Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
.......................................
.........................................
Abstract: Data Global Status Report on Road Safety released by WHO in 2012 showed as many as 1.24
million people worldwide died from traffic accidents. According to the Police Data Korlantas 2011–2013,
Trucks ranks third as a vehicle that frequent accidents. Based on these conditions, do research on the
truck driver in the company “X” Pasuruan. This study aims to determine the relationship between
working time, rest time and the type of personality through the big five personality theory with a history
of occupational accidents suffered by truckers in the company “X”. This was an analytical study
with a cross-sectional approach. The subject of this study was the truck driver as many as 70 people
taken by simple random sampling technique. This research was conducted in the town of Pasuruan in
2016. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis. Results of this research, between
working time and rest time with a history of occupational accidents were no relationship. Meanwhile
there were relationship between the type of Conscientiousness in the big five personality with a history
of occupational accidents according to statistics chi-square test with sig 0.036. The driver who had a
history of workplace accidents is dominated by a driver with that type has a characteristic is not intended
or too much pursuit of the goal, lazy, inattentive, reckless, undisciplined, and likes to have fun. It can be
considered companies in the recruitment process.
Abstrak: Data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO tahun 2012 menunjukkan
sebanyak 1,24 juta orang di seluruh dunia meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Menurut Data
Korlantas Polri 2011–2013, Truk menempati peringkat ketiga sebagai kendaraan yang sering mengalami
kecelakaan. Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan penelitian pada sopir truk di Perusahaan “X”
Pasuruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara waktu kerja, waktu istirahat dan
dimensi kepribadian melalui teori big five personality dengan riwayat kecelakaan yang dialami sopir truk
di Perusahaan “X”. Desain penelitian termasuk penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Subjek dari penelitian ini adalah sopir truk sebanyak 70 orang yang diambil dengan teknik simple random
sampling. Penelitian ini dilakukan di kota pasuruan pada tahun 2016. Data akan dianalisis menggunakan
analisis univariat dan bivariat. Hasil menunjukkan jika tidak ada hubungan antara waktu kerja dan waktu
istirahat dengan riwayat kecelakaan yang pernah dialami sopir. Sementara itu terdapat hubungan antara
dimensi Conscientiousness dalam big five personality dengan riwayat kecelakaan menurut uji statistik
chi-square dengan nilai sig 0,036. Sopir yang memiliki riwayat kecelakaan didominasi oleh sopir
dengan dimensi tersebut memiliki cirri-ciri tidak bertujuan atau terlalu banyak mengejar tujuan, malas,
kurang perhatian, sembrono, tidak disiplin, dan suka bersenang-senang Hal ini dapat menjadi bahan
pertimbangan perusahaan dalam proses rekrutmen.
140
Indiana Yanuar dan Noeroel Widajati, Hubungan antara Dimensi Big Five Personality… 141
jalan yang melibatkan truk dari perusahaan transportasi telah dilakukan oleh Fine
“X” di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut (1963). Hasil dari penelitian tersebut,
setara dengan jumlah kecelakaan truk pengemudi yang extrovert memiliki catatan
yang terjadi di area pabrik perusahaan “X” kecelakaan lebih banyak dibanding dimensi
Pasuruan pada tahun 2015 yaitu, sekitar 17 kepribadian lainnya. Penelitian serupa yang
kecelakaan. dilakukan di Indonesia oleh Fikri pada
Dampak dari kecelakaan yang dialami tahun 2015, menunjukkan adanya hubungan
sopir truk tersebut dapat menjadi masalah yang signifikan antara dimensi kepribadian
terhadap kelangsungan sebuah perusahaan. dengan kecelakaan lalu lintas yang dialami
Kerugian yang diderita perusahaan tidak sopir di provinsi Riau.
