Vous êtes sur la page 1sur 139

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY.

S P2A0 UMUR
27 TAHUN DENGAN INFEKSI LUKA JAHITAN POST SECTIO
CAESAREADI BANGSAL DAHLIA RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir


Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh
Nissa Mulyosari
NIM B13075

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S P2A0 UMUR


27 TAHUN DENGAN INFEKSI LUKA JAHITAN POST SECTIO
CAESAREADI BANGSAL DAHLIA RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

Diajukan Oleh :
Nissa Mulyosari
NIM B13075

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal .......................

Pembimbing

Eni Rumiyati, SST


NIK 200682019

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S P2A0 UMUR


27 TAHUN DENGAN INFEKSI LUKA JAHITAN POST SECTIO
CAESAREADI BANGSAL DAHLIA RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh:
Nissa Mulyosari
NIM B13075

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada tanggal........................

Penguji I Penguji II

Yunia Renny A, SST., MPH Eni Rumiyati, SST


NIK. 201188092 NIK
200682019

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan

Siti Nurjanah, SST., M.Keb


NIK 201188093

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada
Ny.S Umur 27 Tahun P2 A0 dengan Infeksi Luka Jahitan Post Sectio Caesarea di
Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis
Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu SitiNurjanah,SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Eni Rumiyati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Dr. Wiwiek irawati, M.Kes, selaku Direktur Lahan RSU Assalam Gemolong
Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan
Studi Kasus.
5. Ibu Ririn Hestiana Dewi, Amd. Keb, selaku Pembimbing Lahan RSU
Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis
dalam melakukan Studi Kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2016


Penulis

v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, 11 Mei 2016
Nama : Nissa Mulyosari
NIM : B13075

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI PADA NY. S P2A0 UMUR


27 TAHUN DENGAN INFEKSI LUKA JAHITAN POST SECTIO
CAESAREADI BANGSAL DAHLIA RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

xii + 125 halaman + 13 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Di Indonesia angka kelahiran dengan tindakan seksio sesarea


sangat tinggi tercatat angka perawatan ibu dengan SC pada empat bulan terakhir
dari Januari – April 2014 didapatkan data persalinan SC sebanyak 90,6% pasien.
Faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni perdarahan (28%),
preeklampsi (24%) dan Infeksi (11%).Hasil survey Nissa pada tahun 2015 di RSU
Assalam Gemolong telah didapatkan dari bulan Januari-Oktober terdapat 512
pasien yang persalinan dengan seksio sesarea. Dan telah didapat dari bulan
Januari-Oktober terdapat 3 pasien ibu nifas dengan infeksi luka post seksio
sesarea dari 512 ibu bersalin seksio sesarea.
Tujuan Studi Kasus: Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea
dengan manajemen 7 Langkah Varney.
Metodelogi Penelitian: Jenis studi kasus dengan metode observasional deskriptif.
Dilakukan di RSU Assalam Gemolong tanggal 11 Mei 2016. Subyek studi kasus
ini Ny.S P2 A0 umur 27 tahun hari pertama dengan infeksi luka post sectio
caesarea, dengan teknik pengumpulan data menggunakan pemeriksaan fisik,
wawancara, dan observasi serta format asuhan ibu nifas, lembar status atau
dokumentasi pasien tentang kesehatan sebelumnya dan lembar observasi.
Hasil Studi Kasus: setelah dilakukan asuhan kebidanan selama hari diperoleh
hasil keadaan ibu baik, luka infeksi kering dan bersih pada luka jahitan post sectio
caesarea, pasien diperbolehkan pulang pada hari ke dengan kontrol satu minggu
lagi.
Kesimpulan: ada kesenjangan antara teori dan prektek pada kasus infeksi luka
jahitan post secto caesarea pada Ny.S yaitu pemberian terapi obat.

Kata Kunci :Asuhan Kebidanan, Nifas, Infeksi Luka Jahitan Post Sectio
Caesarea

Kepustakaan: 18 literatur (tahun 2006 s/d 2014)

vi
MOTTO

1. Aku bisa melihatmu (Orang Pandai) tetapi aku tidak bisa melihat pikiranmu,
maka jangan melihat siapa yang berbicara tetapi dengarkanlah yang mereka
bicarakan (Penulis).
2. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Al-
insyiroh : 6).
3. Awali setiap hari-harimu dengan doa dan senyuman agar semua yang kau
jalani disetiap harinya diberikan kemudahan oleh Allah S.W.T (Penulis).
4. Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan satu langkah kita sebagai
ibadah insyaallah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya (Penulis).

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, Karya Tulis
Ilmiah ini saya persembahkan kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta atas dukungan dan Do’a yang selalu mereka berikan
kepada saya.
2. Adik-adikku dan semua keluarga yang telah memberikan dukungan dan Do’a
selama ini.
3. Teman-temanku (Nanang, Anita, Dayu, Ari Iman, Alfi, Ardina, Devi, Elva,
Eka, Nopi, Anisa, Tri Asih, Yuli, Eni. S, Yasinta, Pipiet, Aulia, Ratih)
kebersamaan kita menjadikan arti sebuah sahabat dan menghargai satu
dengan lainnya. Kita selamanya.
4. Teman-teman Akbid angkatan 2013/2016 thank’ all. Karena telah
mengajarkan tentang arti teman, sahabat dan musuh.
5. Almamater tercinta Stikes Kusuma Husada Surakarta.

vii
CURICULUM VITAE

Nama : Nissa Mulyosari


Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 13 Januari 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Parit 15/05 Karangpelem Kedawung Sragen

Riwayat Pendidikan :
1. SDS Semen Cibinong tahun 2007
2. SMPN 1 Klapanunggal tahun 2010
3. SMA Muh 1 Sragen tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan
2013/2016

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PRAKATA ...................................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ....................................................................... 4
a) Umum..................................................................................... 4
b) Khusus ................................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus ..................................................................... 6
E. Keaslian Studi Kasus ..................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................... 9
1. Nifas ....................................................................................... 9
2. Sectio Caesarea...................................................................... 35
3. Infeksi Luka Post Sectio Caesarea ........................................ 45
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 55
C. Landasan Hukum........................................................................... 72
BAB III METODELOGI
A. Jenis Studi Kasus........................................................................... 74
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................ 74

ix
C. Subjek Studi Kasus........................................................................ 75
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 75
E. Instrumen Studi Kasus .................................................................. 75
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 75
G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................. 78
H. Jadwal penelitian ........................................................................... 79
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus ............................................................................... 81
B. Pembahasan ................................................................................... 113
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 119
B. Saran .............................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas ......................................................... 15


Tabel 2.2. Cara Penilaian Infeksi Luka ............................................................ 46

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Format Askeb Ibu Nifas
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization) dari beberapa

penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada

tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan

pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen

dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian

(Anayuliani, 2011).

Menurut Nakita (2008), WHO (World Health Organization)

menganjurkan operasi sectio caesareahanya sekitar 10-15% dari jumlah total

kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-

resiko yang muncul akibat sectio caesarea. Baik resiko bagi ibu maupun

bayi(Anayuliani, 2011). Menurut Silona (2010), dari survey WHO angka

persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam 3 benua

(Amerika Latin, Afrika dan Asia) adalah 0,01-2,1% (Hartati dan Maryunani,

2015). Menurut WHO jumlah ibu nifas dengan infeksi luka post sectio

caesarea sekitar 2,3% dari tahun 2004-2008.

Angka kelahiran dengan tindakan seksio sesarea sangat tinggi

tercatat angka perawatan ibu dengan seksio sesarea pada bulan Januari –

Desember 2012 mencapai 55% dari seluruh kasus persalinan yang di rawat,

1
2

bulan Januari – September 2013 persalinan seksio sesarea sebanyak 45% dari

ibu yang melahirkan baik spontan maupun seksio sesarea, empat bulan

terakhir dari Januari – April 2014 didapatkan data persalinan sectio caesarea

sebanyak 90,6% pasien(Hartati dan Maryunani, 2015).

Menurut Depkes RI (2013), di Indonesia secara umum jumlah

persalinan sectio caesarea adalah sekitar 30-80% dari total persalinan.

Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu

adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan

frekuensi diatas 11%. Antara lain cedera kandung kemih, cedera pada

pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu : infeksi pada rahim

endometritis dan infeksi akibat luka operasi (Ana Nursiana, 2014).

Menurut Rosyid (2009), makin dikenalnya bedah sesar dan

bergesernya pandangan masyarakat akan metode tersebut, juga diikuti

meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesarea. Di Indonesia sendiri,

secara garis besar jumlah dari persalinan caesar dirumah sakit pemerintah

adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan untuk rumah sakit

swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan

(Anayuliani, 2011).

Post partum dengan sectio caesarea dapat menyebabkan perubahan

atau adaptasi fisiologis yang terdiri dari perubahan involusi, lochea, bentuk

tubuh, perubahan pada periode post partum terdiri dari immiediate post

partum, early post partum, dan late post partum, proses menjadi orang tua

dan adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan letting
3

go. Selain itu juga terdapat luka post sectio caesarea yang menimbulkan

gangguan ketidaknyamanan seperti nyeri dan resiko infeksi karena

terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga

memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi

(Anayuliani, 2011).

Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima info untuk

menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan

prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu informasikan

pada ibu yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.

Selain itu bidan dan perawat diharapkan untuk dapat mengatasi masalah

keperawatan yang timbul agar tidak timbul infeksi (Anayuliani, 2011).

Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSU

Assalam Gemolong Sragen tahun 2015 telah didapatkan dari bulan Januari-

Oktober 2015 terdapat 512 pasien yang persalinan dengan sectio caesarea.

Dalam satu bulan yaitu bulan Oktober 2015 ada sekitar 57 pasien yang

persalinan dengan sectio caesarea. Telah didapat dari bulan Januari-Oktober

2015 terdapat 3 pasien ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea dari

512 ibu bersalin sectio caesarea. Dalam satu bulan ini pada bulan Oktober

2015 terdapat 1 ibu nifas dengan infeksi luka post sectio caesarea.

