Vous êtes sur la page 1sur 14

ASKEP CA LAMBUNG

A. Definisi ca lambung
Kanker lambung adalah penyakit kanker yang ada di perut, berasal dari sel epitel
dinding perut, dapat terjadi berbagai bagian perut (daerah antral pylorus paling banyak,
diikuti oleh daerah fundic lambung kardia, lambung sedikit lebih kecil), invasi ke dalam
dan berbagai bagian lambung. Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang
ditemukan dilambung. Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung
meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat dari kanker
lambung, bukan sebagai penyebab kanker. ( Khaidir Muhaj,2009 ).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar
adalalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah
lelomiosarkoma ( kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50
tahun ( Osteen, 2003). Kanker lambungpada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga
setelah kanker paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat
keempat setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kenker kolorektal ( Christin, 1999)

B. Etiologi
Penyebab kanker lambung adalah bakteri Helicobacter Pylori yang ditemukan oleh dua
warga Australia peraih hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005, yakni J. Robin
Warren dan Barry J. Marshall. Akan tetapi, penyebab keberadaan bakteri Helicobacter
Pylori di dalam lambung masih belum diketahui dengan pasti. Banyak hal yang menjadi
penyebabnya. Misalnya pola makan yang tidak sehat, seperti kurang mengkonsumsi buah
dan sayur. Juga gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan
makan makanan yang dibakar (barbeque). Infeksi H.pylori adalah bakteri penyebab lebih
dari 90% ulkus doudenum dan 80% tukak lambung (Fuccio,2007). Bakteri ini menempel
di permukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009).
Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui
produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi
lambung melalui berbagai cara; di antaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom,
peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis
(pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. pyLori juga menginfeksi bagian
badan lambug. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang
lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi ulkus di daerah badan lambung, tetapi juga
meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan di lendir lambung juga merupakan
faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut
dengan limfoma MALT (Mucosa Associated Lymphoid Tissue). Infeksi H. pylori
berperan penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding
atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (Santacroce,2008).
Selain itu juga terdapat factor genetic karena dapat terjadi jika ada anggota keluarga lain
yang juga mengalami kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu
dengan golongan darah A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko individu tetapi
minimal, hanya 4% dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubunga genetik.
Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetepi adanya mutasi dari gen E-cadherin
terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adaya riwayat keluarga amenia pernisosa dan
polip adenomatus juga dihunbungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung (
Bresciani, 2003).
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs dalam
jangka waktu yang lama dan hal ini ( polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker
lambung. Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung (
Houghton, 2006).
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker lambung,
namun tidak spesifik. Menurut hadil penelitian di Amerika Serikat, kondisi sosioekonomi
yang rendah dihubungkan dengan faktor-faktor asupan diet, kondisi lingkungan miskin
dengan sanitasi buruk. Berbagai kondisi tersebut memfasilitasi transmisi infeksi H. pylori
yang menjadi predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker lambug (Yarbro, 2005).
Anemia Pernisiosa, Kondisi ini nerupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin ( vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi lambung.
Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan konstribusi penting
terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce, 2008).

C. patofisiologi
Beberapa faktor dipercaya menjadi pemicu kanker yang mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa
ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker
lambung mungkin ada bersamaan dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada
pemeriksaan diagnostic awal. Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma,
dan 5%- nya bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut
Fuccio. 2009, adenokarsinoma lambung terdiri atas dua tipe, yaitu tipe intestinal ( tipe
struktur glandular) dan tipe difus ( tipe infiltratif pada dinding lambung). Dengan adanya
kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskulatis propia dan akan melakukan
metastasis pada kelenjar getah bening regiaonal. Lesi pada kanker lambung memberikan
berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan dapat diradakan pada pasien biasanya
jika sudah pada fase orogesif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dispepsia,
anoreksis, penurunnan BB , nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta muntah.
Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan. Kanker lambung mungkin
timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan prmukaan mukosa
dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom
ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal seperti
bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase
timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
D. pathway

E. Manifestasiklinis
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini
dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi lambung.Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan
antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna.Gejala penyakit progresif
dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen,
konstipasi, anemia dan mual serta muntah (Harnawati, 200, KMB).
 Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
- Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan
defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang
paling umum.
- Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit
metastasis lanjut.
- Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran
keluar lambung.
- Disfagia
- Nausea
- Kelemahan
- Hematemesis
- Regurgitasi
- Mudah kenyang
- Asites perut membesar
- Kram abdomen
- Darah yang nyata atau samar dalam tinja
- Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan

F. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tinja untuk keberadaan darah. Pada ca lambung sering
didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood) untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan tes benzidin.
 Pemeriksaan darah.
 Gastroskopi – prosedur ini merupakan prosedur yang paling sering dilakukan
untuk mendeteksi kanker lambung. Saat melakukan tes ini, dokter memasukkan
endoskop (sebuah selang kecil flexible yang memiliki kamera dan senter) melalui
mulut pasien masuk ke dalam perut, sehingga dokter dapat melihat apa saja yang
terdapat di dalamnya. Biopsi – Prosedur ini dilakukan saat gastroskopi dilakukan.
Pada saat biopsi, dokter mengambil sebagian kecil jaringan dari perut/lambung
yang terlihat abnormal, yang kemudian jaringan tersebut akan dipelajari/diperiksa
dengan mikroskop.
 Bedah laparoskopi. Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
memasukkan alat berkamera yang disebut laparoskop melalui irisan kecil yang
dibuat oleh dokter pada bagian perut paling bawah. Tentunya dalam prosedur ini
pasien harus dibius terlebih dahulu. Bedah laparoskopi bertujuan melihat keadaan
lambung secara lebih rinci. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui
apakah kanker lambung telah menyebar, terutama ke bagian peritoneum atau
lapisan rongga perut.
 Pemeriksaan sinar-X. Pada kasus kanker lambung, pengecekan sinar-X akan
dikombinasikan dengan cairan yang mengandung zat barium. Zat yang harus
ditelan oleh pasien ini akan membantu sinar-X menghasilkan gambar pada
monitor. Selama 6 jam sebelum melakukan prosedur pemeriksaan ini, pasien tidak
diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan atau minuman, dan pemeriksaan
biasanya. berlangsung selama 15 menit. Efek samping yang mungkin dirasakan
pasien setelah melakukan pemeriksaan ini adalah mual dan konstipasi.
 Tes pencitraan lambung – Tes pencitraan seperti CT Scan dan scan ultrasound
menghasilkan gambar bagian dalam tubuh untuk melihat apakah telah terjadi
penyebaran kanker ke bagian lainnya.
 CT scan. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mengetahui seberapa jauh
perkembangan kanker, apakah kanker hanya terdapat di dalam lambung atau
sudah menyebar ke organ-organ lainnya. Pemindaian yang menggunakan
rangkaian sinar-X dan bantuan komputer ini dapat menghasilkan gambar tubuh
secara rinci.
 USG. Pemeriksaan dengan menggunakan gelombang ultrasound ini bertujuan
melihat apakah kanker lambung telah menyerang organ hati.

G. Penatalaksanaan medis
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat
sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah,
penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan
penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor. Intervensi yang lazim
dilakukan adalah tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi, dan intervensi bedah. Pada
polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila karsinoma
ditemukan di lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba
menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung di angkat (gastrektomi) dan
kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila karsinoma telah menyebar
diluar lambung, tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup pasien. Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa
meringankan gejala. Didapatkan hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma
lebih baik pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat toleransi yang lebih baik
akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.Pada kebanyakan pasien ini,
paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi
tumor. Bila gasterktomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan
pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan
kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esofagus dan
jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lian, seperti hepar, pembedahan dilakukan
terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk
menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit atau
paliasi. Radiasi digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.
 Bedah Prosedur ini adalah satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi kanker
lambung. Pada saat pembedahan, dokter akan mengangkat sebagian dari seluruh
lambung. Pada beberapa pasien dengan kanker yang sudah tidak dapat ditolong lagi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi komplikasi yang timbul akibat kanker,
seperti terhambatnya saluran lambung atau pendarahan akibat kanker.
 Radioterapi setelah pembedahan, radioterapi dapat saja diaplikasikan bersamaan
dengan kemoterapi untuk membunuh sisa-sisa kanker yang berukuran kecil, yang
tidak terlihat maupun tidak dapat diangkat saat dilakukan pembedahan. Pada pasien
dengan kanker lambung stadium lanjut, radioterapi sangat berguna untuk
menghilangkan penghalang dalam lambung. Radioterapi juga dapat digunakan
sebagai upaya untuk menghentikan pendarahan yang disebabkan kanker namun
tidak dapat dia
 Kemoterapi adalah penggunaaan obat-obatan yang dapat membantu membunuh sel
kanker dan menyusutkan ukuran tumor. Prosedur ini dapat diberikan setelah
pembedahan, baik tersendiri maupun sebagai kombinasi dengan radioterapi.
Kemoterapi juga dapat diaplikasikan sebagai upaya untuk mengurangi efek dari
gejala yang timbul atau memperpanjang peluang hidup pasien dengan kanker
lambung stadium lanjut yang tidak dapat diatasi melalui pembeda
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN KANKER LAMBUNG

