Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NPM: 1541011003
SKKNI yang di miliki oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011 dan telah
memperoleh penetapan oleh kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi meliputi sub sektor
Berikut:
3 SPA KEP.141/MEN/V/2005
Untuk memperoleh Pimpinan perjalanan wisata (Tour Leader) yang berkualitas, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kompeten, perlu didukung dengan adanya sistem
pendidikan dan pelatihan nasional yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan. Untuk memberi
gambaran dan pedoman yang jelas dan sistematis tentang persyaratan minimal tenaga kerja di
bidang Pimpinan perjalanan wisata (Tour Leader), maka perlu disusun Standar Kompetensi
Kerja Nasional Bidang Pimpinan perjalanan wisata (Tour Leader).
Berikut pengelompokan unit SKKNI bagi Pimpinan perjalanan wisata (Tour Leader):
a. Kompetensi Umum / General
Kelompok kopetensi ini meliputi: Berkerjasama dengan kolega dan wisata, Berkerja dalam
Lingkungan Sosial yang berbeda, Mengikuti Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan di
Tempat Kerja, Menangani Situasi Konflik, mengembangkan dan memutakhirkan pengetahuan
Pariwisata.
Kelompok kopetensi ini meliputi: Melakukan Komunikasi secara lisan dalam bahasa Inggris
Pada tingkat Oprasional dasr, Membaca dalam bahasa Inggris pada tingkat operasional dasar,
Menulis dalam bahasa inggris pada tingkat oprasional dasar.
Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata sangat erat
kaitannya dengan upaya untuk mencapai tingkat kebersaingan yang tinggi. Oleh karena itu perlu
didasarkan pula pada manajemen daya saing yang akan dapat meningkatkan profesionalisme
dalam pemberian pelayanan secara comprehensive. Arus globalisasi perekonomian dunia yang
merebak ke segala sektor dan hampir merambah ke segenap kegiatan usaha tidak terkecuali telah
dirasakan dampaknya pada bidang pendidikan dan pelatihan. Tantangan pengembangan di sektor
pariwisata dinilai sangat kompleks, mulai dari ketatnya persaingan dan tuntutan konsumen
(Customer Demand) serta pengaruh globalisasi. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan
profesional di bidang pariwisata, maka peran lembaga pendidikan dan pelatihan menjadi sangat
menentukan.
Pengembangan sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan oleh BNSP terkait dan terpadu
dengan pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) serta
pengembangan pelatihan berbasis kompetensi di lembaga-lembaga pelatihan kerja sebagai
kesatuan Sistem Latihan Kerja Nasional (SISLATKERNAS). Sesuai dengan Pasal 18 ayat (1),
(2) dan (3) Undang-Undang No. 13 tahun 2003, sertifikasi kompetensi kerja merupakan bentuk
pengakuan secara formal terhadap kompetensi kerja yang telah dikuasai oleh lulusan pelatihan
kerja atau tenaga kerja yang telah berpengalaman. Pengaturan sertifikasi kompetensi kerja ini
merupakan bagian integral dari SISLATKERNAS.
Berikut tata cara Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi
kompetensi kerja:
Pelatihan berbasis kopetensi adalah pelatihan yang berorientasi pada pencapaian kopetensi
peserta latih, sehingga hasil akhir dari pelatihan adalah meningkatnya kopetensi peserta latih
yang dapat di ukur melalui aspek sikap,pengetahuan, dan keterampilan.
Sebelum menyelenggarakan program pelatihan, perlu di bentuk dan ditetapkan tim penyusun
program yang terdiri dari unsur-unsur, diantaranya:
5. Instansi pemerintah.
1. Kesenjangan antara kompetitif yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan kompetensi yang di
butuhkan pada usaha pariwisata.
2. Jenis dan jumlah usaha pariwisata yang terdapat di daerah tempat penyelenggaraan pelatihan
dan banyak memperkerjakan masyarakat setempat.
1. Kinerja, sejauh mana element kopetensi yang dipersyratkan, terukur berdasarkan tingkat yang
diinginkan.
2. Persyaratan kinerja, sejauh mana kondisi kriterian unjuk kerja yang diaplikasikan.
3. Acuan penilaian, sejauh mana acuan dapat di pergunakan dalam melaksanakan penilaian.
Dalam menetapkan jenis pelatih, penetapan unit kompetensi yang terdiri dari kompetensi umum
kompetensi inti dan kompetensi khusus mengacu pada hasil analisis yang telah di peroleh,
sehingga program pelatihan menjadi tepat guna,tepat sasaran dan dapat menjawab kesenjangan
antara kompetansi tenaga kerja dengan kompetensi yang di butuhkan oleh usaha pariwisata.
