Vous êtes sur la page 1sur 43

Laboratorium Aliran Fluida Dan Separasi Mekanik

Semester IV 2018 / 2019

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTSI

Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, M.T


Kelompok : II (dua)
Tgl. Praktikum : 25 Februari 2019
Nama kelompok : 1. Muyassarah (33117005)
2. Ahmad Zulkifli (33117006)
3. Diah Athifah Mahdiyah (33117008)
4. Nur Fadillah (33117011)
5. Nur Ilmi Diniyah (33117015)
6. Yuliana (33117021)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


SEDIMENTASI

I. Tujuan
1. Dapat menjelaskan prinsip dasar sedimentasi.
2. Dapat mempelajari laju sedimentasi dengan parameter-parameter yang
mempengaruhinya.
II. Perincian Kerja
 Persiapan
1. Disediakan kapur yang butirannya halus dan bebas dari kotoran .
2. Disediakan alat-alat yang diperlukan .
3. Dibuat perencanaan kerja sesuai dengan topik percobaan .
 Topik percobaan
1. Sedimentasi dengan ketinggian suspensi sebagai variabel kontrol .
2. Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variabel kontrol .
3. Sedimentasi dengan konsentrasi dan ketinggian suspensi sebagai variabel
kontrol dan dengan penambahan zat flokulan
III. Dasar Teori
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran.
Suatu campuran dapat berupa campuran hpmogen (satu fasa) atau campuran heterogen
(lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dpat mengandung dua atau lebih fasa:
padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai
kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang diinginkan.
Untuk proses pemisahan suatu campuran heterogen, terdapat empat prinsip utaa
proses pemisahan, yaitu :

 Sedimentasi
 Flotasi
 Sentrifugasi
 Filtrasi

Proses sedimentasi adalah proses separasi seara mekanis yang memanfaatkan


gaya gravitasi bumi. Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel padat
maupun cair dari suatu cairan atau gas tertentu. Melalui proses sedimentasi ini, maka
partikel-partikel padat dapat diklasifikasikan menurut massa jenis dan ukuran
partikelnya.

Contoh proses sedimentasi:

 Pengendapan lumpur dan zat padat lainnya pada cairan yang keruh.
 Pemisahan minyak dan air ditempat pencucian mobil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi :

1. Konsentrasi suspensi
Laju pembentukan endapan menurun dengan meningkatnya konsentrasi tetapi
penurunannya lebih lambat dari pada saat konsentrasi meningkat. Semakin tinggi
konsentrasi suspensi semakin rendah pula laju turunnya garis padatan karena
besarnya kecepatan ke atas cairan yang dipindahkan. Berdasarkan konsentrasi dan
sifat partikel untuk berinteraksi dari suspensi yang akan mengendap.

Tipe sedimentasi dibedakan atas 4 tipe :

 Tipe 1: Klasifikasi tingkat 1


Menunjukkan pengendapan dari partikel bebas yang ada dalam suspense
yang akan mempunyai konsentrasi kepadatan rendah. Partikel akan
mengendapkan secara individu dan tidak berinteraksi dengan partikel
sekelilingnya.
 Tipe 2: Klasifikasi tingkat 2
Menunjukkan pengendapan dari partikel yang mempunyai
kecenderungan untuk berinteraksi atau dengan mengumpul partikel
sekelilingnya pada suspense yang mempunyai kepadatan rendah.
Dengan pengumpalan, massa partikel bertambah besar dan akan
diendapkan dalam waktu yang lain.
 Tipe 3: Klasifikasi daerah pengendapan
Menunjukka pengendapan yang mempunyai konsentrasi tinggi dimana
gaya interaksi antara partikel cenderung untuk tetap dalam posisinya dan
menyebabkan pengendapan partikel secara merata sehingga terlihat
suatu perbedaan yang jelas pada lapisan permukaan cairan.
 Tipe 4: Daerah kompresi
Menunjukkan pengendapan partikel sedemikian rupa sehingga bentuk
suatu struktur yang kompak. Hal ini disebabkan oleh massa partikel
yang bertabah secara terus menerus selama proses pengendapan
berlangsung.
2. Perbandingan luas permukaan dengan kedalaman suspense
Semakin luas permukaan suatu suspense maka kedalaman suspensi tersebut
semakin cepat dan sebaliknya semakin kecil ukuran partikel maka proses
pengendapan akan berlangsung lambat.
3. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel maka proses pengendapan akan semakin cepat
dan sebaliknya semakin kecil ukuran partikel maka proses pengendapan akan
berlangsung lambat.
4. Adanya zat flokulan yang memicu menggumpalnya partikel-partikel menjadi
partikel berukuran lebih besar
Dengan penambahan flokulan akan banyak membantu pembentukan gumpalan-
gumpalan baru karena terdapat inti dari kelompok-kelompok yang saling bersatu
sehingga akan terbentuk endapan yang lebih besar dan berat yang sangat mudah
dipisah. Penggabungan partikel dapat terjadi bilamana ada kontak antara partikel
tersebut. Pada flokulasi terjadi penambahan volume, massa dan kohesi dari partikel-
partikel. Ukuran partikel ini diubah dengan cara :
 Difusi sempurna secara cepat dari koagulan dengan pengadukan singkat.
 Pengadukan secara perlahan-lahan dan merata untuk menambah muatan
partikel-partikel koloid.
 Pemakaian produk sebagai agen flokulasi dengan mempercepat reaksi.
5. Pengadukan
Pengadukan data menyebabkan penggabungan partikel melaui kontak yang
dihasilkan oleh gerakan cairan itu sendiri. Semakin cepat pengadukan maka akan
semakin lambat proses pengendapan dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena apabila
pengadukan cepat maka flok yang sudah terbentuk pecah lagi atau flok belum
terbentuk secara sempurna.
6. Aliran
Aliran berpengaruh terhadap konsentrasi cairan suspensi yang tidak seragam.
Peningkatan laju alir massa sebagai akibat tingginya densitas paatan dalam lapisan
sedimen sehingga proses pengendapan berlangsung lambat.
7. Dan lain sebagainya
Dalam percobaan ini dipelajari empat factor yang mempengaruhi kecepatan
pengendapan suatu suspensi, yakni factor ketinggian suspensi, konsentrasi
suspense, penambahan zat flokulan dan ukura partikel.
Zat flokulan adalah zat yang memiliki sifat mampu membentuk partikel-partikel
menjadi suatu flok (gabungan partikel-partikel menjadi partikel berukuran lebih
besar). Sehingga pengendepan berlangsung relatif lebih cepat.

Rumus Ssedimentasi :

𝑳𝒏 𝑯 − 𝑯𝒆 = −𝒃. 𝒕 + 𝑳𝒏 𝑯𝒄 − 𝑯𝒆

Keterangan :

H : Ketinggian interface A-B pada saat t

He : Ketinggian akhir sedimen

Hc : Ketinggian kritis, yakni ketinggian interface A-D

t : Waktu proses sedimentasi

b : Konstanta pengendepan

Persamaan di atas adalah persamaan linear antara Ln (H-He) terhadap waktu t. dengan
metode analisa regresi linear, maka untuk beberapa data H dan t akan didapatkan b dan
Hc.

Pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk :

a. Penyisihan grit, pasir, atau slit (lanau).


b. Penyisihan padatan tersuspensi pada clarifer pertama.
c. Penyisihan flok/lumpur biologis hasil proses active sludge pada clarifier akhir .
d. Pada penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Seperangkat alat sedimentasi.
2. Stopwatch.
B. Bahan
1. Bubuk kapur.
2. Air bersih.
3. Flokulan.
V. Gambar Rangkaian Alat

VI. Prosedur Kerja


A. Variasi konsentrasi sama dengan ketinggian berbeda
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih.
3. Menghitung jumlah kapur yang dibutuhkan untuk membuat larutan kapur
dengan konsentrasi 3% dalam 4 kg air.
4. Menimbang bubuk kapur sebanyak 0,12 gram kemudian menambahkan air
hingga mencapai berat 4 kg.
5. Memasukkan larutan ke dalam tabung 1,2, dan 3 masing-masing setinggi
600 mm, 550 mm, dan 500 mm.
6. Menutup tabung kemudian mengocok tabung secara bersamaan, hingga
larutan tersebut homogen.
7. Memasang tabung pada alat secara bersamaan, buka tutup tabung kemudian
catat ketinggian suspensi (t = 0).
8. Menyalakan stopwatch, kemudian mencatat ketinggian suspensi setiap 2
menit. Selang waktu ditambah ketika selisih ketinggian suspensi tidak
terlalu jauh dengan ketinggian suspensi pada selang waktu berikutnya.
9. Mengulangi langkah 8 hingga diperoleh ketinggian endapan yang konstan.

B. Variasi ketinggian suspensi sama dengan konsentrasi berbeda


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih.
3. Menghitung jumlah kapur yang dibutuhkan untuk membuat larutan kapur
dengan konsentrasi 3% , 4%, dan 6% dalam 1 kg air.
4. Menimbang bubuk kapur sebanyak 0,03 gram; 0,04 gram; dan 0,06 gram
kemudian menambahkan air hingga mencapai berat 1 kg.
5. Memasukkan larutan ke dalam tabung 1,2, dan 3 masing-masing setinggi
500 mm.
6. Menutup tabung kemudian mengocok tabung secara bersamaan, hingga
larutan tersebut homogen.
7. Memasang tabung pada alat secara bersamaan, buka tutup tabung kemudian
catat ketinggian suspensi (t = 0).
8. Menyalakan stopwatch, kemudian mencatat ketinggian suspensi setiap 2
menit. Selang waktu ditambah ketika selisih ketinggian suspensi tidak
terlalu jauh dengan ketinggian suspensi pada selang waktu berikutnya.
9. Mengulangi langkah 8 hingga diperoleh ketinggian endapan yang konstan.

C. Variasi konsentrasi sama, ketinggian sama, dengan penambahan zat flokulan


berbeda
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengayak bubuk kapur ke dalam baskom bersih.
3. Menimbang bubuk kapur sebanyak 0,12 gram kemudian menambahkan air
hingga mencapai berat 4 kg.
4. Memasukkan larutan ke dalam tabung 1,2, dan 3 masing-masing setinggi
500 mm.
5. Menambahkan zat flokukan ke dalam tabung 1,2, dan 3 masing-masing 0,2
gram; 0,3 gram; dan 0,4 gram.
6. Menutup tabung kemudian mengocok tabung secara bersamaan, hingga
larutan tersebut homogen.
7. Memasang tabung pada alat secara bersamaan, buka tutup tabung kemudian
catat ketinggian suspensi (t = 0).
8. Menyalakan stopwatch, kemudian mencatat ketinggian suspensi setiap 30
detik. Selang waktu ditambah ketika selisih ketinggian suspensi tidak terlalu
jauh dengan ketinggian suspensi pada selang waktu berikutnya.
9. Mengulangi langkah 8 hingga diperoleh ketinggian endapan yang konstan.

VII. Data Percobaan


A. Variasi ketinggian suspensi berbeda dengan konsentrasi yang sama
Waktu, t Tinggi, H (mm)
(menit) Tabung I Tabung 2 Tabung 3
0 604 555 500
2 555 510 430
4 505 460 360
6 460 415 290
8 410 370 225
10 355 325 155
15 230 195 67
20 100 65 53
25 66 54 48
30 60 47 47
40 56 44 44
50 54 41 41
60 52 40 39
75 50 39 38
90 49 38 37

B. Variasi konsentrasi berbeda dengan ketinggian suspensi yang sama


Waktu, t Tinggi, H (mm)
(menit) Tabung I Tabung 2 Tabung 3
0 500 500 500
2 430 470 465
4 360 425 410
6 290 395 370
8 225 355 330
10 155 328 300
15 67 250 205
20 53 170 127
25 48 124 93
30 47 92 74
40 44 81 66
50 41 76 63
60 39 73 62
75 38 70 60
90 37 68 59

C. Variasi ketinggian suspensi dan konsentrasi yang sama dengan penambahan


jumlah zat flokulan yang berbeda
Waktu, t Tinggi, H (mm)
(sekon) Tabung I Tabung 2 Tabung 3
0 500 500 500
30 420 360 320
60 250 210 190
90 85 90 115
120 74 79 98
150 70 74 92
180 65 69 85
210 60 65 80
240 58 62 78
270 56 59 74
300 54 57 72
360 51 54 69
420 49 52 67
450 48 50 65
570 45 49 63
690 43 48 61
810 43 47 60
930 43 47 60
VIII. Perhitungan
A. Variasi ketinggian berbeda, konsentrasi sama
 Tabel. 1.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada variasi
ketinggian, dan konsentrasi tetap

Waktu,
t H -He ln (H -He)
Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
(sekon)
I 2 3 I 2 3
0 524 468 427 6.261492 6.148468 6.056784
2 444 433 376 6.095825 6.070738 5.929589
4 334 373 312 5.811141 5.921578 5.743003
8 139 248 175 4.934474 5.513429 5.164786
12 66 108 78 4.189655 4.682131 4.356709
16 44 68 53 3.78419 4.219508 3.970292
20 28 50 35 3.332205 3.912023 3.555348
24 21 33 22 3.044522 3.496508 3.091042
28 17 22 18 2.833213 3.091042 2.890372
32 13 16 14 2.564949 2.772589 2.639057
36 12 13 11 2.484907 2.564949 2.397895
40 9 11 10 2.197225 2.397895 2.302585
45 8 7 7 2.079442 1.94591 1.94591
50 4 5 6 1.386294 1.609438 1.791759
55 3 3 3 1.098612 1.098612 1.098612
60 1 1 1 0 0 0
64 0 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!

 Penentuan (H – He) dan Ln (H – He) untuk tabung 1


Pada t = 0, H = 604 mm
He = 49 mm
Maka H – He = 604 mm – 49 mm
= 555 mm
(Ln H – He) = Ln 555 mm
= 6.318968
 Grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) vs waktu, t (menit)

Tinggi vs Waktu
600

500
Tinggi (mm)

400

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Tinggi 600 mm Tinggi 550 mm Tabung 500mm

Tabung 1 (Grafik 1.1.1)

H1 vs t
600

500
Tinggi (mm)

400

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Tabung 2 (Grafik 1.1.2)

H2 vs t
600

500

400
Tinggi (mm)

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Tabung 3 (Grafik 1.1.3)

H3 vs t
500

400
Tinggi (mm)

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
 Penentuan dH/dt berdasarkan Grafik 1.1.1 ; 1.1.2 ; dan 1.1.3

Pada Tabung 1 (Grafik 1.1.1) :

H = 604 mm

tc = 22 menit

604 mm
dH/dt   27,455 mm/menit
22 menit

Tabel 1.2 Hasil perhitungan dH/dt berdasarkan Grafik 1.1.1; 1.1.2; dan
1.1.3
Tabung H (mm) tc (menit) dH/dt (mm/menit)
1 604 22 27,455
2 555 20,5 27,073
3 500 15 33,333

 Grafik hubungan antara ln (H-He) terhadap waktu

Tabung 1 (Grafik 1.2.1) :

ln(H - He) tb.1 vs Waktu


4.5
4
3.5
ln (H- He) (mm)

3
2.5
2
1.5
1 y = -0.0611x + 4.5924
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Tabung 2 (Graik 1.2.2) :

ln(H - He) tb.2 vs Waktu


6

5
ln (H-He) (mm)

