Vous êtes sur la page 1sur 24

P0

HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Absorbsi CO# dengan Larutan NaOH


Kelompok : 5/Kamis
Anggota : Esti Rahayu 21030117190079
Edra Himawan A. 21030117190081
I Made Vidya P.S. 21030117190076
Naufal Rafif Lupiko 21030117190165
Telat diterima dan disahkan, pada:
Hari :
Tanggal :
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti responsi dan seminar
Praktikum Proses Kimia.

Semarang, 2019

Asisten Pengampu

Faisal Maulana Kusumah


NIM : 21030116130087

i
P0

RINGKASAN

Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan


komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak
mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di
lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan,
tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan.
Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu angka fisik dan kimia.Absorbsi
fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Absorbsi kimia merupakan suatu
proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai
dengan reaksi kimia..
Pada percobaan ini digunakan konsentrasi larutan NaOH yaitu 0.625 N. Larutan
NaOH dipompa dan diumpankan pada bagian atas menara pada konsentrasi yang telah
ditetapkan dan laju alir 3mL/menit, 4mL/menit dan 5mL/menit. Sementara itu gas CO 2
dialirkan pada bagian bawah kolom. Gas dan cairan akan saling kontak sehingga terjadi
reaksi. Lalu, mengambil 10 ml sampel tiap selang waktu 1 menit untuk dititrasi dengan
metode acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan lama waktu absorbsi akan menyebabkan jumlah CO2
yang terserap semakin besar, namun hal ini berbanding terbalik apabila laju alir NaOH
semakin besar, maka jumlah CO2 yang terserap sedikit. Pada pengaruh variable terhadap
nilai KGa hasil yang didapatkan mengalami kenaikan dan penurunan. Penuruan terjadi
pada variable 3 dengan laju alir 5ml/sec. peningkatan KGa terjadi dengan meningkatnya
laju alir karena apabila laju alir lebih besar akan mengakibatkan timbulnya gelombang
dan pecah sehingga aliran menyebar ke seluruh permukaan packing. Sedangkan
penurunan disebabkan oleh pengaruh terhadap laju alir dimana dengan besarnya laju alir
pada NaOH, sehingga waktu kontak antara NaOH dengan CO2 akan semakin kecil. Pada
pengaruh variable terhadap nilai KLa terjadi kenaikan dan penurunan, dimana kenaikan
diakibatkan oleh laju alir cairan, laju alir penyerap akan mempengarhi jumlah reaktan
pada larutan. Sedangkan penurunan diakibatkan oleh pengaruh laju alir dimana dengan
besarnya laju alir NaOH waktu kontak anadtara NaOH dengan CO2 akan semakin kecil.
Pada pengaruh variable dengan nilai K2 hasil percobaan sesuai grafik mengalami
kenaikan yang diakibatkan pada operasi absorpsi semakin tinggi laju alir maka tumbukan
yang tercipta juga banyak/tinggi dimana tumbukan menjadi factor yang menyebabkan
terjadinya reaksi.
Saran yang dapat diberikan menjaga laju alir NaOH sesuai variable operasinya,
pastikan larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakkan dengan CO2.
Menjaga tekanan pada tangka CO2 agar CO2 tidak keluar berlebihan.

ii
P0

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi
Industri dengan materi Absorbsi CO2 dengan larutan NaOH.
Penulis meyakini bahwa terselesainya penulisan laporan resmi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya usaha, doa, serta dukungan dari berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku penanggung jawab
Laboratorium Proses Kimia Universitas Diponegoro.
2. Bapak Prof. Dr. Andri Cahyo K.,St, MT selaku dosen pengampu materi
absorbsi 𝐶𝑂# dengan Larutan NaOH Praktikum Proses Kimia Universitas
Diponegoro.
3. Miftaqul Huda selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Kimia
Universitas Diponegoro.
4. Faisal Maulana Kusumah, selaku asisten pengampu materi Praktikum Proses
dengan materi Absorbsi Praktikum Proses Kimia Universitas Diponegoro.
5. Segenap Asisten Laboratorium Proses Kimia Universitas Diponegoro.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
resmi ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat berguna serta bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, Maret 2019