hanya berupa materi saja namun, perusahaan Beberapa hasil penelitian yang
juga akan mengalami gangguan pada proses sudah dilakukan tersebut menunjukkan
produksi karena hilangnya waktu kerja dari adanya kecenderungan pada hubungan
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan, antara dimensi kepribadian dengan
sehingga nantinya akan memengaruhi kejadian kecelakaan. Extravert yang telah
produktivitas perusahaan. dibahas dalam penelitian sebelumnya
Penyebab kecelakaan yang dialami sopir merupakan salah satu dimensi dalam Big
pada umumnya terdiri atas 4 (empat) faktor five personality selain empat dimensi
yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, lainnya, Agreeableness, Conscientiousness
faktor jalan dan faktor lingkungan. Faktor Neuroticism, dan Openness.
manusia diantaranya seperti kesehatan Berdasarkan teori dan penelitian yang
sopir, pengetahuan sopir, perilaku sopir dan sudah dilakukan sebelumnya, maka perlu
dimensi kepribadian sopir. dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
Faktor kendaraan terdiri dari cacat dimensi kepribadian pekerja berdasar
produksi, tahun kendaraan dan fungsi teori big five personality apakah memiliki
kendaraan yang tidak optimal. Faktor Jalan hubungan yang signifikan dengan riwayat
diantaranya jalan yang berlubang, desain kecelakaan yang dialami sopir truk.
jalan, penerangan jalan dan rambu-rambu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
jalan. Faktor lingkungan terdiri dari cuaca Menganalisis hubungan antara dimensi big
dan bencana (Corona Indonesia Club, five personality dengan riwayat kecelakaan
2010). pada sopir Truk di perusahaan “X”
Faktor manusia memang sering kali Pasuruan.
diungkapkan sebagai faktor yang paling
dominan. Menurut Teori Heinrich dan teori
METODE
Swiss cheese model dari Reason, unsafe
act atau perilaku tidak aman merupakan Penelitian ini jika ditinjau dari tempat
penyebab langsung dari kecelakaan. penelitian maka, penelitian ini termasuk
Unsafe act adalah sebuah perilaku dalam penelitian observasional atau
tidak aman yang dilakukan seseorang. lapangan. Desain penelitian ini berupa studi
Perilaku tersebut dapat terjadi dipengaruhi cross-sectional.
oleh banyak faktor, salah satunya faktor Populasi dari penelitian ini adalah
kepribadian. Salah satu teori yang membahas seluruh sopir truk yang terdaftar sebagai
tentang hubungan antara kepribadian dan sopir truk di Perusahaan “X” Pasuruan yang
kecelakaan adalah The accident proneness berjumlah 193 orang.
theory. Menurut teori ini, beberapa orang Sampel yang diambil menggunakan
mempunyai karakteristik permanen yang simple random sampling dengan jumlah
memungkinkan orang tersebut mengalami sampel 70 orang yang mewakili populasi
kecelakaan. Hinze menyebutkan, bahwa 193 sopir truk pengangkutan barang dengan
Vernon pada tahun 1918 telah menyatakan menggunakan rumus sampel dari Nursalam
kecenderungan kecelakaan bisa diusut ke (2008).
ciri kepribadian (Hinze, 1997). Penelitian ini di lakukan di Perusahaan
Sebuah penelitian tentang dimensi “X” yang terletak di kabupaten Pasuruan
kepribadian dan kecelakaan di sektor Provinsi Jawa Timur pada bulan November
142 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 140–150
2016. Variabel independen dari penelitian produksi. Setiap line produksi memiliki
ini adalah riwayat kecelakaan, sedangkan mesin produksi yang akan menghasilkan
variabel dependen dari penelitian ini adalah produk dengan jumlah yang berbeda-beda.
dimensi kepribadian berdasarkan teori big Produk yang dihasilkan dari kelima Line
five personality. tersebut akan didistribusikan ke konsumen
Teknik pengumpulan data dalam dengan menggunakan sarana transportasi
penelitian ini menggunakan data primer berupa truk. Truk pengangkutan galon
melalui kuesioner dan data sekunder dari tersebut dikemudikan oleh 193 sopir dengan
perusahaan dan instansi terkait. Peneliti berbagai jenis kendaraan dan tersebar ke
akan memberikan dua macam kuesioner. berbagai rute perjalanan.
