Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HALAMAN PENGESAHAN
Semarang, 2019
Asisten Pengampu
i
P0
RINGKASAN
ii
P0
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi
Industri dengan materi Absorbsi CO2 dengan larutan NaOH.
Penulis meyakini bahwa terselesainya penulisan laporan resmi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya usaha, doa, serta dukungan dari berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku penanggung jawab
Laboratorium Proses Kimia Universitas Diponegoro.
2. Bapak Prof. Dr. Andri Cahyo K.,St, MT selaku dosen pengampu materi
absorbsi 𝐶𝑂# dengan Larutan NaOH Praktikum Proses Kimia Universitas
Diponegoro.
3. Miftaqul Huda selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Kimia
Universitas Diponegoro.
4. Faisal Maulana Kusumah, selaku asisten pengampu materi Praktikum Proses
dengan materi Absorbsi Praktikum Proses Kimia Universitas Diponegoro.
5. Segenap Asisten Laboratorium Proses Kimia Universitas Diponegoro.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
resmi ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat berguna serta bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
iii
P0
DAFTAR ISI
iv
P0
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Amonia………………………………………………………………………3
Gambar2.2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH…………...4
Gambar 3.1 Rangkaian alat Utama………………………………….....….....8
Gambar4.1 Hubungan N CO2 terhadap waktu alir………………………….12
Gambar 4.2 Hubungan variabel terhadap nilai KGa………………...…...…13
Gambar 4.3 Hubungan variable terhadap nilai KLa………………………...14
Gambar 4.4 Hubungan variable terhadap nila K2………………..………….15
vi
P0
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara……………………………………………………………A-1
Lembar Perhitungan………………………………………………………...…B-1
Data Pendukung……………………………………………………………….C-1
Lembar Kuantitas Reagen ……………………………………………………D-1
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia dapat melibatkan bahan baku
yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi
kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau
bahkan tersier (Coulson. 1996). Sebelum reaksi kimia berlangsung, salah satu atau lebih
bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas
atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak
mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan
gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan, tergantung pada
konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi
berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam
reaktor tangki berpengaduk bersparger, kolomg gelembung (bubble column) atau kolom yang
berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan
pada pemurnian gas sintesis yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada
industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan. seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid
dll (Coulson, 1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses
absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-membentuk ion
CO32-dan H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya
diabaikan (Danckwerts. 1970; Juvekardan Sharma. 1972). Namun. menurut Rehm et al.
(1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH
cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika
reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan
bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di dalam sebuah reaktor yang biasanya
sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch
berskala laboratorium dengan mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan
pengendalian reaksi. Peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis, serta ketelitian.
1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variabel terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi ?
2. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas
(kGa) ?
3. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair
(kLa)?
4. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2) ?
1.3 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini. mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa
hal berikut:
1. Pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi.
2. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam 3angka33 kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap sehingga satu atau lebih komponen
gas tersebut larut dalam cairan. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu 3 angka
3 fisik dan 3 angka 3 kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam
larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah 3
angka 3 gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena
adanya interaksi fisik. Mekanisme proses 3angka3 fisik dapat dijelaskan dengan beberapa
model. Yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi
oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah
3angka3 gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari
3angka3 kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti
yang terlihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam 3angka berpengaduk yang dilengkapi dengan
sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang
inert (packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi
biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan
ekonomi.
3
2.2 Analisa Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorbsi Gas oleh Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH yang disertai reaksi
kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas
menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam
fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.2.
Gas Liq.
bulk Gas Liq. bulk
flow film film flow
A*
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan:
A* = H.pai (2)
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi
antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil :
Kedaan batas :
< ]
(a) 5.67 89 .[:; ≫1
8=
4
< ] :; <
(b) 5.67 89 .[:; 6
≪≪ A.0∗ 567 dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara 𝐶𝑂#
8= B
Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan
proses:
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi
biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika
CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama
dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi berarti terjadi pelucutan [𝑂𝐻4 ] dalam larutan. Hal ini
berakibat :
< ] :; <
5.67 89 .[:; ≈ A.0∗ 567
6
(6)
8= B
5
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas 𝐶𝑂# ke dalam larutan NaOH akan mengikuti
persamaan:
𝑎. 𝐻. 𝑝𝑔. 𝜙 𝑘P
𝑅𝑎 =
𝑎. 𝐻. 𝜙 𝑘P
1 +
𝑘WC
Dengan 𝜙 adalah enhancement factor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa
𝐶𝑂# pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti
dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):
[NI< ]LB
.67 89 .[:; < ] FG .Z
Y.7∗ L7
𝜙 = 8=
X <
[NI ]LB [
1/2
(8)
∗
Y.7 L7
Nilai diffusivitas efektif (𝐷0 ) 𝐶𝑂# dalam larutan NaOH pada suhu 30℃ adalah
2.1 × 104a 𝑐𝑚# ⁄𝑑𝑒𝑡 (Juverkardan Sharma , 1973).