Pada tahun 2016, berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam

medik RSU Assalam Gemolong Sragen telah didapatkan dari bulan Maret

2016 terdapat 7 pasien ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesarea. Pada bulan April 2016 terdapat 2 pasien ibu nifas dengan infeksi
4

luka jahitan post sectio caesarea dan pada bulan Mei 2016 terdapat 1 pasien

ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea. Jadi seluruhnya

dari bulan Januari-Mei 2016 terdapat 10 pasien ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea.

Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik

untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.S P2 A0

Dengan Infeksi Luka Jahitan Post Sectio Caesarea Di Bangsal Dahlia RSU

Assalam Gemolong Sragen Tahun 2016”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.S P2 A0 umur 27

tahun dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea di Bangsal Dahlia RSU

Assalam Gemolong Sragen tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan

asuhan kebidanan ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesarea dengan manajemen 7 Langkah Varney.


5

2. Tujuan Khusus

a Penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada ibu nifas

pada Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesareadi Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen.

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa, masalah dan

kebutuhan pada ibu nifas Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan

post sectio caesareadi Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong

Sragen.

3) Menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas

Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan post sectio caesareadi

Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen.

4) Melakukan tindakan segera pada ibu nifas Ny.S P2A0dengan

infeksi luka jahitan post sectio caesareadi Bangsal Dahlia RSU

Assalam Gemolong Sragen.

5) Merencanakantindakan menyeluruh sesuai dengan kondisi pada

ibu nifas Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesareadi Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen.

6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu

nifas Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesareadi Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen.


6

7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada ibu nifas

Ny.S P2A0dengan infeksi luka jahitan post sectio caesareadi

Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen.

b Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan

dan pengalaman penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea.

2. Bagi Profesi

Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan

lainnya dalam menangani kasus pada ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

3. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

Untuk meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea.


7

b. Pendidikan

Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa

mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea.

c. Bagi Instansi

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan

pada RSU Assalam Gemolong Sragen dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan. Terutama pada kasus ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post section caesarea .

E. Keaslian Studi Kasus

Laporan Kasus Kebidanan pada ibu nifas dengan kasus Infeksi Luka

Jahitan Post Sectio Caesarea pernah dilakukan oleh:

1. Miftakul Janah, STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny.H P2 A0 Umur 34 Tahun

Hari Ketiga dengan Infeksi Luka Post Sectio Caesarea di Bangsal

Bougenvile RSUD Surakarta Tahun 2014”. Jenis studi kasus yang

digunakan yakni dengan metode deskriptif dan observasional. Asuhan

yang diberikan kepada Ny.H yaitu: pemberian terapi antibiotik adalah

Injeksi Ampisillin 1 ampul/IV, Injeksi Sulbenisin 1 g, Injeksi

Klorampenikol 1 g/IV, Gentamisin 1,5 mg/IV, Doksisiklin 100 mg dan

Metronidazole 500 mg. Hasil studi kasus didapatkan bahwa setelah

dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan pasien baik, kesadaran


8

composmentis, tanda-tanda vital normal, infeksi luka post sectio caesarea

mengering dan ibu dapat pulang.

2. Wulandari, STIKes PKU Muhammadiyah Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. J dengan Luka Infeksi Post

Operasi Sectio Caesarea di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun

2014”. Jenis studi kasus yang digunakan yakni dengan metode deskriptif

dan observasional. Asuhan yang diberikan kepada pasien yaitu:

melakukan asuhan keperawatan luka operasi di hari ke-3 dan ke-5 pasca

sectio caesarea secara elektif. Hasil studi kasus didapatkan bahwa setelah

dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasca sectio caesarea, keadaan

pasien baik, infeksi luka post sectio caesarea mengering dan ibu dapat

pulang.

Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah pada jenis studi kasus. Perbedaannya pada lokasi, waktu, dan

subjek.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sarwono, 2009).

Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil (Dewi dan Sunarsih, 2011).

Masa nifas (peurperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

Masa nifas (puerperium) merupakan periode setelah

melahirkan sampai pulihnya organ produksi seperti keadaan normal

sebelum hamil, yang lamanya kurang lebih 6 minggu (6-8 minggu)

(Kurniawati dan Mirzanie, 2009).

9
10

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), ada beberapa tahapan masa nifas

adalah sebagai berikut :

1) Puerperium dini

Kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2) Puerperium intermediate

Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

3) Puerperium remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

c. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas

Menurut Dewi dan Sunarsih, (2011). Jika dijabarkan lebih luar prinsip

dan sasaran asuhan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.

2) Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun

psikis.

3) Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan

antara ibu dan anak baik.


11

4) Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan

ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya

khusus.

5) Pencegahan dianosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.

6) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.

7) Imunisasi ibu terhadap tetanus.

d. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.

2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

3) Melaksanakan skrining secara komprehensif.

4) Memberikan pendidikan kesehatan diri.

5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan

payudara.

6) Memberikan konseling mengenai KB ( Dewi dan Sunarsih, 2011).

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi

baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani

masalah-masalah yang terjadi menurut Dewi dan Sunarsih (2011)

antara lain sebagai berikut:


12

1) 6-8 jam setelah persalinan

a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujukan

bila pendarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Catatan : Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) 6 hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarah

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


13

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) 2 minggu setelah persalinan

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian rahim.

4) 6 minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang pemyulit-penyulit yang ia atau

bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

f. Perubahan Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Secara berangsur akan mengecil (involusi). Hari pertama

pasca melahirkan ukurannya masih cukup besar (fundus

setinggi pusat atau 2 jari dibawah pusat), kemudian

berangsur mengecil mendekati ukuran sebelum hamil.

Involusi uterus dipengaruhi oleh : kontraksi miometrium,

kerja enzim proteolitik terhadap sitoplasma sel

miometrium, proses otolisi sel miometrium, serta oksitosin

(Kurniawati dan Mirzanie, 2009).

Proses involusi uterus menurut Dewi dan Sunarsih

(2011) adalah sebagai berikut :


14

(1) Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat

uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Autolisis

Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga

panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari

semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan

sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang

berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon

estrogen dan progesteron.

(3) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke

uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau

tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh

perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen

dan kembali menjadi organ pelvis.


15

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil

seperti sebelum hamil.

Tabel 2.1 perubahan-perubahan normal pada uterus

selama postpartum adalah sebagai berikut :

Involusi Tinggi Berat Uterus Diameter


Uteri Fundus Uteri Uterus
Plasenta Setinggi 1000 gram 12,5 cm
lahir pusat
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) pusat dan
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Sumber : Nugroho, dkk tahun 2014)

b) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak

jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang

mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang

pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah

melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan

penunjang alat genetalia menjadi agak kendur.


16

c) Perubahan pada serviks

Bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks

sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah.

Setelah persalinan dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-

pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam

persalinan. Akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1

jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian

atas dari kanalis servikalis. Oleh karena itu robekan ke

samping ini terbentuklah bibir depan dan bibir belakang pada

serviks.

d) Lochia

Lochia tersusun oleh : eritrosit, kelupasan desidua, sel epitel

dan bakteri menurut Kurniawati dan Mirzanie (2009).

Ada 3 macam lokia / lochia:

(1) Lochia cruenta/ lochia rubra (warna merah akibat darah,

berlangsung 2-3 hari).

(2) Lochia sanguinolenta (warna merah kekuningan, muncul

pada minggu ke 1-2).


17

(3) Lochia alba (warna putih sedikit kekuningan karena

bercampur lendir dan lekosit, muncul pada hari ke 13-17).

Kelainan pada lokia/ lochia :

(1) Berbau busuk (menunjukkan adanya infeksi).

(2) Lochia berwarna kemerahan setelah minggu ke 2

(menunjukkan retensi sisa plasenta, atau involusi tempat

plasenta tidak sempurna, atau keduanya).

e) Payudara

Pada hari pertama kelahiran, ibu akan mengeluarkan ASI

pertamanya yang berwarna kekuningan (Collustrum).

Produksi ASI dipengaruhi oleh:

Oksitosin (oleh hipofise anterior mempengaruhi miopitelo

glandula mammae untuk berkontraksi.

f) Perubahan pada vagina dan perineum

(1) Warna : vagina selama hamil berwarna livid (merah

kebiruan), berubah menjadi merah setelah melahirkan.

(2) Edematosa : edema vagina selama hamil akan

mengalami regresi (perbaikan).

(3) Luka : trauma/ laserasi akan mengalami penyembuhan.

(4) Varises dan hemorrhoid : akan mengalami regresi.

(5) Rugae : terlihat kembali pada akhir minggu ke-3.

(6) Hymen : berubah menjadi caruncula hymenalis.


18

2) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik

sedikit (37,5-38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada

hari ke-3 suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan

ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena

banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya

infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genitalis atau

sistem lain (Dewi dan Sunarsih, 2011).

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/ menit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan.

Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan

terjadinya preeklamsia postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2011).

d) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal,
19

pernapasan juga mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran napas (Dewi dan Sunarsih, 2011).

3) Perubahan sistem kardiovaskular

a) Volume darah

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), perubahan volume

darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan

darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran

cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Akibat penurunan

volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu

terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan

volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3

dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun

sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada

persalinan per vaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400

cc. Bila kelahiran melalui sectio sesarea, maka kehilangan

darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri atas volume

darah dan hematrokrit. Pada persalinan per vaginam,

hematokrit akan naik, sedangkan pada sectio sesarea,

hemaktokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6

minggu.

Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang terjadi pada

wanita antara lain sebagai berikut.


20

(1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi

ukuran pembuluh darah maternal 10-15%.

(2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan

stimulasi vasodilatasi.

(3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan

selama wanita hamil.

b) Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita

melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi

selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi

sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.

Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

c) Perubahan sistem hematologi

Leukositosis yang meningkat di mana jumlah sel darah

putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap

tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.