Penyusun

iii
P0

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. i


RINGKASAN ......................................................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Absorbsi ...................................................................................................... 3
2.2 Analisa Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorbsi Gas oleh
Cairan .................................................................................................................. 4
BAB III.................................................................................................................... 8
PELAKSANAAN PERCOBAAN .......................................................................... 8
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan............................................................. 8
3.2 Respon Uji Hasil ........................................................................................... 8
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................................... 8
3.4 Lembar Pengamatan .................................................................................... 10
3.4.1 Variabel Operasi................................................................................ 10
3.4.2 Data Hasil Pengamatan ..................................................................... 10
BAB IV ................................................................................................................. 12
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN.................................................... 12
4.1 Pengaruh Variabel terhadap Jumlah N CO2 Terserap Tiap Waktu ............. 12
4.3 Pengaruh Variabel terhadap Nilai KLa ....................................................... 14
BAB V ................................................................................................................... 17
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17
5.2 Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iv
P0

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Amonia………………………………………………………………………3
Gambar2.2. Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH…………...4
Gambar 3.1 Rangkaian alat Utama………………………………….....….....8
Gambar4.1 Hubungan N CO2 terhadap waktu alir………………………….12
Gambar 4.2 Hubungan variabel terhadap nilai KGa………………...…...…13
Gambar 4.3 Hubungan variable terhadap nilai KLa………………………...14
Gambar 4.4 Hubungan variable terhadap nila K2………………..………….15

vi
P0

DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Sementara……………………………………………………………A-1
Lembar Perhitungan………………………………………………………...…B-1
Data Pendukung……………………………………………………………….C-1
Lembar Kuantitas Reagen ……………………………………………………D-1

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia dapat melibatkan bahan baku
yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi
kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau
bahkan tersier (Coulson. 1996). Sebelum reaksi kimia berlangsung, salah satu atau lebih
bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas
atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan
komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak
mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan
gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan, tergantung pada
konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi
berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam
reaktor tangki berpengaduk bersparger, kolomg gelembung (bubble column) atau kolom yang
berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan
pada pemurnian gas sintesis yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada
industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan. seperti H2SO4, HCl, HNO3, formadehid
dll (Coulson, 1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses
absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO2 dan ion OH-membentuk ion
CO32-dan H2O.Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya
diabaikan (Danckwerts. 1970; Juvekardan Sharma. 1972). Namun. menurut Rehm et al.
(1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH
cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika
reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan
bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di dalam sebuah reaktor yang biasanya
sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch
berskala laboratorium dengan mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan
pengendalian reaksi. Peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis, serta ketelitian.

1
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variabel terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi ?
2. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas
(kGa) ?
3. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair
(kLa)?
4. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2) ?
1.3 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini. mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa
hal berikut:
1. Pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu
reaksi.
2. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Mengkaji pengaruh laju alir terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Absorbsi

Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam 3angka33 kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap sehingga satu atau lebih komponen
gas tersebut larut dalam cairan. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu 3 angka
3 fisik dan 3 angka 3 kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam
larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah 3
angka 3 gas H2S dengan air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena
adanya interaksi fisik. Mekanisme proses 3angka3 fisik dapat dijelaskan dengan beberapa
model. Yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi
oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas
dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah
3angka3 gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari
3angka3 kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti
yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam 3angka berpengaduk yang dilengkapi dengan
sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang
inert (packed column) atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi
biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan
ekonomi.