1
y = -0.0829x + 5.2577
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Tabung 3 (Grafik 1.2.3) :

ln(H - He) tb.3 vs Waktu


5
4.5
4
3.5
ln(H-He) (mm)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
y = -0.0668x + 4.5459
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

 Penentuan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik 1.2.1


Untuk Tabung 1 dengan persamaan y = -0.0611x + 4.5924 :

Ln (H – He) = -b . t + Ln (Hc – He)

Y = mx + C

Slope = - b
ΔY
=
ΔX
= 0,0611
Intercept = Ln (Hc – He) = 4,5924
Ln(Hc – 49 mm) = 4.5924
(Hc – 49 mm) = e4,5924
(Hc – 49 mm) = 98,73
Hc = 98,73 + 49 = 147,73 mm
Tabel 1.3 Hasil perhitungan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik 1.2.1 ;1.2.2 ;
dan 1.2.3
Tabung H (mm) Slope (-b) Intercept Hc (mm)
1 604 0,0611 4,5924 147,73
2 555 0,0829 5,2577 230,04
3 500 0,0668 4,5459 131,25

B. Variasi konsentasi beda dengan ketinggian sama


 Tabel. 2.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada variasi
ketinggian, dan konsentrasi tetap

H - He ln (H - He)
Waktu
Tabung Tabung Tabung
(menit) Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
1 2 3
0 463 441 432 6.137727 6.089045 6.068426
2 393 406 402 5.97381 6.006353 5.996452
4 323 351 357 5.777652 5.860786 5.877736
6 253 311 327 5.533389 5.739793 5.78996
8 188 271 287 5.236442 5.602119 5.659482
10 118 241 260 4.770685 5.484797 5.560682
15 30 146 182 3.401197 4.983607 5.204007
20 16 68 102 2.772589 4.219508 4.624973
25 11 34 56 2.397895 3.526361 4.025352
30 10 15 24 2.302585 2.70805 3.178054
40 7 7 13 1.94591 1.94591 2.564949
50 4 4 8 1.386294 1.386294 2.079442
60 2 3 5 0.693147 1.098612 1.609438
75 1 1 2 0 0 0.693147
90 0 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!

 Penentuan (H – He) dan Ln (H – He) untuk tabung 1


Pada t = 0, H = 500 mm

He = 37 mm

Maka H – He = 500 mm – 37 mm

= 463 mm

Ln (H – He) = Ln 463 mm

= 6.137727

 Grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) vs waktu, t (menit)

Tinggi vs Waktu
500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250 konsentrasi 3%
200 Konsentrasi 4%
150 Konsentrasi 6%
100
50
0
0 20 40 60 80

Waktu (menit)
Tabung 1 (Grafik 2.1.1)

Tinggi (H1) vs Waktu


500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Tabung 2 (Grafik 2.1.2)

Tinggi (H2) vs Waktu


500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Waktu (menit)
Tabung 3 (Grafik 2.1.3)

Tinggi (H3) vs Waktu


500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

 Penentuan dH/dt berdasarkan Grafik 2.1.1 ; 2.1.2 ; dan 2.1.3


Pada gelas ukur I :

H = 500 mm
tc = 15 sekon
500 mm
dH/dt   33,333 mm/menit
15 menit
Tabel 2.2 Hasil perhitungan dH/dt berdasarkan Grafik 2.1.1; 2.1.2;
dan 2.1.3
dH/dt
Gelas Ukur H (mm) tc (menit)
(mm/menit)
1 500 15 33,333
2 500 24 20,833
3 500 26 19,231
 Grafik hubungan antara ln (H-He) (mm) terhadap waktu (menit)
Tabung 1 (Grafik 2.2.1) :

ln (H-He) tb.1 vs Waktu


5
4.5
4
ln (H-He) (mm)

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5 y = -0.0668x + 4.5459
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Tabung 2 (Grafik 2.2.2) :

ln (H-He) tb.2 vs Waktu


4.5
4
3.5
ln (H-He)(mm)

3
2.5
2
1.5
1
y = -0.0769x + 5.3645
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Tabung 3 (Grafik 2.2.3) :

ln (H-He) tb.3 vs Waktu


4.5
4
3.5
ln (H-He) (mm)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
y = -0.0613x + 5.2174
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (menit)

 Penentuan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik 2.2.1 ; 2.2.2 ; dan 2.2.3
Untuk Tabung 1 dengan persaman y = -0.0668x + 4.5459 :

Ln (H – He) = -b . t + Ln (Hc – He)


Y = mx + C
Slope = - b
ΔY
=
ΔX
= 0,0668
Intercept = Ln (Hc – He) = 4,5459
Ln(Hc – 37 mm) = 4,5459
(Hc – 37 mm) = e4,5459
(Hc – 37 mm) = 94,245
Hc = 94,245 + 37 = 131,245 mm

Tabel 1.6.1.3 Hasil perhitungan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik 2.

Tabung Konsentrasi Slope (-b) Intercept Hc (mm)


1 0,03 0,0668 4,5459 131,245
2 0,04 0,0769 5,3645 272,684
3 0,06 0,0613 5,2174 252,454

 Penentuan Ln C dan Ln dH/dt


Untuk Tabung 1 :

C=3%

Ln C = -3,5066

Ln dH/dt = Ln 33,333 = 3,5065

Untuk Tabung 2 :

C=4%

Ln C = -3,2189

Ln dH/dt = Ln 20,833 = 3,0365

Untuk Tabun 3 :

C=6%

Ln C = -2,8134

Ln dH/dt = Ln 19,231 = 2,9565

 Grafik hubungan antara ln dh/dt vs ln C


ln dh/dt vs ln C
4
4

ln dH/dt (mm/menit)
4
3
3
3
y = -0.7543x + 0.7681
3
3
2
2
2
-4 -4 -3 -3 -2
ln C (%)

 Penentuan nilai a dan b berdasarkan Grafik 2.3 Hubungan antara ln dh/dt


vs ln C pada konsentrasi beda, ketinggian sama dan di dapatkan persamaan

y = -0.7543x + 0.7681

-(dH/dt) = a . Cb

(dH/dt) = - a . Cb

Ln (dH/dt) = -Ln a – b Ln C

Ln (dH/dt) = (-b Ln C ) + (-Ln a)

Y = (- mX) + (-C)

Slope = -b

ΔY
-b =
ΔX

-b = - 0,7543

b = 0.7543

Intersept = -Ln a = -0,7681

a = e0,7681 = 2,156
C. Variasi penambahan zat flokulan

 Tabel. 1.1 Hasil perhitungan (H – He) dan Ln (H – He) pada variasi


ketinggian, dan konsentrasi tetap dengan kadar zat flokulan bebeda

H – He (mm) ln (H -He) (mm)


Waktu,
Tabung Tabung Tabung
(sekon) Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
1 2 3
0 457 453 440 6.124683 6.115892 6.086775
30 377 313 260 5.932245 5.746203 5.560682
60 207 163 130 5.332719 5.09375 4.867534
90 42 43 55 3.73767 3.7612 4.007333
120 31 32 38 3.433987 3.465736 3.637586
150 27 27 32 3.295837 3.295837 3.465736
180 22 22 25 3.091042 3.091042 3.218876
210 17 18 20 2.833213 2.890372 2.995732
240 15 15 18 2.70805 2.70805 2.890372
270 13 12 14 2.564949 2.484907 2.639057
300 11 10 12 2.397895 2.302585 2.484907
360 8 7 9 2.079442 1.94591 2.197225
420 6 5 7 1.791759 1.609438 1.94591
450 5 3 5 1.609438 1.098612 1.609438
570 2 2 3 0.693147 0.693147 1.098612
690 0 1 1 #NUM! 0 0
810 0 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!
930 0 0 0 #NUM! #NUM! #NUM!