Jumlah sel darah putih tersebut masih biasa naik sampai

25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami partus lama. Kira-kira selama kelahiran

dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-

500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada


21

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan

hemoglobin pada hari ke-3 sampai ke-7 postpartum dan

akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

4) Sistem pencernaan pada masa nifas

a) Nafsu makan

Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan

sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan. Ibu sering

kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2

jam post-primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang

ringan.

Sering kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan

waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan

makanan juga menurun selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum

melahirkan diberikan enema (Dewi dan Sunarsih, 2011).

b) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian

tonus dan motilitas ke keadaan normal(Dewi dan Sunarsih,

2011).
22

c) Pengosongan usus

Buang air secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Disebabkan karena

tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.

Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih

kembali untuk merangsang pengosongan usus.

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu

yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Supositoria

dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas. Akan

tetapi, terjadinya konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh

kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan

terbuka bila ibu buang air besar (Dewi dan Sunarsih, 2011).

5) Perubahan sistem perkemihan

a) Fungsi sistem perkemihan

(1)Mencapai hemostatis internal menurut Dewi dan Sunarsih,

2011 antara lain :

(a) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Sebanyak 70% dari air tubuh terletak di

dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan

intraselular. Cairan ektraselular dibagi antara

plasma darah dan cairan yang langsung memberikan


23

lingkungan segera untuk sel-sel yang disebut cairan

interstisial.

(b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan

akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.

(c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volumr air

yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran

berlebihan dan tidak diganti.

(2)Keseimbangan asam basa tubuh

Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph

>7,4 disebut alkalosis dan jika ph <7,35 disebut asidosis.

(3)Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin

Ginjal mengekresi hasil akhir metabolisme protein yang

mengandung nitrogen terutama: urea, asam urat, dan

kreatinin.

b) Sistem urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid

yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan ginjal, sedangkan

penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama masa

postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu

bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8

minggu supaya hipotonia pada kehamilan serta dilatasi ureter

dan pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada


24

sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap

selama tiga bulan (Dewi dan Sunarsih, 2011).

c) Komponen urine

Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan

menghilang. Loktosuria positif pada ibu menyusui merupakan

hal yang normal. Blood Urea Nitrogen (BUN) yang meningkat

selama pasca-partum, merupakan akibat autolisis uterus yang

berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot

uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu

sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada

sekitar 50% wanita. Asetonuria dapat terjadi pada wanita yang

tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu

persalinan yang lama dan disertai dehidrasi(Dewi dan

Sunarsih, 2011).

d) Diuresis postpartum

Dalam 12 jam pasca-melahirkan, ibu mulai membuang

kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil.

Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang

teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terurama

pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah

melahirkan. Kehilangan cairan melalui keringat dan

peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat

badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum. Pengeluaran


25

kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-

kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil

(reversal of the water metabolisme of pregnancy)(Dewi dan

Sunarsih, 2011).

e) Uretra dan kandung kemih

Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih

selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan

lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemia

dan edema, sering kali disertai di daerah-daerah kecil

hemoragi.

Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.

Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas

kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi

menyebabkan keinginan berkemih menurun.

Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah

wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih

karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi

dengan baik. Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung

kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni).

Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus

kandung kemih biasanya akan pulih kembali

dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir

(Dewi dan Sunarsih, 2011).


26

g. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan

yaitu waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Untuk membantu

mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas

membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan

istirahat yang cukup dan sebagainya (Dewi dan Sunarsih, 2011).

Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas menurut Dewi dan

Sunarsih, 2011 anatara lain sebagai berikut:

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang

sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Ibu menyusui

tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting

adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

bayinya.

a) Kebutuhan kalori selama menyusui rata-rata kandungan kalori

ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100

ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml

yang dihasilkan. Makanan yang dikonsumsi juga perlu

memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang,

porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau


27

berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan

pengawet dan pewarna.

b) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan

normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan

500 kal yang dianjurkan. Protein hewani antara lain telur,

daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu,

protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-

kacangan dan lain-lain.

c) Nutrisi yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.

Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam

bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui). Mineral, air dan vitamin

digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat

pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan

buah-buahan segar.

d) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari pascabersalin.

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu

pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar

dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.


28

2) Ambulasi

Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan

untuk melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini

mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut :

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi

puerperium.

b) Mempercepat involusi uterus.

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

d) Meningkatkan kelancaran peradaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Kesempatan yang baik untuk menganjurkan ibu merawat/

memelihara anaknya.

d) Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal.

e) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka

perut.

f) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.


29

3) Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali

melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Kemungkinan disebabkan

oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga

penderita takut BAK.

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu

diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka

dilakukan tindakan berikut ini.

a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien.

b) Mengompres air hangat di atas simfisis.

c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.

Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya

diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari

ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut

adalah cara agar dapat BAB dengat teratur.

a) Diet teratur.

b) Pemberian cairan yang banyak.

c) Ambulasi yang baik.

d) Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan

laksan supposotria.
30

4) Kebersihan diri dan perineum

a) Personal higiene

Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi

sendiri di kamar mandi. Bagian yang paling utama dibersihkan

adalah puting susu dan mammae.

(1) Puting susu

Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah

(rhagade) harus segera diobati karena kerusakan puting

susu merupakan port de entree dan dapat menimbulkan

mastitis. Oleh karena itu, sebaiknya puting susu

dibersihkan dengan air susu yang telah dimasak, tiap kali

sebelum dan sesudah menyusukan bayi, diobati dengan

salep penicillin, lanolin, dan sebagainya.

(2) Partum lochea

Lochea adalah cairan yang keluar dari vagina pada

masa nifas yang tidak lain adalah sekret dari rahim

terutama luka plasenta. Pada 2 hari pertama, lochea berupa

darah disebut lochea rubra. Setelah 3-7 hari merupakan

darah encer disebut lochea serosa, dan pada hari ke-10

menjadi cairan putih atau kekuning-kuningan yang disebut

lochea alba.

Locheayang berbau amis dan lochea yang berbau

busuk menandakan adanya infeksi. Jika lochea berwarna


31

merah selama 2 minggu, ada kemungkinan tertinggalnya

sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna

yang sering disebabkan retrolexio uteri.

b) Perineum

Bila sudah buang air kecil atau buang air besar, perineum

harus dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan

sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan

takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga

perineum tidak dibersihkan dan tidak dicuci. Sesudah atau

sebelum mengganti pembalut (pad) harus cuci tangan dengan

larutan desinfektan atau sabun. Cara memakainya yaitu dari

depan kebelakang. Langkah-langkah penanganan kebersihan

diri adalah sebagai berikut.

(1) Anjurkan kebeersihan seluruh tubuh.

(2) Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air.

(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut setidaknya 2 kali sehari.

(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air,

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

(5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,

sarankan kepada ibu untuk menghindari untuk menyentuh

luka.
32

5) Istirahat

Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat

anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan

susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur

karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk

menetekkan, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah

dilakukan. Hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu.

(a) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

(b) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak

berat.

Kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, di

antaranya adalah sebagai berikut.

(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

6) Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil

dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai

hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat

memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu


33

darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,

maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan

saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi memulai hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari

atau 60 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika

luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya

hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari

setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ

tubuh telah pulih kembali. Oleh karena itu, bila senggama tidak

mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/ istri perlu

melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah

waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan

KB.

7) Keluarga Berencana

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau

melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur

yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu


34

pada masa nifas, antar lain Metode Amenorhea Laktasi (LAM), pil

progestin (mini pil), suntikan progestin, kontrasepsi implant, dan

alat kontrasepsi dalam rahim.

8) Latihan/ Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah

melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah terjadinya

komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot

punggung, otot dasar panggul dan otot perut.

Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu

mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah

terjadinya nyeri punggung di kemudian hari dan terjadinya

kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu

tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari

gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya

dilakukan secara bertahap dan terus-menerus (kontinu). Lakukan

pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10

kali.

Selain senam nifas, secara bertahap ibu pasca-persalinan

juga dapat mulai kembali melakukan olahraga favorit, seperti

renang, joging atau bersepeda, tetapi pastikan melakukan

dalam porsi cukup, tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu dini

(Dewi dan Sunarsih, 2011).


35

2. Sectio Caesarea

a. Pengertian

Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan

janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan

buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut

dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

Operasi Caesarea atau sering disebut dengan seksio sesarea

adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen)

dan dinding rahim (uterus) (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

Menurut Cunningham (2005), Ibu pasca seksio sesarea adalah

ibu yang melahirkan janin dengan cara proses pembedahan dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu sekitar

kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali

pada keadaan tidak hamil (Hartati dan Maryunani, 2015).

b. Macam-macam operasi Sectio Caesarea (Grace, 2005)

1) Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a) Sectio caesarea transperitonealis:

(1) Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi

memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan

membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-

kira 10 cm.
36

Kelebihan :

(a) Mengeluarkan janin dengan cepat.

(b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

tertarik.

(c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan :

(a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal

karena tidak ada reperitonealis yang baik.

(b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering

terjadi ruptur uteri spontan.

(2) Sectio caeasarea ismika atau profundal (low servical

dengan insisi pada segmen bawah rahim). Dilakukan

dengan melakukan sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-

kira 10 cm.

Kelebihan :

(a) Penjahitan luka lebih mudah.

(b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

(c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali

untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga

peritoneum.

(d) Perdarahan tidak begitu banyak.


37

(e) Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau

lebih kecil.

Kekurangan :

(a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah

sehingga dapat menyebabkan uteri pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak.

(b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b) Sectio caesarea ektra peritonealis yaitu tanpa membuka

peritoneum perietalis dengan demikian tidak membuka

cavum abdominal.

2) Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim,

sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Sayatan memanjang (longitudinal).

b) Sayatan melintang (transversal).

c) Sayatan huruf T (T insicion).

c Etiologi

1) Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi)

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi

paratua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik

(disproporsi janin / panggul) ada, sejarah kehamilan dan

persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul. Plasenta

previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I –

II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas


38

permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),

gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya) (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

2) Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012)

d. Patofisiologi

Terjadinya kelainan pada ibu dan kelainan pada janin

menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan akhirnya harus

dilakukan SC ( Sectio Caesarea) (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

e. Tujuan kelahiran dengan seksio sesarea

Beberapa tujuan kelahiran dengan seksio sesarea diantaranya diuraikan

di bawah ini :

1) Menurut Cunningham (2005) menyatakan bahwa tujuan dari

kelahiran seksio sesarea adalah memelihara kehidupan atau

kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu tindakan seksio sesarea

dilaksanakan dalam keadaan dimana penundaan kelahiran akan

memperburuk keadaan janin, ibu atau keduanya, sedangkan

kelahiran pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman.

(Hartati dan Maryunani, 2015)


39

2) Sedangkan Iswandi (2011) menyebutkan pada bahwa dari operasi

seksio sesarea dapat dilakukan secara terencana maupun segera,

dimana pada operasi seksio terencana (elektif) operasi telah

direncanakan jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan

mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin.

(Hartati dan Maryunani, 2015)

f. Syarat seksio sesarea menurut Hartati dan Maryunani, 2015 antara lain:

1) Rahim dalam keadaan utuh (karena pada seksio sesarea, uterus akan

diinsisi).

2) Berat janin di atas 500 gram.

g. Komplikasi yang terjadi pada pasca operasi seksio sesarea

Komplikasi pada persalinan seksio sesarea, menurutHartati dan

Maryunani (2015),antara lain diuraikan di bawah ini:

1) Rasjidi (2009) menguraikan bahwa komplikasi utama persalinan

seksio sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika

urinaria dan uterus saat dilakukan operasi dan komplikasi yang

berhubungan dengan anestesi, perdarahan, infeksi dan

tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio

sesarea dibandingkan persalinan pervaginam.

2) Sementara itu, Aksu, Kucuk, Duzgun, (2011) menyatakan bahwa

resiko komplikasi akibat tindakan operasi seksio sesarea adalah

vena thrombosis, karena berbagai faktor seperti trombophilia,

American college of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)


40

membuat kategori pasienpasca operasi seksio sesarea menjadi dua

yaitu risiko rendah sampai risiko tinggi.

3) Bonney & Jenny (2010) menjelaskan bahwa komplikasi pasca

operasi seksio sesarea pada insisi segmen bawah rahim dapat

terjadi:

a) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga berisiko

mengalami ruptur membrane.

b) Ileus dan peritonitis.

c) Pasca operasi obstruksi.

d) Masalah infeksi karena masuknya mikroorganisme selama

pasca operasi.

4) Sedangkan Leifer (2012) menyatakan bahwa komplikasi pada ibu

yang dilakukan seksio sesarea yaitu:

a) Terjadinya aspirasi.

b) Emboli pulmonal.

c) Perdarahan.

d) Infeksi urinaria.

e) Injuri pada bladder.

f) Thrombophlebitis.

g) Infeksi pada luka operasi.

h) Komplikasi yang berhubungan dengan efek anestesi serta

terjadinya injury.

i) Masalah respirasi pada fetal.


41

h. Penatalaksanaan

1) Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea

a) Persiapan kamar operasi menurut Jitowiyono dan

Kristiyanasari, 2012.

(1) Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai.

(2) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain

operasi.

b) Persiapan pasien menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012.

(1) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.

(2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga

pasien.

(3) Perawat memberi support kepada pasien.

(4) Daerah yang akan di insisitelah dibersihkan (rambut pubis

di cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan

antiseptic).

(5) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk

mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.

(6) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).

(7) Pemeriksaan USG.

(8) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.


42

2) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea

a) Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg

Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan

untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikkan dengan cara

serupa 10 mg morfin (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

(1) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang

diberikan adalah 50 mg.

(2) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah

100 mg Meperidin.

(3) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg, biasanya

diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat

narkotik.

b) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan

tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang

hilang dan keadaan fundus harus diperiksa(Jitowiyono dan

Kristiyanasari, 2012).

c) Terapi cairan dan Diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL,

terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dan dalam 24 jam

pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh

di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali


43

paling lambat pada hari kedua(Jitowiyono dan Kristiyanasari,

2012).

d) Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau

pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus

belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada

hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali

pada hari ketiga (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

e) Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan

bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar,

sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan

dengan pertolongan (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

f) Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka

yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat

menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat

setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hati ke

tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka

insisi (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

Menurut Saifuddin (2007), Perawatan luka pada nifas post

sectio caesarea adalah merawat luka dengan cara mengganti

balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama dengan


44

penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah

untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa

aman dan nyaman pada pasien. Persiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan antara lain : bak instrumen, kassa, gunting, plester,

lidi waten, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chirurgis,

bengkok, perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl

untuk membersihkan luka, salep antiseptik, tempat sampah,

larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post

sectio caesarea adalah :

(1) Kassa perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila

basah dan berdarah harus diganti. Umumnya kassa perut

dapat diganti hari ke 3-4 sebelum pulang dan seharusnya,

pasien mengganti setiap hari kassa luka dan dapat diberikan

betadine sedikit.

(2) Jahitan yang perlu dibuka dilakukan dalam 5 hari pasien

bedah.

g) Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi

hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat

kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang

menunjukkan hipovolemia(Jitowiyono dan Kristiyanasari,

2012).
45

h) Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika

ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut

payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak

menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri

(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

i) Memulangkan Pasien dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman

bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat

dan ke lima post operasi, aktifitas ibu seminggunya harus

dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang

lain (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

3. Infeksi Luka Post Sectio Caesarea

a. Pengertian

Menurut Perry & Potter (2005), Infeksi masa nifas masih

merupakan penyebab tertinggi angaka kematian ibu (AKI).Infeksi

adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu

menyebabkan sakit (Elizabeth.dkk, 2012). Menurut Harry (2007),

Infeksi adalah masuknya organisme ke dalam jaringan tubuh dan

berkembang. Mikroorganisme seperti itu disebut agen yang menular.

Jika mikroorganisme tidak memproduksi bukti-bukti klinis infeksinya

disebut asymptomatic atau subclinical(Elizabeth.dkk, 2012).


46

Menurut Hipkabi (2007), Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi

Tempat Pembedahan (ITP)/ Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi

pada luka operasi atau organ/ ruang yang terjadi dalam 30 hari post

operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber

bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan,

dan termasuk juga instrumentasi(Jurnal Kesehatan STIKes Santo

Borromeus).

b. Jenis-jenis Luka Operasi

1) Infeksi luka operasi superfisial

Infeksi yang terjadi pada daerah insisi yang meliputi luka,

subkutan, dan jaringan lain diatas fasia(Jurnal Kesehatan STIKes

Santo Borromeus).

2) Infeksi luka operasi profunda

Infeksi yang terjadi pada daerah insisi yang meliputi

jaringan dibawah fasia (termasuk organ dalam rongga) (Jurnal

Kesehatan STIKes Santo Borromeus).

Tabel 2.2 Cara penilaian infeksi luka menurut Jurnal USU (2009)

Tanda Biakan Skor


Infeksi
- - 1
+ - 2
- + 3
+ + 4
(Sumber : Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus)
47

3) Penyebab terjadinya infeksi menurut Nugroho, dkk, 2014 antara

lain :

a) Penyebab infeksi nifas

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat

kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen

(kuman masuk dari tempat tempat lain dalam tubuh) dan

endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak

dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang

sebenernya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Menurut Dr. Taufan Nugroho, MPH; dkk., 2014 kuman-kuman

yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

(1) Streptococcus haemoliticus anaerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi

berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari

penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan

penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

(2) Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak

di temukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan

dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.

Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,

walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.


48

(3) Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum,

menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan

endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari

infeksi traktus urinarius.

(4) Clostridium welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan

tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi

pada abortuskriminalis dan partus yang ditolong oleh

dukun dari luar rumah sakit.

c. Tanda dan Gejala Infeksi Sectio Caesarea

1) Tanda dan Gejala

a) Kalor (panas)

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari

sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah yang

disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal

karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti

dan hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan

(Miftakulja, 2014).

b) Dolor (rasa sakit)

Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan pH lokal atau

konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung

saraf, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamine atau zat


49

kimia bioktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu

pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan

peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit

(Miftakulja, 2014).

c) Rubor (kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang

mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai

timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar,

dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir ke dalam

mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong

atau sebagian saja meregang dengan cepat penuh terisi darah

(Miftakulja, 2014).

d) Tumor (pembengkakan)

Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan

sel-sel dari darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan

sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat

(Miftakulja, 2014).

e) Functiolaesa

Menurut Yudhityarasati (2007), adanya perubahan fungsi

secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disertai

sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal,

sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan

fungsinya secara normal (Miftakulja, 2014).


50

f) Luka berbau tidak sedap, terdapat cairan nanah pada luka

(Miftakulja, 2014).

d. Komplikasi

1) Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukan suatu pelepasan jahitan, sulit

membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh

darah oleh benda asing. Hipeovolemia mungkin tidak cepat ada

tanda. Sehingga balutan (dan luka dibawah balutan) jika mungkin

harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan

dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi,

penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.

Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan

(Miftakulja, 2014).

2) Dehiscence dan Eviscerasi

Merupakan komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.

Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.

Sejumlah faktor meliputi kegemukan, kurang nutrisim multiple

trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah dan

dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.

Dehiscenceluka dapat terjadi 4-5 hari setelah operasi sebelum

kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi

terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
51

kompres dengan normal sline. Klien disiapkan untuk segera

dilakukan perbaikan pada daerah luka (Miftakulja, 2014).

3) Abses dan kejang

Menurut siregar (2004), abses merupakan kumpulan nanah

yang berada disebuah jaringan karena adanya proses infeksi.

Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk

mencegah penyebaran/ perluasan infeksi dibagian tubuh yang lain.

