap 00215 Defisiensi kesehatan Prevensi primer Prevensi primer
pelayanan komunitas 2700 kompetensi masyarakat 8700 pengembangan program
kesehatan HIV 2701 Derajatkesehatan masyarakat 4350 Manajemen prilaku
yang minimal 4360 Modifikasi prilaku
 Tenaga VCT 4356 Manajemen prilaku seksual
terlatih 7970 Monitoring kebijakan kesehatan
Puskesmas Prevensi dekumder Prevensi sekunder
yang masih 2702 Tingkat kekerasan masyarakat 6520 Skrining kesehatan
terbatas 2802 Kontrol terhadap kelompok 6652 Surveilans komunitas
 Dukungan beresiko penularan (HIV) 7160 Menjaga kesuburan
sosial kasus 2808 Efektifitas program 7910 Konsultasi
HIV yang tidak masyarakat 8190 Tindak lanjut melalui telepon
adekuat Prevensi tersier Prevensi tersier
 Adanya temuan 2808 Program efektivitas komunitas 8180 Konsultasi melalui telepon
kasus HIV 1634 Prilaku pemeriksaan kesehatan 8100 rujukan
 Stigma pribadi
masyarakat 00188 Perilaku kesehatan beresiko Pevensi primer Prevensi primer
terhadap 1606 Partisipasi dalam promosi 6402 Dukungan perlindungan
penderita HIV kesehatan 5210 Panduan antisipasi
1602 Prilaku promosi kesehatan 6710 Promosi kesehatan

1
1603 Prilaku mencari kesehatan 7040 Dukungan pemberi asuhan
1613 Perawatan diri sendiri 7100 Promosi integritas keluarga
2204 Hubungan pasien – pengaruh 7130 Pemeliharaan proses keluarga
2205 Kinerja pemberi asuhan 7140 Dukungan keluarga
keperawatan 7150 Terapi keluarga
5370 Peningkatan peran
prevensi sekunder Prevensi sekunder
2505 pemulihan penyalah gunaan 7320 Manajemen kasus
seksual 5510 Pendidikan kesehatan
2506 kesehatan emosi pemberi 8700 Program pengembangan
2506 asuhan 8750 Pemasaran sosial
2508 kesejahteraan pengaruh 8820 Manajemen penurunan penyakit
2600 koping keluarga 6484 Manajemen lingkungan
2602 fungsi keluarga 6520 Skrining kesehatan
2006 status kesejahteraankeluarga 6610 Identifikasi resiko
2603 integritas keluarga 6652 Survelans komunitas
2605 partisipasi keluarga dalam
perawatan secara profesional
Prevensi tersier Prevensi tersier
2605 Partisipasi tim kesehatan 5000 Membangun hubungan yang
dalam keluarga kompleks
1504 Dukungan sosial 5440 Peningkatan sistem dukungan
1634 Prilaku pemeriksaan kesehatan
pribadi

2
00099 Ketidakefektifan Prevensi primer Prevensi primer
pemeliharan kesehatan 1700 Keyakinan kesehatan 7320 Manajemen kasus
1701 Keyakinan kesehatan 5510 Pendidikan kesehatan
kemampuan yang dirasakan 8700 Program pengembangan
untuk melakukan 8750 Pemasaran sosial

Prevensi sekunder Prevensi sekunder


1702 Keyakinan kesehatan 8820 Manajemen penularan penyakit
perceived untuk mengontrol 6484 Manajemen lingkungan
1703 Keyakinan kesehatan : sumber 6520 Skrining kesehatan
daya yang dirasakan 6610 Identifikasi resiko

1704 Keyakinan kesehatan : 6652 Surveilans komunitas


1705 ancaman Orientasi kesehatan
2701 Derajat kesehatan masyarakat
Prevensi tersier Prevensi tersier
2605 Partisipasi tim kesehatan 7040 Dukungan terhadap caregiver
1504 dalam keluarga 7140 Dukungan keluarga
Dukungan social

3
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: kesehatan reproduksi pada remaja
Kemudahan 10001274 Problematic sexual behavior Prevensi primer Prevensi primer
akses 1805 Pengetahuan : kesehatan 5510 Pendidikan kesehatan
 Pergaulan 1823 Pengetahuan: promosi 1102 Dukungan spiritual: kategori
bebas 1815 kesehatan emosional
 Pola asuh yang 1207 Pengetahuan : fungsi seksual 7067 Promosi: keterlibatan keluarga
tidak efektif 1302 Identitas seksual pemantauan kebijakan ( BKR,
(sebagian besar 1504 Koping PKPR, POKJA)
orang tua lemas 2202 Dukungan sosial 491 Assessing health social care
dalam 2203 Pengasuh : homecare 7970 needs,
mengatur Gangguan gaya hidup : 5430 Kategori assement
pergaulan dan 2606 pengasuhan Dukungan kelompok
komuikasi) 1902 Status kesehatan keluarga
 Sebagian besar Keselamatan fisik remaja
remaja di kota
besar
melakukan
prilaku sosial
 Hasil FGD
menyatakan
bahwa pernah
melakukan
hubungan
seksual, dan