Penyusunan kurikulum pelatihan didasarkan atas penetapan program pelatihan dan merupakan
salah satu tahapan kegiatan penyelenggaraan pelatihan. Kurikulum pelatihan mencakup:
1. Kelompok unit dan kode unit kompetensi : kompetensi umum, inti dan khusus.
Penyusunan silabus mengacu pada unit-unit kompetensi yang terdapat pada kurikulum yang
telah di tetapkan. Pencapaian kompetensi dilakukan melalui analisis terhadap kriteria unjuk kerja
(KUK) pada setiap elemen kompetensi sesuai indikator keberhasilan pencapaian kompetensi.
1. Standar kompetensi kerja, standar kompetensi kerja harus mengacu keda 2 aspek yaitu:
Langkah proses penyusunan silabus terdiri dari pencapaian tujuan kompetensi dan ldentifikasi
dan analisis kebutuhan standar kompetensi.
2. Pengalaman perkerjaan, memiliki pengalaman kerja di bidang tugasnya minimal selama satu
tahun.
3. Pelatihan yang pernah diikuti, disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan di selenggarakan
ditunjukan dengan bukti sertifikat.
Instruktur dalam pelatihan berbasis kompetensi harus memiliki kemampuan sebagai pembicara
sekaligus pemandu sehingga peserta pelatihan tidak hanya memperoleh keterampilan dan
gambaran sikap dalam melaksanakan perkerjaanya. Dalam menetapkan instruktur pelatihan,
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
2. Memahami SKKNI
4. Menguasai teknis subtansi sesuai dengan nama dan jenjang pelatihan yang akan dilaksanakan
j. Fasilitas Pelatihan
Fasilitas pelatihan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan
pelatihan dan pencapaian tujuan kompetensi yang diharapkan dari peserta pelatihan. Fasilitas
pelatihan yang di butuhkan berupa:
k. Penyelenggaraan Pelatihan
Dalam penyelenggaraan pelatihan, terdapat beberapa hal yang harus di persiapkan oleh
penyelenggara, seperti:
1. Buku panduan peserta
2. Jadwal pelatihan
3. Modul/materi pelatihan
4. Tempat pelatihan
5. Instruktur
1. Penyelenggara pelatihan harus didukung oleh instruktur sesuai dengan kriteria yang telah di
tetapkan.
2. Penyelengara pelatihan harus didukung fasilitas pelatihan yang memenuhi persyaratan untuk
menjamin tercapainya standar kompetensi kerja.
3. Penetapan kelulusan dilakukan dengan cara memberikan penilaian kepada peserta pelatihan
berdasarkan hasil test yang dapat berupa penilaiaan tertulis, simulasi dan praktek.
4. Peserta yang dinyatakan kompeten oleh instruktur dinyatakan lulus pelatihan dan berhak
mendapatkan sertifikat pelatihan kerja.
Evaluasi berbasis kompetensi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelatihan yang di
selengarakan tepat sasaran, efesien dan efektif. Dengan adanya evaluasi, maka pelatihan yang
dilakukan dapat mempertanggung jawabkan mutunya. Pelaksanaan evaluasi dapat dilihat dari
komponen aspek:
1. Evaluasi Instruktur
3. Evaluasi Penyelenggara
Persyaratan Pendaftaran :
Proses Asesmen :
1. LSP Pariwisata Cabang DIY merancang uji kompetensi untuk menilai kompetensi secara
tertulis, lisan, praktik, pengamatan atau cara lain yang andal dan objektif, serta
berdasarkan dan konsisten dengan skema sertifikasi. Rancangan persyaratan uji
kompetensi menjamin setiap hasil uji dapat dibandingkan satu sama lain, baik dalam hal
muatan dan tingkat kesulitan, termasuk keputusan yang sah untuk kelulusan dan
ketidaklulusan.
2. LSP Pariwisata Cabang DIY memilki prosedur untuk menjamin konsistensi administrasi
uji kompetensi.
3. LSP Pariwisata Cabang DIY menetapkan, mendokumentasikan serta memantau kriteria
untuk kondisi administrasi uji kompetensi.
4. LSP Pariwisata Cabang DIY menjamin peralatan teknis yang digunakan telah diverifikasi
atau dikalibrasi secara tepat.
5. LSP Pariwisata Cabang DIY mendokumentasikan dan menerapkan metodologi dan
prosedur yang tepat (misalnya, mengumpulkan dan memelihara data stastistik) dalam
batasan tertentu yang dibenarkan, untuk menegaskan kembali keadilan, keabsahan, dan
kinerja umum setiap ujian, dan tindakan perbaikan terhadap semua kekurangan yang
dapat dikenali.