Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. Fisiologi Pankreas
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar,
pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi
makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa
akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta
lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar
dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica
lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada
keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar
glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan
mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan
glukagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon
menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim
yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting
untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka
glukoneogenesis akan lebih aktif (Zuyina, 2011).
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang
dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis
beberapa hormon antara lain :
1) Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja
insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah
dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
a) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
b) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan
kromafin.
c) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
d) Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
2) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk
suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya
hipoglikemia akibat pengaruh insulin. (Zuyina, 2011).
3. Anatomi kulit
C. Etiologi/Penyebab
Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan
Bakterian-aerob (tumbuh bila tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya,
klostridium menghasilkan gas,sehingga infeksinya disebut gas gangren.
Gas gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera
atau pada luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri
klostridium menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon,
iota) menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu, terjadi
kematian jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah
(hemolisis), vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah. Racun tersebut
menyebabkan penghancuran jaringan lokal dan gejala-gejala
sistemik.Gangren disebabkan karena kematian jaringan yang dihasilkan dari
penghentian suplai darah ke organ terpengaruh.
D. Klasifikasi
Wagner ( 2008 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan ,
yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (2008) dan Ward (2009) membagi gangren kaki menjadi 2
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai,
terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
Pada perabaan terasa dingin.
Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa,
oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
E. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh
darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi yang luas. Infeksi dimulai dari kulit celah
jari kaki dan dengan cepat menyebar melalui jalur muskulofasial. Selanjutnya
infeksi menyerang kapsul/sarung tendon dan otot, baik pada kaki maupun
pada tungkai hingga terjadi selulitis. Kaki diabetik klasik biasanya timbul di atas
kaput metatarsal pada sisi plantar pedis. Sebelumnya, di atas lokasi tersebut
terdapat kalus yang tebal dan kemudian menyebar lebih dalam dan dapat
mengenai tulang. Akibatnya terjadi osteomielitis sekunder. Sedangkan kuman
penyebab infeksi pada penderita diabetes biasanya multibakterial yaitu gram
negatif, gram positif, dan anaerob yang bekerja secara sinergi.(Misnadiarly,
2008).
F. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu:
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
G. Komplikasi
Ulkus kaki diabetikum dapat menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani
dengan baik, komplikasi yang dapat ditimbulkan diantaranya (Ashok 2011):
Dry gangrene
Dry gangren terjadi ketika ada memperlambat atau hambatan dalam aliran
darah ke bagian tubuh seperti jari-jari kaki dan jari-jari.1 Dan tipe 2
diabetes mellitus tipe mengarah pada kering gangren karena gula darah
tinggi dan kerusakan diabetes menyebabkan pembuluh darah yang
membawa darah ke jari tangan dan kaki. Arteriosklerosis mengarah ke
dinding-dinding arteri yang menebal atau pembentukan plak kolesterol dan
mempersempit diameter pembuluh kecil yang mengarah ke
gangrene.Demikian pula, penyakit arteri perifer mengarah ke lemak dalam
arteri dan berhenti darah dari mengalir ke jari tangan dan kaki yang
mengarah ke gangrene.Dry gangren biasanya terbatas untuk bagian
terpengaruh dan ada adalah sebuah kawasan di kulit yang sehat hanya di
luar daerah yang terkena dampak. Wilayah yang terlibat berubah dingin,
kering, dan hitam dan akhirnya jatuh.Ini disebut mumifikasi daerah.
Basah gangrene
Basah gangren terlihat setelah cedera serius atau gigitan embun beku
atau bahkan daerah yang dibakar menjadi terinfeksi dan infeksi
mengambil akar ke dalam jaringan.
infeksi
Infeksi menyebabkan pembengkakan jaringan dan ini blok suplai darah ke
daerah yang terkena dampak membuat lebih buruk infeksi dan gangren
progresif. Basah gangren dapat menyebar lebih cepat menuju komplikasi
yang mengancam jiwa seperti syok septik jika tidak diperlakukan segera.
Gas gangrene
Gangren juga dapat disebabkan oleh bakteri khusus yang disebut
Clostridium.Ini disebut gas gangren.Ini adalah infeksi umum yang dilihat.
Necrotising nekrotikans disebabkan ketika bakteri menyebar ke dalam kulit
dan menyerang lebih dalam jaringan.
Gangren internal
Gangren dapat juga mempengaruhi organ-organ internal ketika aliran
darah ke mereka terhalang.Ini disebut gangren internal dan dapat
mempengaruhi kandung empedu atau usus yang terperangkap dalam
hernia.
Fournier's gangrene
Ketika gangren mempengaruhi penis dan alat kelamin disebut Fournier's
gangren.
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Waspadji S. (2010) manajemen perawatan luka diabetic adalah
sebagai berikut:
Pencucian luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada cairan
luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat
proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya
infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar
dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses penyembuhan
luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam
kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. mencuci dengan teknik
swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka,
karena dapat menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan
epithelium, juga membuat bakteri terdistribusi bukan mengangkat bakteri.
pada saat scrubbing atau menggosok dapat menyebabkan luka menjadi
terluka sehingga dapat meningkatkan inflamasi ( persisten inflamasi).
teknik showering (irigasi), whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling
sering digunakan dan banyak riset yang mendukung teknik ini.
keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik tekanan yang cukup
dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi, mengurangi terjadinya
trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak menyebabkan
luka mengalami trauma.
Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasikan oleh adanya sel
mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini
merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan
menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri untuk menolong
penyembuhan luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal,
surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical. Debridemen mekanik
dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis, Ultrasonic laser, dan
sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.
Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan
menghancurkan residu-residu protein. Debridemen autolitik terjadi secara
alami apabila seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan
enzim proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan
nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat
menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan
bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu
proses granulasi. Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka
yang baik adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis
debridement adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan
oleh tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam
keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secara selektif
akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak
jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun dibantu
dengan surgical atau mechanical debridement.
Dressing
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode
moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab.
Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,
menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan
bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.
Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat
meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Beberapa jenis bahan topical
terapi yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka
diabetic, diantaranya adalah calcium alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel,
metcovazin, polyurethane foam, silver dressing.
Edukasi pasien dan keluarga
Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting. Hal ini
disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan
sesuai kebutuhan dan olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun
insulin.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan
fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan
diabetes melitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,
dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
1. Diagnosa Keperawatan