4
sebagian atau
hampir semua
pernah
menonton
porno
 50% hampir
tidak
mendapatkan
pendidikan
seksual
 Kehamilan
diliar nikah
 Broken home
 Prilaku yang

5
labil Prevensi sekunder Prevensi sekunder
 KDP 2115 Kesadaran diri 1003 Konseling pasien
(kekerasan 1205 Harga diri 1062 Dukungan keluarga
dalam pacaran) 2807 Efektivitas skring kesehatan 7140 Peningkatan sistem dukungan
 Gaya hidup komunitas Prilaku seksual efektif
2000 Kualitas penerangan 5440 Pendidikan prilaku seksual
2001 Kesehatan spiritual 1002 Rujukan
3012 Kepuasan klien: belajar

Prevensi tersier Prevensi tersier


2600 Koping keluarga 8187 Terapi keluarga
2609 Dukungan keluarga selama 8100 Kesiapan keluarga ditingkatkan
pengobatan keadaran diri 5390 Peningkatan kesadaran diri
2115 Harga diri pengajaran tentang rehabilitasi
1205 Pengendalian resiko : penyakit
menular
1905 Seksual (STD)

6
7
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Gizi pada balita
Studi dokumentasi: 00188 Prilaku kesehatan cenderung Prevensi primer Prevensi primer
 Data SKDN beresiko 184103 Strategi mencapai berat badan 5510 Pendidikan kesehatan
posyandu di optimal (1-3) 5604 Pengajaran: kelompok
kelurahan X: 184109 Praktik penyediaan makanan 7400 Panduan sistem kesehatan
jumlah balita yang seimbang (1-3) 5602 Pengajaran: proses penyakit
naik tim – 184111 Strategi modifikasi intakr
bangannya kurang makanan (1-3)
dari 70% (N) 180501 Praktik penyediaan makanan
 Data SKDN : D/S keimbang(1-3)
<70% 162604 Membuat target pencapaian
 47% balita di berat badan (1-3)
kelurahan X berada 170514 Fokus mempertahankan
di garis kuning prilaku sehat (1-4)
(Data KMS) 170508 Persepsi bahwa prilaku sehat
berhubungan dengan
170512 kesehatan seseorang (1-3)
Hasil angket : Persepsi bahwa kesehatan
 40% ibu yang merupakan prioritas dalam
memiliki balita pilihan gaya hidup
270112 Status kesehatan anak (2-3)

8
kuning Prevensi sekunder Prevensi sekunder
Pengetahuan 260629 Skrining kesehatan sesuai 6520 Skrining kesehatan
tentang gizi umur dari anggota keluarga (2- 6610 Identifikasi resiko
seimbang pada 180516 4) 5240 Konseling
balita 190220 Tektik skrining diri (1-3) 4360 Modifikasi perilaku
 30 % balita 190201 Identifikasi faktor resiko (1-4) 4410 Penerapan tujuan bersama
memiliki kebiasaan Menyadari faktor resiko
jajam di warung 190221 personaln(1-4)
yang tidak sehat Menyadari kemampuan
 10% data 190202 merubah prilaku (1-3)
kunjungan balita ke Momitor faktor resiko yang
puskesmas X 190206 ada di lingkungan (1-4)
 Mengalami Komitmen terhadap strategi
masalah infeksi 162602 mengontrol resiko (1-3)
(diare, ISPA) Identifikasi penyebab
kekurangan berat badan (1-4)
Hasil observasi
(winshield survey):
 Sebagian balita
memiliki ukuran
tubuh lebih kecil
dari usia
 Sebagian anak
memiliki kebiasaan
jajan di warung
yang tidak sehat

9
Hasil wawancara:
 Sebagaian besar ibu
menyatakan tidak
mengetahui tanda – Prevensi tersier Prevensi tersier
tanda anak 2605 Partisipasi tim kesehatan 7040 Dukungan terhadap caregiver
kekurangan gizi 260605 dalam keluarga 7140 Dukungan keluarga
 Sebagian besar ibu 260612 Kesehatan fisik anggota 7120 Mobilisasi keluarga
tidak mengetahui 221101 keluarga (2-4) 7910 Konsultan
cara pengolaan dan 221122 Pertumbuhan fisik anggota 7920 Dokumentasi
memberikan 221130 keluarga (2-4) 7980 Pencatatan insidensi kasus
makanan seimbang 221108 Menyediakan kebutuhan fisik 8100 Rujukan
 Pada umumnya ibu anak (2-4) 8180 Konsultasi telepon
tidak menggunakan Menyediakan gizi yang sesuai 8190 Tindak lanjut telepon
garam beryodium umur (2-4) 8700 Pengembangan program
Menyediakan perawatan 8500 Perkembangan kesehatan
preventif penggunaan sumber 7400 komunitas
yang ada di komunitas (2-4) Bimbingan terhadap system
Meminta bantuan dari petugas kesehatan ( health system
kesehatan profesional untuk guidance)
masalah berat badan (2-4)

