Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik morfometrik dan osteologi ikan keureling,
Tor tambroides (Bleeker, 1854). Tahapan pembuatan preparat osteologi, dilakukan di Laboratorium
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al Muslim Kabupaten Bireuen. Identifikasi
terminologi osteologi ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu Biologi, Program studi Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Pengukuran karakter
morfometrik ikan dilakukan berdasarkan persamaan Schindler dan Schmid (2006). Pembuatan
preparat skeleton dilakukan secara fisik dan kimiawi, sedangkan penamaan setiap bagian skeleton
dilakukan dengan cara membandingkan kemiripan bentuk dan letak dari setiap bagian tulang ikan
yang telah diteliti sebelumnya, baik dari famili yang sama maupun dari famili yang berbeda. Hasil
penelitian menunjukkan karakteristik morfologi yang khas pada ikan keureling diataranya adalah
letak mulut terminal dengan bentuk mulut dan bibir terdapat lipatan kulit yang terjumbai dan bisa
disembulkan, bentuk moncong cembung serta memiliki dua pasang sungut pada rahang atas.
Osteologi ikan keureling terdiri dari skeleton axial dan skeleton appendicularis. ossa cranium, ossa
verterbrae, ossa costae, urostylus vertebralis termasuk dalam skeleton axial, sedangkan ossa
appendicularis terdiri dari sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip punggung, sirip anal dan
sirip ekor.
PENDAHULUAN
kan keureling (Tor tambroides, Bleeker Setiap spesies mempunyai karakteristik
1854) termasuk kedalam kelompok morfologi dengan ciri-ciri khusus yang dapat
siprinid air tawar penting di wilayah menjadi pembeda antara satu spesies dengan
perairan Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia spesies lainnya. Beberapa karakter morfometrik
terdapat empat jenis yang termasuk populasi yang sering diukur antara lain panjang total,
jenis ikan ini, yaitu: Tor tambroides, Tor panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar
douronensis dan Tor soro (Kottelat et al., badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter
1993). Ikan dari genus ini memiliki potensi mata (Parin, 1999). Adanya perbedaan
yang baik dalam industri akuakultur (Ingram et karakteristik morfologi pada setiap spesies dapat
al., 2005), baik sebgai ikan hias (Ng 2004) menjadi suatu petunjuk mengenai habitat dan
maupun ikan konsumsi. Populasi ikan keureling gaya adaptasinya dengan lingkungan
dikhawatirkan telah mendekati kepunahan. Hal (Bhagawati et al., 2013). Karakteristik
ini disebabkan tangkap lebih, kerusakan hutan, morfologi merupakan hasil dari ekspresi fenotip
kegiatan antropogenik, fluktuasi debit air, dan yang dihasilkan oleh suatu gen, sehinggan
alih fungsi lahan serta belum ada kegiatan analisis morfometrik juga dapat digunakan
budidaya (Haryono dan Subagja, 2008; Sikder untuk mengukur efek genetik terdahap suatu
et al., 2012; Ali et al., 2013). Data dasar biologi spesies (Kusrini et al., 2008).
dan ekologi dari ikan ini juga belum banyak Ikan dideskripsikan memiliki struktur
diketahui. morfologi tulang rangka yang kompleks dan
579
Yusrizal Akmal, dkk.
sangat kinetik (Ferry-Graham dan Lauder 2001). mendeskripsikan karakteristik morfometrik dan
Tulang rangka (skeleton) pada ikan terdiri dari osteologi ikan keureling (Tor tambroides).
skeleton axial terbagi atas tulang tengkorak
(ossa cranium), tulang belakang (ossa METODE PENELITIAN
vertebrae), tulang rusuk (ossa costae) dan sirip Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
medial (pinna medial). Skeleton appendicularis Februari sampai dengan Juni 2018. Tahapan
terdiri dari sirip dada (pinna pectoralis), sirip penelitian meliputi preparasi sampel, pembuatan
perut (pinna pelvic) dan jari-jari sirip (pinnae) preparat skeleton dan identifikasi terminologi
(Lőw et al., 2016). skeleton. Tahapan pembuatan skeleton anggota
Sistem skeleton tengkorak ikan teleost gerak, dilakukan di Laboratorium Matematika
dewasa diketahui terdiri atas sekitar 60 bagian dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al
tulang yang saling berhubungan (Aerts, 1991). Muslim Kabupaten Bireuen, sedangkan
Tulang tengkorak terbagi atas beberapa bagian identifikasi terminologinya dilakukan di
yaitu bagian neurocranium yang terdiri atas Laboratorium Terpadu Biologi, Program studi
tulang- tulang ethmoid, orbital, occipital, bagian Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
rahang yang terdiri atas tulang-tuang rahang Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
atas dan bawah, bagian suspensorium bagian Contoh ikan keureling yang digunakan
operkular, bagian branchial dan bagian arcus pada penelitian ini berasal dari pedagang ikan di
hyoid (Nikmehr et al., 2016). Umumnya ikan wilayah aliran sungai Tangse Kabupaten Pidie,
memiliki dua sirip berpasangan dan tiga sirip Provinsi Aceh. Contoh ikan memiliki bobot ±5
tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari sirip dada kg dengan panjang total 60 cm. Jumlah ikan
(pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna pelvis) yang berhasil dikoleksi sebanyak dua ekor
(Lauder dan Madden 2007), sedangkan sirip dalam keadaan mati segar untuk selanjutnya
tunggal terdiri dari sirip punggung (pinna diangkut ke laboratorium.