Kuesioner riwayat kecelakaan akan Kegiatan yang terkait dengan sopir
ditanyakan dengan metode wawancara, diantaranya adalah proses pengangkutan
sedangkan kuesioner dimensi kepribadian produk. Proses ini dilakukan berdasarkan
akan diisi sendiri oleh responden yang customer order atau CO. Setiap CO
bersangkutan. memiliki window atau jam operasional yang
Kuesioner merupakan instrumen dapat digunakan untuk pengambilan barang.
dalam penelitian ini. Kuesioner dimensi Perusahaan “X” membagi waktu operasional
kepribadian merupakan alat ukur dimensi pengambilan barang menjadi 6 window.
kepribadian menggunakan Big Five Setiap window memiliki batas waktu 4 jam
Inventory untuk mengetahui dominasi dalam proses pengambilan barang. Jika
dari dimensi dalam big five personality. truk datang sebelum atau melebihi waktu
Kuesioner ini terdiri dari 44 pernyataan dari window yang tertera di CO maka, truk
dengan skala likert yang mewakili 5 tersebut tidak dapat melakukan pengambilan
dimensi dari big five personality. Dimensi barang dan harus mengganti dengan CO
Extraversion memiliki 8 pertanyaan, dimensi yang baru.
Agreeableness memiliki 9 pertanyaan, Alur pengangkutan produk dimulai dari
dimensi Conscientiousness memiliki 9 lembar CO. Lembar CO yang dibawa oleh
pertanyaan, dimensi Neuroticism memiliki 8 sopir truk akan diserahkan pada ruang COC
pertanyaan dan dimensi Openness memiliki untuk dilakukan entry data, lalu sopir akan
10 pertanyaan. Total nilai dari setiap dimensi mendapatkan nomer antrean. Sopir akan
akan dikategorikan menjadi dua kategori, masuk ke area pabrik saat nomer antrean
yaitu kategori rendah dan tinggi dengan telah dipanggil. Sebelum nomor antrean
menggunakan nilai median, diantaranya, dipanggil, sopir menyiapkan truk yang
kategori rendah untuk nilai kurang dari nilai dibawanya lalu akan dilakukan pemeriksaan
median dan kategori tinggi untuk nilai lebih truk oleh security menggunakan lembar
tinggi atau sama dengan median. check list kendaraan. Security melakukan
Instrumen lain dalam penelitian ini pengecekan kondisi ban utama, kebocoran
adalah kuesioner riwayat kecelakaan. Alat rem, rem tangan, dan ID card sopir. Setelah
ukur riwayat kecelakaan ini menggunakan truk lolos verifikasi yang dilakukan security
kuesioner yang berisi pertanyaan tentang maka truk baru diperbolehkan masuk.
kecelakaan yang pernah dialami selama Beberapa jenis truk dengan bak terbuka
menjadi sopir truk. mengharuskan sopir untuk membuka terpal
Data dianalisis menggunakan analisis terlebih dahulu sebelum masuk ke area
univariat dan bivariat. Analisis bivariat pabrik dan menutup terpal kembali setelah
digunakan untuk mengetahui adanya selesai melakukan pengambilan barang.
hubungan antara variabel independen dan Setelah tahap verifikasi selesai dilakukan
variabel dependen dengan menggunakan dan nomor antrean telah dipanggil, sopir
Uji Chi Square. akan masuk ke area pabrik dan melakukan
bongkar galon kosong atau unloading
terlebih dahulu. Setelah selesai proses
HASIL PENELITIAN
bongkar maka truk akan melakukan proses
Perusahaan “X” memiliki 3 area loading galon isi.
produksi yang terbagi menjadi 5 line
Indiana Yanuar dan Noeroel Widajati, Hubungan antara Dimensi Big Five Personality… 143
Tabel 2. Tabel Hasil Penelitian Big Five berkebalikan dari responden dengan skor
Personality. rendah.