10
00099 Ketidakseimbangan Prevensi primer Prevensi primer
pemeliharaan kesehatan 1823 Pengetahuan: promosi 5510 Pendidikan kesehatan
1805 kesehatan 5520 Memfasilitasi pembelajaran
1855 Pengetahuan: prilaku sehat 5604 Pengajaran kelompok
Pengetahuan: gaya hidup sehat 5618 Pengajaran prosedur / tindakan-
tindakan
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
1600 Keputusan prilaku 4350 Manajemen prilaku
1602 Prilaku promosi kesehatan 4360 Modifikasi prilaku
1603 Pencarian prilaku sehat 7320 Manajemen kasus
1606 Partisipasi dalam pengambilan 7400 Panduan sistem kesehatan
keputusan keperawatan 7620 Pengontrolan berkala
kesehatan 7890 Transportasi: antar fasilitas
1608 Kontrol gejala kesehatan
1902 Kontrol resiko 6520 Skrining kesehatan
1908 Deteksi faktor resiko
1934 Keamanan dan kesehatan serta
perawatan lingkungan
2000 Kualitas hidup
2700 Kopetensi komunitas
2807 Status kesehatan komunitas
2808 Efetivitas skrining kesehatan
komunitas
2802 Efektivitas pragram komunitas
Kontrol resiko komunitas :
penyakit

11
Prevensi tersier Prevensi tersier
221108 Penggunaan sumber yang ada 8500 Pengembangan kesehatan
di komunitas masyarakat
8700 Pengembangan program
8750 Pemasaran sosial di masyarakat
Data pendukung masalah kesehatan komunitas
Studi dokumentasi : 00188 prilaku kesehatan cenderung Prevensi primer Prevensi primer
 Hasil rekap kejadian beresiko 1844 Pengetahuan; manajemen sakit 5510 Pendidikan kesehatan
kasus DBD priode akut 5520 Memfasilitasi pembelajaran
januari hingga 1803 Pengetahuan; proses penyakit 2604 Pengajaran: kelompok
september, RW “X” 1805 Pengetahuan; prilaku sehat 5618 Pengajaran prosedur/tindakan
tertinggi dengan 17 1823 Pengetahuan; promosi 6366 Triase, telepon
kasus dan disusul 1855 kesehatan 7320 Manajemen kasus
dengan RW “Y” Pengetahuan; gaya hidup sehat
dengan 15 kasus Prevensi sekunder Prevensi sekunder
dengan 1 kasus 1600 Kepatuhan prilaku 4350 Manajemen prilaku
meninggal pada awal 1602 Prilaku promosi kesehatan 4360 Modifikasi prilaku
september 1603 Pencarian prilaku sehat 6650 Serveilans
 Secara spesifik kasus 1606 Partisipasi dalam pengambilan 6550 Proteksi infeksi
DBD baik di RW keputusan perawatan 7400 Pansuan sistem kesehatan
“X” atau RW “Y” 1608 kesehatan 7560 Fasilitas kunjungan rumah
terlokalisir pada 1 1704 Kontrol gejala 7620 Pengontrolan berkala
RT dengan rata –rata 1908 Health beliefs; perceived 7890 Transportasi; antar fasilitas
5 -7 kasus dengan 1934 threat kesehatan
rangewaktu 1-2 Deteksi faktor resiko 8820 Manajemen penyakit menular
minggu 2606 Keamanan dan kesehatan seta 6489 Manajemen lingkungan;
2700 perawatan lingkunngan 8880 komunitas
2701 Status kesehatan keluarga 6520 Proteksi resiko lingkungan
12
Hasil angket : 2806 Kompetensi komunitas Skrining kesehatan
 72% kemampuan Status kesehatan komunitas
penduduk dalam 2807 Respon komunitas terhadap
mengenali secara disaster / KLB
dini penyakit DBD 2808 Efektivitas program kesehatan
kurang baik 2802 komunitas
 52% kemampuan Efektivitas program komunitas
penduduk dalam Kontrol resiko komunitas;
mencegah atau penyakit
merawat anggota Prevensi tersier Prevensi tersier
keluarganya dari 2605 Partisipasi tim kesehatan 7040 Dukungan terhadap caregiver
penyakit DBD dalam keluarga 7140 Dukungan keluarga
kurang baik 2108 Penggunaan sumber yang ada 7120 Mobilisasi kluarga
 46% penduduk yang di komunitas 7910 Konsultasi
pernah menderita 7920 Dokumentasi
DBD tidak pernah 7980 Percatatan insidekasus
dilakukan kunjungan 8100 Rujukan
runah oleh tenaga 8180 konsultasi telepon tindakan lanjut
puskesmas 8190 menelpon
 44% warga yang 8500 Pengembangan kesehatan
pernah menderita masyarakat
DBD tidak pernah 8700 Pengembangan program
mendapatkan 8750 Pemasaran sosial di masyarakat
penyuluhan tenaga
DBD
 42% warga
menyatakan bahwa

