Vous êtes sur la page 1sur 18

AKAL DAN WAHYU

(Kedudukan akal, wahyu dan ilmu dalam islam dan penciptaan manusia)

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK II

ISLAM DAN IPTEK

Anggota :

Wisnu Ajie Andika (J410160097)

Muhammad Andhika Kusuma (J410160112)

Ila Izzatus Salamah (J410160132)

Dosen Pengampu :

Istanto, S.Pd.I, M.Pd

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2017

Berita Acara Presentasi

No NIM Nama Judul Pembahasan


Kedudukan dan fungsi
1 J410160112 Muhammad Andhika Kusuma akal dan wahyu dalam
memahami Islam
Prespektif penciptaan
manusia (proses, tugas
dan tujuan serta hakikat).
2 J410160097 Wisnu Ajie Andika (Q.S Al-Mukminum 12-
14, Al-Hajj 5, Al-
Baqarah 29-30, Az-
Zariyat 56)
Perintah mencari ilmu
dan kedudukan orang
berilmu dalam prespektif
3 J410160132 Ila Izzatus Salamah
islam sertakan ayat dan
hadist yang
mendasarkannnya.
BAB I

PENDAHULUAN

Didalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan,
pertama jalan wahyu dalam artikomunikasi dari tuhan kepada manusia, dan kedua jalan Akal,
yang dianugerahkan tuhan kepada manusia, dengan memakai kesan–kesan yang di peroleh panca
indra sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang
dibawa wahyu diyakini bersifat absolute dan mutlak benar. Sedangkan pengetahuan yang
diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah.

Allah telah menciptakan manusia dengan banyak hidayah dan anugrah, beberapa di
antaranya yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan
wahyu dimana hanya manusialah yang memiliki hal tersebut, berbeda dengan hewan yang hanya
memiliki nafsu saja.

Hidayah berupa akal dan wahyu tersebut sudah dimiliki manusia sejak lahir dan
merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia, namun manusia diberi kebebasan
oleh Allah untuk mau menerimanya atau menolaknya. Jika manusia menerima wahyu tersebut
maka ia akan mendapatkan bimbingan untuk akal atau rasionya yang terkadang ragu-ragu dan
mengalami kekacauan.

Allah memberikan dorongan kepada manusia untuk menggunakan akal nya dalam
bertindak karena akal merupakan barometer keberadaan manusia. Jika manusia tidak
menggunakan akalnya maka hilanglah sifat kemanusiaannya namun penggunaan secara berlebih
juga akan dapat menyesatkan manusia dalam dosa. Oleh sebab itu Al-Quran memberikan
manusia tuntunan dalam penggunaan akal.

Peranan Ilmu dalam Islam juga amat penting. Karena tanpa ilmu, maka seseorang yang
mengaku mukmin tidak akan sempurna bahkan tidak benar dalam keimanannya. Seorang muslim
wajib memiliki ilmu untuk mengenal berbagai pengetahuan tentang islam baik itu menyangkut
Aqidah, adab, ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya. Dengan memiliki pengetahuan dan
pemahaman ilmu yang benar maka diharapkan pengamalannya akan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAL DAN WAHYU


1. Pengertian Akal
Akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat luas.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahilliyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practial intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut
kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity). Orang berakal, menurut
pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.
Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah suatu daya pikir
yang hanya dimiliki manusai dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan
manusia dari makhluk lain.
2. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab ‫ الوحي‬dan al-wahy adalah kata asli Arab dan
bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika
Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh
sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada
seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika
berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah
yang diberikan kepada Nabi.
Menurut Muhammad Abduh dala Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu
adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai
keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik yang melalui perantara
maupun tanpa perantar. Baik menjelma suara yang masuk dalam telinga ataupun
lainnya.
Dalam wacana keagamaan (Islam) al-wahyu di maknai sebagai pemberitaan,
risalah dan ajaran Allah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasulnya. Dengan
demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda atau firman Allah
kepada orang-orang yang menjadi pilihannya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan
kepada umat manusia sebagai pegangan dan panduan hidupnya
(Santoso dkk, 2013:5)
B. FUNGSI DAN KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU
1. Fungsi dan Kedudukan Akal
Al-Quran memberikan tuntutan tentang penggunaan akal dengan mengadakan
pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia
menjangkau wilayah fisik dari masalah masalah yang relatif, sedangkan qalbu
memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan
mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan upaya memahami Islam, akal
memiliki kedudukan dan fungsi yaitu sebagai berikut :
 Akal sebagai alat yang stategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran
yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunah Rosul, dimana keduanya adalah
sumber utama ajaran Islam.
 Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusai untuk
mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al-Quran dan
Sunnah Rasul.
 Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat
Al-Quran dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan
memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk Ijtihat.
 Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah
dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai Khilafah Allah SWR untuk
mengelola dan memakmurkan bumi seisinya. (Fathurrahman.1999)

Namun demikian bagaimanapun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan
tentatif. Untuk itu diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan terus-
menerus.