Tabel 3 menunjukkan data kecelakaan
Dimensi Big Five
Personality
Frekuensi % yang pernah dialami sopir truk, diketahui
Extraversion dari 70 responden, sebagian besar sopir
Rendah 32 45,7 tidak pernah mengalami kecelakaan selama
Tinggi 38 54,3 bekerja, hanya sekitar 18 orang saja yang
Total 70 100 pernah mengalami kecelakaan.
Agreeableness Kecelakaan yang paling banyak dialami
Rendah 21 30 sopir truk berupa property damage dan tidak
Tinggi 49 70 menyebabkan korban jiwa. Berdasarkan
Total 70 100 riwayat kecelakaan yang dialami sopir
Conscientiousness tersebut, diketahui 11 kecelakaan berdampak
Rendah 30 42,9 pada kerusakan properti, sedangkan 6
Tinggi 40 57,1 diantaranya adalah kecelakaan yang
Total 70 100 menyebabkan korban luka dan 1 diantaranya
Neuroticism menyebabkan korban jiwa.
Rendah 37 52,9 Hubungan antara dimensi dalam big
Tinggi 33 47,1 five personality dan riwayat kecelakaan
Total 70 100 digambarkan pada tabel 4. Berdasarkan tabel
Openness
4, diketahui Extraversion, Agreeableness,
Rendah 28 40
Neuroticism dan Openness tidak memiliki
Tinggi 42 60
hubungan dengan riwayat kecelakaan karena
Total 70 100
p value > α atau Ho diterima.
Berdasarkan tabel 4 diketahui,
sopir dengan skor rendah pada dimensi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Conscientiousness justru lebih banyak yang
kecelakaan yang dialami Sopir mengalami kecelakaan dibandingkan dengan
Truk. skor tinggi pada dimensi ini.
Riwayat kecelakaan Frekuensi % Analisis data pada tabel 4 menggunakan
uji chi square tersebut menunjukkan
Tidak Pernah 52 74.3
Pernah 18 25.7
bahwa nilai p value sebesar 0,036 dengan
Total 70 100.0 derajat kemaknaan α = 0,05, sehingga
p value < α atau Ho ditolak sehingga usia berpengaruh secara positif terhadap
menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas seorang pekerja.
dimensi Conscientiousness dengan riwayat Berbeda halnya dengan usia, jika
kecelakaan sopir truk. dilihat berdasarkan pendidikan formal yang
telah ditempuh, Sopir truk lebih banyak
berada pada tingkat pendidikan SMA dan
PEMBAHASAN
sedikit yang pada tingkat pendidikan SD
Pengecekan yang dilakukan telah atau bahkan tidak sekolah. Jadi sebagian
sesuai dengan Undang-undang Republik besar atau hampir keseluruhan sopir telah
Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang menempuh pendidikan formal.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 49. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Pada pasal tersebut dijelaskan pengujian oleh Martha Monroza Siagian pada tahun
berkala meliputi pemeriksaan dan pengujian 2010, terdapat pengaruh antara pendidikan
fisik kendaraan bermotor dan pengesahan dan pelatihan yang telah diterima pegawai
hasil uji. dinas tenaga kerja kota Medan terhadap
Check list yang dilakukan di kinerjanya. Hal tersebut sejalan dengan
Perusahaan “X” telah sesuai dengan cara hasil penelitian ini, pendidikan pada
pengecekan yang tertera di pasal 54 dalam sopir juga dapat mendukung kinerja sopir
Undang-undang Republik Indonesia Nomor selama bekerja. Tingkat pendidikan sopir
22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan menunjukkan sebagian besar sopir truk bisa
Angkutan Jalan. Bukti lulus uji berkala membaca dan menulis sehingga tidak akan
hasil pemeriksaan dan pengujian fisik akan kesulitan dalam membaca rambu-rambu lalu
mendapatkan kartu uji dan tanda uji. lintas yang ada di jalan. Kondisi tersebut
Kartu uji berkala memuat keterangan akan mendukung Sopir dalam bekerja
tentang identifikasi Kendaraan Bermotor sehingga dapat terhindar dari kecelakaan.