dorsalis), sirip anal (pinna analis), dan sirip
ekor (pinna caudalis) (Cardeira et al. 2012). Identifikasi Morfologi
Mayoritas penelitian ikan keureling saat Identifikasi morfologi ikan dilakukan
ini mengarah pada upaya konservasi dan dengan menggunakan pengukuran karakter
domestikasi (Haryono. 2006; Muchlisin et al. morfometrik. Pengukuran karakter morfometrik
2015). Salah satu data yang diperlukan untuk dan perhitungan karakter meristik ikan mengacu
mewujudkan hal tersebut adalah data mengenai kepada Smith (1945) dan Haryono (2001).
karakter morfometrik serta morfologi skeleton Skema pengukuran morfometrik ikan keureling
ikan keureling. Penelitian ini bertujuan untuk disajikan pada Gambar 1.
580
Karakteristik Morfometrik dan Studi Osteologi ...
Gambar 1. Pengukuran karakter morfometrik ikan keureling meliputi panjang dasar sirip anal (ABL), tinggi badan (BD), lebar badan
(BW), tinggi pangkal ekor (CPD), panjang pangkal ekor (CPL), panjang dasar sirip dorsal (DBL), tinggi sirip dorsal (DFH), diameter
mata (ED), tinggi kepala (HD), panjang kepala (HL), lebar kepala (HW), jarak antar mata (IW), panjang sirip ekor bagian bawah
(LCLL), panjang sirip ekor bagian tengah (LMCL), panjang sirip ekor bagian atas (LUCL), panjang sungut rahang atas (MXBL),
panjang sebelum sirip anal (PAL), panjang sirip dada (PCL), panjang sebelum sirip dorsal (PDL), panjang sebelum sirip perut (PPL),
panjang sirip perut (PVL), panjang standar (SL), panjang sungut moncong (SNBL), panjang moncong (SNL), panjang total (TL).
Sebagai pendukung data karakter potongan tulang yang terlepas, ditempel dengan
morfologi ikan, dilakukan juga analisis terhadap menggunakan perekat pada sendi asalnya.
bentuk tubuh, bentuk sirip ekor, tipe sisik, letak Preparat skeleton dimasukkan ke dalam wadah,
mulut ikan, letak sirip perut terhadap sirip dada, diikat, dan direkat agar tidak lepas.
bentuk sirip dorsal panjang dan tersusun dari
jari-jari lemah dan jari-jari keras, bentuk mulut, Identifikasi terminologi osteologi
pigmentasi sisik (Rahayu et al., 2013) serta ada Preparat skeleton axial dan skeleton
tidaknya noktah hitam dibagian caudal peduncle appendicularis yang telah bersih dirangkai
(batang ekor). Sampel diukur menggunakan menjadi satu kesatuan untuk dianalisis setiap
caliper dengan ketelitian 0.01 mm. bagian-bagiannya. Pemberian nama
nomenklatur berdasarkan Lepiksaar (1994),
Pembuatan preparat osteologi ikan keureling serta struktur penyusun tulang diberi nama
Pembuatan preparat tulang dilakukan berdasarkan Hilton dan Stevenson (2013), Jalili
secara fisik dan kimiawi. Tahapan fisik diawali et al. (2015), Nasri et al. (2016). Pemotretan
dengan meletakkan ikan keureling dengan posisi osteologi dilakukan dengan menggunakan
kepala di kiri dan ekor di kanan. Sisik ikan kamera Canon EOS 700D. Gambar yang
dihilangkan dengan menggunakan pisau atau diperoleh diolah dengan menggunakan Adobe
pinset. Otot dan sisik ikan disiram dengan air Photoshop CS3. Semua hasil pengamatan
panas, sehingga melepuh dan berwarna putih dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
matang. Penyiraman air panas dilakukan secara bentuk gambar.
