Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ethnobotany Contributes to The Understanding Human Relationship with Plant and Their
Environment. The scope of ethnobotanical research has been developed to a broader scope
from the originated word of ethnobotany was coined.. This discipline attempts to explain
reciprocal relationships which occur between local societies and its natural world, in extant,
between local societies and their cultures that reflected in the archeological records.
Ethnobotany is also very closely related to the domestication of plants such as the species
domesticated, where these species domesticated, the purpose of domestication, the manner,
and the status of the domesticated plants today. Etnobothany also concerns to the role of
plants in ecology, environment and phytogeography as conceived by tradition or by the local
communities. In addition to its traditional role in economic botany and the exploration of
human cognition, ethnobotanical research has been applied to the practical areas such as
biodiversity prospecting and vegetation management. Thus ideally, ethnobotany should
includes rules and categorization acknowledged by local communities. Rules and categorization
are use to appropriately facing daily social situations in recognizing, interpreting and utilizing
plant resources in their environment. In summary, the scope of research in ethnobotany is
interdisciplinary and ethnoscience as mentioned earlier and these scopes will be the main
focus of discussion in this article. In particular, in its relation to the strategic position of
Indonesia based on wealth, diversity of plants, species and ecosystems and socio-cultural
life.
375
Eko Baroto Walujo
376
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
dideteksi berangka tahun 7000 SM., Fakta lain yang dipelajari Harlan &
Phaseolus acutifolius (5000 SM), de Wet (1965) mengenai kelompok
Phaseolus coccineus (2200 SM) yang tertentu tumbuhan liar yang telah
kesemuanya ditemukan di Tehuachan- mengalami proses domestikasi sebagian
Mexico, dan Phaseolus lunatus besar adalah jenis dari suku Gramineae
berangka tahun 5300 SM di Chili, Peru. dan Leguminosae, dan merupakan
Pendataan ini membawa pada suatu tanaman budidaya utama. Sedangkan
kesimpulan tentang awal waktu pertanian suku Cyperaceae, Ranunculaceae,
di Amerika. Dalam penelitian tersebut Cactaceae, Caryophyllaceae, Portula-
juga diketengahkan bahwa karakter caceae, Berberidaceae, Papaveraceae,
morfologi material biji dan polong Saxifagraceae, Geraniaceae, Onagra-
P.vulgaris yang ditemukan pada ceae, Apocynaceae, Asclepiadaceae,
dasarnya sama dengan buncis-buncis Plantaginaceae dll, merupakan suku-suku
modern yang ada pada saat ini. Ini yang dimanfaatkan sebagai tanaman
memperlihatkan bahwa perkembangan budidaya sampingan.
buncis yang dibudidayakan dan Domestikasi tumbuhan tidak
dimanfaatkan sekarang ini masih mirip terlepas dari sejarah dan asal usul
dengan tipe-tipe pada awal budidaya. tanaman budidaya. De Candolle (1855)
Di Indonesia, hasil temuan di Gua mempertegas bahwa sejarah pertanian
Ulu Leang1 (Maros-Sulawesi Selatan) juga terkait erat dengan sejarah
yang dilaporkan oleh Poesponegoro & domestikasi tumbuhan menjadi tanaman.
Notosusanto (2008) membuktikan Menurutnya, pertanian diawali dengan
tentang domestikasi tanaman padi domestikasi jenis-jenis utama, yang
(Oryza sativa) melalui temuan sisa-sisa tersebar di tiga daerah utama, yaitu Cina,
butiran padi dan sekam padi yang Asia Barat Daya (termasuk Mesir),
berasosiasi dengan gerabah. Temuan ini Inter-Tropikal Amerika. Masing-masing
berangka tahun 2160 – 1700 SM. daerah utama membudidayakan jenis-
Diperkirakan bahwa domestikasi jenis tertentu, dan bahwa penyebaran
tanaman padi telah dimulai di kawasan tanaman budidaya tidak merata seperti
beriklim muson, yang memanjang dari yang diperkirakan banyak orang. Ada
India bagian timur laut, sebelah utara beberapa kawasan yang kaya dengan
Vietnam hingga mencapai sebelah keragaman tanaman budidaya, namun
selatan China. Bukti awal domestikasi demikian tidak sedikit pula yang miskin
tanaman padi ditemukan di situs Kiangsu dengan keanekaragaman jenisnya.