3
2.2 Analisa Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorbsi Gas oleh Cairan

Secara umum, proses absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH yang disertai reaksi
kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas
menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam
fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gas Liq.
bulk Gas Liq. bulk
flow film film flow

A*

Gambar2.2.Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH


Laju perpindaan massa CO2 melalui lapisan gas:

Ra = kga( pg - pai) (1)

Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan:

A* = H.pai (2)

Dengan H pada suhu 30oC = 2.88 ´ 10-5 g mole/cm3. atm.

Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi
antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil :

𝑅𝑎 = [𝐴∗ ]𝑎.𝐷0 𝑘# . [𝑂𝐻4 ] (3)

Kedaan batas :

< ]
(a) 5.67 89 .[:; ≫1
8=

4
< ] :; <
(b) 5.67 89 .[:; 6
≪≪ A.0∗ 567 dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara 𝐶𝑂#
8= B

dan [𝑂𝐻4 ]. Yaitu = 2.

antara CO2 dan [OH-}. yaitu = 2.

Di fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan
proses:

NaOH (s) Na+ (l) + OH- (l) (a)

CO2 (g) CO2 (l) (b)

CO2 (l) + OH- (l) HCO3- (l) (c)

HCO3- (l) + OH- (l)


H2O (l) + CO32- (l) (d)

CO32- (l) + Na+ (l)


Na2CO3(l) (e)

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi
biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika
CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama
dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).

Eliminasi A* dari persamaan 1. 2 dan 3 menghasilkan :

Eliminasi 𝐴∗ dari persamaan 1.2 dan 3 menghasilkan :

C.;.DE..67 89 .[:; < ]


𝑅𝑎 = H.I.JK..L7 M9 .[NI< ]
(4)
FG
MOH

.67 89 .[:; < ]


Jika nilai 𝑘P sangat besar, maka: 5 8=
≈ 1, sehigga persamaan diatas menjadi:

C.;.DE..67 89 .[:; < ]G 8=9


𝑅𝑎 = (5)
H.I.JK.5L7 M9 .[NI< ]R M9
=
FG
MOH

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi berarti terjadi pelucutan [𝑂𝐻4 ] dalam larutan. Hal ini
berakibat :

< ] :; <
5.67 89 .[:; ≈ A.0∗ 567
6
(6)
8= B

5
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas 𝐶𝑂# ke dalam larutan NaOH akan mengikuti
persamaan:

𝑎. 𝐻. 𝑝𝑔. 𝜙 𝑘P
𝑅𝑎 =
𝑎. 𝐻. 𝜙 𝑘P
1 +
𝑘WC

Dengan 𝜙 adalah enhancement factor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa
𝐶𝑂# pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti
dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973):

[NI< ]LB
.67 89 .[:; < ] FG .Z
Y.7∗ L7
𝜙 = 8=
X <
[NI ]LB [
1/2
(8)

Y.7 L7

Nilai diffusivitas efektif (𝐷0 ) 𝐶𝑂# dalam larutan NaOH pada suhu 30℃ adalah
2.1 × 104a 𝑐𝑚# ⁄𝑑𝑒𝑡 (Juverkardan Sharma , 1973).

Nilai 𝑘WC dapat dihitung berdasarkan pada absorbs fisik dengan meninjau perpindahan massa
total 𝐶𝑂# ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang watu tertentu di dalam alat
absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, 𝑘WC dapat dihitung menurut persamaan
(Kumoro dn hidayat. 2000) :
8OH .hD9 mnN9 𝒬nN9 1,4003 pnN9
67
= 4,0777 × l pnN9 .C
q × lm q1/3. (9)
nN9 𝒬nN9

r(F4s) vwxyh
Dengan 𝑎 = hD
dan 𝜀 = vz

Secara teoritik, nilai 𝑘WC harus memenuhi persamaan:

{x|(}:9 ,~•€) {x| (}:„9< )


𝑘WC = 0.•.s.D‚ƒ .
= 0.•.s.D‚ƒ .
(10)

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka 𝑝y{ dapat didekati dengan ∆𝑝 = 𝑝𝑖𝑛 − 𝑝𝑜𝑢𝑡