13
manfaat melakkukan
tindakan pencegahan
seperti gerakan 3M
hanya sebatas
lingkungan rumah
agar bersih
 59% hambatan yang
dirasakan dalam
melakukan tindakan
perencanaan karena
tidak ada saksi
 Angka bebas jentik
di rumah tangga
sebesar 58% yang
berarti ada 42%
rumah tangga positif
jentik
 18% warga
menyatakan yang
paling efektif untuk
mencegah DBD
adalah dilakukan
fogging atau
menabur bubuk abate

Hasil observasi
(winshield survey):

14
 Karakteristik
lingkungan
pemukiman
penduduk
khususnya di RW
“X” dan RW “Y”
padat dengan SPAL
yang kurang baik

Hasil wawancara:
 Krgiatan PSN
melalui gerakan 3M
tidak secara rutin
dilakukan, hanya
kalau terjadi
banyak kasus
 Menggerakan
masyarakat untuk
melakukan gerakan
3M dirasakan sulit

15
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Prilaku Hidup Bersih Sehat
Observasi: 0018 Prilaku kesehatan cenderung Prevensi primer Prevensi primer
 Banyak anak - anak beresiko 1632 Prilaku patuh: aktifitas yang di 4350 Manajemen prilaku
sering mandi di sarankan 4360 Memodifikasi prilaku
sungai 1602 Prilaku promkes 5510 Pendidikan pasien: pendidikan
 Beberapa keluarga 1606 Partisipasi dalam keputusan kesehatan
diketahui tidak perawatan kesehatan 5515 Peningkatan kesadaran kesehatan
menggunakan air 1634 Prilaku skrining kesehatan
bersih pribadi
1805 Pengetahuan prilaku kesehatan
Anget: 1823 Pengetahuan promosi
 Yang di rasakan 1855 kesehatan
dalam melakukan Pengetahuan gaya hidup sehat
tindakan
 65% kemampuan
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
penduduk
1608 Kontrol gejala 4470 Terapi prilaku
kelurahan
1625 Prilaku bethenti merokok 4490 Bantian modifikasi diri
menyebutkan tidak
1902 Kontrol resiko Bantuan penghentian rokok
tahu mengenai hal
1924 Kontrol resiko proses infeksi
yanf harus di
1906 Kontrol resiko penggunaan
lakukan agar dapat
tembakau
hidup sehat
1908 Deteksi resiko
 52% kemampuan
1910 Keamanan lingkungan rumah
penduduk dalam
mencegah atau
merawat anggita
keluarganya untuk

16
menerapkan PHBS
belum benar
 68% masyarakat
tidak melakukan
cuvi makan
sebelum makan
 42% warga
menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan
makan dengan cuci
tangan tetlebih
dahulu atau tidak
 59% hambatan
pencegahan karna
tidak ada sanksi
 33% dari 800KK
merokok dalam
rumah
 Angka bebas jentik
di rumah tangga
56%, 42% positif
jentik
 Penyulujan PHBS
belum dilakukan di
kelurahan C
 Penyuluhan baru
dilakukan pada

17
beberapa sekolah
yang dekat dengan
puskesmas
 Masyarakat tidak
biasa berolajraga
rutin

18
2.5 Implementasi keperawatan komunitas

Implementasi merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah perencanaan kegiatan


keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Faktor pada tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya. Hal yang sangat penting dalam implementasi kesehatan keperawatan
komunitas adalah melakukan berbagai tintakan yang berupa promosi kesehatan,
memelihara kesehatan/ mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak
pemulihan. Pada tahap implementasi ini perawat tetap fokus pada tahap perencanaan.
Tahap implementasi keperawatan komunitas memiliki beberapa strategi implementasi
diantaranya proses kelompok, promosi kesehatan dan kemitraan (partnership).