2. Fungsi dan Kedudukan Wahyu


Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsung (Al-
Quran) ataupun wahyu yang tidak langsung (As-Sunnah), kedua-duanya memiliki
fungsi dan kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena
disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya. Oleh karena itu fungsi dan
kedudukan wahyu dalam memahami Islam adalah :
 Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman
dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan kepada Al-Quran dan As-
Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada Al-Quran dan As-Sunnah adalah
omong kosong.
 Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan bila akal
difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami Islam
(Wahyu) harus dibimbing oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya
benar dan pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidak boleh menyimpang
dari prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu (Harun.1986).

Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera
penglihatan manusia. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan Wahyu-Nya untuk
membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia
manjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti
bimbingan wahyu maka ia akan tersesat.

Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan
struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami
wahyu, dan untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus
melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis. Manusai diciptakan
oleh Allah SWT dengan tujuan yang jelas, yakni sebagai Hamba Allah SWT dan
Khilafah Allah SWT dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan
wahyu. (Muhammad.1998)

C. PRESPEKTIF PENCIPTAAN MANUSIA (PROSES, TUGAS DAN TUJUAN


SERTA HAKIKAT) BERDASARKAN Q.S AL-MUKMINUN 12-14, AL-HAJJ 5,
AL-BAQARAH 29-30, AZ-ZARIYAT 56.
1. Proses
1.) Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14

ٍ ‫س ََللَ ٍة ِم ْن ِط‬
‫ين‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
ُ ‫سانَ ِم ْن‬
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusai dari suatu saripati
(berasal dari tanah.). (Q.S Al-Mu’minun : 12).
ْ ُ‫ث ُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬
ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك‬
‫ين‬
Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). (Q.S Al-Mu’minun : 13).

‫ام لَ ْح ًما‬
َ ‫ظ‬َ ‫س ْونَا ْال ِع‬ ْ ‫ضغَةً َف َخلَ ْقنَا ْال ُم‬
َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا ًما فَ َك‬ ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم‬ ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
َ َ‫طفَة‬

َ‫س ُن ْالخَا ِلقِين‬


َ ‫َّللاُ أ َ ْح‬ َ ‫ث ُ َّم أ َ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر ۚ فَتَ َب‬
َّ ‫ار َك‬
Artinya : “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging. Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah SWT, Pencipta
Yang Paling Baik”. (Q.S Al-Mu’minun : 14).