dan identitas pemilik, spesifikasi teknis, Seperti halnya usia dan tingkat
hasil uji, dan masa berlaku hasil uji. Tanda pendidikan, jumlah yang tidak terlalu
uji berkala sebagaimana dimaksud pada berbeda jauh juga ditemukan pada masa
ayat memuat keterangan tentang identifikasi kerja sopir truk. Lamanya kerja dapat
Kendaraan Bermotor dan masa berlaku memengaruhi kinerja seseorang baik
hasil uji. Sementara dalam perusahaan positif maupun negatif seperti halnya
“X” bukti lulus uji berkala tidak berupa yang diungkapkan Tulus (1992). Masa
kartu tapi berupa sticker yang ditempel di kerja memberi pengaruh positif pada
kaca kendaraan. Jadi perusahaan “X” telah kinerja bila dengan semakin lamanya masa
membuat kebijakan sesuai dengan peraturan kerja seseorang akan menjadi semakin
perundangan yang berlaku. berpengalaman dalam melaksanakan
Menurut hasil penelitian tentang tugasnya. Semakin berpengalaman dapat
karakteristik individu responden, diketahui membuat pekerja lebih berhati-hati dan
sopir truk paling banyak berada pada bisa terhindar dari kecelakaan. Sebaliknya
usia produktif dan menjelang masuk ke akan memberikan pengaruh negatif apabila
kelompok usia tidak produktif. Kondisi dengan semakin lamanya masa kerja dengan
tersebut menunjukkan jika sopir truk pengalaman yang sudah banyak, justru
yang menjelang masuk pada kelompok akan membuat pekerja meremehkan dan
usia tidak produktif masih dapat bekerja tidak mengindahkan bahaya sehingga dapat
dengan baik sama dengan kelompok usia memicu terjadinya kecelakaan.
produktif. Hal tersebut menunjukkan jika Sementara dalam hal keikutsertaan
beban kerja yang dialami sopir truk pada DDT justru terdapat kesamaan jumlah antara
perusahaan “X” masih bisa dijalankan sopir yang pernah mengikuti training
oleh kelompok usia lebih dari 40 tahun, DDT dengan sopir yang belum mengikuti
namun bisa saja akan mengalami penurunan training. Kondisi tersebut menunjukkan
seiring bertambahnya usia. Kondisi tersebut jika syarat keikutsertaan DDT sebelum
seperti yang diungkapkan Wisnu Sentana mendapatkan ID card pada sopir tidak
(2013). Penelitiannya menyatakan bahwa, sepenuhnya dipenuhi oleh distributor. Hal
Indiana Yanuar dan Noeroel Widajati, Hubungan antara Dimensi Big Five Personality… 147
ini lah yang perlu menjadi perhatian bagi barang, sehingga barang akan rawan terjatuh
pihak perusahaan karena tidak semua sopir ke berbagai arah tanpa bisa diprediksi. Hal
truk yang bekerja telah memenuhi syarat tersebut dapat menyebabkan barang terjatuh
yang telah dibuat perusahaan. dan menimpa pekerja yang ada di sekitar
Syarat pemberian training DDT sendiri area bongkar.
dibuat perusahaan untuk para sopir truk Kendala yang dialami perusahaan saat
yang akan bekerja di perusahaan. Syarat ini adalah sulitnya untuk mengatur para
tersebut diberikan pada Distributor agar TKBM yang berasal dari warga sekitar
pihak distributor melakukan training DDT pabrik. TKBM berpengaruh besar pada
sebelum memberikan ID card pada sopir. kecelakaan yang terjadi dan pada perilaku
Training ini bertujuan untuk meningkatkan sopir selama di area pabrik. Sopir cenderung
pengetahuan sopir truk sehingga nantinya menuruti apa yang dilakukan TKBM agar
diharapkan mampu mengurangi kecelakaan proses bongkar muat berjalan lancar. Hal
pada sopir truk. tersebut lah yang dapat memicu terjadinya
Menurut Sugandi (2003), Kecelakaan kecelakaan karena perilaku TKBM masih
merupakan suatu kejadian atau peristiwa kurang safety dan jarang menggunakan alat
yang tidak diinginkan dan bersifat pelindung diri. TKBM hanya bekerja dengan
merugikan terhadap manusia, merupakan cepat tanpa memedulikan keselamatan dan
harta benda atau kerugian proses. Sedangkan kesehatannya.