2.6 Evaluasi keperawat komunitas

Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis mengenai suatu
kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi dan hasil analisis dibandingkan
terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku
kepentingan

a. Jenis – jenis evaluasi menurut waktu pelaksaan


1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program
yang bertujuan memperbaiki pelaksaan program dan kemungkinan adany a temuan
berupa berbagai massalah dalam pelaksanaan program.
2. Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah
selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan remuan
utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksaanaan program.
b. Prinsip – prinsip evaluasi meliputi :
1. Penguataan program
2. Mengggunakan berbagai pendekatan
3. Desain evaluasi untuk kreteria penting di komunitas
4. Menciptakan proses partisipasi
5. Diharapkan lebih fleksibel
6. Membangun kapasita
c. Proses evaluasi meliputi :
1. Menentukan tujuan evaluasi
2. Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3. Mendiskusikan perencan evaluasi
4. Menentukan pelaku evaluasi
5. Melaksanakan evaluasi
6. Mendeseminasikan hasil evaluasi
7. Menggunakan hasil evaluasi
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari :
1. Relevansi (relevance) : apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2. Keefektifan (efffectiveness): apakal tujuan program dapat tercapai?
3. Efisiensi (efficiency): apakah tujuan program tercapai dengan paling rendah?
4. Hasil (outcomes): apakah indikator tujuan program membaik?
5. Dampak (impact) apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
2
6. Keberlanjutan (sustainability): apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah
program selesai?

3
BAB III

CONTOH KASUS

3.1 Persiapan

a. Persiapan Masyarakat
Berupa kegiatan untuk mengenal masyarakat secara langsung di RW 02 Kelurahan
Sukadamai. Untuk persiapan masyarakat dilakukan melalui pendekatan kepada ketua
RW, ketua RT, tokoh agama, Kader dan masyarakat untuk menyampaikan maksud
dan tujuan praktik keperawatan komunitas dan strategi yang akan dilakukan.
b. Persiapan Teknis
Persiapan teknis dalam melakukan pelayanan keperawatan komunitas yang kami
lakukan diawali:
1) Pada tanggal 07 November 2016 mendapatkan arahan dari pembimbing
keperawatan komunitas di kampus Prodi Keperawatan Bogor.
2) Pada tanggal 08 November 2016 diterima di Puskesmas Mekarwangi bersama
dengan pihak puskesmas dan pembimbing kampus. Lalu, diterima di lingkungan
RW 02 bersama ketua RW 02, ketua RT 01,02, dan 03.
3) Pada tanggal 30 November mendapat arahan dari pembimbing kampus untuk
praktik keperawatan komunitas di Kelurahan Sukadamai RW 02.
4) Pada tanggal 01 Desember sampai 03 Desember 2016 melakukan pendataan
kesehatan khusus pada kelompok penyakit menular di lingkungan RW 02.
5) Pada tanggal 06 Desember 2016 melaksanakan Musyawarah Masyarakat Kota
(MMK) tingkat RW yang mana masyarakat bersama dengan petugas kesehatan
akan mendiskusikan dan memutuskan cara mengatasi masalah kesehatan yang
didapat dari hasil pendataan.
1. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas
a. Pengkajian
Dari hasil yang diperoleh pendataan yang dilakukan dari tanggal 01
Desember sampai 03 Desember 2016 di warga RW 02 Kelurahan
Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal yang berjumlah total 387 KK. Dari
sebanyak 387 KK di RW 02 sampel jumlah KK yang dikaji sebanyak 31
KK. Pengkajian dilakukan dengan cara meminta daftar nama individu dari
kader dan puskesmas lalu, berkunjung kerumah warga yang namanya telah
dicantumkan didata tersebut. Selain itu, data dicari dengan melalui

4
penjaringan saat pemeriksaan kesehatan diposyandu RT 02, RT 03 dan di
mushola RT 01.
Hasil data warga dengan penyakit menular yang terkumpul sebanyak
57 orang dari 31 kk. Data tersebut yang telah diperoleh akan diolah dan
dianalisa kemudian disusun berdasarkan kelompok masalah kesehatan.
Hasil data ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Dibawah ini akan
diuraikan hasil poengkajian di RW 02 yaitu sebagai berikut:
1) Data Umum dari KK yang Dikaji
Diagram 3.1
Frekuensi Distribusi Jumlah KK yang Dikaji Di RW 02
Kelurahan Sukadamai Desember 2016

PERSENTASE
45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
RT 1 RT 2 RT 3

Berdasarkan diagram 3.1 diatas, diketahui lebih dari sebagian besar KK


yang dikaji berada di RT 02 sebesar 13 KK (42%) dari 31 KK yang dikaji.

5
Diagram 3.2

Distribusi Frekuensi Jumlah Individu Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari KK yang Dikaji di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 138 Orang

PRESENTASE

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
PRIA WANITA

Berdasarkan diagram 3.2 diatas, didapatkan lebih dari setengah berjenis


kelamin pria yaitu sebanyak 77 orang (56%) dan perempuan sebanyak 61 orang
(44%).