Sedangkan nila 𝑘|C dapat dihitung secara empiric dengan persamaan ( Zheng dan and Xu,
1992) :

8‹H hD m•HNI .••HNI 0,3 p


67
= 0,2258 × Ž p.C
‘ × ( m6 )0,5 (11)
7

Jika laju reaksi pembentukan 𝑁𝑎# 𝐶𝑂“ jauh besar dibandingkan dengan laju difusi 𝐶𝑂# ke
dalam larutan NaOH, maka konsentrasi 𝐶𝑂# pada batas film cairan dengan badan cairan

6
adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi 𝐶𝑂# yang sangat cepat selama reaksi sepanjang
film. Dengan demikian tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:

67 .(D 4D–—˜)
‚•
𝑥 = {x| (}: 9< ).™.š (12)

7
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan

1. Bahan yang digunakan:


a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH)
b. Gas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
c. Udara
d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl, indikator PP, dan MO
2. Alat yang digunakan

Rangkaian alat praktikum absorbsi terlihat pada gambar 3.1

3.2 Respon Uji Hasil


Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel dan CO2 yang terserap
3.3 Prosedur Percobaan
1. Membuat larutan induk NaOH
Larutan NaOH dibuat dengan cara menimbang NaOH seberat . . .gram dan dilarutkan
dalam aquadest 10 L, kemudian larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk diperasikan.

8
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi
Pertama, kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup. Setelah itu, mengalirkan
larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi. Selanjutnya, menghentikan
aliran jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing. Mengeluarkan
aliran di dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom, cairan tersebut ditampung
di dalam erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup jika cairan dalam kolom tepat
berada pada packing bagian paling bawah. Mencatat volume cairan sebagai volume ruang
kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid. Menentukan volume total kolom absorpsi, yaitu
dengan mengukur diameter kolom (D) dan tinggi tumpukan
a. Operasi absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai variabel ke dalam
kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir tertentu hingga keadaan mantap
tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom dan ukur
beda ketinggian cairan dalam manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan
dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion
karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
b. Menganalisis sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam erlenmeyer.
Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel dititrasi dengan larutan
HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir hilang (kebutuhan titran = a mL).
Kemudian menambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan
lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL).

9
3.4 Lembar Pengamatan
3.4.1 Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan 𝐶𝑜# : 6,5 bar
2. Suhu : 30 °C
3. Konsentrasi HCl : 25%
b. Variabel Berubah
Konsentrasi NaOH : 0.625 N
Laju alir NaOH. : 3ml/sec
4ml/sec
5ml/sec
3.4.2 Data Hasil Pengamatan
Variabel 1 (3ml/sec)
t Va Vb N 𝐶𝑂# n 𝐶𝑂#
terserap
0 4.5 13 1.56 4.68
1 4.3 14.3 1.716 5.148
2 4.1 14.9 1.788 5.364
3 2.8 16.8 2.016 6.048
4 2.5 21.0 2.52 7.560
5 2.3 22.3 2.676 8.028
6 2.1 23.4 2.808 8.424
7 2.0 23.8 2.856 8.568
8 1.6 24.5 2.94 8.820
9 1.5 25.1 3.01 9.036
10 1.3 25.6 3.07 9.21
Rata-rata 2.63 20.43 2.45 6.52

Variabel 2 (4ml/sec)

t Va Vb N 𝐶𝑂# n 𝐶𝑂#
terserap
0 3.6 9.7 1.164 4.65
1 2.8 10.8 1.296 5.18
2 2.3 11.10 1.332 5.33
3 1.9 12.40 1.488 5.95
4 1.7 13.00 1.56 6.24
5 1.7 16.20 1.94 7.76
6 1.5 16.50 1.98 7.92
7 0.9 17.0 2.04 8.16
8 0.8 19.3 2.32 9.26
9 0.8 21.0 2.52 10.08
10 0.7 23.0 2.76 11.04
Rata-rata 1.7 15.45 1.85 7.42