 Penentuan (H – He) dan Ln (H – He) untuk tabung 1


Pada t = 0, H = 500 mm

He = 43 mm

Maka H – He = 500 mm – 43 mm

= 557 mm

(Ln H – He) = Ln 555 mm


= 6.124683

 Grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) vs waktu, t (s)

Tinggi vs Waktu
600

500

400
Tinggi (mm)

300 flokulan 0,2 g


flokulan 0,3 g
200
flokulan 0,4 g
100

0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (s)

Tabung 1 (3.1.1)
H tb.1 vs t
500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu(s)

Tabung 2 (3.1.2)

H tb.2 vs t
500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (s)

Tabung 3 (3.1.3)
H tb.3 vs t
500
450
400
350
Tinggi (mm)

300
250
200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (s)

 Penentuan dH/dt berdasarkan Grafik


Pada gelas ukur I :

H = 500 mm

tc = 110 sekon

500 mm
dH/dt   4,545 mm/sekon
110 sekon

Tabel 1.2 Hasil perhitungan dH/dt berdasarkan Grafik 3.1.1; 3.1.2; dan 3.1.3

dH/dt
Tabung H (mm) tc (sekon)
(mm/sekon)
1 500 110 4,545
2 500 115 4,348
3 500 118 4,233

 Grafik hubungan antara ln (H-He) terhadap waktu


Tabung 1 (Grafik 3.2.1)
ln(H-He) tb.1 vs Waktu
4
3.5
3
ln (H-He) (mm)
2.5
2
1.5
1
y = -0.0059x + 4.1783
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (s)

Tabung 2 (Grafik 3.2.2)

ln (H-He) tb.2 vs Waktu


4
3.5
3
ln(H-He) (mm)

2.5
2
1.5
1
y = -0.0065x + 4.2685
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (s)

Tabung 3 (Grafik 3.2.3)


ln (H-He) tb.3 vs Waktu
4.5
4
3.5
ln (H-He) (mm) 3
2.5
2
1.5
1 y = -0.0059x + 4.3266
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600
Waktu (s)

 Penentuan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik 2.2.1


Untuk Tabung 1 dengan persaman y = -0.0059x + 4.1783 :

Ln (H – He) = -b . t + Ln (Hc – He)


Y = mx + C
Slope = - b
ΔY
=
ΔX
= 0,0059
Intercept = Ln (Hc – He) = 4,1783
Ln(Hc – 43 mm) = 4,1783
(Hc – 43 mm) = e4,1783
(Hc – 43 mm) = 65,255
Hc = 65,255+ 43 = 108,255 mm
Tabel 1.6.1.3 Hasil perhitungan slope (-b) dan Hc berdasarkan grafik

Tabung Berat flokulan(g) Slope (-b) Intercept Hc (mm)


1 0,2 0,0059 4,1783 108,255
2 0,3 0,0065 4,2685 118,414
3 0,4 0,0059 4,3266 135,69

IX. Pembahasan
1. Muyassarah (33117005)
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan sedimentasi.Proses
sedimentasi merupakan proses separasi secara mekanik yang memanfaatkan
gaya gravitasi bumi.Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel
padat maupun cair dari suatu cairan atau gas tertentu. Melalui proses
sedimentasi ini, maka partikel-partikel padat dapat diklasifikasikan menurut
massa jenis dan ukuran partikelnya. Pada percobaan kali ini juga kita dapat
menentukan laju sedimentasi dengan parameter-parameter yang
mempengaruhinya.
Pada praktikum sedimentasi ini dilakukan tiga perlakuan,dimana perlakuan
pertama yaitu sedimentasi dengan variasi ketinggian suspensi dan konsentrasi
yang sama, kemudian perlakuan kedua yaitu sedimentasi dengan variasi
ketinggian suspensi dan konsentrasi yang berbeda, perlakuan ketiga yang
dilakukan yaitu suatu proses sedimentasi dengan konsentrasi dan ketinggian
suspensi yang sama dan dengan variasi penambahan jumlah zat flokulan.
Pada perlakuan pertama digunakan tiga tabung kemudian diisi dengan
larutan kapur dengan tinggi berbeda serta dengan konsentrasi yang sama.
Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi 3 % dengan ketinggian suspensi
pada tabung pertama yaitu 604 mm, tabung kedua diisi dengan suspensi dengan
ketinggian 555 mm, dan tabung ketiga diisi dengan suspensi dengan ketinggian
500 mm. Setelah ketiga tabung diisi dengan suspensi maka tabung tersebut
digoyangkan agar suspensi didalam tabung menjadi homogen. Setelah itu
tabung dipasang pada alat kemudian kami menyalakan stopwatch selama selang
waktu beberapa menit untuk melihat proses pengendapan yang terjadi pada
setiap tabung 1,2 dan 3. Dari percobaan dapat dilihat bahwa perbedaan
ketinggian dapat mempengaruhi laju sedimentasi,dimana pada awalnya setiap
tabung memiliki laju yang konstan tetapi pada menit berikutnya setiap tabung
menunjukkan laju yang hampir sama. Hal ini berbeda dengan teorinya yang
mengatakan bahwa suatu suspensi yang memiliki ketinggian berbeda dan
konsentrasi yang maka laju sedimentasinya akan konstan. Kemudian dari hasil
perhitungan didapatkan nilai laju sedimentasi masing-masing tabung pada
variasi ketinggian.Untuk tabung 1 = 27,455 mm/s ; tabung 2 = 27,073 mm/s ;
tabung 3 = 33,333 mm/s .
Pada perlakuan kedua digunakan tiga tabung juga yang diisi dengan
suspensi dengan ketinggian yang sama yaitu 500 mm dan dengan konsentrasi
yang berbeda yaitu pada tabung pertama konsentrasi yang digunakan 3 % ,
tabung kedua digunakan konsentrasi 6 % dan pada tabung ketiga digunakan
konsentrasi 4 %. Pada percobaan kedua juga dilakukan hal yang sama seperti
pada percobaan pertama sehingga dari data percobaan kami tidak mendapatkan
hasil yang sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi maka laju sedimentasi menjadi semakin lambat. Hal ini mungkin
dikarenakan pada saat praktikum berlangsung kami tidak teliti dalam
melakukan pengadukan atau saat menghomogenkan larutan didalam tabung,
atau pada saat kami melakukan penimbangan. Kemudian dari hasil perhitungan
didapatkan nilai laju sedimentasi masing-masing tabung pada variasi
konsentrasi.Untuk tabung 1 = 33,333 mm/s ; tabung 2 = 20,833 mm/s ; tabung
3 = 19,231 mm/s .
Dan untuk perlakuan ketiga ini juga digunakan tiga tabung,dimana masing-
masing tabung diisi dengan supensi dengan tinggi 500 mm dengan konsentrasi
sebesar 3 % . kemudian ditambahkan jumlah zat flokulan, untuk tabung pertama
ditambahkan zat flokulan sebanyak 0,2 gram , tabung kedua ditambahkan 0,3
gram zat flokulan dan tabung ketiga ditambahkan dengan 0,4 gram zat flokulan.
Setelah itu juga dilakukan perlakuan yang sama seperti yang dilakukan pada
percobaan pertama dengan kedua sehingga dari data percobaan yang didapatkan
terlihat bahwa semakin banyak jumlah zat flokulan yang ditambahkan maka
proses pengendapan menjadi lebih cepat berlangsung begitupun sebaliknya
semakin sedikit jumlah zat flokulan yang didapatkan maka proses pengendapan
menjadi semakin lambat. Hal ini dikarenakan penambahan zat flokulan dapat
membantu untuk membentuk partikel-partikel menjadi suatu flok ( gabungan
partikel-partikel menjadi partikel berukuran lebih besar ). Sehingga
pengendapan berlangsung relatif lebih cepat. Kemudian dari hasil perhitungan
didapatkan nilai laju sedimentasi masing-masing tabung pada variasi
penambahan jumlah zat flokulan.Untuk tabung 1 = 4,545 mm/s ; tabung 2 =
4,348 mm/s ; tabung 3 = 4,233 mm/s .
Untuk nilai konstanta sedimentasi yang didapat dari grafik hubungan antara
( H-He ) terhadap waktu. Untuk tabung pertama nilai konstanta sedimentasinya
0,0059, untuk tabung ke dua nilai konstanta sedimentasinya 0,0065 dan untuk
tabung ketiga nilai konstanta sedimentasinya 0,0059 .
2. Ahmad Zulkifli (33117006)

Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang


tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena pengaruh gaya gravitasi
bumi,gaya apung, dan berat jenis segingga cairan jenuh dapat dipisahkan dari
zat padat yang mengendap pada dasarnya.