I. Pengkajian
Pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker lambung. Keluhan anoreksia terjadi
pada hampir semua pasien yang mengalami kanker lambung. Keluhan gastrilointestinal
yang lazim biasanya adalah nyeri epigastrium, berat badan menurun dengan cepat,
melena,dan anemia; pada kondisi ini biasanya sudah ada metastasis dalam kelenjar getah
bening, regional, paru, otak, tulang,dan ovarium. Pada pengkajian riwayat penyakit,
penting diketahui adanya penyakit yang pernah diderita seperti ulkus peeptikum atau
gastritis kronis yang disebabkan oleh infeksi. H.pylori. pengkajian pengkajian perilaku/
kebiasaan yang mendukung peningkatan risiko penyakit ini, seperti konsumsi alkohol dan
tembakau kronis, konsumsi makanan yang diasinkan ( seperti daging bakar atau ikan
asin). Perawat juga mengkaji terdapatnya penurunan berat badan selama ada riwayat
penyakit tersebut. Pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan berat
setelah pasen mendapat informasi mengenai kondisi kanker lambung. Perawat juga
mengkaji pengetahuan pasien tentang program pengobatan kanker; meliputi radiasi,
kemoterapi,dan pembedahan gastrektomi. Pengkajian tersebut memberikan inofomasi
untuk merencanakan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Walaupun pemeriksaan
fisik tidak banyak membantu untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada pemeriksaan
gastointestinal akan didapatka adanya anoreksia, penurunan berat badan,pasien terlihat
kurus. Pengkajian diagnostik yang diperlukan untuk kanker lambung adalah pemeriksaan
radiografi, endoskopi biopsi, sitologi, dan laboratorium klinik.
II. Diagnosa keperawatan
a. Ac tual/resiko ketidak efektifan jalan nafas b.d kemampuan batuk menurun, nyeri
pasca bedah
b. Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake makanan tidak adekuat
c. Nyeri b.d iritasi mukosa esophagus, respon pembedahan
d. Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entrée luka pascabedah
e. Kecemasan b.d prognosis penyakit, salah interpretasi mengenai informasi, dan
rencana pembedahan.
III. Perencanaan keperawatan
 Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk
menuru, nyeri pasca bedah.
 kriteria evaluasi
- Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
- Suara napas normal, tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
- RR dalam batas optimal 12-20 x/menit.
-
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. dalam waktu Kaji dan monitor jalan Deteksi awal untuk interpretasi
2x24 jam napas. intervensi selanjutnya. Salah satu
pembedahan cara untuk mengetahui apakan
gastrektomi, pasien bernapas atau tidak
kebersihan jalan adalah dengan menempatkan
napas pasien tetap telapak tangan di atas hidung dan
optimal. mulut pasien, untuk marasan
hembusan napas. Gerak toraks
dan diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernapas.

Beri oksigen 3 liter/ Pemberian oksigen dilakukan


menit pada fase awal pascabedah.
Pemenuhan oksigen dapat
membantu meningkatksn
PaO2 di cairan otak, yang akan
memengaruhi pengaturan
pernapasan.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Instruksikan pasien untuk Pada pasien pascabedah dengan
napas dan melakukan batuk tingkat toleransi yang baik,
efektif. pernapasan diafrgma dapat
meningkatkan ekspansi paru.
Berbagai tindakan dilskuksn
untuk memperbesar ekspansi
dada dan pertukaran gas.
Sebagai contoh, minta pasien
untuk menguap atau melakukan
inspirasi maksimal.
Batuk juga didorong untuk
melonggarkan sumbatan mucus.
Bantu pasien mengatasi
ketakutannya bahwa ekskresi
dari batuk dapat menyebabkan
insisi bedah akan terbuka.
Kesulitan bernapas dapat terjadi
akibat secret lender yang
berlebihan. Mengganti posisi
pasien dari satu sisi ke sisi
Bersihkan secret pada jalan lainnya memungkinkan cairan
napas dan yang terkumpul untuk keluar
lakukan suctioning apabilan adri sisi mulut. Jika gigi pasien
kemampuan mengevakuasi menutup, mulut
tidak efektif.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi dan monitor dapat dibuka hati-hati secara
kebersihan intervensi manual dengan spatel lidah yang
pembersihan jalan napas. di bungkus kassa.
Mucus yang menyumbat atau
trakea dihisap dengan ujung
pengisap faringeal atau kateter
nasal yang dimasukkan ke dalam
nasofaring atau orofaring.