Abses adalah infeksi kulit dengan gejala berupa kantong berisi

nanah. Kejang adalah proses yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu mencapai >38˚C). Kejang dapat terjadi karena infeksi

bakteri, virus dan parasit (Miftakulja, 2014).

e. Pencegahan infeksi nifas

Menurut Nugroho, dkk (2014), pencegahan infeksi nifas meliputi :

a) Selama nifas

(1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,

begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang

berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

(2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam

ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

(3) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari

pertama dibatasi sedapat mungkin.


52

f. Penanganan umum

Menurut Nugroho, dkk (2014), penanganan umum meliputi :

1) Antisipasi setiap kondisi (faktor presdisposisi dan dalam proses

persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/ komplikasi

dalam masa nifas.

2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang

mengalami infeksi nifas.

3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau

infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.

4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum

terlampaui.

5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah

dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat

pertolongan dengan segera.

6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru

lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.

7) Berikan hidrasi oral/ iv secukupnya.

g. Penatalaksanaa ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea

Menurut saifuddin (2007), penatalaksanaan ibu nifas infeksi luka post

sectio caesarea meliputi :

1) Manajemen post operatif

a) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi)

dengan pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit


53

dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut

dan selanjutnya.

b) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan

kepalanya agak tengadah agar jalan nafas bebas.

c) Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar

cairan infus dapat mengalir dengan lancar.

2) Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit 8-12 jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam

setelah sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada

hari kedua.

3) Perawatan luka

Perawatan luka pada nifas post sectio caesarea adalah

merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang

sudah kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka

yang baru. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka

infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.

Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain : bak

instrumen, kassa, gunting, plester, lidi waten, antiseptik (betadine),

pinset anatomis dan chirurgis, bengkok, perlak pengalas, sarung

tangan steril, larutan NaCl untuk membersihkan luka, salep

antiseptik, tempat sampah, larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah

perawatan luka post sectio caesarea adalah :


54

a) Kassa perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah

dan berdarah harus diganti. Umumnya kassa perut dapat

diganti hari ke 3-4 sebelum pulang dan seharusnya, pasien

mengganti setiap hari kassa luka dan dapat diberikan betadine

sedikit.

b) Jahitan yang perlu dibuka dilakukan dalam 5 hari pasien

bedah.

4) Kateter/eliminasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

tidak enak pada penderitam, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan pendarahan oleh karena itu dianjurkan pemasangan

kateter seperti dower cateter/ balon kateter yang terpasang selama

24 sampai 48 jam, kecuali penderita dapat kencing sendiri. Kateter

dibuka 12-24 jam pasca pembedahan. Bila terdapat hematuria

maka pengangkatan dapat ditunda.

5) Pemberian antibiotik

Menurut Saifuddin (2007), Infeksi selalu diperhitungkan dari

adanya alat yang kurang steril, sehingga pemberian antibiotika

sangat penting untuk menghindari terjadinya sepsis sampai

kematian.

Pemberian dilakukan dengan kolaborasi SpOG untuk terapi obat :

a) Ampisilin : Dosis awa; 2 g/ IV dan 1 g setiap 6 jam (oral)

atau 500 mg (parenteral) setiap 6 jam.


55

b) Sulbenisin : Dosis 1 g.

c) Kloramfenikol : 1 g IV setiap 6 jam.

d) Gentamisin : 1,5 mg/kg IV atau IM diberikan setiap 8 jam.

e) Doksisiklin : 100 mg setiap 12 jam (jangan diberikan

bersamaan dengan susu atau antasida).

f) Metronidazole : 1 g IV atau per rektal setiap 12 jam atau 500

mg (oral) setiap 6 jam (Prawirohardjo, 2010).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2. Manajemen Tujuh Langkah menurut Hellen Varney.

a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan data dasar )

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah

mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi

keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

1) Data Subyektif

a) Biodata yang mencakup identitas pasien


56

(1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan

penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi

belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk

terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Suku/ bangsa

Berpengaruh terhadap adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga

bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


57

(6) Pekerjaan

Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat

social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam

gizipasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah

bila perlu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas (Ambarwati

dan Wulandari, 2010). Menurut Miftakulja (2014), pada kasus

infeksi luka post sectio caesarea keluhan biasa muncul yaitu

rasa panas pada tubuh, rasa sakit di daerah luka, kemerahan

pada luka jahitan, terjadi pembengkakan pada daerah luka dan

terasa bengkak yang disertai sakit.

c) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung,

DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa

nifas ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


58

(2) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan masa nifas dan bayinya(Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya(Ambarwati dan Wulandari,

2010).

d) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status

menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang

jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan

mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat Obstetrik

(1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


59

(2) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,

keadaan bayi meliputi berat badan, panjang badan, penolong

persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah

proses persalinan mengalami kelainan yang bisa berpengaruh

pada masa nifas saat ini(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

f) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB (Keluarga

Berencana) dengan kontrasepsi jenia apa, berapa lama, adakah

keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB

(Keluarga Berencana) setelah masa nifas ini dan beralih ke

kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g) Kehidupan Sosial Budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat

istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien

khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang

makan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h) Data Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/ psikologis

selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi

seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan


60

beberapa hari setelah kelahiran (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

i) Data Pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang

perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan

selama masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

j) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minumfrekuensi,

banyaknya jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati &

Wulandari, 2010).

(2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi jumlah konsistensi dan bau serta

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah(Ambarsari dan Wulandari, 2010). Pada kasus nifas

post sectio caesarea BAK melalui kateterisasi pada ibu masih

berbaring ditempat tidur untuk beberapa hari, sedangkan BAB

menggunakan pispot.

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,


61

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat

sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang

cukup dapat mempercepat penyembuhan(Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(4) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada

masa nifas masih mengeluarkan lochea(Ambarwati &

Wulandari, 2010). Pada kasus nifas infeksi luka post sectio

caesarea ibu selalu menjaga kebersihan tubuh dengan cara

dilakukan sibin setiap 2 kali dalam sehari dan jika pembalut

luka basah diganti.

(5) Keadaan psikologis

Dikaji untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

bayinya (Ambarwati & Wulandari, 2010). Menurut Manuaba

(2007), untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

bayinya, keadaan mental ibu nifas infeksi luka post sectio

caesarea adalah cemas, sulit tidur, merasa bersalah, mudah

tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya.

(6) Sosial budaya

Menurut Manuaba (2007), untuk mengetahui bagaimana

dukungan keluarga, status rumah tinggal, pantangan makanan,

kebiasaan adat istiadat yang dilakukan.


62

(7) Penggunaan obat-obatan/ rokok.

Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan atau

tidak selama hamil atau tidak.

2) Data Obyektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang

bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa

keadaan klien dalam keadaan stabil (Ambarwati & Wulandari,

2010).

a) Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

(1) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,

sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan sectio

caesarea adalah sedang.

(2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah

composmentis, apatis, somnolen atau koma. Kesadaran

ibu setelah dilakukan tindakan sectio caesarea adalah

composmentis.

(3) Tanda Vital

(a) Tekanan Darah

Dikaji untuk mengetahui tekanan darah apakah

ada peningkatan atau tidak. Sedangkan tekanan darah


63

ibu nifas post sectio caesarea adalah 110/70-130/80

mmHg (Prawirohardjo, 2005).

(b)Suhu

Peningkatan suhu badan pada 24 jam pertama

masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi,

tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu

tubuh kembali normal (Ambarwati & Wulandari,

2010). Menurut Sulistyawati (2009), Sedangkan suhu

pada ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah

38˚C-39˚C.

(c) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80

x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi

akan lebih cepat (Ambarwati & Wulandari, 2010).

Sedangkan denyut nadi pada ibu nifas infeksi luka

post sectio caesarea adalah 50-90 x/ menit.

(d)Respirasi

Dikaji untuk mengetahui frekuensi pernafasan

pasien yang dihitung dalam 1 menit. Sedangkan

respirasi pada ibu nifas infeksi luka post sectio

caesarea cenderung lebih cepat 16-26 x/ menit.


64

3) Inspeksi

Inspeksi yaitu memeriksa dengan cara melihat atau

memandang. Pemeriksaan Inspeksi antara lain :

(1) Rambut

Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok

atau tidak.

(2) Muka

Dikaji untuk mengetahui keadaan muka pucat atau

tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak.

(3) Mata

Dikaji untuk mengetahui apakah konjungtiva warna

merah muda dan sclera warna putih, simetris kanan

kiri, ada oedema atau tidak.

(4) Mulut, gigi dan gusi

Untuk mengetahui adakah sariawan, bagaimana

kebersihan.

(5) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau

tidak, ada nyeri atau tidak.

(6) Vulva

Dikaji untuk mengetahui apakah ada luka perineum,

apakah terdapat tanda – tanda infeksi dan apakah ada

lochea sesuai dengan masa nifas.


65

(7) Anus

Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemoroid.

4) Palpasi

Palpasi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan meraba,

meliputi :

(1) Leher

Adakah pembesaran kelenjar tiroid, ada benjolan atau

tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.

(2) Dada

Dikaji untuk mengetahui keadaan payudara, simetris

atau tidak konsistensi ada pembengkakan atau tidak,

puting menonjol/ tidak, lecet /tidak.

(3) Abdomen

Pada kasus ibu nifas dengan infeksi luka post sectio

caesarea terdapat nyeri pada saat perabaan uterus.

(4) Ekstremitas

Ekstremitas atas meliputi : tangan, ekstremitas bawah

meliputi : kaki, oedema atau tidak, ada varises atau

tidak.

3) Data Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan

diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi.

Pada infeksi luka post sectio caesarea pemeriksaan haemoglobin


66

perlu diukur sebab biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan

haemoglobin sebanyak 2 gr%.

b. Langkah II : Interpretasi Data

Mengidentifikasidiagnosakebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan

diinterpretasimenjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam

rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan

pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan (Ambarwati &

Wulandari, 2010).

1) Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa dapat ditegakkan yang

berkaitan dengan Para, Abortus, Anak Hidup, umur ibu dan

keadaan ibu nifas(Ambarwati & Wulandari, 2010). Diagnosa

pada kasus ini ditegakkan Ny.X PX AX umur X tahun dengan

infeksi luka post sectio caesarea.

Data dasar meliputi:

a) Data subyektif

Menurut Sulistyawati (2009), data subjektif meliputi :

(1) Ibu mengatakan keadaan setelah post sectio caesarea.

(2) Ibu mengatakan kecemasan atau rasa ketidaknyamanan

setelah post sectio caesarea.


67

(3) Ibu mengatakan rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah,

pusing dan sulit mobilisasi.

b) Data obyektif

Berdasarkan pemeriksaan inspeksi terlihat luka bekas post

sectio caesarea dan terdapat cairan nanah pada luka.

2) Masalah

Masalah adalah permasalahan yang muncul berdasarkan

pernyataan pasien(Ambarwati & Wulandari, 2010). Pada kasus ibu

nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah gangguan rasa

nyaman (nyeri), cemas, sulit tidur.

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal yang dibutuhkan pasien dalam

menghadapi masalah yang dialaminya. Seperti pemberian solusi

dalam pemecahan masalah yang dialami pasien. Kebutuhan pada

ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea adalah :

a) Memberikan konseling tentang nyeri yang dirasakan

berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

b) Melakukan tidur dengan muka ke samping dan yakinkan

kepalanya agak tengadah agar jalan nafas bebas.

c) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau


68

diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal

ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan

menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar

terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal

ini(Ambarwati & Wulandari, 2010). Menurut Siregar (2004), diagnosa

yang mungkin terjadi adalah abses dan kejang.

d. Langkah IV : Antisipasi Masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi

pasien(Ambarwati & Wulandari, 2010). Antisipasi pertama yang

dilakukan pada ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea antara lain

kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik profilaksis.

1) Ampisilin : Dosis awal 2 g/ IV dan 1 g setiap 6 jam (oral)

atau 500 mg (parenteral) setiap 6 jam.

2) Sulbenisin : Dosis 1 g.

3) Kloramfenikol : 1 g IV setiap 6 jam.

4) Gentamisin : 1,5 mg/kg IV atau IM diberikan setiap 8 jam.

5) Doksisiklin : 100 mg setiap 12 jam (jangan diberikan

bersamaan dengan susu atau antasida).

6) Metronidazole : 1 g IV atau per rektal setiap 12 jam atau 500 mg

(oral) setiap 6 jam (Prawirohardjo, 2010).


69

e. Langkah V : Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari

setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka

pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi

berikutnya(Ambarwati & Wulandari, 2010).

1) Manajemen post operatif

a) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan

pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam

pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan

selanjutnya.

b) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya

agak tengadah agar jalan nafas bebas.

c) Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar

cairan infus dapat mengalir dengan lancar.

2) Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit 8-12 jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah

sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
70

3) Lakukan perawatan luka

Menurut Saifuddin (2007), langkah-langkah perawatan luka post

sectio caesarea adalah :

a) Kassa perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan

berdarah harus diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari

ke 3-4 sebelum pulang dan seharusnya, pasien mengganti setiap

hari kassa luka dan dapat diberikan betadine sedikit.

b) Jahitan yang perlu dibuka dilakukan dalam 5 hari pasien bedah.

4) Lakukan kateterisasi dan observasi eliminasi

5) Beri KIE tentang KB

6) Lakukan kolaborasi untuk terapi obat

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan

pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana

asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dan dilaksanakan secara efisien dan aman(Ambarwati &

Wulandari, 2010).

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap

setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana(Ambarwati &Wulandari,


71

2010). Pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan

di dalam diagnosa dan masalah anatara lain dan dapat meliputi :

a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital sign normal (tekanan darah,

nadi, suhu, dan respirasi).

b) Dapat mobilisasi dengan baik.

c) Ibu dapat menjaga kebersihan diri dan luka bekas operasi.

d) Nyeri berkurang dan dapat diatasi.

e) Ibu dapat beristirahat cukup.

h. Data Perkembangan

Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini

adalah SOAP menurut varney yang meliputi :

1) Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis.

2) Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskna dalam

data fokus untuk mendukung assesment.

3) Assesment

Menggunakan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yang meliputi :

a) Diagnosa atau masalah


72

b) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

4) Planning

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari

perencanaan berdasarkan assesment.

C. Landasan Hukum

Berdasarkan Permenkes NO. 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat

1 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan

yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil,

kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan

(Depkes RI, 2010).

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 Pelayanan

kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat 1 meliputi :

pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada

kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal,

pelayanan ibu menyusui dan pelayanan konseling pada masa antara dua

kehamilan.

Menurut Nabilla (2014), Isi informed consent diatur didalam pasal 7 ayat

(3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

(Informed Consent) sekurang-kurangnya informasi yang diberikan oleh

dokter mencakup:

(1)Diagnosis dan tata cara tindakan medis,


73

(2)Tujuan tindakan medis yang dilakukan,

(3)Alternatif tindakan lain dan risikonya,

(4)Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,

(5)Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,

(6)Perkiraan pembiayaan.

Informed consent merupakan persetujuan tindakan medis yang mana

digunakan untuk suatu tindakan yang berisiko tinggi seperti, operasi caesar.

Operasi caesar dilakukan memiliki resiko yang cukup tinggi karena operasi

caesar merupakan operasi besar yang hanya menjadi pilihan ketika kesehatan

ibu dan anak terancam atau pada gawat janin dan gawat ibu.
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Jenis studi kasus yang digunakan pada penelitian ini adalah

observasional deskriptif. Jenis studi menggunakan deskriptif dengan tujuan

utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan

secara obyektif, serta dengan metode observasional yaitu suatu prosedur yang

meliputi melihat dan mencatat jumlah dari taraf aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti(Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus adalah melakukan laporan yang rinci tentang seseorang

atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012). Kasus yang

diamati penulis dalam Karya Tulis Ilmiah adalah Asuhan kebidanan Ibu Nifas

Pada Ny.S P2 A0dengan Infeksi Luka Jahitan Post Sectio Caesarea.

B. Lokasi Studi Kasus

Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Lokasi penelitian

ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian (Notoatmodjo,

2012).Laporan kasus ini dilaksanakan di Bangsal Dahlia RSU Assalam

Gemolong Sragen.

74
75

C. Subjek Studi Kasus

Merupakan orang yang akan dijadikan subjek untuk dilakukan studi

kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek dari laporan ini adalah ibu nifas Ny.S P2

A0 umur 27 tahundengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Notoatmodjo,

2012).Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 11-26 Mei 2016.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. (Notoatmodjo, 2012) Instrumen yang digunakan format

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan manajemen 7 langkah Varney dan

data perkembangan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau

organisasi. (Riwidikdo, 2012) Data primer dalam studi kasus ini adalah

data saat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea.


76

Data primer dapat diperoleh dari :

a. Pemeriksaan fisik menurut Nursalam (2011), antara lain :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara

sistematis dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat mengumpulkan

data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala

sampai pada kaki. Pada kasus ibu nifas dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesareadilakukan inspeksi

padaabdomenterlihat kemerahan, basah, terlihat ada pus pada

luka jahitan post sectio caesarea.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba

tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitive dan

digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperature,

tugor, bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran. Pada kasus ibu

nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea.

Palpasiyang dilakukan diantaranya untuk mengetahui kontraksi

uterus, tinggi fundus uteri, keadaan kandung kemihdan keadaan

luka bekas operasi sectio caesarea.

3) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau

membandingkan kiri kanan tiap daerah permukaan tubuh dengan


77

tujuan menghasilkan suara. Pada kasus ibu nifas dengan infeksi

luka jahitan post sectio caesarea dilakukan pemeriksaan patella

kanan dan kiri positif atau negatif.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suatu yang diberikan oleh tubuh dengan menggunakan

stetoskop. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah

dan untuk mendengarkan denyut jantung.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab

dilakukan dengan pasien ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post

sectio caesarea, keluarga pasien, dan perawat atau tenaga kesehatan

yang lain dengan menggunakan format asuhan kebidanan ibu nifas.

c. Observasi

Observasi yaitu suatu prosedur yang terencana meliputi : melihat dan

mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus nifas

dengan infeksi luka jahitan post sectio caesareayaitu observasi

tanda-tanda vital, kesadaran ibu, luka jahitan ibu.


78

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung

dari objek studi kasus(Riwidikdo, 2012). Data yang diperoleh dengan

cara mempelajari status / dokumentasi pasien dan studi kepustakaan.

a. Data dokumentasi

Data dokumetasi adalah semua bentuk informasi yang berhubungan

dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam kasus ini

dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil

dari catatan medis pasien di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa

teori–teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh

berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2012).

Dalam kasus ini studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-

buku kepustakaan terbitan tahun 2005-2015.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Alat dan bahan yang digunakan atau dibutuhkan antara lain :

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data

a. Format asuhan kebidanan pada ibu nifas

b. Alat tulis (pena dan kertas)

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi

a. Spigmomanometer dan stetoskop


79

b. Thermometer

c. Jam

d. Set medikasi yang terdiri dari :

1) Alat dan bahan steril

a) Sarung tangan steril

b) Pinset anatomi

c) Pinset chirurgis

d) Kassa steril

e) Supratull

f) Bak instrumen

g) Gunting steril

2) Alat dan bahan yang tidak steril

a) Gunting dan hipavik

b) Bengkok

c) Betadin dan NaCl

d) Kom kecil berisikan kapas alkohol

3. Dokumentasi

Lembar observasi

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,


80

berserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Tabel jadwal penelitian (terlampir).