10
Variabel 3 (5ml/sec)
t Va Vb N 𝐶𝑂# terserap n 𝐶𝑂#
0 3.0 8.5 1.02 4.08
1 2.7 9.5 1.14 54.56
2 2.0 10.7 1.28 5.136
3 1.7 11.0 1.32 5.28
4 1.6 12.00 1.44 5.76
5 1.4 15.5 1.86 7.44
6 1.3 15.0 1.80 7.20
7 0.7 16.0 1.92 7.68
8 0.5 18.5 2.22 8.88
9 0.4 19.0 2.28 9.12
10 0.3 21.0 2.52 10.00
Rata-rata 1.42 14.25 1.71 5.92

11
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Variabel terhadap Jumlah N CO2 Terserap Tiap Waktu
Dalam percobaan ini, telah dilakukan pengukuran jumlah CO2 terserap
terhadap laju alir NaOH sebagai variabel bebas. Dimana variabel 1 merupakan
NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel 3 sebanyak
5 ml/s.
12

10

8
N CO2 Terserap

6 Variabel 1
Variabel 2
4
Variabel 3

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (Menit)

Grafik 4.1 Hubungan N CO2 terhadap waktu alir


Gambar 4.1 diatas menunjukkan hubungan antara laju alir NaOH dengan
CO2 yang terserap. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada variabel 1
dengan laju alir NaOH 3 ml/s memiliki N CO2 terserap yang paling tinggi, hal
ini berbalik dengan variabel 3 dengan laju alir yang lebih tinggi yaitu 5 ml/s
memiliki rata-rata N CO2 terserap yang paling rendah. Namun secara
keseluruhan N CO2 yang terserap terus meningkat seiring bertambahnya
waktu.
Menurut literatur, waktu absorpsi akan mempengaruhi proses penyerapan
CO2, dikarenakan proses absorpsi yang dilakukan adalah proses secara
langsung sehingga waktu operasi yang semakin lama dapat meningkatkan
kontak antara larutan NaOH dengan gas CO2 sehingga terjadi kenaikan jumlah
CO2 yang terserap (Senja dkk., 2016). Begitupun dengan laju alir NaOH juga
akan sangat mempengaruhi jumlah CO2 yang diserap. Semakin besar laju alir
NaOH, jumlah CO2 terserap semakin kecil. Hal ini dikarenakan pada operasi
absorbs dengan laju alir besar, waktu kontak antara NaOH dengan CO2 akan
semakin kecil. Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa
yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit
(Maarif dan Arif, 2009).

12
Berdasarkan data diatas hal ini sudah sesuai dengan teori dimana semakin
lama waktu absorbsi akan menyebabkan jumlah CO2 yang terserap semakin
besar, namun hal ini berbanding terbalik apabila laju alir NaOH semakin besar,
maka jumlah CO2 yang terserap sedikit.
4.2 Pengaruh Variabel Terhadap Nilai KGa
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
koefisien perpindahan massa interfase gas (KGa) dari CO2. Dimana variabel 1
merupakan NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel
3 sebanyak 5 ml/s.

10,5

10

9,5
KGa (10-8)

8,5

8
1 2 3
Variabel (ml/s)