Apabila tingkat toleransi pasien


tidak optimal, lakukan kolaborasi
dengan tim medic untuk segera
dilakukan terapi endoskopi atau
pemasangan tamponade balon.

 Aktual/ risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.
 kriteria evaluasi
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.
- Terjadi penurunan gejala refluks esophagus, meliputi odinofagia
berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
- Berat badan pada hari ketujuh pascabedah meningkat 0,5 kg

NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


2. setelah 3x24 jam Intervensi non bedah : 1. Agar makanan dapat lewat
pada pasien non 1. Anjurkan pasien makan dengan mudah ke
bedah dan dengan perlahan dan lambung.
setelah 7x24 jam mengunyah makanan 2. Beberapa pasien mungkin
pascabedah dengan seksama. mengatasi alergi terhadap
asupan nutrisi 2. Evaluasi adanya beberapa komponen
dapat optimal makanan dan makanan tertentu dann
dilakukan. beberapa penyakit lain,
kontraindikasi terhadap seperti diabetes mellitus,
makanan. hipertensi, Gout, dan
3. Sajikan makanan lainnya memberikan
dengan cara yang manifestasi terhadap
menarik. persiapan komposisi
4. Fasilitasi pasien makanan yang akan
memperoleh diet biasa diberikan.
yang disukai pasien ( 3. Membantu merangsang
sesuai indikasi). nafsu makan.
5. Pantau intake atau 4. Mempertimbangkan
output , anjurkan untuk keinginan individu dapat
timbang berat badan memperbaiki asupan
secara periodic ( sekali nutrisi.
seminggu). 5. Berguna mengatur
6. Lakukan dan anjurkan keefektifan nutrisi dan
perawatan mulut dukungan cairan.
sebelum dan sesudah 6. Menurunkan rasa tidak
makan serta sebelum enak karena adanya sisa
dan sesudah intervensi/ makanan atau bau obat
pemeriksaan peroral. yang dapat merangsang
pusat muntah.

NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Intervensi pascabedah : 1. Parameter penting adalah
1. Kaji kondisi dan dengan melakukan
toleransi auskultasi bising usus.
gastrointestinal Apabila didapatkan bising
pascagastrektomi. usus artinya fungsi
2. Lakukan perawatan gastrointestinal sudah
mulit. pulih setelah anestesi
3. Masukkan 10-20 ml umum.
cairan sodium klorida 2. Intervensi ini untuk
setiap sif melalui selang menurunkan risiko infeksi
nasogastrik. oral.
4. Berikan nurtisi cair 3. Pembersihan ini selain
melalui selang untuk enjaga kepatenan
nasogastrik atau atas selang nasogastrik juga
instruksi medis. untuk meningkatkan
5. Kolaborasi dengan ahli penyembuhan pada area
gizi mengenai jenis pascagastrektomi.
nutrisi yang akan 4. Pemberian nutrisi cair
digunakan pasien. dilakukan untuk memenuhi
6. Hindari makan 3 jam asupan nutrisi melelui
sebelum tidur. gastrointestinal. Pemberian
nutrisi melalui nasogastrik
harus dikolaborasikan
dengan tim medis yang
merawat pasien.
5. Ahli gizi harus terlibat
dalam penentuan
komposisi dan jenis
makanan yang akan
diberikan sesuai dengan
kebutuhan individu.
6. Intervensi untuk mencegah
terjadinya refluks.

 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esophagus, respons pembedahan.


Nyeri b.d. iritasi mukosa lambung, respons pembedahan
 Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif mengatakan nyeri berkurang atau teradaptasi.
- Skala nyeri 0-2 ( dari skala 0-4).
- TTV dalam batas normal, wajah terlihat rileks.
DAFTAR PUSTAKA

Arif muttaqin & Kumala Sari.2010.Gangguan gastrointestinal,Banjarmasin.Salemba Medika.


Askep Ca Lambung, akses
LP dan Askep ca lambung akses
Laporan pendahuluan ca lambung, akses
Asuhan keperawatan ca lambung

Vous aimerez peut-être aussi