Pada oercobaan sedimentasi,kita melakukan tiga macam variasi


percobaan yaitu mengunakan variasi konsentrasi, variasi ketinggian,variasi
konsentrasi zat flokulan.

 Variasi Ketinggian
Pada percobaan ini digunakan variasi ketinggian 500 mm, 555mm, dan
604mm dengan konsentrasi 3% dalam 4 kg air . Dari hasil percobaan kecepatan
pengendapan pada 500 mm adalah 33,333 mm/s , kecepatan pengendapan pada
555 mm adalah 27,073 mm/s dan kecepatan pengendapan pada 604 mm adalah
27,455 mm/s. hal ini membuktikan bahwa kedalaman dari suatu suspensi
berpengaruh oleh laju kecepatan sedimentasi, dari pembuktiannya dapat dilihat
dari grafik hubungan tinggi vs waktu dimana waktu kritis didapatkan kemudian
laju dari sedimentasi dapat ditentuakan dengan rumus dH/dt.
 Variasi Konsetrasi

Pada percobaan ini untuk variasi konsentrasi digunakan konsentrasi


yang berbeda-beda dimana konsentrasi digunakan 3%,4% dan 6% dalam 1 kg
air.Dari data hasil percobaan diperoleh laju sedimentasi dimana konsentrasi 3%
adalah 33,333mm/s, 4% adalah 20,833 dan konsentrasi 6% adalah 19,231 mm/s
.Dari hasil perhitungan dapat simpulkan bahwa konsentrasi dapat
mempengaruhi laju sedimentasi dimana teori hasil percobaan seimentasi ini
sesuai dengan teoritis yang menyatakan bahwa semakin besar suatu konsentrasi
maka nilai dari laju sedimentasi akan semakin besar.Hal ini disebabkan karena
semakin besar konsentrasi maka jumlah partikel dalam suspensi akan semakin
banyak.Akibatnya partikel tidak tersebar sehingga gesekan antar partikel akan
semakin besar atau dengan kata lain partikel akan mudah saling bertumbukan,
sehingga pada konsentrasi yang besar maka kecepatan pengendapan semakin
kecil.

 Variasi Konsentrasi koagulan

Pada percobaan ini dilakukan variasi konsentrasi koagulan dimana


penambahan zat koagulan ini sangat berpengaruh pada laju sedimentasi.Variasi
zat kogulan pada tabung 1 adalah 0,2 gram pada tabung 2 adalah 0,3 gram dan
pada 3 adalah 0,4 gram dimana masing masing tabung memiliki ketinggian yang
sama yaitu 500mm , dari hasil perhitungan didpatkan laju sedimentasi pada 0,2
gram penambahan zat koagulan adalah 4,545 mm/s, pada 0,3 gram penambahan
zat koagulan adalah 4,348 mm/s dan pada 0,4 gram penambahan zat koagulan
adalah 4,233 mm/s dari percobaan ini dapat dikatan berhasil dikarenakan sesuai
dengan teoritis yang menyatakan bahwa penambahan zat koagulan mempercepat
terjadinya sedimentasi karena berkumpulnya partikel-partikel kecil dalam
sebuah suspensi, menjadi partikel-partikel yang besar sehingga membuat laju
sedimentasi menjadi cepat.

3. Diah Athifah Mahdiyah (33117008)

Salah satu cara pemisahan antar dua komponen atau lebih yang
dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan sedimentasi (pengendapan).
Sedimentasi adalah pemisahan antar komponen atau partikel berdasarkan
perbedaan densitasnya melalui suatu medium alir. Secara visual dapat juga
dikatakan bahwa sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua
fraksi, yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada
konsentrasi yang lebih tinggi.

Pada praktikum yang dilakukan bahan yang digunakan adalah bubuk


kapur yang bertujuan untuk melihat kecepatan sedimentasi dari suspensi kapur
tersebut. Selain itu,praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui parameter-
parameter yang memengaruhi laju sedimentasi. Untuk itu dalam percobaan ini
dilakukan tiga perlakuan yang berbeda-beda yaitu, perlakuan pertama
sedimentasi dengan variasi ketinggian suspensi dan konsentrasi yang sama,
kemudian perlakuan kedua sedimentasi dengan variasi ketinggian suspensi dan
konsentrasi yang berbeda, dan perlakuan ketiga yang dilakukan yaitu suatu
proses sedimentasi dengan konsentrasi dan ketinggian suspensi yang sama dan
dengan variasi penambahan jumlah zat flokulan.

 Variasi ketinggian

Percobaan pertama yaitu mengamati laju sedimentasi larutan yang


memiliki konsentrasi sama dengan ketinggian berbeda. Percobaan ini
menggunakan 3 tabung dengan konsentrasi kapur dalam larutan sama yaitu 3%
dengan masing–masing tabung diisi larutan larutan kapur dengan ketinggian
600 mm, 550 mm, dan 500 mm yang selanjutnya ketinggian endapan dari setiap
tabung dicatat setiap 2 menit. Dari data yang diperoleh dibuat grafik hubungan
antara ketinggian, H (mm) terhadap waktu, t (menit). Berdasarkan grafik
tersebut terlihat bahwa perbedaan ketinggian akan memengaruhi laju
sedimentasi. Dapat dilihat dari data yang diperoleh yaitu pada saat t= 0 menit
setiap tabung memiliki laju yang konstan tetapi pada saat t=20 menit setiap
tabung menunjukkan laju yang hampir sama. Hal ini berbeda dengan teori yang
menyatakan bahwa suatu suspensi (larutan kapur) yang memiliki konsentrasi
sama tetapi ketinggian awalnya berbeda maka laju konstan pada awal
sedimentasi dan tidak bergantung pada tinggi awal suspensi tersebut.Hal ini
disebabkan oleh banyak factor, salah satunya adalah saat memasukkan larutan
ke dalam tabung suspensi kapur tidak semua ikut masuk ke dalam tabung.

Kemudian untuk mengetahui laju sedimentasi setiap tabung dibutuhkan


waktu kritis dari setiap tabung dan waktu kritis tersebut dapat dilihat pada
grafik. Waktu kritis merupakan waktu dimana sedimen mencapai ketinggian
yang relatif konstan. Berdasarkan perhitungan didapatkan laju tabung pertama
sebesar 27,455 mm/menit, tabung kedua sebesar 27,073 mm/menitdan tabung
ketiga sebesar 33,333 mm/menit.