6
Diagram 3.3

Distribusi Frekuensi Jumlah Individu dari KK yang Dikaji

Berdasarkan Usia di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 138 Orang

PRESENTASE

0-12 BULAN 1-5 TAHUN 6-12 TAHUN 13-18 19-25 26-44 45-59 >60 TAHUN
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Berdasarkan diagram 3.3 diatas, didapatkan sebagian besar berusia 26-44 tahun
sebanyak 36 orang (24%), diikuti usia 45-59 tahun sebanyak 22 orang (15%), usia >60
tahun sebanyak 19 orang (13%).

7
Diagram 3.4

Distribusi Frekuensi Pendidikan Penduduk di RW 02

Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 122 Orang

SD SMP SMK PT TIDAK SEKOLAH

Berdasarkan diagram 3.4 diatas, didapatkan kurang dari setengah warga yang
dikaji berpendidikan SD sebanyak 55 orang (45%), diikuti dengan yang paling sedikit
berpendidikan tinggi sebanyak 3 orang (2%).

8
Diagram 3.5

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penduduk di RW 02

Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 76

PRESENTASE

TIDAK BEKERJA BURUH WIRASWASTA PNS/TNI/POLRI

Berdasarkan diagram 3.5 diatas, didapatkan lebih dari setengah individu yang
sebvanyak 45 orangh (59%) saat ini tidak bekerja. Dari hasil wawancara sebagian
orang mengatakan alasan tidak bekerja karena menjalani tugas sebagai ibu rumah
tangga dan ada juga yang belum mendapat pekerjaan.

9
Diagram 3.6

Distribusi Frekuensi Jumlah Penghasilan KK yang Dikaji

Di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 31 KK

PRESENTASE

< 500 RB Rp. 500 RB - Rp. 1 jt Rp. 1 Jt - Rp. 2 Jt > Rp. 2 Jt

Berdasarkan diagram 3.6 diatas, didapatkan penghasilan terbanyak dari KK


yang dikaji adalah < Rp. 500 Ribu sebanyak 13 KK (42%). Sedangkan yang terkecil
adalah Rp. 1 Jt s.d Rp. 2 Jt sebanyak 3 KK (10%).

10
2) Data Kesehatan Pada Kelompok Khusus Penyakiut Menular
Diagram 3.7
Distribusi Frekuensi Jumlah Penyebaran Penyakit Per-RT dari 31 KK
Yang dikaji dari RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016
N = 57 Orang

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
RT 1 RT 2 RT 3

Berdasarkan diagram 3.7 diketahui bahwa penyebaran penyakit menular yang


terbanyak ada di RT 02 sebanyak 28 orang (51%).

11
Diagram 3.8
Distribusi Frekuensi Penyakit Menular di RW 02
Kelurahan Sukadamai Desember 2016
N = 57 Orang

PRESENTASE

Berdasarkan diagram 3.8 tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
penyakit yang dialami oleh warga yang dikaji adalah ISPA sebanyak 32 orang (58%)
sedangkan yang paling sedikit yaitu Thypus dan Hepatitis sebanyak masing-masing 1
orang (2%).

12
Diagram 3.9

Distribusi Frekuensi Jumlah Penyakit Menular TB Paru

Berdasarkan Usia di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 6 orang

0 - 12 BULAN 1 - 5 TAHUN 6 - 12 TAHUN 13 - 18 19 - 25 26 - 44 45 - 59 > 60 TAHUN


TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Dari diagram 3.9 diatas, diketahui bahwa penyebaran TB Paru yang terbanyak
yaitu usia 26 – 44 tahun dan >60 tahun masing-masing sebanyak 2 orang (33%).

13
Diagram 3.10

Distribusi Frekuensi Jumlah Penyakit Menular DHF

Berdasarkan Usia di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N = 6 Orang

DHF

0 - 12 BULAN 1 - 5 TAHUN 6 - 12 TAHUN 13 - 18 19 - 25 26 - 44 45 - 59 > 60 TAHUN


TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Dari diagram 3.10 diatas, diketahui bahwa yang mengalami DHFdi usia 1-5
tahun, 6-12 tahun dan 13-18 tahun sebanyak masing-masing 2 orang (33%).

14
Diagram 3.11

Distribusi Frekuensi Jumlah Penyakit Menular ISPA

Berdasarkan Usia di RW 02 Kelurahan Sukadamai Deseember 2016

N = 38 Orang

ISPA

0 - 12 BULAN 1 - 5 TAHUN 6 - 12 TAHUN 13 - 18 19 - 25 26 - 44 45 - 59 > 60 TAHUN


TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Dari diagram 3.11 angka tertinggi yang mengalami ISPA adalah berusia 26-44
tahun masing-masing 8 orang (26%). Sedangkan, yang terkecil sebanyak 1 orang
berusia 19 – 25 tahun (3%).