Grafik 4.2 Hubungan variabel terhadap nilai KGa


Gambar 4.2 diatas menunjukan bahwa KGa yang dihasilkan cukup fluktuatif
dimana pada variabel 1 dengan laju alir 3 ml/s KGa yang dihasilkan sebesar
9,63x10-8, kemudian naik pada variabel 2 dengan laju alir 4 ml/s dengan KGa
1,09x10-7. Namun terjadi penurunan pda laju alir 5 ml/s dimana KGa yang
dihasilkan sebesar 8,75x10-8.
Menurut literatur, terdapat pengaruh laju alir NaOH terhadap CO2 yang
terserap yaitu penyerapan CO2 di packed column, peningkatan KGa terjadi
dengan meningkatnya laju alir karena apabila laju alir lebih besar akan
mengakibatkan timbulnya gelombang dan pecah sehingga aliran menyebar ke
seluruh permukaan packing. Hal tersebut mengakibatkan luas interfacial
packing dalam kolom absorpsi akan meningkat serta meningkatkan proses
pengikatan CO2 yang terjadi di dalam kolom absorpsi (Senja dkk., 2016).
Namun terjadinya penurunan KGa dapat juga disebabkan oleh beberapa hal,
salah satunya pengaruh terhadap laju alir dimana dengan besarnya laju alir pada
NaOH, sehingga waktu kontak antara NaOH dengan CO2 akan semakin kecil.

13
Waktu kontak yang singkat ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih
sedikit dan jumlah CO2 yang terserap juga lebih sedikit (Maarif dan Arif, 2009).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi
pada variabel 2 dapat diakibatkan oleh adanya peningkatan luas interfacial
packing dalam kolom absorpsi sehingga aliran menyebar keseluruh permukaan.
Namun terjadinya penurunan pada variabel 3 dikarenakan laju alir yang
semakin tinggi akan menyebabkan waktu kontak CO2 semakin kecil.
4.3 Pengaruh Variabel terhadap Nilai KLa
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
koefisien perpindahan massa interfase cair (KLa) dari CO2. Dimana variabel 1
merupakan NaOH dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel
3 sebanyak 5 ml/s.
3,5

2,5
KLa (10-9)

1,5

0,5

0
1 2 3
Variabel

Grafik 4.3 Hubungan variabel terhadap nilai KLa


Grafik 4.3 diatas menunjukan pengaruh terhadap KLa dengan variabel
NaOH, dimana pada variabel 1 dengan laju alir 3 ml/s didapat KLa sebesar
2,29x10-9, sedangkan pada variabel 2 dengan laju alir 4 ml/s terjadi
peningkatan hingga 2,98 x10-9. Namun terjadi penurunan pada laju alir 5 ml/s
hingga 2,10 x10-9.
Menurut literatur, peningkatan yang terjadi dapat diakibatkan oleh laju alir
cairan. Karena laju alir penyerap akan mempegaruhi jumlah reaktan pada
larutan. Semakin besar laju alir maka jumlah reaktan pada larutan penyerap
juga akan semakin meningkat, dan semakin banyak larutan NaOH yang
bereaksi dengan CO2 (Senja dkk., 2016). Namun terjadinya penurunan KLa
dapat juga disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya pengaruh terhadap laju
alir dimana dengan besarnya laju alir pada NaOH, sehingga waktu kontak

14
antara NaOH dengan CO2 akan semakin kecil. Waktu kontak yang singkat ini
menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih sedikit dan jumlah CO2 yang
terserap juga lebih sedikit (Maarif dan Arif, 2009).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan KLa yang terjadi
dapat diakibatkan oleh pengaruh laju alir yang semakin besar. Namun semakin
tingginya laju alir juga akan menurunkan nilai KLa karena waktu kontak CO2
yang kecil dengan larutan penyerap yaitu NaOH.
4.4 Pengaruh Variabel dengan Nilai K2
Dalam percobaan ini, didapat hubungan antara pengaruh variabel terhadap
konsetanta kecepatan reaksi (K2). Dimana variabel 1 merupakan NaOH
dengan laju alir 3 ml/s, variabel 2 adalah 4 ml/s, dan variabel 3 sebanyak 5
ml/s.
0,05

0,045
0,04

0,035

0,03

0,025
K2

0,02

0,015

0,01

0,005

0
1 2 3
Variabel (ml/s)

