Vous êtes sur la page 1sur 6

1.

KEGAWATDARURATAN
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler,kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan
mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan
per vaginasetelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca
persalinan,hematoma, dan koagulopati obstetri.
Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak direncnakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan
penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.
Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya .membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan
kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan normal maupun abnormal.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28
hari setelah lahir)

DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Prawiroharjo, 2006).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20
minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan,
perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan
gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”
berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh. Menurut buku ilmu kebidanan, istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
(Wiknjosastro, 1991;h.302). Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan
mencapai umur 20-24 minggu. Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas. Karena definisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO
merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau
lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil
pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.

ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
A. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat,
kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Factor-
faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan antara lain :
B. Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi
dan kemungkinan pula kelainan seks
C. Lingkungan kurang sempurna
Lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
D. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya didalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
E. Kelainan pada plasenta
Oksigenisasi plasenta yang terganggu menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
F. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis dapat
menyebabkan abortus.
G. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat menyebabkan abortus.
Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 adalah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan serviks, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan
servik luas yang tidak dijahit.
H. Trauma baik yang disengaja maupun tidak disengaja
PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut
blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat
belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga
mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat
menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus. Abortus ini
diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya dikeluarkan
dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya
perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil.

MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
3. Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena adanya kontraksi uterus
4. Rasa kram di daerah perut atau di daerah atas simfisis
5. Rasa tertekan pada punggung bagian belakang/pelvic

KLASIFIKASI ABORTUS
a) Aborsi Spontan
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
disebabkan oleh sebab- sebab alami.
b) Abortus iminens(keguguran mengancam)
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada
abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung
bawah, tetapi bisa juga tidak.
c) Abortus incipiens
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika
ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian
abdomen bawah atau pada punggung.
d) Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan
plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan perdarahan yang
bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi pada trimester ke II.
e) Abortus kompletus
Keguguran lengkap
f) Missed abortus ( keguguran tertunda )
Keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
g) Abortus Habituali
Keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari
tiga kali.
h) Abortus infeksiosus dan abortus septic
Abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus
infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau
peritonium.
i) Abortus Buatan (Provokatus)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi
(dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak)
j) Abortus provocatus therapeuticus
Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit
berat.
k) Abortus provocatus criminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

KOMPLIKASI
Yang Dapat Timbul Pada Ibu:
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi
dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke
kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan
seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan
berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret
ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah
perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu,
penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan
meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan
dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada
serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka
akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada
serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent
cerviks.

3. Pelekatan pada kavum uteri.


Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi
harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya
kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa
jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh
sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan
selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar.
Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga
menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain
infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah
apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah
dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian
pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan
pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.

Yang Timbul Pada Janin:


Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa
hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami
cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tes urine untuk mengetahui kehamilan
 Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
 Pemeriksaan Hb
 Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion
PENATALAKSANAAN
Terapi/tindakan penanganan
 Pemberian cairan fisiologik yang disusul dengan transfusi untuk mencegah syok yang
mungkin diakibatkan oleh perdarahan yang hebat
 Setelah syok teratasi dilakukan kuretase diikuti dengan pemberian ergometrin IM untuk
mempertahankan kontraksi uterus
 Istirahat baring membuat aliran darah ke uterus bertambah dan mengurangi rangsang
mekanik
 Pemberian antibiotic pada abortus infeksiosus

Vous aimerez peut-être aussi