Nilai 𝑘WC dapat dihitung berdasarkan pada absorbs fisik dengan meninjau perpindahan massa
total 𝐶𝑂# ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang watu tertentu di dalam alat
absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, 𝑘WC dapat dihitung menurut persamaan
(Kumoro dn hidayat. 2000) :
8OH .hD9 mnN9 𝒬nN9 1,4003 pnN9
67
= 4,0777 × l pnN9 .C
q × lm q1/3. (9)
nN9 𝒬nN9
r(F4s) vwxyh
Dengan 𝑎 = hD
dan 𝜀 = vz
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka 𝑝y{ dapat didekati dengan ∆𝑝 = 𝑝𝑖𝑛 − 𝑝𝑜𝑢𝑡
Sedangkan nila 𝑘|C dapat dihitung secara empiric dengan persamaan ( Zheng dan and Xu,
1992) :
Jika laju reaksi pembentukan 𝑁𝑎# 𝐶𝑂“ jauh besar dibandingkan dengan laju difusi 𝐶𝑂# ke
dalam larutan NaOH, maka konsentrasi 𝐶𝑂# pada batas film cairan dengan badan cairan
6
adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi 𝐶𝑂# yang sangat cepat selama reaksi sepanjang
film. Dengan demikian tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:
67 .(D 4D–—˜)
‚•
𝑥 = {x| (}: 9< ).™.š (12)
„
7
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
8
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pertama, kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup. Setelah itu, mengalirkan
larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi. Selanjutnya, menghentikan
aliran jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing. Mengeluarkan
aliran di dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom, cairan tersebut ditampung
di dalam erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup jika cairan dalam kolom tepat
berada pada packing bagian paling bawah. Mencatat volume cairan sebagai volume ruang
kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid. Menentukan volume total kolom absorpsi, yaitu
dengan mengukur diameter kolom (D) dan tinggi tumpukan
a. Operasi absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai variabel ke dalam
kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir tertentu hingga keadaan mantap
tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom dan ukur
beda ketinggian cairan dalam manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan
dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion
karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
b. Menganalisis sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam erlenmeyer.
Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel dititrasi dengan larutan
HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir hilang (kebutuhan titran = a mL).
Kemudian menambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan
lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL).
9
3.4 Lembar Pengamatan
3.4.1 Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan 𝐶𝑜# : 6,5 bar
2. Suhu : 30 °C
3. Konsentrasi HCl : 25%
b. Variabel Berubah
Konsentrasi NaOH : 0.625 N
Laju alir NaOH. : 3ml/sec
4ml/sec
5ml/sec
3.4.2 Data Hasil Pengamatan
Variabel 1 (3ml/sec)
t Va Vb N 𝐶𝑂# n 𝐶𝑂#
terserap
0 4.5 13 1.56 4.68
1 4.3 14.3 1.716 5.148
2 4.1 14.9 1.788 5.364
3 2.8 16.8 2.016 6.048
4 2.5 21.0 2.52 7.560
5 2.3 22.3 2.676 8.028
6 2.1 23.4 2.808 8.424
7 2.0 23.8 2.856 8.568
8 1.6 24.5 2.94 8.820
9 1.5 25.1 3.01 9.036
10 1.3 25.6 3.07 9.21
Rata-rata 2.63 20.43 2.45 6.52
Variabel 2 (4ml/sec)
t Va Vb N 𝐶𝑂# n 𝐶𝑂#
terserap
0 3.6 9.7 1.164 4.65
1 2.8 10.8 1.296 5.18
2 2.3 11.10 1.332 5.33
3 1.9 12.40 1.488 5.95
4 1.7 13.00 1.56 6.24
5 1.7 16.20 1.94 7.76
6 1.5 16.50 1.98 7.92
7 0.9 17.0 2.04 8.16
8 0.8 19.3 2.32 9.26
9 0.8 21.0 2.52 10.08
10 0.7 23.0 2.76 11.04
Rata-rata 1.7 15.45 1.85 7.42
10
Variabel 3 (5ml/sec)
t Va Vb N 𝐶𝑂# terserap n 𝐶𝑂#
0 3.0 8.5 1.02 4.08
1 2.7 9.5 1.14 54.56
2 2.0 10.7 1.28 5.136
3 1.7 11.0 1.32 5.28
4 1.6 12.00 1.44 5.76
5 1.4 15.5 1.86 7.44
6 1.3 15.0 1.80 7.20
7 0.7 16.0 1.92 7.68
8 0.5 18.5 2.22 8.88
9 0.4 19.0 2.28 9.12
10 0.3 21.0 2.52 10.00
Rata-rata 1.42 14.25 1.71 5.92
11
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Variabel terhadap Jumlah N CO2 Terserap Tiap Waktu
Dalam percobaan ini, telah dilakukan pengukuran jumlah CO2 terserap
terhadap laju alir NaOH sebagai variabel bebas. Dimana variabel 1 merupakan
NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel 3 sebanyak
5 ml/s.