15
Diagram 3.12

Distribusi Frekuensi Jumlah Penyakit Menular Diare

Berdasarkan Usia di RW 02 Kelurahan Sukadamai Deseember 2016

N = 6 Orang

DIARE

0 -12 TAHUN 1 - 5 TAHUN 6 - 12 TAHUN 13 - 18 19 - 25 26 - 44 45 - 59 > 60 TAHUN


TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

Dari diagram 3.12 diatas, diketahui bahwa pada usia 1 – 5 tahun mengalami
diare tertinggi sebanyak 3 orang (60%) dan usia yang paling sedikit mengalami diare
adalah usia 26 – 44 tahun sebanyak 1 orang (20%).

16
Diagram 3.13

Distribusi Frekuensi Perawatan Tindak Lanjut Dari Penyakit

Menular di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=57 orang

PERSENTASE

84%

20%

DIRAWAT TIDAK DIRAWAT

Dari diagram 3.13 diatas, diketahui bahwa rata- rata warga yang mengalami penyakit
menular sebanyak 46 orang (84%) dirawat di rumah sakit dan melakukan pengobatan.
Sedangkan, sebanyak 11 orang (20%) memilih tidak dirawat karena rata rata
mengatakan penyakit biasa dan masih bisa menggunakan obat warung dan juga biaya
menjadi hambatan dari kurangnya pemakaian pelayanan kesehatan.

17
3) Data Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat RW 2 tidak ada yang tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

Diagram 3.13

Distribusi Frekuensi Jumlah KK yang Menggunakan Pelayanan

Kesehatan yang Dituju di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=31 KK

PERSENTASE

71%

13% 10%
0% 0% 6% 0% 0%

Dari diagram 3.14 diatas, didapatkan lebih dari setengah KK menggunakan


pelayanan kesehatan yaitu puskesmas sebanyak 22 KK (71%) diikuti menggunakan
rumah sakit sebanyak 4KK (13%) dan di klinik 3 KK (10%).

18
Diagram 3.15

Distribusi Frekuensi Penggunaan Asuransi

Kesehatan di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=31 KK

PERSENTASE

52%

26%

16%

3% 3%

ASKES BPJS JAMSOSTEK TIDAK ADA LAINNYA

Dari diagram 3.15 diatas, didapatkan lebih dari setengah menggunakan asuransi
kesehatan BPJS sebanyak 16 KK (52%) dan sebagian kecil penduduk menggunakan
asuransi kesehatan Jamsostek 1 KK (3%)

19
4) Data Kesehatan Lingkungan
Data Kesehatan Lingkungan didapatkan bahwa dari 31 KK yang dikaji seluruhnya
(100%) memakai sumber penerangan dari listrik. Dari 31 KK (100%) tersebut juga
WC nya memakai pembuangan septictank. Untuk selengkapnya bagian kesehatan
lingkungan dijabarkan sebagai berikut.

Diagram 3.16

Distribusi Frekuensi Rumah Tinggal

Penduduk di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=31 KK

PERSENTASE

82%

19%

0% 0%

PERMANEN SEMI PERMANEN SEPARUH SELURUH


KAYU/GEDEK GEDEK/KAYU

Dari diagram 3.16 diatas, lebih dari setengah rumah tinggal permanen sebanyak 25KK
(81%) diikuti rumah tinggal penduduk semi permanen sebanyak 4 KK (19%).

20
Diagram 3.17

Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah dari Setiap

KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=31KK

PERSENTASE

35%

32% 32%

LUBANG LUBANG ADA JENDELA TAPI


ANGIN/JENDELA ANGIN/JENDELA TERTUTUP
TERBUKA KECIL

Dari diagram 3.17 diatas, sebagian besar ventilasi setiap KK dengan lubang angin
/jendela terbuka sebanyak 11 KK (35%) diikuti dengan lubang angin/ jendela kecil
sebanyak 10KK (32%) dan dada jendela tertutup sebanyak 10 KK (32%)

21
Diagram 3.18

Distribusi Frekuensi Cahaya Rumah Setiap KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai


Desember 2016

N=31KK

PERENTASE

74%

26%

DAPAT MEMBACA TULISAN SAMAR-SAMAR

Dari diagram 3.18 diatas, lebih dari setengah cahaya rumah setiap KK dapat membaca
sebanyak 23 KK (74%) dan sebagian kecil cahaya rumah samar-samar sebanyak 8 KK
(26%)

22
Diagram 3.19

Distribusi Frekuensi Kebersihan Rumah Setiap KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai


Desember 2016

N=31 KK

PERSENTASE

52%

48%

KOTOR,ACAK-ACAKAN DAN BERSIH DAN TERATUR


BERDEBU

Dari data 3.19 diatas, lebih dari setengah persen kebersihan rumah pada setiap KK
masih kotor, acak-acakan dan berdebu, hal ini ditunjkkan dengan sebanyak 16 KK
(52%) diikuti dengan kebersihan rumah serba bersih dan teratur (48%)