Grafik 4.4 Hubungan variabel dengan nilai K2


Grafik 4.4 diatas menunjukan bahwa terjadinya peningkatan dari variabel 1
hingga variabel 3. Dimana variabel 1 dengan laju alir 3 ml/s didapat K2 sebesar
0,013, pada variabel 2 dengan laju alir 4 ml/s sebesar 0,018, dan pada variabel
3 dengan laju alir 5 ml/s sebesar 0,044.
Menurut literatur, peningkatan nilai K2 yang terjadi dapat dikarenakan pada
operasi absorpsi semakin tinggi laju alir maka tumbukan yang tercipta juga
banyak/tinggi, dimana tumbukan ini merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi. Berdasarkan pada persamaan Arhenius:
4s
𝑘 = 𝐴 × 𝑒 ™š
Nilai k dipengaruhi oleh adanya A, A merupakan faktor tumbukan dari
larutan NaOH. Semakin besar nilai A maka nilai k juga semakin besar dan
sebaliknya (Levenspiel, 1972). Sehingga dari hasil percobaan yang telah

15
dilakukan nilai K2 terus meningkat akibat adanya faktor tumbukan yang terus
meningkat, hal tersebut sudah sesuai dengan teori.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapatkan lama waktu absorbsi akan menyebabkan
jumlah CO2 yang terserap semakin besar, namun hal ini berbanding
terbalik apabila laju alir NaOH semakin besar, maka jumlah CO2 yang
terserap sedikit.
2. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable terhadap nilai KGa
hasil yang didapatkan mengalami kenaikan dan penurunan. Penuruan
terjadi pada variable 3 dengan laju alir 5ml/sec. peningkatan KGa terjadi
dengan meningkatnya laju alir karena apabila laju alir lebih besar akan
mengakibatkan timbulnya gelombang dan pecah sehingga aliran
menyebar ke seluruh permukaan packing. Sedangkan penurunan
disebabkan oleh pengaruh terhadap laju alir dimana dengan besarnya laju
alir pada NaOH, sehingga waktu kontak antara NaOH dengan CO2 akan
semakin kecil.
3. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable terhadap nilai KLa
terjadi kenaikan dan penurunan, dimana kenaikan diakibatkan oleh laju
alir cairan, laju alir penyerap akan mempengarhi jumlah reaktan pada
larutan. Sedangkan penurunan diakibatkan oleh pengaruh laju alir
dimana dengan besarnya laju alir NaOH waktu kontak anadtara NaOH
dengan CO2 akan semakin kecil.
4. Dari hasil percobaan didapatkan pengaruh variable dengan nilai K2 hasil
percobaan sesuai grafik mengalami kenaikan yang diakibatkan pada
operasi absorpsi semakin tinggi laju alir maka tumbukan yang tercipta
juga banyak/tinggi dimana tumbukan menjadi factor yang menyebabkan
terjadinya reaksi.
5.2 Saran
1. Menjaga laju alir NaOH sesuai variable operasi.
2. Pastikan larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakkan
dengan CO2.
3. Menjaga tekanan pada tangka CO2 tidak keluar berlebihan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Coulson. J. M.. & Richardson. J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1:


Fluid
flow. heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth Heinemann.
Danckwerts. P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York:
McGraw-Hill Book Company. Inc.
Danckwerts. P. V.. & Kennedy. B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. 32. S49–S52.
Franks. R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New
York: John Wiley and Sons. Inc.
Juvekar. V. A.. & Sharma. M. (1972). Absorption of CO. in suspension of lime.
Chemical Engineering Science. 28. 825–837.
Kumoro. & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda
Api dalam Ungun Tetap. 24(2). 186–195.
Levenspiel. O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering
Science (2nd ed.. Vol. 19). New York: John Wiley and Sons. Inc.
http://doi.org/10.1016/0009-2509(64)85017-X
Rehm. T. R.. Moll. A. J.. & Babb. A. L. (1963). Unsteady State Absorption of
Carbon Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute
of Chemical Engineers Journal. 9(5). 760–765.
Zheng. Y. and Xu. X. (1992). Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. (Part A) 70. 459–464.

18

Vous aimerez peut-être aussi