 Variasi Konsentrasi
Percobaan kedua yaitu mengamati laju sedimentasi larutan yang
memiliki ketinggian sama dengan konsentrasi berbeda.percobaan ini
menggunakan 3 tabung yang berisi larutan kapur dengan konsentrasi masing-
masing 3%, 4%, dan 6% dengan ketinggian suspensi 500 mm. Selanjutnya
ketinggian dari setiap endapan dicatat setiap 2 menit. Berdasarkan data yang
diperoleh dibuat grafik hubungan antara ketinggian H (mm) terhadap waktu t
(menit). Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa lau sedimentasi
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semaki tinggi konsentrasi suatu suspense maka
semakin kecil laju sedimentasinya. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa suspensi yang memiliki konsentrasi yang berbeda dengan
ketinggian awal yang sama maka proses sedimentasi awalnya berlangsung
dengan laju yang konstan dan pada suspense dengan konsentrasi lebih tinggi
memiliki laju sedimentasi yang lebih kecil.
Berdasarkan grafik diketahui waktu kritis pada masing-masing tabung
yaitu tabung I 15 menit, tabung II 24 menit, dan tabung III 26 menit. Sehingga
laju seimentasinya dapat dihitung. Laju sedimentasi yang dipeoleh melalui
perhitungan yaitu tabung I 33,333 mm/menit, tabung II 20,833 mm/menit, dan
tabung III 19,231 mm/menit. Dapat dilihat bahwa tabung I memiliki laju
sedimentasi yang sangat cepat disbanding dengan tabung II dan III, hak tersebut
disebabkan oleh konsentrasi kapur dalam tabung I lebih kecil daripada tabung
yang lain sehingga sedimen-sedimennya lebih mudah mengendap. Hal tersebut
membuktikan bahwa laju sedimentasi suatu suspensi berbanding terbalik
dengan konsentrasi.
 Variasi flokulan

Percobaan ketiga yaitu mengamati laju sedimentasi pada larutan yang


memiliki konsentrasi dan ketinggian yang sama dengan penambahan zat
flokulan yang berbeda. Pada percobaan ini konsentasi suspensi sebesar 3%
dengan ketinggian 500mm. Setiap tabung ditambahkan dengan zat flokulan
dengan jumlah yang berbeda yaitu tabung I : 0,2 g; tabung II : 0,3 g; dan tabung
III : 0,4 g. Pada percobaan ini rentan waktu yang digunakan adalah 15 detik
dikarenakan adanya penambahan zat flokulan yang mengakibatkan laju
sedimentasi pada larutan sangat cepat. Berdasarkan data yang diperoleh dibuat
grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) terhadap waktu, t (sekon).
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa laju sedimentasi pada setiap
tabung sangat cepat dan hampir bersamaan, hal ini dikarenakan penambahan zat
flokuan pada setiap tabung tidak jauh berbeda hanya memiliki selisih 0,1 gram.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa penambahan flokulan akan membuat
partikel-partikel sediment yang kecil bergabung untuk membentuk flok-flok
(sediment yang lebih besar ukuran partikelnya), hal ini terjadi karena muatan-
muatan partikel-partikel kecil ini saling menarik untuk membentuk partikel
yang lebih besar lagi.

Berdasarkan grafik didapatkan waktu kritis dari tabung I sebesar 110


sekon, tabung II sebesar 115 sekon dan tabung III sebesar 118 sekon. Sehingga
didapakan laju sedimentasi tabung pertama adalah 4,545 mm/sekon; tabung
kedua sebesar 4,348 mm/sekon dan tabung ketiga sebesar 4,233 mm/sekon.
Dari hasil laju tersebut berbanding terbalik dengan teori dikarenakan pada
percobaan tabung pertama dengan penambahan 0,2 g zat flokulan memiliki laju
lebih cepat dibandingkan dengan tabung ketiga dengan penambahan 0,4 g zat
flokulan. Hal ini, disebakan oleh banyak factor seperti pada saat meletakkan
tabung pada alat praktikan tidak bersamaan.

4. Nur Fadillah (331 17 011)

Pada percobaan sedimentasi ini bertujuan untuk mengamati laju


sedimentasi terhadap beberapa parameter. Terdapat tiga variasi variabel kontrol
dalam percobaan ini yaitu pertama adalah mengamati laju sedimentasi pada
larutan yang konsentrasinya sama dengan ketinggian yang berbeda sebagai
variabel kontrolnya. Kedua adalah mengamati laju sedimentasi pada larutan
yang memiliki ketinggiannya sama dengan konsentrasi berbeda sebagai variabel
kontrolnya. Ketiga adalah mengamati laju sedimentasi pada larutan yang
memiliki konsentrasi dan ketinggian yang sama dengan penambahan zat
flokulan yang berbeda sebagai variabel kontrolnya. Dalam percobaan ini
digunakan kapur digunakan sebagai campuran untuk membut suspensi.
Sedimentasi merupakan proses separasi secara mekanis yang memanfaatkan
gaya grafitasi bumi. Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel
padat maupun cair dari suatu cairan atau gas tertentu.

Pada percobaan pertama yaitu mengamati laju sedimentasi larutan yang


memiliki konsentrasi sama tetapi ketinggian berbeda. Pada percobaan ini
digunakan 3 tabung dengan konsentrasi kapur dalam larutan sama yaitu 3%
dengan masing–masing tabung diisi larutan larutan kapur dengan ketinggian
600 mm, 550 mm, dan 500 mm yang selanjutnya ketinggian pengendapan dari
setiap tabung dicatat setiap selang waktu 2 menit. Berdasarkan data pengamatan
yang didapatkan dibuat grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) terhadap
waktu, t (menit).

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan ketinggian


akan mempengaruhi laju sedimentasi dimana, pada awalnya setiap tabung
memiliki laju yang konstan tetapi pada menit kedua puluh setiap tabung
menunjukkan laju yang hampir sama. Hal ini berbeda dengan teori yang
menyatakan bahwa suatu suspensi (larutan kapur) yang memiliki konsentrasi
sama tetapi ketinggian awalnya berbeda maka laju konstan pada awal
sedimentasi dan tidak bergantung pada tinggi awal suspensi tersebut.

Kemudian untuk mengetahui lau sedimentasi setiap tabung dibutuhkan


waktu kritis dari setiap tabung dan waktu kritis tersebut dapat dilihat pada
grafik. Waktu kritis merupakan waktu dimana sedimen mencapai ketinggian
yang relatif konstan. Berdasarkan perhitungan didapatkan laju tabung pertama
sebesar 27,455 mm/menit, tabung kedua sebesar 27,073 mm/menitdan tabung
ketiga sebesar 33,333 mm/menit

Kemudian untuk menentukan tinggi kritis dari setiap tabung maka


dibuat grafik hubungan antara ln (H-He) terhadap waktu. Berdarkan kuva
tersebut untuk tabung pertama di dapatkan persamaan y = -0,0611x + 4,5924;
tabung kedua didapatkan persamaan y = -0,0829x + 5,2577; dan tabung ketiga
didapatkan persamaan y = -0,0668x + 4,5459. Dari persamaan tersebut
didapatkan slope yang merupakan konstanta sedimentasi setiap tabung tersebut
dan intercept merupakan ln (Hc-He) sehingga akan didapatkan ketinggian kritis
dari setiap tabung. Tabung pertama memiliki tinggi kritis sebesar 147,73 mm;
tabung kedua memiliki tinggi kritis sebesar 230,04 mm; dan tabung ketiga
memiliki tinggi kritis sebesar 131,25 mm.

Pada percobaan kedua yaitu mengamati laju sedimentasi yang memiliki


ketinggian sama tetapi konsentrasinya berbeda. Pada percobaan ini setiap
tabung diisi dengan konsentrasi kapur yang berbeda yaitu sebesar 3%, 4% dan
6% dan ketinggian suspensinya sebesar 500mm. seperti halnya percobaan
pertama setiap selang waktu 2 menit ketinggian tabung di catat dan berdasarkan
data pengamatan di buat grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) terhadap
waktu, t (menit).

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa laju sedimentasi


dipengaruhi oleh konsentrasi dimana semakin besar atau pekat konsentrasi
suatu suspensi maka semakin kecil laju sedimentasinya. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa suspensi yang memiliki konsentrasi berbeda
dengan ketinggian awal yang sama maka proses sedimentasi awalnya
berlangsung dengan laju yang konstan dan pada suspensi dengan konstrasi yang
lebih pekat atau tinggi memiliki laju sedimentasi yang lebih kecil.