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

Ruang : Dahlia

Tanggal Masuk : 11 Mei 2016

No. Register : 110090

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny. S Nama : Tn. S

2. Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia

5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Sumberagung 20/4, Klego, Gemolong, Sragen

B. ANAMNESE (DATA SUBYEKTIF) :

Tanggal : 11 Mei 2016 Pukul : 10.00 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan melahirkan

anak keduanya pada tanggal 9

81
82

Mei 2016 pukul 06.35 WIB

secara operasi.

2. Keluhan : Ibu mengatakan merasa nyeri

pada luka post sectio caesarea

dan badan terasa panas.

3. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang

menderita penyakit apapun seperti

batuk, panas dan flu.

b. Riwayat penyakit sistemik

- Jantung : Ibu mengatakan tidak merasa berdebar-

debar, tidak merasa lelah saat

beraktifitas ringan dan tidak

mengeluarkan keringat dingin.

- Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh

nyeri pinggang bagian kanan ataupun

kiri dan tidak merasa sakit saat BAK.

- Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa

sesak nafas.

- TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk

lebih dari 2 minggu.


83

- Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat

kuning pada ujung kuku, mata dan

kulit.

- DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh

sering minum pada malam hari, tidak

cepat lapar dan tidak sering BAK pada

malam hari.

- Hipertensis : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami tekanan darah tinggi (lebih

dari 140/90 mmHg).

- Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulutnya.

- Lain – lain : Ibu mengatakan tidak mempunyai

penyakit menular dan menurun lainnya

seperti HIV/AIDS.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular

seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS maupun riwayat penyakit

menurun seperti Hipertensi, Jantung, Asma.


84

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat operasi

Ibu mengatakan baru saja melahirkan bayinya pada tanggal 9 Mei

2016 dengan tindakan operasi sectio caesarea.

4. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan pada usia 12 tahun

b. Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari

c. Lama : Ibu mengatakan lamanya 6 hari

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 kali sehari

e. Teratur / tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah berwarna merah encer

dan tidak ada gumpalan

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut saat

haid

5. Riwayat Keluarga Berencana

a. Metode yang pernah dipakai : KB suntik 3 bulan

Lama penggunaan 2

tahun.

b. Keluhan selama pemakaian kontrasepsi : Tidak ada keluhan.

6. Riwayat Perkawinan

a. Status perkawinan : Sah, kawin : 1 kali


85

b. Kawin/menikah : umur 21tahun, dengan suami umur 24

tahun

Lamanya : 6 tahun, jumlah anak 2 orang

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

NO Tgl Tempat Jenis Penolong Anak Nifas


Kead
/thn Partus Partus Anak
Partus JK BB PB Kead Laktasi sekarang
1 2011 BPM Spontan Bidan P 3500 49 Baik Lancar Hidup

2 9-5- RSU SC dr. L 3500 50 Baik Lancar Hidup


2016 Assalam SpOG
Gemolong

8. Riwayat Hamil

a. HPHT : 1 Agustus 2015

b. HPL : 8 Mei 2016

c. Keluhan – keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan merasa mual, muntah

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : Ibu mengatakan merasa pegal-pegal

d. ANC : 8 kali teratur dibidan

Trimester I : Ibu mengatakan 2 kali, pada UK 4 minggu

dan 8 minggu

Trimester II : Ibu mengatakan 2 kali, pada UK 14 minggu

dan 21 minggu

Trimester III : Ibu mengatakan 4 kali, pada UK 30 minggu,

34 minggu, 36 minggu dan 38 minggu


86

e. Penyuluhan yang didapat

Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu

hamil pada UK 4 minggu dan tablet Fe dibidan pada UK 4

minggu dan tanda dan bahaya Trimester III di bidan pada UK 8

minggu.

f. Imunisasi TT :Ibu mengatakan tidak melakukan imunisasi TT

g. Pergerakan janin

Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janin pada usia

kehamilan 4 bulan

9. Riwayat Persalinan Ini

a. Tempat Persalinan : RSU Assalam Gemolong Sragen

Penolong : dr. SpOG

b. Tanggal/Jam Persalinan : 9 Mei 2016/ 06.35 WIB

c. Jenis Persalinan :Sectio Caesarea

d. Tindakan Lain : Tidak ada

e. Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : Ada komplikasi dalam

persalinan yaitu

Ketuban Pecah Dini

f. Perinium

- Ruptur / tidak : Tidak ada

- Dijahit / tidak : Tidak dijahit


87

10. Pola Kebiasaan Saat Nifas

a. Nutrisi

- Perubahan Pola Makan

Sebelum nifas : Ibu mengatakan 2-3 x/hari, porsi

sedang menu lauk pauk, sayur,

minum air putih dan susu

10 gelas/hari.

Selama nifas : Ibu mengatakan sebelumnya makan

bubur dan minum air putih.

b. Eliminasi

- BAB

Sebelum nifas : Ibu mengatakan BAB 1x/hari, warna

coklat kehitaman, konsistensi lembek.

Selama nifas : Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari

- BAK

Sebelum nifas : Ibu mengatakan BAK 6-7 x/hari,

warna kuning jernih.

Selama nifas : Ibu mengatakan BAK 6x/hari, warna

kuning kecoklatan.

c. Istirahat / Tidur

Sebelum nifas : Ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan tidur

malam 8-10 jam


88

Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur

malam 6-7 jam.

d. Personal Hygiene

Sebelum nifas : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi, ganti

pakaian 2x/hari dan keramas 1x dalam 2 hari.

Selama nifas : Ibu mengatakan belum dapat melakukan

secara mandiri dan masih dibantu oleh

keluarga dan hanya disibin saja.

e. Keadaan Psikologis : Ibu mengatakan khawatir terhadap rasa

nyeri pada luka jahitan post sectio

caesarea.

f. Riwayat sosial budaya

- Dukungan keluarga

Ibu mengatakan keluarganya sangat mendukung dengan

kehamilannya.

- Keluargalain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anaknya

saja.

- Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun.

- Kebiasaan adat istiadat

Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat.


89

g. Penggunaan obat – obatan / rokok : Ibu mengatakan tidak

menggunakan obat-obatan

apapun dan tidak merokok.

C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 110/ 70 mmHg R: 22x/menit

N : 84x/menit S: 38,5°C

d. TB : 158 cm

e. BB sebelum hamil : 68 kg

f. BB sekarang : 75 kg

g. LLA : 24,6 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, hitam

dan lurus.

2) Muka : Tidak oedema dan tidak ada cloasma

gravidarum.

3) Mata

a) Oedema : Tidak ada oedema

b) Conjungtiva : Berwarna merah muda

c) Sklera : Berwarna putih


90

4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi : Mulut bersih, tidak ada caries, tidak ada

stomatitis, tidak ada pembengkakan gusi dan

gusi tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran pada

kelenjar gondok

2) Tumor :Tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran pada

kelenjar limfe

c. Dada dan Axillia

1) Mammae

a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

d) Areola : Hyperpigmentasi

e) Puting Susu : Menonjol

f) Kolostrum / ASI : Sudah keluar

2) Axillia

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak ada nyeri


91

c) Ektremitas

1) Atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada

varices, kuku bersih

2) Bawah

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak ada oedema

c) Betis Lembek/Keras : Betis keras

3. Pemeriksaan Khusus Obstetrin ( Lokalis )

a. Abdomen : Luka operasi terdapat pada abdomen tertutup kassa dan

luka basah.

1) Inspeksi

a) Pembesaran Perut : Membesar normal

b) Linea Alba/nigra : Linea nigra

c) Strie Albican/livede : Tidak ada

d) Kelainan : Tidak ada kelainan

e) Luka bekas operasi : Ada bekas luka operasi pada luka

operasi terlihat basah, kemerahan

dan adanya pus pada luka

2) Palpasi

a) Kontraksi : Baik, keras

b) TFU : 2 jari dibawah pusat

c) Kandung Kemih : Kosong


92

b. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada varices

b) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

c) Nyeri : Tidak ada nyeri

d) Lochea : Lochea rubra

2) Perinium

a) Keadaan Luka : Tidak ada luka

b) Bengkak/kemerahan : Tidak ada bengkak/kemerahan

3) Anus

a) Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid

b) Lain – lain : Tidak ada

4) Inspekulo

a) Vagina : Tidak dilakukan

b) Portio : Tidak dilakukan

5) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 8 Mei 2016 dengan

hasil, antara lain :

1) HB : 9,8 gr/dl

2) HbsAg : - / negatif

3) HIV : Non reactive


93

4) Protein urine : -/ negatif

b. Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan pemeriksaan

penunjang lainnya.

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 11 Mei 2016 Pukul : 10.20 WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

Ny. S P2A0umur 27 tahun post partum hari kedua dengan infeksi luka

jahitan post sectio caesarea.

Data Dasar

DS :

1. Ibu mengatakan bernama Ny. S

2. Ibu mengatakan melahirkan anaknya yang kedua pada tanggal 9

Mei 2016 pukul 06.35 WIB dengan sectio caesarea dan belum

pernah keguguran.

3. Ibu mengatakan badannya panas dan cemas dengan keadaannya.

4. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka jahitan post sectio

caesarea.

DO :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmhg R : 22x/menit

N : 84x/menit S : 38,5°C
94

4. Pada perut terdapat luka jahitan post sectio caesarea dan luka

jahitan post sectio caesarea terlihat basah, kemerahan dan ada

sedikit nanah.

5. TFU : 2 jari dibawah pusat

6. Kontraksi uterus : Baik dan keras

7. Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra jumlah ± 30 cc

8. ASI : Sudah keluar

B. MASALAH

Ibu mengatakan cemas, tidak nyaman dan merasa nyeri pada luka jahitan

post sectio caesarea.