menurut Word Health Organization (WHO) Gambaran dimensi Kepribadian Sopir
mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu Truk Dengan Teori Big Five Personality,
kejadian yang tidak dapat dipersiapkan berdasarkan screening pada 5 dimensi
penanggulangan sebelumnya, sehingga yang dimiliki responden menurut teori
menghasilkan cidera yang riil. Sopir truk Big Fie Personality, responden sebagian
di perusahaan “X” yang pernah mengalami besar memiliki nilai yang tinggi untuk
kecelakaan ketika mengemudi truk lebih dimensi Extraversion, Agreeableness,
sedikit dibandingkan sopir truk yang tidak Conscientiousness, dan Openness.
pernah mengalami kecelakaan. Sebagian Sementara untuk dimensi Neuroticism
besar kecelakaan yang dialami sopir tersebut sebagian besar responden memiliki nilai
merupakan property damage dan tidak yang rendah.
memakan korban jiwa. Nilai yang tinggi pada dimensi
Kecelakaan yang sering dialami sopir Conscientiousness cukup sesuai dengan
truk di dalam area pabrik juga lebih banyak pekerjaan sopir, mereka digambarkan
berupa property damage. Beberapa kasus sebagai seorang dengan nilai kebersihan
kecelakaan tersebut, berawal dari sopir yang dan ambisi yang tinggi, seseorang yang
sering kali tidak mengindahkan komando well organize, dan tepat waktu (McRae,
dari traffic police sehingga truk pun akan 1992). Hal tersebut sesuai dengan aturan
salah arah sampai akhirnya menabrak. pengambilan berdasar window yang telah
Selain itu beberapa kasus kecelakaan ditetapkan perusahaan, sebagian besar
juga terjadi karena kurang kooperatifnya sopir dapat mematuhi dan melaksanakan
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dalam aturan tersebut dengan baik. Jadi aturan
mematuhi aturan safety, sehingga sering pengambilan barang yang telah ditetapkan
membuat sopir pun akhirnya menjadi ikut perusahaan tersebut sesuai dengan dimensi
tidak mematuhi aturan safety. Sopir sering Conscientiousness.
dihadapkan pada posisi sulit karena harus Selain dimensi Conscientiousness
bergantung dari bantuan TKBM dalam dimensi lain yang juga cukup sesuai
proses bongkar dan muat, jadi sopir akan dengan pekerjaan sopir adalah dimensi
menuruti permintaan TKBM sekalipun Agreeableness. Dimensi ini menilai
hal tersebut menyalahi aturan safety yang kecenderungan seseorang yang tunduk
berlaku. kepada orang lain, mereka orang yang
Beberapa pelanggaran yang dilakukan komparatif dan mudah bersepakat serta
sopir dan terjadi karena TKBM adalah tidak mempercayai orang lain. Berdasar kondisi
digunakannya papan peluncur saat bongkar tersebut maka, sopir truk memiliki
148 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 2 Desember 2016: 140–150
kecenderungan untuk mematuhi aturan yang sopir bus di Provinsi Riau. Hal tersebut
ada, sehingga perusahaan dapat membuat berdasarkan penelitian yang dilakukan
SOP serta peraturan yang sesuai untuk pada sopir bus jarak jauh di provinsi Riau
mengurangi kecelakaan. dengan menggunakan Big Five Personality
Selain melalui SOP, perusahaan juga Inventory dan angket kecelakaan lalu
dapat menambah atau lebih menguatkan lintas.