Berdasarkan grafik diatas dapat di ketahui waktu kritis dari setiap tabung
yaitu pada tabung pertama adalah 15 menit, tabung kedua adalah 24 menit dan
tabung ketiga adalah 26 menit. Sehingga setelah dilakukan perhitungan maka
didapatkan laju dari tabung pertama adalah 33,333 mm/menit tabung kedua
20,833 mm/menit dan tabung ketiga 19,231 mm/menit. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa tabung pertama memiliki laju sedimentasi yang sangat cepat
dibanding dengan tabung kedua dan ketiga, hal tersebut dikeranakan
konsentrasi kapur dalam tabung pertama paling kecil sehingga sedimen-
sedimennya lebih mudah mengendap jika dibandingkan dengan yang lain.
Sehingga laju sedimentasi suatu suspense berbanding terbalik dengan
konsentrasinya.

Kemudian, dibuat grafik antara ln (H-He) terhadap waktu pada setiap


tabung untuk mencari konstanta sedimentasi dan tinggi kritis berdasarkan
perhitungan pada masing-masing tabung. Berdarkan kuva tersebut untuk tabung
pertama di dapatkan persamaan y = -0,0668x +4,5459; tabung kedua
diadapatkan persamaan y = -0,0769x + 5,3645; dan tabung ketiga di dapatkan
persamaan y = -0,613x + 5,2174. Dari persamaan tersebut di dapatkan slope
yang merupakan konstanta sedimentasi dan intercept merupakan ln (Hc-He)
sehingga akan didapatkan ketinggian kritis yaitu pada tabung pertama memiliki
tinggi kritis sebesar 131,245 mm; tabung kedua memiliki tinggi kritis sebesar
272,684 mm; dan tabung ketiga memiliki tinggi kritis sebesar 252,454 mm.

Selain itu, dibuat grafik ln c vs Ln dH/dT yang menunjukkan pengaruh


perubahan konsentrasi terhadap laju pengendapan itu sendiri. Dari grafik
tersebut di dapatkan persamaan y = -0,7543x + 0,7681. Nilai b = 0,7543 bisa
kita dapatkan langsung dari grafik melalui nilai (–slopenya), sedangkan untuk
nilai a = 2,156 didapatkan dengan meng-anti ln-kan nilai intercept-nya,

Pada percobaan ketiga yaitu mengamati laju sedimentasi pada larutan


yang memiliki konsentrasi dan ketinggian yang sama dengan penambahan zat
flokulan yang berbeda. Pada percobaan ini konsentasi suspensi sebesar 3% dan
ketinggiannya 500mm. Setiap tabung ditambahkan dengan zat flokulan dengan
jumlah yang berbeda yaitu tabung petama 0,2 g; tabung kedua 0,3 g; dan tabung
ketiga 0,4 g. berbeda halnya dengan percobaan pertama dan kedua pada
percobaan ketiga ini rentan waktu pengamatannya dalam 15 detik dikarenakan
adanya penambahan zat flokulan yang mengakibatkan laju sedimentasinya
sangat cepat. Grafik hubungan antara ketinggian, H (mm) terhadap waktu, t
(sekon).

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa laju sedimentasi pada


setiap tabung sangat cepat dan hampir bersamaan, hal ini dikarenakan
penambahan zat flokuannya tidak jauh berbeda hanya memiliki selisih 0,1 yang
mengakibatkan hal tersebut. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa
penambahan flokulan akan membuat partikel-partikel sediment yang kecil
bergabung untuk membentuk flok-flok (sediment yang lebih besar ukuran
partikelnya), hal ini terjadi karena muatan-muatan partikel-partikel kecil ini
saling menarik untuk membentuk partikel yang lebih besar lagi.

Berdasarkan grafik didapatkan waktu kritis dari tabung pertama sebesar


110 sekon, tabung kedua sebesar 115 sekon dan tabung ketiga sebesar 118
sekon. Sehingga didapakan laju sedimentasi tabung pertama adalah 4,545
mm/sekon; tabung kedua sebesar 4,348 mm/sekon dan tabung ketiga sebesar
4,233 mm/sekon. Dari hasil laju tersebut berbanding terbalik dengan teori
dikarenakan pada percobaan tabung pertama dengan penambahan 0,2 g zat
flokulan memiliki laju lebih cepat dibandingkan dengan tabung ketiga dengan
penambahan 0,4 g zat flokulan. Hal ini, disebakan oleh banyak factor seperti
pada saat menghomogenkan dan meletakkan tabung kealat para praktikan tidak
bersaman ataupun ketidak akuratan pada saat melihat ketinggian pada rentan
waktu yang telah ditentukan.
Kemudian, dibuat grafik antara ln (H-He) terhadap waktu pada setiap
tabung untuk mencari konstanta sedimentasi dan tinggi kritis berdasarkan
perhitungan pada masing-masing tabung. Berdarkan kuva tersebut untuk tabung
pertama di dapatkan persamaan y = -0,0059x + 4.1783; tabung kedua
diadapatkan persamaan y = -0.0065x + 4.2685; dan tabung ketiga di dapatkan
persamaan y = -0.0059x + 4.3266. Dari persamaan tersebut di dapatkan slope
yang merupakan konstanta sedimentasi dan intercept merupakan ln (Hc-He)
sehingga akan didapatkan ketinggian kritis yaitu pada tabung pertama memiliki
tinggi kritis sebesar 108,255 mm; tabung kedua memiliki tinggi kritis sebesar
118,414 mm; dan tabung ketiga memiliki tinggi kritis sebesar 135,69 mm.

Jika dibandingkan dengan percobaan pertama dan kedua dengan tabung


yang memiliki komposisi yang sama didapatkan hasil bahwa penambahan zat
flokulan membuat laju sedimentasi lebih besar sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mengendapkan sedimen lebih cepat.

5. Nur Ilmi Diniyah (33117015)

Salah satu cara pemisahan antar dua komponen atau lebih yang dilakukan
dengan cara mekanis yaitu dengan sedimentasi (pengendapan). Sedimentasi adalah
pemisahan antar komponen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya
melalui suatu medium alir. Secara visual dapat juga dikatakan bahwa sedimentasi
merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi, yaitu fraksi supernatan (fraksi
yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah kapur yang tujuannya
untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi kapur tersebut. Kemudian
kapur sebanyak 0,12 kg dimasukkan kedalam 4 kg yang berisi air. Setelah kapur
dimasukkan kedalam baskom + air, selanjutnya dilakukan pengadukan sampai
merata. Suspensi yang terbentuk diamati pengendapannya dengan mencatat
penurunan tinggi batas beningan dengan slurry pada interval 1 cm. Semakin lama
proses sedimentasinya, maka akan semakin baik pemisahannya. Secara visual,
proses sedimentasi menyebabkan terjadinya pemisahan suspensi menjadi dua
fraksi, yaitu fraksi supernatan (fraksi jernih) dan fraksi keruh/padat (slurry). Pada
proses sedimentasi, gaya yang digunakan partikel bahan ketika jatuh adalah gaya
eksternal, dimana gaya tersebut menyebabkan adanya pergerakan dari partikel-
partikel bahan. Disamping gaya eksternal, juga terdapat gaya dorong yang berfungsi
untuk menahan gerakan atau gesekan yang muncul saat bahan bersentuhan dengan
air.

Dalam sedimentasi, untuk mengetahui kecepatan pengendapan dari partikel


bahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari hukum Stokes/dapat
diperkirakan dengan pendekatan matematis, tergantung dari kondisi partikel
tersebut. Kondisi gerakan partikel ada dua, yaitu gerak jatuh bebas (free settling)
dan hindered settling. Hindered settling merupakan gerak partikel padat pada
konsentrasi yang tinggi, sehingga antar partikel yang satu dengan yang lain sangat
rapat dan saling bertumbukan. Untuk menentukan kecepatan jatuhnya partikel tidak
dapat menggunakan hukum Stokes karena hasil yang diperoleh nantinya akan lebih
besar daripada hasil pengamatan yang sesungguhnya.