2.) Q.S Al-Hajj 5


ْ ُ‫ب ث ُ َّم ِم ْن ن‬
‫طفَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن‬ ِ ‫ب ِمنَ ْال َب ْع‬
ٍ ‫ث فَإِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ت ُ َرا‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٍ ‫اس ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِفي َر ْي‬
‫ضغَ ٍة ُمخَلَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُمخَلَّقَ ٍة ِلنُ َبيِنَ لَ ُك ْم ۚ َونُ ِق ُّر فِي ْاْل َ ْر َح ِام َما نَشَا ُء إِلَ ٰى أ َ َج ٍل‬ ْ ‫علَقَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن ُم‬َ
‫شدَّ ُك ْم ۖ َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُتَ َوفَّ ٰى َو ِم ْن ُك ْم َم ْن ي َُردُّ إِلَ ٰى أ َ ْرذَ ِل‬
ُ َ ‫س ًّمى ث ُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْف ًَل ث ُ َّم ِلتَ ْبلُغُوا أ‬
َ ‫ُم‬
‫علَ ْي َها ْال َما َء‬
َ ‫َامدَة ً فَإِذَا أ َ ْنزَ ْلنَا‬
ِ ‫ضه‬ َ ‫ْالعُ ُم ِر ِل َكي ََْل َي ْعلَ َم ِم ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم‬
َ ‫ش ْيئًا ۚ َوتَ َرى ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫ت ِم ْن ُك ِل زَ ْوجٍ َب ِه‬
‫يج‬ ْ َ ‫ت َوأ َ ْن َبت‬
ْ ‫ت َو َر َب‬ ْ ‫ا ْهت َ َّز‬
Artinya : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampi pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan
kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan diatasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah”.
Penjelasan :
Allah SWT menciptakan manusia dari saripati tanah, Artinya Allah SWT
menciptakan manusia (Adam) berasal dari tanah yang diciptakan oleh Allah SWT
pertama kali dan kemudian manusia lainnya (Cucu Adam) berasal dari seorang laki-
laki dan perempuan , yang keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan
(tanah) yang dimakan oleh kedua orang tua kita menjadi sperma dan sel telur.
Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi
segumpal daging hingga tulang-belulang yang dibungkus daging. Sesudah itu, Allah
SWT menciptakan angota-anggota badan dan menyusun menjadi makhluk yang
berbentuk seorang bayi manusia.
Allah SWT berfirman bahwa keadaan bayi pada saat proses belum sempurna
(belum mulai nampak organ tubuh) hingga keadaan sempurna (sudah nampak organ
tubuh), mulai dari segumpal darah hingga daging melapisi tulang belulang supaya
manusia berfikir betapa Maha Penciptanya Allah SWT.
Allah SWT merahasiakan kapan dikeluarkannya seorang bayi karena memang
pada dasarnaya perilaku setiap ibu berbeda oleh karenanya kapan seorang bayi yang
lahir pun akan berbeda satu dengan lainnya sesuai waktu yang sudah ditentukan oleh
Allah SWT.
2. Tujuan
Q.S Al-Baqarah 29-30
ٍ ‫س َم َاوا‬
ۚ‫ت‬ َ ‫س َّوا ُه َّن‬
َ ‫س ْب َع‬ َ َ‫اء ف‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫ُه َو الَّذِي َخلَقَ لَ ُك ْم َما فِي ْاْل َ ْر‬
َّ ‫ض َج ِميعًا ث ُ َّم ا ْستَ َو ٰى إِلَى ال‬
‫ع ِليم‬ َ ‫َو ُه َو ِب ُك ِل‬
َ ٍ‫ش ْيء‬
Artinya : “Dialah Allah SWT yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu di jadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S Al-Baqarah ayat 29.

ِ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َم ََل ِئ َك ِة ِإ ِني َجا ِعل فِي ْاْل َ ْر‬
‫ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُوا أَت َ ْج َع ُل ِفي َها َم ْن يُ ْف ِسد ُ فِي َها‬
َ‫ِس لَ َك ۖ قَا َل ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫ِك َونُقَد‬ َ ُ‫الد َما َء َون َْح ُن ن‬
َ ‫س ِب ُح ِب َح ْمد‬ ِ ُ‫َويَ ْس ِفك‬
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang Khilafah muka bumi. Mereka berkata : “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (Khilafah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”Tuhan berfirman : “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Q.S Al-Baqarah ayat 30.
Penjelasan :
Allah SWT yang menciptakan kita, juga telah mempersiapkan fasilitas
kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk itu Allah SWT menciptakan bumi dan langit
beserta isinya lalu menyerahkannya kepada manusia sebagai khilafah. Karena
manusia adalah makhluk termulia diantara seluruh makhluk lain yang Allah SWT
ciptakan. Dan segala sesuatu baik benda-benda mati, tumbuhan, hewan, tanah dan
langit, semua diciptakan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu dalam ayat ini
dikatakan, Allah SWT menciptakan segala yang ada di bumi untuk manusia.
Tatkala Allah SWT telah memberitahukan kepada malaikat bahwa Dia akan
menciptakan makhluk di bumi Malaikat mengatakan “Kami telah mengetahui bahwa
mereka akan melakuakn kerusakan di muka bumi,” maka kami bertanya “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (Khilafah) di bumi ini orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Pertanyaan itu hanya dimaksudkan
untuk meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di dalamnya.
Maka untuk memberikan jawaban atas pertanyaan para malaikat itu, Allah SWT
berfirman , innii a’lamu maa laa ta’lamuun (“Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui.”). Artinya, Aku (Allah SWT) mengathui dalam penciptaan
golongan ini (manusia) terdapat kemaslahatan yang lebih besar daripada kerusakan
yang kalian khwatorkan dan kalian tidak mengetahui bahwa Aku akan menjadikan di
antara mereka pada Nabi dan Rasul yang di utus di tengah-tengah mereka. Dan di
antara mereka juga terdapat para Shiddiqun, Syuhada, orang-orang yang shalih,
orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang yang dekat
kepada Allah SWT, para ulama, orang-orang yang khusyu’ dan orang-orang yang
cinta kepada Allah SWT serta orang-orang yang mengikuti para Rasul-Nya.
3. Hakekat
Q.S Az-Zariyat 56