dan Chekiang di China, berangka tahun Sebagai contoh diketengahkan ketidak
3300 – 4000 SM. Bukti lain berupa sekam merataan kultivar gandum yang tersebar
padi yang digunakan sebagai temper di seluruh dunia. Di benua Eropa dan
gerabah yang ditemukan di Thailand Siberia, gandum yang ditanam umumnya
tahun 3500 SM turut memperkuat dugaan hanya beberapa kultivar saja. Berbeda
tentang domestikasi tanaman padi. dengan di Timur Tengah, terutama di
Anatoli, Palestina dan Syria, diketemukan
377
Eko Baroto Walujo
sejumlah kultivar gandum mulai yang kemampuan tumbuhan itu sendiri dalam
berkromosom diploid, tetraploid sampai mempertahankan dirinya. Tumbuhan
dengan heksaploid. Kemudian di telah dikumpulkan dari berbagai tempat
Afghanistan hanya ditemukan kultivar untuk bahan pangan yang mula-mula
gandum yang heksaploid saja, di sebagai tumbuhan liar, akan tumbuh
Mediterania hanya yang tetraploid saja. meliar ditempat-tempat pembuangan atau
Sebaliknya di Ethiopia ditemukan ratusan disekitar tempat pemukiman manusia
kultivar gandum. Pada akhir studinya purba di dekat dapur dan tumpukan
Vavilov (1926), mempertimbangkan sampah. Jenis itu kemudian tumbuh dan
pandangan ini dengan menggambarkan beradaptasi terhadap lingkungan yang
bahwa awal tanaman budidaya utama baru dan dipanen kembali. Terkait dengan
adalah daerah tropik dan sub-tropik, yang hipotesa ini, menguatkan pandangan
terdiri atas 11 atau 12 pusat awal, yang Kaplan et.al (2003) bahwa didalam
didasarkan pada konsep bahwa pusat disiplin etnobotani terdapat seperangkat
keanekaragaman ditetapkan sebagai asumsi hubungan antara pola perilaku
pusat awal/ asal-usul. Pusat-pusat awal dengan penataan sosio-kultural yang
atau asal-usul tanaman budidaya tersebut terintegrasi dalam bahasa, sistem kognitif,
berada di Cina, India, Indo-Malaya, Asia kaidah dan kode etik budaya tempatan.
Tengah, Timur Tengah, Mediteran, Dengan demikian maka didalam disiplin
Abesinia, Meksiko-Amerika Tengah, etnobotani, harus ada keterpaduan antara
Amerika Selatan, Chili dan Brasil- ranah etnologi dan botani untuk saling
Paraguay. mengisi dan menguatkan. Menurutnya,
Semua fakta yang terkait dengan kajian etnobotani dapat melakukan
pusat-pusat awal tanaman budidaya tadi evaluasi terhadap tingkat pengetahuan
senantiasa bersentuhan dengan aktifitas dan fase-fase kehidupan masyarakat
manusia. Sehingga dengan berkem- dalam kaitan dengan pemaknaan dan
bangnya tingkat sosial dan moral penggunaan tetumbuhan di dalam lingkup
manusia purba, mereka mulai memilih kehidupan sehari-hari.
jenis-jenis yang mereka sukai. Tumbuhan Filosofi yang mendasari pemikiran
tersebut kemudian akan berubah dari ahli etnobotani tentu bagaimana cara
status liar akan mengalami penjinakan pandang seorang ahli tumbuh-tumbuhan
dan karena adanya seleksi alam, akan (botanis) berlaku sebagai seorang
menurunkan variasi yang ada tetapi akan etnograf dan sebaliknya seorang etnolog
meningkatkan variasi baru karena mampu memahami tumbuhan, bagaikan
hibridisasi dan mutasi. seorang ahli botani. Oleh karena itu
Hipotesa “rubbish-heap hypo- bidang etnobotani sangat berkepentingan
these” yang diperkenalkan oleh mengikuti dari dekat perkembangan yang
Engelbrecht (1916) menganggap bahwa berlangsung baik di seputar persoalan
domestikasi tidak diciptakan manusia etnik maupun dalam ranah botani (Putra,
pertama, tetapi terjadi secara kebetulan 1985). Seterusnya Rifai & Walujo (1992),
yang berawal dari berkembangnya lebih merinci tentang pengertian disiplin
378
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
379
Eko Baroto Walujo
380
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
381
Eko Baroto Walujo
382
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
383
Eko Baroto Walujo
asal tanaman budidaya. Vavilov, menurut selalu tersedia sepanjang tahun dan dapat
catatan Zeven & Zhukovsky (1967) langsung dipanen dari jenis liarnya.