peran traffic police. Berdasar dimensi Berdasarkan tabel 5.8 sebagian besar
Agreeableness, peran traffic police akan sopir truk yang mengalami kecelakaan
dapat memengaruhi mereka, namun terdapat adalah sopir yang memiliki nilai rendah
kekurangan sifat mudah bersepakat dan dalam dimensi Conscientiousness.
mempercayai orang lain. Ketergantungan Orang dengan nilai rendah pada dimensi
sopir pada kinerja dari TKBM justru tersebut cenderung tidak bertujuan atau
dapat membuat sopir mudah bersepakat bahkan terlalu banyak mengejar tujuan,
dengan TKBM sekalipun hal tersebut malas, kurang perhatian, lalai, sembrono,
tidak mematuhi traffic police. Sopir akan tidak disiplin, keinginan lemah, dan suka
cenderung lebih bersepakat pada TKBM bersenang-senang. (Pervin dkk, 2010).
agar proses bongkar dan muat dapat Ciri-ciri yang dimiliki sopir dengan
dilaksanakan dengan baik. Jadi berdasarkan nilai rendah pada dimensi ini, seperti
kondisi tersebut maka, perusahaan juga lalai, sembrono, tidak disiplin sangat
harus mengatur para TKBM agar dapat memungkinkan sopir untuk bertindak
bekerja sesuai dengan SOP dan aturan yang tidak aman atau unsafe action. Sehingga
berlaku di perusahaan. diperlukan program safety yang sesuai agar
Sebaliknya menurut McRae (1992), cirri-ciri tersebut tidak memengaruhi kinerja
untuk nilai tinggi pada dimensi openness sopir.
dapat membuat sopir lebih kreatif dan Berdasarkan kondisi tersebut,
berpikir imfulsivitas atau lebih menekankan perusahaan “X” dapat melakukan
pada dorongan perasaan. Kondisi perasaan pencegahan kecelakaan berdasar sifat-
sopir yang buruk dapat memengaruhi sifat yang dimiliki dimensi tersebut.
konsentrasi sopir ketika mengemudi. Salah satunya dengan cara meningkatkan
Lapisan terakhir dari teori Swiss pengetahuan melalui kegiatan safety briefing
Cheese Model, James T. Reason (1990) yang selama ini telah dilakukan dan refresh
yang dapat berdampak langsung dalam DDT secara rutin dengan materi yang selalu
terjadinya kecelakaan adalah unsafe di update.
action. Unsafe action yang dilakukan Pengetahuan yang baik diharapkan
sopir seperti melanggar rambu-rambu lalu mampu mendorong sopir untuk bertindak
lintas merupakan perilaku tidak aman yang aman ketika bekerja. Selain itu dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan sopir, pula dengan membuat aturan atau SOP
masa kerja sopir dan dimensi kepribadian
secara terperinci sehingga sopir dapat
sopir.
melaksanakan aturan tersebut dengan baik.
Teori tersebut mendukung hasil
Selain itu perlu juga penambahan jumlah
uji statistik yang menunjukkan adanya
traffic police yang sesuai dengan kondisi di
hubungan antara dimensi Conscientiousness
area pabrik, sehingga terdapat pengawasan
dalam Big five Personality dengan riwayat
dari traffic police pada para sopir saat
kecelakaan yang dialami sopir truk di
menjalankan kendaraan di area pabrik dan
perusahaan “X”. Sejalan dengan hasil uji
aturan yang telah ditetapkan pun dapat
statistik tersebut, Penelitian yang dilakukan
dipatuhi dengan baik sesuai dengan rincian
Wulandari tahun 2014 juga menyatakan
yang telah dibuat.
bahwa terdapat hubungan antara kepribadian
dan kecelakaan dengan nilai p sebesar
0,016. KESIMPULAN
Selain itu menurut Fikri, dkk (2015)
Perusahaan “X” Pasuruan yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepribadian dengan memiliki 5 line produksi yang terdiri dari
kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada 5 mesin yang berbeda dan memiliki 193
Indiana Yanuar dan Noeroel Widajati, Hubungan antara Dimensi Big Five Personality… 149