0 évaluation0% ont trouvé ce document utile (0 vote)
32 vues2 pages
Berdasarkan pemeriksaan makroskopik, jamur yang tumbuh pada sampel nugget diduga adalah Aspergillus niger. A. niger merupakan jamur yang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Ciri-cirinya adalah memiliki hifa bersepta dan miselium bercabang serta menghasilkan konidia berwarna hijau, coklat, atau hitam. A. niger dapat menghasilkan mikotok
Berdasarkan pemeriksaan makroskopik, jamur yang tumbuh pada sampel nugget diduga adalah Aspergillus niger. A. niger merupakan jamur yang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Ciri-cirinya adalah memiliki hifa bersepta dan miselium bercabang serta menghasilkan konidia berwarna hijau, coklat, atau hitam. A. niger dapat menghasilkan mikotok
Berdasarkan pemeriksaan makroskopik, jamur yang tumbuh pada sampel nugget diduga adalah Aspergillus niger. A. niger merupakan jamur yang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Ciri-cirinya adalah memiliki hifa bersepta dan miselium bercabang serta menghasilkan konidia berwarna hijau, coklat, atau hitam. A. niger dapat menghasilkan mikotok
Berdasarkan pemeriksaan makroskopik Mold diduga jamur yang tumbuh dari sampel nugget
adalah Aspergilus niger.
Aspergillus juga merupakan mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim hidrolitik seperti amilase, pektinase, protease dan lipase yang dapat menyebabkan kapang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, pektin, protein dan lipid (Fardiaz, 1992). Salah satu unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh A. niger untuk pertumbuhannya adalah karbohidrat. Sumber karbohidrat banyak terdapat pada beras, jagung dan singkong. Salah satu hasil produk olahan ini yaitu dibuat menjadi tepung tanpa mengurangi kadar karbohidrat yang terkandung di dalamnya. Pada sampel pengujian kali ini, diduga cemaran kapang terdapat pada tepung yang melapisi nugget. Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah hifanya bersepta dan miseliumnya bercabang, biasanya tidak bewarna, yang terdapat di permukaan merupakan hifa vegetatif, sedangkan yang muncul diatas permukaan umumnya merupakan hifa fertile, koloni kompak, konidiofora septa, atau nonsepta, muncul dari “foot cell” (yaitu miselium yang membengkok dan tebal), konidiofornya membengkak menjadi vesikel pada ujungnya dan membentuk stigmata dimana tumbuh konidia, sterigmata biasanya sederhana, bewarna atau tidak bewarna, konidia membentuk rantai yang 8 bewarna hijau, coklat atau hitam dan beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 370C atau lebih (Debby et al.,2003) A. niger diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. A. niger tumbuh optimum pada suhu 35-37 oC, dengan suhu minimum 6-8 oC dan suhu maksimum 45-47 oC (Inggrid dan Suharto, 2012:10). Ketika berusia muda koloni A. niger berwarna putih dan berubah menjadi hitam ketika berbentuk konidiospora. Kepala konidia (Conidiahead) berwarna hitam, berbentuk bulat (Noverita, 2009). Hal ini sesuai dengan temuan makros pada Gambar 4.2 Koloni A. niger berwarna putih sampai kuning pada permukaan bawah koloni yang kemudian berubah warna menjadi coklat gelap hingga hitam setelah terbentuk konidiofor (konidia). Kepala konidia radiat. Tangkai konidia (konidiofor) berdinding halus, hialin, tetapi sering berwarna coklat. Vesikula bulat sampai semi bulat dengan diameter 10-100 µm. Fialid duduk pada metula dengan ukuran 7,0 – 9,5 x 3 – 4 µm. Metula hialin sampai coklat, sering bersekat dengan ukuran 15 – 25 x 4,5 – 6,0 µm. Konidia bulat sampai semi bulat dengan diameter 3,5 – 5 µm dan berwarna coklat dengan ornamen (Noverita, 2009). Jamur Aspergillus sp dapat menghasilkan beberapa mikotoksin. Salah satunya adalah aflatoksin yang paling sering dijumpai pada makanan di banyak negara berkembang sehingga mengancam keamanan pangan. Aflatoksin adalah jenis toksin yang bersifat karsinogenik dan hepatotoksik. Manusia dapat terpapar oleh aflatoksin dengan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh toksin hasil dari pertumbuhan jamur ini. Kadang paparan sulit dihindari karena pertumbuhan jamur di dalam bahan pangan sulit untuk dicegah (Fardiaz, 1992).