ِ ‫س إِ ََّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
Penjelasan :
Maksud ayat tersebut adalah Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan
untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah SWT butuh
kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah SWT
dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepada-Nya.
Bukan sekedar untuk hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.
Ibadah terdiri dari ibadah murni (Mahdhah) dan ibadah tidak murni (Ghairu
Mahdhah). Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah SWT,
bentuk, kadar, atau waktunya seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah Ghairu
Mahdhah adalah segaka aktivitas lahir dan batin manusia dimaksudnkannya untuk
medekatkan diri kepada Allah SWT.
D. PERINTAH MENCARI ILMU DAN KEDUDUKAN ORANG BERILMU (DALAM
PRESPEKTIF ISLAM SERTAKAN AYAT DAN HADITS YANG
MENDASARKANNYA)
Ayat
1.) Q.S Al-Mujadalah ayat 11

‫َّللاُ لَ ُك ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل‬


َّ ِ‫سح‬َ ‫س ُحوا يَ ْف‬ َ ‫س ُحوا ِفي ْال َم َجا ِل ِس فَا ْف‬ َّ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإذَا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
َ‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُون‬
َّ ‫ت ۚ َو‬ٍ ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬َّ ِ‫ش ُزوا يَ ْرفَع‬ ُ ‫ش ُزوا فَا ْن‬ ُ ‫ا ْن‬
‫َخ ِبير‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapanglah-
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan
kepalapangan untukmu. Dan apa-apa dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengethuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Penjelasan
Ditinggikan derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya
keutamaan, dan ketinggian di sisni mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan
tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan)
dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di
akherat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Ibnu Hajar. 2002).
2.) Surat Al-Alaq 1-5

َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِب َك الَّذِي َخلَق‬


Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamnu yang menciptakan.”

ٍ َ‫عل‬
‫ق‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬
Artinya : “ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

‫ا ْق َرأْ َو َرب َُّك ْاْل َ ْك َر ُم‬


Artinya : “Bacalah dan Tuhamnulah Yang Mahamulia.”

‫علَّ َم ِب ْالقَ َل ِم‬


َ ‫الَّذِي‬
Artinya : “Yang mengajar (Manusia) dengan pena.”

‫سانَ َما لَ ْم َي ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْل ْن‬ َ
Artinya : “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Penjelasan :
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca, menulis, dan juga belajar. Allah SWT memberikan manusia sifat fitrah dalam
dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan ddan
keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengemban kehidupan di
muka bumi ini.
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan
umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu
pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya. (Ibnu Hajar. 2002).
3.) Q.S At-Taubah ayat 122
َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِل َي ْن ِف ُروا َكافَّةً ۚ فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫طائِفَة ِل َيتَفَقَّ ُهوا فِي الد‬
‫ِين‬
َ‫َو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا إِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَ ْحذَ ُرون‬
Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”
Penjelasan
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah SWT memerintahkan kepada
orang-orang mukmin untuk memperdalam ilmu nya tentang agama. Menunut ilmu tidak
hanya harus ilmu yang umum tetapi ilmu agama juga sangat diperlukan bagi kaum
muslim. Dan pada ayat tersebut Allah SWT berfirman menunut agar mereka dapat
menjaga diri mereka sendiri. Karena hidup tanpa adanya ilmu agama yang matng hidup
akan terasa kosong dan tersesat tanpa tujuan. Serta maksud dari ayat tersebut dalah agar
ilmu yang didapatkan untuk disampaikan kepada yang lainnya sebagai sebuah
perinagatan. (Al-Mundiri Hafidz. 2000)
4.) Q.S An-Nahl ayat 78
ۙ َ ‫ار َو ْاْل َ ْفئِدَة‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َو ْاْل َ ْب‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َها ِت ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُمون‬
َّ ‫ش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َّللاُ أ َ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
َّ ‫َو‬
َ‫َل َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar
kamu bersyukur.”
Penjelasan
Pendengaran, pengliahatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau
alat untuk menutut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan
sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan pengliahatn, pendengaran dan hati
(akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai
bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak.
Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan
juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intusis. Lain halnya dengan
hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti
apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah SWT
memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-nya.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan
sebagian kecil saja dari ilmu Allah SWT. Namun kesempatan untuk memperoleh
sebagian-sebagain kecil dari ilmu Allah SWT yang lain tetaplah ada selama manusia
mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat
bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita maupun untuk orang lain.
Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan shodaqoh, sesuai dengan sabda Nabi.
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau
mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyak nya untuk kita
manfaatkan serta amalkan di jalan-Nya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah
satu amal jariyah yang tak akan terputus. (Yusuf Qardhawi.1998)
5.) Q.S Al-Imraan ayat 18
‫يز ْال َح ِكي ُم‬ ِ ‫َّللاُ أَنَّهُ ََل إِلَهَ إِ ََّل ُه َو َو ْال َم ََل ِئ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَا ِئ ًما بِ ْال ِقس‬
ُ ‫ْط ََل إِلَهَ إِ ََّل ُه َو ْالعَ ِز‬ َّ َ‫ش ِهد‬
َ
Artinya : “Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang
menegakkan keadilan; para Malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penjelasan :
Allah swt pun akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana diri-
Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya dia
memuliakan malaikat dan kemudia memuliakan oran-orang yang berilmu. (Ibnu Hajar.
2002).
6.) Q.S At-Tahha ayat 114

