Vous êtes sur la page 1sur 6

a.

Analisis dan Pembahasan

Percobaan yang berjudul pembuatan n-butil asetat bertujuan untuk memahami reaksi
pembuatan ester n-butil asetat melalui reaksi esterifikasi. Dimana reaksi esterifikasi merupakan
suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat dengan suatu alcohol dengan menghasilkan
produk berupa ester. Etster sendiri merupakan sebuah hidrokarbon hasil turunan dari asam
karboksilat. Pada ester, gugus –COOH yang ada pada asam karboksilat digantikan oleh sebuah
gugus hidrokarbon dari beberapa jenis.

Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan serta membersihkannya agar tidak
ada zat lain yang masih tersisa dalam alat yang bias mengkontaminasi bahan yang digunakan
untuk percobaan. Kemudian labu bulat diambil dan dimasukkan satu buah batu didih ke
dalamnya. Lalu tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat tidak berwarna, 60 ml CH3COOH glacial tidak
berwarna sehingga terbentuknya larutan campuran tak berwarna. H2SO4 pekat ditambahkan
sebagai katalis karena reaksi esterifikasi berjalan sangat lama sehingga membutuhkan
penambahan katalis untuk mempercepat laju reaksi dengan cara mencari jalan reaksi lain yang
memiliki energy aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi akan
semakin besar. H2SO4 pekat dipilih karena H2SO4 berkontribusi dalam asam karboksilat yang
terlalu lemah untuk digunakan sebagai katalis pada reaksi esterifikasi tersebut.asam sulfat dalam
reaksi tersebut memberikan proton ke dalam struktur asam karboksilat namun dia tidak ikut
bereaksi namun nantinya di akhir reaksi, dengan penambahan katalis H2SO4 menyebabkan
terbentuknya H2O. Kemudian penambahan CH3COOH glacial berfngsi untuk menjalankan reaksi
esterifkasi yang nantinya akan membentuk senyawa ester, dan agar ester yang dihasilkan lebih
banyak maka CH3COOH glacial tersebut ditambahkan secara berlebih berdasarkan hukum
kesetimbangan yang menyatakan jika perbandingan n-butanol dan asam karboksilat adalah 1:1,
maka untuk menggeser reaksi kea rah produk atau untuk memperbanyak ester yang nantinya
dihasilkan maka salah satu pereaksinya harus ditambahkan secara berlebih, dimana dalam hal ini
CH3COOH glacial lah yang jumlahnya ditambahkan hingga perbandingannya manjadi 1:2
dengan mekanismenya:

Lalu batu didih tersebut digunakan sebagai penanda bahwa larutan telah mendidih
dengan adanya suara benturan antara batu didih dengan labu bulat dan juga agar panas yang
timbul saat proses pemanasan bisa merata dan tersebar ke seluruh bagian larutan sehingga tidak
terjadi overheat pada bagian tertentu. Jika hal tersebut terjadi maka dikhawatirkan panas yang
dihasilkan tidak akan merata atau bahkan terjadi ledakan karena panas yang lebih dominan
disalah satu bagian terterntu (tidka merata). Oleh karena itu dibutuhkan penggunaan batu didih
dikarenakan batu didih memiliki pori-pori yang bisa menangkap udara yang ada dalam larutan
dan melepaskannya ke permukaan larutan.

Setelah larutan H2SO4 pekat dan CH3COOH glacial tercampur dalam labu bulat, maka
pendingin refluks dipasang dengan cara refluks yang telah disatukan dengan labu bulat yang
sudah diletakkan diatas mantel dikaitkan pada statif dan klem, lalu kedua lubang yang ada pada
refluks dipasangkan selang tempat keluar masuknya air dengan tidak lupa semua bagian yang
disambungkan diisolasi agar benar-benar tidak ada zat yang keluar selama proses pemanasan
nantinya. Selang pun dipasang sesuai dengan kegunaannya yakni selang untuk masuknya air
dipasang pada bagian bawah sedangkan untuk keluar air dipasang dibagian atas hal itu dilakukan
agar air sebagai pendingin bisa optimal dalam mengkondensasi uap jika dibandingkan dengan
selang masuk air yang dipasang di atas. Tahapan ini gunanya untuk pencampuran dengan cara
larutan tadi dipanaskan secara tertutup agar tidak ada zat yang keluar selama pemanasan
sehingga prosesnya bisa berlangsung secara maksimal. Mantel dipilih untuk memanaskan larutan
karena senyawa organik tidak bia dipanaskan dengan suhu yang terlalu panas karna
dikhawatirkan akan menyebabkan labu bulat pecah kerana ledakan serta menghindari pertemuan
langsung antara api dengan labu bulat jika menggunakan alat seperti Bunsen. Lalu untuk fungsi
pendingin refluksnya sendiri adlah untuk mendinginkan dan mengkondensasi uap dari n-butil
asetat yang akan dihasilkan saat pemanasan sehingga tidak akan menguap terbuang melainkan
akan jatuh kembali. Proses pemanasan tersebut dilakukan selama 3 jam pada suhu 90-100°C.
Namun sebenarnya semakin lama waktu pemanasan atau semakin tinggi suhunya (sampai suhu
maksimal) maka hasil yang didapatkan akan semakin maksimal karena dengan pemanasan dalam
waktu yang lama akan memberikan lebih banyak kesempatan molekul-molekul untuk lebih
sering saling bertumbukan serta dalam proses pemanasan dengan refluks tersebut akan terjadi
pemutusan ikatan rangkap dari karbon karbonil dnegan oksigen sehingga memudahkan gugus
OH menyerang karbon karbonil. Pemutusan ikatan rangkap tersebutlah yang membuat n-butil
asetat akan diperoleh semakin banyak. Salah satu ciri n-butil asetat mulai terbentuk adalah
munculnya aroma seperti pisang yang kuat, hal tersebut merupakan cirri khas dari ester karena
ester adalah senyawa organik yang aromanya wangi seperti buah atau bunga.