12
10
8
N CO2 Terserap
6 Variabel 1
Variabel 2
4
Variabel 3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)
12
Berdasarkan data diatas hal ini sudah sesuai dengan teori dimana semakin
lama waktu absorbsi akan menyebabkan jumlah CO2 yang terserap semakin
besar, namun hal ini berbanding terbalik apabila laju alir NaOH semakin besar,
maka jumlah CO2 yang terserap sedikit.
4.2 Pengaruh Variabel Terhadap Nilai KGa
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
koefisien perpindahan massa interfase gas (KGa) dari CO2. Dimana variabel 1
merupakan NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel
3 sebanyak 5 ml/s.
10,5
10
9,5
KGa (10-8)
8,5
8
1 2 3
Variabel (ml/s)
13
Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih
sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit (Maarif dan Arif, 2009).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi
pada variabel 2 dapat diakibatkan oleh adanya peningkatan luas interfacial
packing dalam kolom absorpsi sehingga aliran menyebar keseluruh permukaan.
Namun terjadinya penurunan pada variabel 3 dikarenakan laju alir yang
semakin tinggi akan menyebabkan waktu kontak CO2 semakin kecil.
4.3 Pengaruh Variabel terhadap Nilai KLa
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
koefisien perpindahan massa interfase cair (KLa) dari CO2. Dimana variabel 1
merupakan NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel
3 sebanyak 5 ml/s.
3,5
2,5
KLa (10-9)
1,5
0,5
0
1 2 3
Variabel
14
antara NaOH dengan CO2 akan semakin kecil. Waktu kontak yang singkat ini
menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO2 yang
terserap juga lebih sedikit (Maarif dan Arif, 2009).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan KLa yang terjadi
dapat diakibatkan oleh pengaruh laju alir yang semakin besar. Namun semakin
tingginya laju alir juga akan menurunkan nilai KLa karena waktu kontak CO2
yang kecil dengan larutan penyerap yaitu NaOH.
4.4 Pengaruh Variabel dengan Nilai K2
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
konsetanta kecepatan reaksi (K2). Dimana variabel 1 merupakan NaOH
dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel 3 sebanyak 5
ml/s.
0,05
0,045
0,04
0,035
0,03
0,025
K2
0,02
0,015
0,01
0,005
0
1 2 3
Variabel (ml/s)
15
dilakukan nilai K2 terus meningkat akibat adanya faktor tumbukan yang terus
meningkat, hal tersebut sudah sesuai dengan teori.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapatkan lama waktu absorbsi akan menyebabkan
jumlah CO2 yang terserap semakin besar, namun hal ini berbanding
terbalik apabila laju alir NaOH semakin besar, maka jumlah CO2 yang
terserap sedikit.
2. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable terhadap nilai KGa
hasil yang didapatkan mengalami kenaikan dan penurunan. Penuruan
terjadi pada variable 3 dengan laju alir 5ml/sec. peningkatan KGa terjadi
dengan meningkatnya laju alir karena apabila laju alir lebih besar akan
mengakibatkan timbulnya gelombang dan pecah sehingga aliran
menyebar ke seluruh permukaan packing. Sedangkan penurunan
disebabkan oleh pengaruh terhadap laju alir dimana dengan besarnya laju
alir pada NaOH, sehingga waktu kontak antara NaOH dengan CO2 akan
semakin kecil.
3. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable terhadap nilai KLa
terjadi kenaikan dan penurunan, dimana kenaikan diakibatkan oleh laju
alir cairan, laju alir penyerap akan mempengarhi jumlah reaktan pada
larutan. Sedangkan penurunan diakibatkan oleh pengaruh laju alir
dimana dengan besarnya laju alir NaOH waktu kontak anadtara NaOH
dengan CO2 akan semakin kecil.
4. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable dengan nilai K2 hasil
percobaan sesuai grafik mengalami kenaikan yang diakibatkan pada
operasi absorpsi semakin tinggi laju alir maka tumbukan yang tercipta
juga banyak/tinggi dimana tumbukan menjadi factor yang menyebabkan
terjadinya reaksi.
5.2 Saran
1. Menjaga laju alir NaOH sesuai variable operasi.
2. Pastikan larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakkan
dengan CO2.
3. Menjaga tekanan pada tangka CO2 tidak keluar berlebihan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18