Vous êtes sur la page 1sur 16

MAKALAH

KOMUNITAS

Dosen pengampu :

Intan Rina Susilawati, SST, M.Keb

Awalliyah Sri Azhari R

Nurul Fajriyanti

Putri Sufy PD

Retno Wulan Rahmawati

Riri Karlina Kusnadi

Siti Hariani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARSA HUSADA GARUT

2018-2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia
nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini di susun
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Komunitas.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari
makalah ini.

Garut, 21 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………....i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..

1. Pengenalan dini tetanus neonatorum bbl dan rujukannya………………………………………


2. Penyuluhan gizi dan kb………………………………………………………………………….
3. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu………………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan
kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-
kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di
anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh
dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan
pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan
dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan
melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka
dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang
cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam
pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun
peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait
dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini.
Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat
terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan
tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang
profesional.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penanganan dini neonates neonaturum BBL, serta rujukan?
2. Apakah penyuluhan gizi dan KB?
3. Apakah pencatatan kelahiran dan kematian Bayi/Ibu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penanganan dini neonates neonaturum BBL, serta rujukan
2. Untuk mengetahui penyuluhan gizi dan KB
3. Untuk mengetahui pencatatan kelainan dan kematian Bayi/Ibu
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Pembinaan Dukun Bayi

Pembinaan dukun merupakan bentuk pelatihan yang diberikan kepada dukun bayi oleh

tenaga kesehatan dan menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun, terutama dalam hal

hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta

pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB,

gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya

menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan AKI

(Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).

A. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum BBL serta Rujukannya

a. Tetanus Neonatorum

1) Pengertian Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan

masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat

dengan alat yang tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena

diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT

lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit

tetanus neonatorum. Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam

pencegahan tetanus neonatorum.

Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8%

mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun

1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah

satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami

penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara

serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium

tetani.

Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan,

penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus

neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat

pemotong tali pusat yang tidak steril.

Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau

kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan

kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat

ke otot perut lengan atas dan paha.

Dengan diberikan pembekalan materi tetanus noenatorum di harapkan

dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk

melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,

sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

2) Tanda-tanda Tetanus Neonatorum

a) Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa

menetek.

b) Mulut mencucu seperti mulut ikan.

c) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.

d) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

3) Penyebab Terjadinya Tetanus Neonatorum

a) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.

b) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau

diberi bermacam-macam ramuan.

4) Pencegahan Tetanus Neonatorum

a) Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”


 Bersih Penolong

Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun

hingga bersih.

 Bersih Alas

Alas tempat ibu berbaring harus bersih.

 Bersih Alat

Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak

berkarat. Supaya steril gunting dan benang direbus dalam air

mendidih selama paling sedikit 15 menit pada saat akan dipakai.

b) Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.

c) Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.

d) Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi

ramuan, jamu, daun-daunan, atau abu dapur.

e) Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.

f) Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.

g) Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan memberi imunisasi

tetanus toksoid sebanyak 2 kali kepada ibu hamil, calon pengantin, dan

anak perempuan kelas 6 sekolah dasar. Imunisasi TT bagi calon ibu

berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap tetanus.

Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama

belum memberi kekebalan pada bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus

sehingga bayi yang berusia kurang dari 1 bulan dapat terkena tetanus

melamui luka tali pusat. Imunisasi TT umumnya diberikan kepada ibu

hamil, calon pengantin wanita, dan anak perempuan kelas 6 SD.


 Pada ibu hamil yakni TT 1 segera setelah ada tanda-tanda kehamilan

dan TT 2 satu bulan setelah TT 1.

 Pada calon pengantin wanita yakni TT 1 pada saat pendaftaran nikah

dan TT 2 Satu bulan setelah TT 1.

 Anak perempuan kelas 6 SD yakni TT kapan saja selama SD kelas 6.

b. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan atau

fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan

jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami

persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah

selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas

kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi

sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan

rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi

keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui

lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat

obstetri dan bayi baru lahir seperti:

1) Pembedahan termasuk bedah sesar.