Indonesia merupakan kawasan yang Dalam hal pangan, masyarakat
banyak ditemukan kerabat jenis-jenis liar Indonesia, mengenal padi sebagai sumber
yang berpotensi ekonomi. Jauh sebelum pangan utama, selain jagung dan ubi
penelitian Vavilov mengenai pusat asal kayu. Namun di berbagai tempat masih
tanaman budidaya, de Candolle telah ada yang mengandalkan sagu, ubi jalar,
menunjukkan bahwa terdapat tiga talas dan pisang sebagai sumber pangan
kawasan pertanian utama yaitu, Asia penting. Terkait dengan keanekaragaman
Selatan Barat, China, dan Amerika dalam pembudidayaan, ternyata
Tropika. Setelah itu Vavilov melanjutkan beberapa jenis tanaman pangan telah
penelitiannya mengenai pusat-pusat dunia mengalami evolusi, sejalan dengan
tentang tempat asal tanaman budidaya perkembangan budayanya. Dari sini
yaitu, Asia Selatan-Barat, Asia Tenggara terungkap bahwa perbaikan mutu
(termasuk Indonesia), Mediteranian, tanaman tadi nampaknya disesuaikan
Abisinia, dan Amerika. Indonesia, sebagai dengan kehendak dan kebutuhan
salahsatu pusat Asia Tenggara, versi masyarakat. Pada kasus masyarakat
Vavilov, atau pusat Indochina-Indonesia, tradisional, para “pembudidaya
versi Zeven dan Zhukovsky, atau lingkar tradisional” secara tidak sengaja telah
pulau-pulau selatan, versi Li Hui-Lin memilah-milah kultivar-kultivar unggul
(1970). untuk dibudidayakan secara turun
Menurut Vavilov, kawasan yang temurun. Contohnya, bermacam-macam
disebut di atas kaya akan jenis jahe- varietas padi lokal telah berkembang di
jahean, pisang, padi tebu, kacang- berbagai lahan di seluruh Indonesia sejak
kacangan (kara pedang, Canavalia ratusan tahun lalu. Tiap daerah memiliki
gladiata; benguk, Mucuna pruriens; varietas andalan, misalnya masyarakat
kecipir, Psophocarpus tetragonolobus; Dayak paling tidak mengenal varietas
petai, Parkia speciosa; jengkol, lokal pare bentian, pare kenyah,
Pithecellobium jiringa), bambu, kelapa, masyarakat Jawa Barat mengenal padi
ubi-gembili, mangga dll. Li juga sepakat varietas cianjur, Jawa Tengah dengan
dengan Vavilov bahwa di pulau-pulau rojo lele dan Jawa Timur dengan beras
nusantara merupakan pusat buah-buahan mentiknya (Sastrapraja 1998).
seperi manggis (Garcinia mangostana), Sementara itu hasil penelitian Walujo
rambutan (Nephelium lappaceum), dan (1994) menyebutkan bahwa di Wamena-
durian (Durio zibethinus), jeruk nipis Pegunungan tinggi Jayawijaya, Papua,
(Citrus aurantica). Li juga menambah- para pembudidaya tradisional, suku Dani,
kan bahwa, karena pada umumnya di sejak ratusan tahun melakukan kegiatan
kawasan pulau-pulau di lingkar selatan budidaya tanaman pangan. Dengan
selalu menghijau sepanjang tahun maka, segala aktivitas bertaninya, secara tidak
masyarakat tidak ada dorongan untuk sengaja mereka telah melahirkan
membudidayakan sayur-sayuran, karena berbagai kultivar lokal tanaman budidaya,
384
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
385
Eko Baroto Walujo
386
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
387
Eko Baroto Walujo
388
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
389
Eko Baroto Walujo
390
Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan
391