Setelah 3 jam dilakukan pemanasan, mantel dimatikan dan larutan dalam labu bulat
didinginkan dengan cara mengambilnya dari dalam mantel dengan masih dalam satu rangkaian
dengan refluks. Kemudian bagian bawah dari labu bulat diusap dengan kain basah agar
mempercepat proses pendinginan. Namun labu bulat tersebut tidak boleh dicuci atau dicelupkan
langsung dalam air agar lekas dingin, karena labu bulat bias saja pecah karena adanya perbedaan
suhu yang drastic dari pemanasan dan pendinginannya. Setelah dingin, larutan dalam labu bulat
tersebut terlihat jernih namun sedikit kuning pudar. Sebenarnya larutan yang baik seharusnya
tidak berwarna, namun adanya sedikit warna kuning pudar dikarenakan terkontaminasi dengan
tutup labu bulat yang berupa karet yang zatnya ikut terurai ketika proses pemanasan. Hal tersebut
juga menunjukkan bahwa larutan tersebut belum murni n-butil asetat karena juga masih banyak
zsisa-sisa zat pengotor seperti H2SO4, air, dan lain-lain, sehingga larutan tersebut perlu
dimurnikan dnegan cara memasukkannya dalam corong pemisah dan ditambahkan 60 ml
aquades tak berwarna. Setelah itu corong pemisah dikocok satu arah dengan kuat sampai larutan
benar-benar terpisah secara sempurna karena pengocokan dalam corong pemisah tersebut
memang bertujuan agar fasa organik dan air bisa terpisah menjadi 2 lapisan. Aquades yang tadi
ditambahkan berfungsi untuk memisahkan larutan ester dan zat-zat pengotornya karena sifat dari
aquades itu sendiri mampu mengikat pengotor yang sifatnya polar. Namun ester yang didapatkan
tidak larut dalam air sehingga ester akan tetap menjadi ester dan tidak tercampur zat pengotor
lagi yang membuat ester yang dihasilkan menjadi murni. Karena aquades sifatnya mampu
mengikat zat pengotor yang sifatnya polar sedangkan ester tidak ikut terikat, maka dari situ bisa
diketahui juga bahwa ester bersifat non polar. Penggunakaan corong pemisah sendiri dipilih
karena fungsinya yang memang dibutuhkan untuk memisahkan 2 komponen berupa fasa cair –
cair, yakni n-butil asetat yang adalah fasa organik dan aquades yang terdapat asam sulfat yang
larut didalamnya.

Setelah larutan terpisan menjadi 2 lapisan, lapisan yang berada di atas merupakan fasa
organik dalam hal ini adalah n-butil asetat sedangkan yang bagian bawah adalah fasa air yang
berisi zat pengotor yang telah tercampur homogen. Lapisan organik (n-butil asetat) terletak
diatas fasa air karena masa jenisnya lebih kecil dari pada masa jenis air. Lalu kran corong
pemisah dibuka untuk mengeluarkan fasa air dan fasa organiknya tetap berada dalam corong
pemisah untuk kembali ditambahkan 50 ml aquadesir dan 14 ml NaHCO3 jenuh. Fungsi
penambahan aquades masih sama seperti penambahan aquades yang sebelumnya, yakni untuk
benar2 mengikat zat pengotor ya masih ada sehingga n-butil asetat yang dihasilkan benar-benar
murni. Lalu NaHCO3 setelah dimasukkan ke corong pemisah segera ditutup karena akan terjadi
reaksi berupa munculnya gelembung-gelembung gas CO2 yang fungsi penambahannya untuk
menetralkan sisa-sisa asam yang masih bercampur dalam dalam fasa organik (n-butil) karena ion
HCO3- dari larutan NaHCO3 jenuh tersebut bisa mengikat H+ dari larutan asam sehingga
membentuk gas CO2 dan H2O. Dalam pengocokannya, sesekali tutup dibuka agar mengeluarkan
gas CO2 yang terbentuk sehingga corong pemisah tidak meletup akibat tekanan gas didalamnya.
Pengocokan tersebut dilakukan terus menerus hingga gas CO2 benar-benar telah habis. Reaksi
yang terjadi:

HCO3-(l) + H+(aq) → CO2↑ (g) + H2O (l)

Setelah diyakini bahwa larutan telah benar-benar terpisah dengan hasil seperti pengocokan
pertama yakni ada 2 lapisn berupa fasa organik berwarna kuning sedikit kecoklatan dan fasa air,
maka lapisan fasa organik kembali dipisahkan dengan membuka kran corong pemisah, dan untuk
ester yang dikeluarkan ditampung dalam gelas kimia. Lalu ditimbang 5 gram Na2SO4 yang
berupa serbuk putih. Lalu 5 gram Na2SO4 dimasukkan dalam n-butil asetat yang telah berada di
dalam gelas kimia dan diaduk. Penambahan Na2SO4 adalah untuk menghilangkan kadar air
dalam n-butil asetat yang masih tersisa karena sifatnya yang higroskopis (menyerap air) agar
hasil n-butil asetat bisa benar-benar murni.setelah cukup maka larutan dipindah ke gelas kimia
yang lain dengan cara didekantasi untuk memisahkan antara larutan n-butil asetat dengan
padatan Na2SO4 dengan menuangkannya secara perlahan sampai tinggal endapan (Na2SO4) saja
yang tersisa. Dari situ didapatkan n-butil asetat murni yang berwarna kuning dan berbau harum
seperti buah pisang. Persamaan reaksinya:

Na2SO4(s) + 7H2O (l) → Na2SO4.7H2O(s)


Setelah mendapat n-butil asetat yang murni, kemudian larutan tersebut ditimbang dan diperoleh
massanya untuk gelas kimia= 125,7 gram, berat total= 138,4 gram, sehingga berat n-butil asetat=
12,7 gram. Lalu rendemen dihirung dengan rumus:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙


% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%,
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Sehingga hasil rendemennya sebesar 50,01 %

b. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bisa disimpulkan bahwa n-butil asetat bisa
dibuat dengan menggunakan cara esterifikasi dengan mereaksikan asam karboksilat yakni asam
asetat dengan alcohol yakni n-butanol yang menghasilkan n-butil asetat seberat 12,7 gram
dengan rendemen 50,01% dan aromanya wangi seperti buah pisang. Sehingga percobaan yang
dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

c. Jawaban Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat!
Jawab:

atau
2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas?
Jawab:
Reaksi esterifikasi. Karena reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang terjadi antara
asam karboksilat dan suatu alkohol dan dalam percobaan menggunakan asam
karboksilat berupa asam asetat dan alkohol menggunakan n-butanol.
3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkah asam sulfat tersebut diganti dengan asam
lainnya?
Jawab:
Fungsinya sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi karena reaksi esterifikasi
berjalan sangat lama.lalu juga berfungsi untuk memberikan proton ke struktur asam
karboksilat namun dia tidak ikut bereaksi sehingga bisa menjadi katalis. Bisa diganti
dengan katalis lain asalkan sama-sama berupa asam kuat dan bisa berkontribusi dalam
asma karboksilat yang lemah untuk bisa mempercepat laju reaksinya, seperti HCl dll
4. Jelaskan mengapa lapisan ester berada di atas!
Jawab:
Karena massa jenis ester lebih kecil dari pada masa jenis aquades sehingga ester
lapisannya berada diatas lapisan air.

5. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4 anhidrat!


Jawab:
 Fungsi penambahan NaHCO3 jenuh untuk menghilangkan sisa asam dari H2SO4,
asam asetat dan alcohol dengan mengubahnya menjadi gas CO2.
 Fungsi MgSO4 untuk menyerap atau mengikat air yang masih terdapat pada ester.
Penambahan MgSO4 anhidrat digunakan untuk menghilangkan kadar air dari
ester, karena MgSO4 bersifat higroskopis (menyerap air) sehingga nantinya n-butil
asetat yang dihasilkan murni.
6. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti MgSO4!
Jawab:
CaSO4.XH2O, CaCl2.XH2O, Na2SO4.XH2O

Vous aimerez peut-être aussi