ِ ‫ضى ِإلَي َْك َو ْحيُهُ َوقُ ْل َر‬


‫ب ِز ْد ِني‬ ِ ‫َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق َوَل تَ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر‬
َ ‫آن ِم ْن َق ْب ِل أ َ ْن يُ ْق‬ َّ ‫فَت َ َعالَى‬
‫ِع ْل ًما‬
Artinya : “Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum disempurkan mewahyukannya kepadamu dan
katakanlah “Ya Tuhan-Ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
7.) Q.S Az-Zumar ayat 9
‫اجدًا َوقَائِ ًما َي ْحذَ ُر ْاْل ِخ َرة َ َويَ ْر ُجو َر ْح َمةَ َر ِب ِه ۗ قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي‬ ِ ‫س‬ َ ‫أ َ َّم ْن ُه َو قَانِت آنَا َء اللَّ ْي ِل‬
‫ب‬ِ ‫الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ ََل َي ْعلَ ُمونَ ۗ ِإنَّ َما َيتَذَ َّك ُر أُولُو ْاْل َ ْلبَا‬
Artinya : “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-Nya? Katakanlah, “Adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” .
Penjelasan
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.
Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengethuan yang terpenting adalah
antara orang yang berilmu dan orang yang bodoh jelas tidaklah sama. Seperti halnya
anatara orang yang buta dan orang yang dapat meilhat, kegelapan dan cahaya, orang yang
hidup dan mati, manusia dan hewan serta antara penghuni surga dan neraka. (Yusuf
Qardhawi.1998)
Hadist
)‫ (رواه ابن عبد البر‬. ‫ع ٰلى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو ُم ْس ِل َم ٍة‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ ‫ضة‬ ُ َ‫طل‬
َ
Artinya : “Mencari ilmu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdil
Bari
Penjelasan
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu di
wajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi
laki-laki maupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa
dalam mencari ilmu itu haurs tetap sesuai dengan ketentuan Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagaimana dalam shalat,
tetapi ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut
ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat
dilakukan di lembaga non-formal. Bahkan, pengalaman kehidupan merupakan guru bagi
kita semua, diamana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di
sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana
saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut
bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menunutut
ilmu walaupun sampai di tempat yang jauh sepeti negeri China.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usai, sejak kita terlahir sampai kita
masuk kuburan kita senantiasa mengambil peljaran dalam kehidupan. (Muhammad Faiz.
1991).

)‫ب ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْح ِد إِلَى اللَّ ْه ِد (رواه مسلم‬ ْ ُ‫أ‬


ُ ُ ‫طل‬

Artinya : “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)

Penjelasan
Pada hadits ini mejelaskan bahwasannya tuntutlah ilmu hingga liang lahat maksdunya
hingga tutup usia. Menuntut ilmu tidak kenal dengan usia dan tidak kenal juga dengan
jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak atau wajib untuk
menuntut ilmu asalkan masih dalam ajaran Islam yang maksudnya adalah masih dalam
aturan yang dianjurkan dalam Islam. Bahkan pada saat kita telah meninggal pun kita akan
tetap medpatkan ilmu tentang sebuah kehidupan. (Muhammad Faiz. 1991)