23
Diagram 3.20

Distribusi Frekuensi Sumber Air Bersih Setiap

KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N=31 KK

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
PAM SUMUR SUMUR PENAMP AIR
POMPA GALI UNGAN SUNGAI/
MATA KALI
AIR
PERSENTASE 3% 23% 74% 0% 0%

Dari diagram 3.20 diatas, lebih dari setengah sumber air bersih setiap KK berasal dari
sumur gali sebanyak 23 KK (68%) dan sebagian kecil sumber air bersih berasal dari
PAM sebnyak 1 KK (3%)

24
Diagram 3.21

Frekuensi Distribusi Cara Pengolahan Air Penduduk di

RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

PERSENTASE

55%

42%

3%
0%

DIMASAK DISARING LANGSUNG AIR KEMASAN


DIMINUM

Dari diagram 3.21 diatas, lebih dari setengah cara pengolahan air dengan dimasak
setiap KK sebnyak 17 KK (55%) diikuti cara pengolahan air dengan disaring sebanyak
1 KK (3%)

25
Diagram 3.22

Distribusi Frekuensi Penampungan Air / Bak Mandi setiap

KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

PERSENTASE

94%

6%

BERSIH BERLUMUT/ADA JENTIK

Dari diagram 3.22 diatas, lebih dari setengah penampungan air/bak mandi bersih di
setiap KK sebanyak 29 KK (94%) dan sebagian kecil penampungan air/bak mandi
berlumut/ ada jentik sebanyak 2 KK (6%)

26
Diagram 3.23

Distribusi Frekuensi Membersihkan Tempat air

Setiap KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

PERSENTASE

74%

26%

0%

<1 MINGGU SEKALI >1 MINGGU SEKALI TIDAK PERNAH

Dari diagram 3.23 diatas, lebih dari setengah membersihkan penampungan air kurang
dari 1 minggu sekali sebanyak 23 KK (74%) diikuti membersihkan penampungan air
lebih dari 1 minggu sekali sebanyak 8 KK (26 %)

27
Diagram 3.24

Distribusi Frekuensi Pembuangan Sampah Setiap KK di RW 02

Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
DIKUMPUL DIBIARKAN DIKUBUR DIAMBIL
KAN DAN DITEMPAT PETUGAS
DIBAKAR TERBUKA SAMPAH
PERSENTASE 34% 10% 0% 62%

Dari diagram 3.24 diatas, lebih dari setengah pembuangan sampah seiap KK diambil
petugas sampah sebanyak 18 KK (62%), diikuti dengan pembuangan sampah
dikumpulkan dan dibakar sebanyak 10 KK (34%) dan dibiarkan ditempat terbuka
sebanyak 3KK (10%)

28
Diagram 3.25

Distribusi Frekuensi Penyediaan Makanan dan Minuman Setiap

KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

PERSENTASE

90%

6%

DISIMPAN DAN DITUTUP TERBUKA

Dari diagram 3.25 diatas, lebih dari setengah penyediaan makanan dan minuman
setiap KK disimpan dan ditutup sebanyak 28 KK (90%) diikuti dengan penyediaan
makanan dan minuman terbuka sebanyak 2 KK (6%)

29
Diagram 3.26

Distribusi Frekuensi Pembuangan Air Limbah Setiap

KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember 2016

N= 31 KK

PERSENTASE

61%

32%

6%

SPAL/PERESAPAN SELOKAN/DIBUANG SEMBARANGAN


TERTUTUP KE KALI

Dari diagram 3.26 diatas, lebih dari setengah pembuangan air limbah setiap KK di
selokan/dibuang ke kali sebnayak 19 KK (61%) diikuti dengan pembuangan air
limbah di SPAL /peresapan tertutup sebanyak 10 KK (32%) dan dibuang
sembarangan 2 KK (6%)

30
6) Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Dari 31 KK yang dikaji di RW 02 kelurahan Sukadamai, didapatkan data bahwa


semua melakukan cuci tangan sebanyak 31 KK (100%) untuk penjabaran pada waktu
saat mencuci tangan selengkapnya sebagai berikut :

Diagram 3.27

Frekuensi Distribusi Waktu Melakukan Cuci Tangan Tiap

Individu yang Dikaji dari 31 KK di RW 02 Kelurahan Sukadamai Desember


2016

N= 138 KK

PERSENTASE YA
99%
90%
87%
86% 79% 70%
57% 54%

31
PERSENTASE TIDAK

60% 43% 46%

40% 22%
21%
14% 10% 13%
20% 1%

0%

Berdasarkan diagram 3.27, hampir seluruhnya melakukan cuci tangan yaitu pada saat
sebelum makan sebanyak 107 orang (90%). Sedangkan persentase tidak cuci tangan
paling tinggi yaitu pada saat sesudah membersihkan BAB anak yaitu 46 orang (46%)

32
33

Vous aimerez peut-être aussi