Hukum Stokes digunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi pada


partikel jatuh bebas dalam memperkirakan kecepatan jatuh partikel padat yang tidak
porous dan non compresible dan melalui media yang juga non compresibble dalam
aliran yang laminair. Sedangkan pada daerah yang turbulen, kecepatan jatuh atau
naiknya partikel padat berbanding langsung dengan akar dari diameternya. Pada
proses sedimentasi terjadi gerakan browning yang merupakan gerak partikell yang
lurus dan terputus-putus, yang terjadi adanya tumbukan antar partikel dalam
medium alir.

Dalam proses sedimentasi (pengendapan) terdapat tiga gaya yang dapat


mempengaruhi gerak jatuhnya partikel bahan, yaitu gaya gravitasi, gaya apung dan
gaya gesek. Gaya gravitasi menyebabkan suspensi jatuh bebas, dimana semakin
besar gaya tersebut, maka pengendapan partikel bahan semakin cepat. Untuk gaya
apung berhubungan dengan berat bahan, dimana semakin ringan partikel bahan,
maka gaya apungnya semakin besar dan pengendapannya semakin lama.
Sedangkan pada gaya gesek partikel, partikel yang mempunyai bentuk yang kasar
akan semakin memperbesar nilai hambatan partikel untuk mengendap. Ketiga gaya
tersebut, selain mempengaruhi kecepatan pengendapn juga dapat mempengaruhi
gerak dari aliran medium alir yang digunakan dalam proses sedimentasi. Gerak
aliran terdiri dari dua macam, yaitu gerak laminair dan gerak turbulen. Aliran
laminair adalah aliran yang terjadi jika unsur-unsur zat cair yang terpisah bergerak
dalam aliran atau alur yang lurus dan beraturan, sedangkan aliran turbulen
merupakan aliran yang terjadi karena gerakan yang berputar dan tidak beraturan.

Pada grafik dilihat waktu kritis dari tabung pertama sebesar 110 sekon,
tabung kedua sebesar 115 sekon dan tabung ketiga sebesar 118 sekon. Sehingga
didapakan laju sedimentasi tabung pertama adalah 4,545 mm/sekon; tabung kedua
sebesar 4,348 mm/sekon dan tabung ketiga sebesar 4,233 mm/sekon. Dari hasil
tersebut berbanding terbalik dengan teori karena pada percobaan tabung pertama
dengan penambahan 0,2 g zat flokulan memiliki laju lebih cepat dibandingkan
dengan tabung ketiga dengan penambahan 0,4 g zat flokulan. Hal ini, disebakan
oleh banyak factor seperti pada saat menghomogenkan dan meletakkan tabung
kealat para praktikan tidak bersaman ataupun ketidak akuratan pada saat melihat
ketinggian pada rentan waktu yang telah ditentukan.

Lalu, dengan data dapat dibuat grafik antara ln (H-He) terhadap waktu pada
setiap tabung untuk mencari konstanta sedimentasi dan tinggi kritis berdasarkan
perhitungan pada masing-masing tabung. Berdarkan kuva tersebut untuk tabung
pertama di dapatkan persamaan y = -0,0059x + 4.1783; tabung kedua diadapatkan
persamaan y = -0.0065x + 4.2685; dan tabung ketiga di dapatkan persamaan y = -
0.0059x + 4.3266. Dari persamaan tersebut di dapatkan slope yang merupakan
konstanta sedimentasi dan intercept merupakan ln (Hc-He) sehingga akan
didapatkan ketinggian kritis yaitu pada tabung pertama memiliki tinggi kritis
sebesar 108,255 mm; tabung kedua memiliki tinggi kritis sebesar 118,414 mm; dan
tabung ketiga memiliki tinggi kritis sebesar 135,69 mm.

6. Yuliana (33117021)

Salah satu pemisahan antar dua komponen atau lebih yang dilakukan
dengan cara mekanis yaitu dengan sedimentasi (pengendapan). Sedimentasi
adalah pemisahan antar komponen atau partikel karena pengaruh gaya berat,
gaya apung, dan gaya geser sehingga cairan jenuh dapat dipisahkan dari zat
padat yang mengendap didasarnya.

Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah bubuk kapur yang
tujuannya untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi kapur
tersebut. Pada percobaan ini di lakukan 3 macam variasi percobaan yaitu variasi
konsentrasi sama tetapi ketinggian berbeda, variasi ketinggian suspensi sama
tetapi konsentrasi berbeda, dan variasi konsentrasi sama, ketinggian suspensi
sama, dengan penambahan flokulan berbeda.

Pada percobaan pertama untuk variasi konsentrasi sama tetapi


ketinggian berbeda, digunakan variasi ketinggian yaitu 604 mm, 555 mm, 500
mm, dengan konsentrasi yang digunakan yaitu 3%. Dari hasil percobaan
didapatkan laju sedimentasi pada 604 mm adalah 27,455 mm/s, laju sedimentasi
pada 555 mm adalah 27,073 mm/s, dan laju sedimentasi pada 500 mm adalah
33,333 mm/s. Dari data diperoleh nilai yang berbeda, pernyataan ini tidak sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suspensi maka waktu
yang diperlukan untuk laju sedimentasi akan semakin lama, karena jatuhnya
endapan lebih jauh sehingga proses pengendapan berlangsung lebih lama.
Adapun yang menyebabkan terjadinya penyimpangan ialah saat pengadukan
suspensi sulit sekali bersifat homogen sehingga suspensi telah banyak
mengendap.

Pada percobaan kedua untuk variasi ketinggian sama tetapi konsentrasi


berbeda, digunakan variasi konsentrasi yaitu 3%, 4%, dan 6%, dengan
ketinggian suspense yaitu 500 mm. Didapatkan laju sedimentasi dari
konsentrasi 3% adalah 33.333 mm/s, untuk konsentrasi 4% adalah 20,833 mm/s,
dan konsentrasi 6% adalah 19,231 mm/s. Dari data hasil percobaan diperoleh
nilai laju sedimentasi yang semakin rendah. Pernyataan ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin
rendah laju sedimentasinya.

Pada percobaan untuk variasi penambahan zat flokulan, digunakan


variasi konsentrasi yang sama yaitu 3% dan ketinggian suspensi yaitu 500 mm,
namun dengan penambahan zat flokulan yang berbeda. Untuk tabung pertama
zat flokulan ditambahkan sebanyak 0,2 gram, tabung kedua sebanyak 0,3 gram
dan untuk tabung ketiga sebanyak 0,4 gram. Dari hasil percobaan diperoleh laju
sedimentasi pada tabung pertama yaitu 4,545 mm/s, tabung kedua adalah
4,348mm/s, dan tabung ketiga adalah 4,233 mm/s. semakin banyak flokulan
yang ditambahkan maka laju sedimentasinya akan semakin cepat. Dengan
penambahan zat flokulan akan mempercepat terjadinya pengendapan karena
adanya kemampuan zat tersebut untuk membentuk partikel-partikel menjadi
suatu flok.

X. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dan grafik yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :

1. Ketinggian suspensi mempengaruhi laju sedimntasi pada percobaan


sedangkan berdasarkan teori ketinggian tidak mempengaruhi laju
sedimentasi yang memiliki konsentrasi yang sama.
2. Konsentrasi mempengaruhi laju sedimentasi dimana semakin tinggi
konsentrasi maka laju sedimentasi semakin lambat.
3. Penambahan flokulan dapat mempercepat laju sedimentasi.

XI. Daftar Pustaka


Anonim. 2018. Job Sheet Laboratorium Aliran Fluida dan separasi Mekanik.
Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Anonim. Laporan Praktikum Sedimentasi. Jurusan Teknik Kimia.

Vous aimerez peut-être aussi