2) Transfusi darah.

3) Persalinan menggunakan ekstraksi fakum atau cunam.

4) Pemberian anti biotik intravena.

5) Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL

Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan

pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat

rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi

penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas.


Jika ibu bersalin/ BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka

akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk

komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu

melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya

dan meminta bekerja sama yang baik dari suami atau keluaga ibu untuk

mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan

bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu

penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan

ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.

Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan

keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara

dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana

rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana

rujukan:

1) Siapa yang akan menemani ibu dan BBL.

2) Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada

lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling

sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).

3) Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan

mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang

maupun malam.

4) Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.

5) Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan

bahan-bahan.
6) Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu

tidak dirumah.

Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini

harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau diawal

persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama

kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu

dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan dan

rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan semua

persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan

asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.

Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting

dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.

1) B (Bidan)

Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan

yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk

dibawah kefasilitas rujukan.

2) A (Alat)

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan

BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat

rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu

melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.

3) K (Keluarga)

Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan

mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan

merujuk ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang

lain harus menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.


4) S (Surat)

Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi

mengenai ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil

penyakit, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga

partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik

5) O (Obat)

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-

obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.

6) K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam

kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik

untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.

7) U (Uang)

Ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk

membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang

diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

B. Penyuluhan Gizi dan KB (Keluarga Berencana)

Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi

terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu hamil,

bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di

lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat

menindaklanjuti dengan menyebarkan kepada masyarakat.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan imformasi

kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk menjaga kesehatan ibu dan

bayi, serta menghindari pantang makanan. Selain masalah gizi, materi KB perlu

diberikan juga kepada dukun. Dengan keikut sertaan dukun dalam menyukseskan
program KB, kesejahteraan ibu dan bayi meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu

untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan mengurus

keluarga.

a. Penyuluhan Gizi

1) Gizi pada ibu hamil

a) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat

lima sempurna.

b) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.

c) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari

seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.

d) Tidak ada pantangan makan selama hamil.

e) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.

2) Gizi pada Bayi

a) Usia 0-6 Bulan

 Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi,

siang, sore maupun malam.

 Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI

eksklusif).

 Susui atau teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara

bergantian.

b) Usia 6-9 Bulan

Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat

dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat.

c) Usia 9-12 Bulan


 Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur

nasi, nasi tim dan nasi lembik.

 Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu,

tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.

 Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti

bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.

 Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat

saring

b. Penyuluhan KB (Keluarga Berencana)

Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu

untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus

keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun

Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR

terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian

khusus. Salah satu usaha untuk menciptakan kesejahtreraan adalah dengan

memberi nasihat perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka

kelahiran.

Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan

nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~ kesejahteraan ekonomi,

spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil

angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika

jumlah anak sudah mencukupi.

Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai berikut.


1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “4 terlalu” yaitu

terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan

mendapat prioritas pelayanan KB.

2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan

keuntungan dan kelemahan masing-masing sehingga ia dapat menentukan

pilihannya.

3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan

dan kelemahannya sehingga ia dapat menentukan pilihannya.

4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada

klien agar dapat ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil

pemeriksaannya.

5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai. berbagai

metode kontrasepsi.

C. Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi

Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran

dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kamatian di tujukan untuk

mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau

desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian baik ibu

maupun bayi.

Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang

ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga

kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu)

dan AKB (Angka Kematian Bayi). Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam

pencegahan tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru

lahir, disebabkan masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan

tali pusat dengan alat yang tidak bersih. Jika bayi sudah mulai memperlihatkan tanda

seperti mulut mencucu seperti mulut ikan, kejang terutama bila terkena rangsang cahaya,

suara dan sentuhan,dll waspadai gejala tersebut. Tetapi jika kebersihan atau hygiene

penolong persalinan dan ibu bersalin tetap dijaga, neonates neonaturum dapat di hindari.
DAFTAR PUSTAKA

Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi


Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
https://www.academia.edu/13154938/ASKEB_KOMUNITAS_DUKUN_BAYI

Vous aimerez peut-être aussi