perlahan agar tulang tidak rapuh. Otot pada
tubuh ikan dibersihkan dengan pinset dan pisau. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sisa daging pada tulang ikan dibersihkan Uji morfometrik digunakan untuk
dengan menggunakan sikat halus. mendeskripsikan bentuk morfologi skeleton
Tahapan kimiawi diawali dengan ikan keureling, serta berguna dalam pengujian
merendam preparat tulang kedalam formalin yang dapat membedakan bentuk kombinasi
10% selama tujuh hari. Hal ini bertujuan agar dengan statistik multivariat. Ikan yang memiliki
tidak terjadi perbusukan pada tulang-tulang kekerabatan yang dekat secara taksonomi
rawan. Selanjutnya dilakukan perendaman umumnya akan memiliki bentuk morfologi yang
dalam larutan etanol 100% selama 24 jam guna hampir serupa. Jumlah karakter morfometrik
menghilangkan air dan sisa lemak yang melekat ikan keureling yang diukur berjumlah 25
pada preparat tulang (Taylor & Van Dyke karakter. Nilai tranformasi dari pengukuran
1985). Preparat tulang hasil pengawetan dijemur morfometrik diukur berdasarkan persamaan
dibawah sinar matahari selama tujuh hari. Schindler dan Schmid (2006). Nilai karakter
Setelah melewati proses penjemuran, tulang morfometrik dari ikan keureling disajikan pada
akan berwarna tulang dilakukan menggunakan Tabel 1.
sikat dengan bulu halus untuk kemudian dilapisi
dengan cat spray pilox clear transparan dan
dijemur kembali selama tiga hari. Apabila ada
581
Yusrizal Akmal, dkk.
Karakteristik Morfometrik Ikan Keureling pendek dari pada kepala tanpa moncong. Sirip
(Tor tambroides) punggung memiliki bentuk yang licin, kepala
tidak berkerucut, antara garis rusuk dan sirip
Secara visual, ikan keureling memiliki
punggung terdapat tiga setengah baris sisik
cuping berukuran sedang pada bibir bawah
(Gambar 2).
tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari
terakhir sirip punggung yang mengeras lebih
terang dan putih, kekuningan atau keemasan adalah temperatur, salinitas, oksigen terlarut,
serta bagian punggungnya berwarna gelap, radiasi, kedalaman air, kecepatan arus, dan
jumlah sisik sepanjang gurat sisi sebanyak 23- ketersediaan makanan (Antonucci et al., 2012).
25 buah. Teletchea (2009) mengungkapkan bahwa
Letak sirip perut terhadap sirip dada perubahan morfologi yang terjadi pada ikan
subabdominal, bentuk sirip dorsal memanjang akibat faktor lingkungan terkadang menjadi
dengan jari-jari keras dan lemah serta bentuk kesulitan bagi peneliti dan mengidentifikasi
sirip ekor bercagak dua (forked). Konfirmasi suatu jenis spesies ikan. Sehingga perlu
kunci identifikasi sesuai dengan ikan keureling pendekatan/metode tambahan lainnya untuk
(Tor tambroides) di aliran sungai Tangse, mendalami taxonomi suatu jenis species ikan
Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh berupa analisi gen (Dawnay et al., 2007).
Weber dan Beaufort (1916); Saanin (1984) ;
Kottelat et al. (1993). Ikan keureling memiliki Karakteristik Osteologi Ikan Keureling (Tor
karakter panjang pangkal ekor yang lebih tambroides)
panjang dibandingkan dengan ikan Nila, Mujair, Osteologi ikan keureling merupakan
Sepat siam, Gurami dan Gabus. Akan tetapi sekumpulan tulang-tulang yang saling
sebaliknya ikan Keureling memiliki karakter berhubungan untuk melakukan suatu gerakan
panjang moncong, panjang sirip perut, panjang dengan bantuan otot. Kajian morfologi osteologi
sirip dada dan tinggi kepala yang lebih pendek ikan bertujuan untuk memahami hubungan
dibandingkan dengan ikan nila, mujahir dan taksonomik dan filogenetik antarspesies ikan
gurami (Khayra et al., 2016). (Mafakheri et al. 2015; Jalili et al. 2015).
Karakteristik morfometrik ikan tidak Osteologi ikan keureling terbagi dalam dua
hanya dipengaruhi oleh faktor genetiknya, akan bagian yaitu terdiri dari skeleton axial dan
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. skeleton appendicularis (Gambar 3).
Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi karakteristik morfologi ikan
Gambar 3. Morfologi skeleton axial ikan keureling tampak lateral. Skala bar: 1 cm.
583
Yusrizal Akmal, dkk.
articulare sedangkan rahang bawah terdiri dari mengenai asal tulang dari awal
os premaxillare dan os maxilare. perkembangannya hingga dewasa (Bogutskaya
Ikan memiliki tengkorak yang merupakan et al., 2008). Tengkorak juga memiliki fungsi
bentuk yang kompleks dan sangat kinetic yang penting, yaitu sebagai pelindung otak dan
menjadi satu kesatuan sehingga terbentuk beberapa alat indera seperti penglihatan,
seperti satu tulang yang kompak (Ferry-Graham penciuman, dan pendengaran (Warwick dan
dan Lauder, 2001). Selain itu, ontogeni Williams 1973).
tengkorak dapat memberikan informasi penting
Ikan keureling memiliki empat tulang tinggi, dengan bentuk ossa costae yang lebih
axial vertebralis yang termasuk dalam tulang pendek dan tidak melengkung sempurna
Weber (Weberian apparatus), 19 ossa dibandingkan dengan ikan yang hidup pada
abdominal vertebralis, 18 pasang ossa costae, perairan relatif tenang (Liem et al. 2001,
16 ossa caudal vertebralis dan satu os urostylus Leprevost dan Sire 2014).
vertebralis (Gambar 2). Leprevost dan Sire Skeleton appendicularis ikan keureling
(2014) menyebutkan bahwa profil morfologi terdiri dari sepasang sirip dada (pinna
ossa vertebralis yang dimiliki ikan sangat pectoralis), sepasang sirip perut (pinna pelvis),
memengaruhi kecepatan dan gaya renang ikan sirip punggung (pinna dorsalis), sirip anal
tersebut. (pinna analis) dan sirip ekor (pinna caudalis)
Menurut Bird dan Hernandez (2007), (Gambar 4). Sirip dada terletak pada bagian
tulang Weber berhubungan langsung dengan posterior dari ossa operculum dengan posisi
gelembung renang dan pendengaran bagian latero-ventral dari tulang belakang (ossa
dalam sedangkan lengkungan ossa costae pada vertebralis). Sirip punggung terletak pada
ikan sangat dipengaruhi oleh kapasitas rongga bagian dorsal, sirip perut dan sirip anal terletak
abdominal dan gaya renang ikan (Takeuchi dan pada bagian ventral, sedangkan sirip ekor
Hosoya 2011). Menurut Enghoff (1991), jumlah terletak pada bagian posterior dari tulang
ossa vertebralis pada setiap famili ikan sangat belakang (ossa vertebralis). Menurut Standen
dipengaruhi oleh bentuk morfologi, sifat hidup, (2011) ikan menggantungkan 20% pergerakan
umur dan kemampuannya berevolusi. Ikan yang dan dorongannya pada sirip. Umumnya ikan
hidup pada perairan berarus deras umumnya memiliki dua sirip berpasangan dan tiga sirip
memiliki jumlah ossa verterbrae yang lebih tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari sirip dada
584
Karakteristik Morfometrik dan Studi Osteologi ...
dan sirip perut (Lauder & Madden 2007), appendicularis. Ossa cranium, ossa verterbrae,
sedangkan sirip tunggal terdiri dari sirip ossa costae, urostylus vertebralis termasuk
punggung, sirip anal, dan sirip ekor (Cardeira et dalam skeleton axial, sedangkan ossa
al. 2012). appendicularis terdiri dari sepasang sirip dada,
sepasang sirip perut, sirip punggung, sirip anal
KESIMPULAN dan sirip ekor.
Karakteristik morfologi yang khas pada
ikan keureling diataranya adalah letak mulut UCAPAN TERIMAKASIH
ikan terminal dengan bentuk mulut dan bibir Ucapan terima kasih disampaikan kepada
yang khas yakni terdapat lipatan kulit yang Direktorat Riset Dan Pengabdian Kepada
terjumbai serta bisa disembulkan, bentuk Masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan
moncong cembung serta memiliki dua pasang Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah
sungut pada rahang atas dengan sisik berwarna mendanai penelitian ini melalui skema “Penelitian
terang dan putih, kekuningan atau keemasan ini Dosen Pemula (PDP) 2018” (SK
merupakan penanda dari sub famili Cprinidae No.0045/E3/LL/2018).
khususnya genus Tor. Osteologi ikan keureling
terdiri dari skeleton axial dan skeleton
586
Karakteristik Morfometrik dan Studi Osteologi ...
587