)‫ط ِر ْيقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة(رواه مسلم‬ َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬


َ ‫س َّه َل هللاُ ِب ِه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا يَ ْلت َ ِم‬
َ ‫سلَ َك‬
َ ‫َم ْن‬
Artinya : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim).
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat.
Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah SWT dan dengan
ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut
ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah. Sama seperti jihadfisabillah
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal
batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar sendiri,
penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan
di dunia terasa lebih tenang karena kita akan memahami bagaiamana cara menjalankan
sebuah kehidupan, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa lebih halus.
Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa
didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan
ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat
memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah. (Muhammad Faiz. 1991).
ٰ ْ ‫ َو َم ْن ا َ َرا َد‬،‫َم ْن ا َ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم‬
)‫ َو َم ْن ا َ َرا َد ُه َما فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم (متفق عليه‬،‫اْل ِخ َرةَ فَعَلَ ْي ِه بِا ْل ِع ْل ِم‬
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia,
wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di
akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang
memberi manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar
setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa
kemajuan bagi segenap manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh
Allah swt.
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu
yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg
manusia kepada jalan yang benar.
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang
mulia beserta orang-orang yang beriman.
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan,
baik rohani maupun jasmani.
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di
dunia maupun di akhirat. (Muhammad Faiz. 1991).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Akal dan wahyu saling berkaitan. Akal berfungsi untuk memahami wahyu dan wahyu
berfungsi untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Menuntut ilmu bagi seorang
muslim adalah wajib baik laki-laik maupun perempuan. Dimana Allah SWT akan
meninggikan derajat seseorang yang menuntut ilmu dan akan memudahkannya jalan
menuju surga
Manusia diciptakan Allah dari setetes air yang hina, lalu dalam tahapan yang
cukup panjang terbentuklah tulang, daging wajah dan struktur tubuh yang lengkap dalam
tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh kedalam tubuh tersebut dan hiduplah seseorang manusia
yang sempurna. Allah menganugerahkan kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu
yang nantinya digunakan oleh manusia untuk memenuhi tugas tugasnya di dunia.
Akal dan wahyu merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan manusia untuk
memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan manusia dibanding dengan makhluk Allah lainnya
adalah memiliki akal yaitu untuk berfikir dan wahyu yang langsung turun dari Allah
sebagai penyeimbang akal.
Manusia tidak diciptakan tanpa sebab. Allah menciptakan manusia dengan
dibebani beberapa tugas yaitu : menjadi hamba dan menjadi khalifah dimuka bumi.
Untuk menjadi khalifah tersebutlah Allah melengkapi manusia dengan akal dan wahyu
agar bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Akal dan wahyu dalam
islam memiliki kedudukan yang sama pentingnya dimana wahyu sebagai cahaya untuk
membimbing akal menuju jalan yang benar.

B. SARAN

Islam adalah agama yang Universal dan sangat mutlak benar karena datangnya
dari Allah melalui perantara yaitu nabi dan rasul. Oleh sebab itu setiap persoalan sains
yang masih berupa issue atau kabar yang masih belum jelas dasarnya, hendaknya di kaji
juga dalam bidang Keislaman (Al-Quran). Karena pada dasarnya dalam Al-Quran
terdapat segala ilmu yang dibutuhkan oleh manusia untuk menjawab semua persoalan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad. 1998. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia.


Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta : Pustaka Azzam.
Al-Banna. Gamal. 2004. Evolusi Tafsir: Dari Zaman Klasik Hingga Zaman Modern.
Jakarta : Qisthi Press
Almath, Muhammad Faiz. 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Depok :
Gema Insani
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya : Al-Hidayah.
Ananda Afra, Faisar. 2007. Filsafat Hukum Islam. Bandung : Cipta Pustaka Media
Perintis.
Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Djamil, Fathurrahman. 1999. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Drs. H. Moh. Rifa’i. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang : PT. Karya Toha Putra.
J.M.S. Baljon. 1991. Tafsir Qur’an Muslim Modern. Jakarta : Pustaka Firdaus
M.Quraisy Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta : Lentera Hati
Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta : UI Press.
Santoso Fattah, M.A. dkk. 2013. Studi Islam 3. Surakarta: (LPIK) Universitas
Muhammadiah Surakarta.
Yusuf Qardhawi. 1998. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu pengetahuan, Jakarta : Gema
Insani.

Vous aimerez peut-être aussi