C. KEBUTUHAN

Beri dukungan moril dan beritahu keadaannya.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Sepsis

IV. TINDAKAN SEGERA

1. Kolaborasi dengan dr.SpOG untuk memberikan terapi infeksi luka post

sectio caesarea

a. Infus RL 20 tpm

b. Injeksi ceftriaxome 1g/ 24 jam

c. Injeksi salksin 8°/24 jam

d. Injeksi extrace 1A/24 jam


95

e. Medikasi

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 11 Mei 2016 Pukul : 10.30 WIB

1. Periksa keadaan umum dan vital sign

2. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan dan pengeluaran lochea

3. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan duduk, berdiri dan jalan-jalan

4. Siapkan alat medikasi

5. Lakukan medikasi luka jahitan post sectio caesarea

6. Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar tetap

bersih dan kering

7. Periksa input dan output cairan

8. Beri terapi sesuai dengan advis dokter :

a. Lanjutkan infus RL 20 tpm

b. Injeksi ceftriaxome 1 g/ 24 jam

c. Injeksi salksin 8°/24 jam

d. Injeksi extrace 1A/24 jam

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 11 Mei 2016 Pukul : 10.35 WIB

1. Pukul 10.35 WIB : Memeriksa keadaan umum dan vital sign

2. Pukul 10.37 WIB : Memeriksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan,

pengeluaran lochea
96

3. Pukul 10.40 WIB : Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan

duduk bila mampu jalan-jalan kekamar mandi

4. Pukul 10.42 WIB : Menyiapkan alat medikasi: sarung tangan steril,

bak intrumen, pinset anatomis, pinset chirugis, kassa steril, supratul,

gunting, bengkok, hipavik, betadine, larutan NaCl, kom berisi kapas

alkohol.

5. Pukul 10.44 WIB : Melakukan medikasi luka jahitan post sectio

caesarea yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Membuka perban luka menggunakan pinset

d. Membersihkan luka dengan NaCl menggunakan pinset chirrurgis

dan kassa steril. Membersihkan luka sesuai kondisi luka dari

daerah bersih ke kotor.

e. Membersihkan area sekitar luka, memberikan obat supratul pada

luka yang sudah dibersihkan

f. Menutup luka dengan kassa steril dan hipavik

6. Pukul 10.47 WIB : Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga

daerah luka agar tetap bersih dan kering

7. Pukul 10.50 WIB : Memeriksa input dan output cairan 2 jam sekali

yaitu : minum air putih 2x dan BAK sudah 1x sampai saat ini

8. Pukul 11.00 WIB : Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter :

a. Lanjutkan infus RL 20 tpm


97

b. Injeksi ceftriaxome 1 g 1 Ampul/ 24 jam (Pukul 07.00 WIB)

c. Injeksi salksin 8°/24 jam (Pukul 07.00 WIB)

d. Injeksi extrace 1A/24 jam (Pukul 07.00 WIB)

VII. EVALUASI

Tanggal : 11 Mei 2016 Pukul : 11.10 WIB

1. Pukul 11.10 WIB

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 22x/menit

N : 80x/menit S: 37,8°C

2. Pukul 11.25 WIB : Kontraksi uterus baik, fundus teraba keras, TFU 2 jari

dibawah pusat, lochea rubra, pengeluaran pervaginam ± 30 cc

3. Pukul 11.30 WIB : Ibu mengerti tentang mobilisasi dini dan sudah bisa

duduk dan jalan-jalan ke kamar mandi walau masih ada bantuan

4. Pukul 11.32 WIB : Alat sudah disiapkan

5. Pukul 11.35 WIB : Sudah dilakukan tindakan medikasi dan luka sudah

tertutup kassa

6. Pukul 11.37 WIB : Ibu bersedia menjaga luka tetap bersih dan kering

7. Pukul 11. 40 WIB : Pengeluaran cairan input dan output normal

8. Pukul 11.45 WIB : Terapi sudah diberikan

a. Lanjutkan infus RL 20 tpm

b. Injeksi ceftriaxome 1 g 1 Ampul/ 24 jam (Pukul 07.00 WIB)


98

c. Injeksi salksin 8°/24 jam (Pukul 07.00 WIB)

d. Injeksi extrace 1A/24 jam (Pukul 07.00 WIB)


99

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 12 Mei 2016 Pukul : 09.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan masih sedikit merasa nyeri pada luka jahitan

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi mau menyusui

dengan kuat

3. Ibu mengatakan sudah mobilisasi dini seperti duduk, berdiri dan jalan-

jalan

4. Ibu menanyakan kepada bidan apakah sudah diperbolehkan pulang

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composementis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 20x/menit

N : 82x/menit S: 36,6°C

4. TFU : pertengahan pusat-simpisis, kontraksi uterus keras,

fundus teraba keras.

5. Luka bekas operasi : sedikit mengering dan tidak ada tanda infeksi

seperti luka basah, kemerahan dan ada pusnya.

6. Pengeluaran pervaginam: lochea rubra

7. Advis dari dokter SpOG ibu sudah diperbolehkan pulang


100

A : Assesment

Ny. S P2A0umur 27 tahun post partum hari ketiga dengan infeksi luka post

sectio caesarea

P : Planning

Tanggal : 12 Mei 2016 Pukul : 09.10 WIB

1. Pukul 09.10 WIB : Melepas infus

2. Pukul 09.20 WIB : Menyiapkan alat medikasi : sarung tangan steril,

bak intrumen, pinset anatomis, pinset chirrugis, kassa steril, supratul,

gunting, bengkok, hipavik, betadin, larutan NaCl, kom berisi kapas

alkohol.

3. Pukul 09.30 WIB : Melakukan medikasi luka jahitan post sectio

caesarea yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Membuka perban luka menggunakan pinset

d. Membersihkan luka dengan NaCl menggunakan pinset chirrurgis

dan kassa steril. Membersihkan luka sesuai kondisi luka dari saerah

bersih ke kotor.

e. Membersihkan area sekitar luka, membererikan obat supratul pada

luka yang sudah dibersihkan

f. Menutup luka dengan kassa steril dan hipavik


101

4. Pukul 09.50 WIB : Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan

ASI pada bayinya sesering mungkin

5. Pukul 09.55 WIB : Menganjurkan ibu selalu merawat lukanya tetap

kering dan bersih

6. Pukul 10.00 WIB : Memberikan pendidikan kesehatan ASI eksklusif

pada bayi

7. Pukul 10.05 WIB : Memberikan KIE tentang KB pada ibu

8. Pukul 10.15 WIB : Memberikan KIE tentang perawatan luka jahitan

post sectio caesarea

9. Pukul: 10.20 WIB : Memberikan KIE tentang gizi ibu nifas

10. Pukul 10.25 WIB : Menyiapkan ibu untuk pulang

11. Pukul 10.30 WIB : Menganjurkan ibu untuk datang kontrol 1

minggu lagi pada tanggal 19 Mei 2016

12. Pukul 10.30 WIB : Memberi terapi sesuai advis dokter

a. Ciprofloxacin 2x1 500 mg

b. Paracetamol 3x1 500 mg

c. Tablet Fe 1x1 500 mg

EVALUASI

Tanggal : 12 Mei 2016 Pukul : 10.40 WIB

1. Pukul 10.40 WIB : Infus sudah dilepas

2. Pukul 10.45 WIB : Alat sudah disiapkan


102

3. Pukul 10.50 WIB : Luka sudah sedikit kering dan sudah dilakukan

medikasi luka bersih tertutup kassa steril

4. Pukul 10.55 WIB : Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya

sesering mungkin dan bersedia mengkonsumsi makanan seimbang

serta tidak pantangan makanan apapun

5. Pukul 11.00 WIB : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan

menjaga luka agar tetap bersih dan kering

6. Pukul 11.10 WIB : Ibu sudah mengerti tentang pentingnya ASI

eksklusif pada bayinya

7. Pukul 11.15 WIB : Ibu bersedia merawat lukanya agar cepat kering

dan sembuh

8. Pukul 11.20 WIB : Ibu sudah mengerti tentang KB dan bersedia KB

tetapi dengan menggunakan KB MAL dan setelah KB MAL ibu akan

KB Suntik 3 bulan

9. Pukul 11.30 WIB : Ibu sudah mengerti tentang gizi ibu nifas

10. Pukul 11.30 WIB : Ibu pulang pukul 14.00 WIB

11. Pukul 11.35 WIB : Ibu bersedia untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

pada tanggal 19 Mei 2016

12. Pukul 11.45 WIB : Terapi sudah diberikan untuk dibawa pulang

a. Ciprofloxacin 2x1 500 mg

b. Paracetamol 3x1 500 mg

c. Tablet Fe 1x1 500 mg


103

DATA PERKEMBANGAN II

(Kunjungan Ulang)

Tanggal : 19 Mei 2016 Pukul : 09.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi menyusui dengan

kuat

3. Ibu mengatakan sudah bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri

tanpa dibantu oleh keluarga seperti mobilisasi (duduk, jalan-jalan)

dan aktivitas seperti (masak, mengasuh anak, mengerjakan pekerjaan

rumah)

4. Ibu mengatakan ingin kontrol ulang

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composemntis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 20x/menit

N : 80x/menit S: 36°C

4. TFU : sudah tidak teraba

5. Luka bekas operasi: sedikit mengering, tidak ada tanda-tanda infeksi

seperti (luka kemerahan, basah dan ada pusnya) dan luka tertutup

kassa steril

6. Pengeluaran pervaginam: lochea sanguinolenta


104

A : Assesment

Ny. S P2A0umur 27 tahun post partum hari kesepuluh dengan riwayat

infeksi luka post sectio caesarea

P : Planning

Tanggal : 19 Mei 2016 Pukul : 09.10 WIB

1. Pukul 09.10 WIB : Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Pukul 09.20 WIB : Menyiapkan alat medikasi : sarung tangan steril,

bak intrumen, pinset anatomis, pinset chirrugis, kassa steril, supratul,

gunting, bengkok, hipavik, betadin, larutan NaCl, kom berisi kapas

alkohol.

3. Pukul 09.30 WIB : Melakukan medikasi luka jahitan post sectio

caesarea yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Membuka perban luka menggunakan pinset

d. Membersihkan luka dengan NaCl menggunakan pinset chirrurgis

dan kassa steril. Membersihkan luka sesuai kondisi luka dari saerah

bersih ke kotor, dari kering ke basah, dari pinggir ke arah dalam

e. Membersihkan area sekitar luka, memberikan obat supratul pada

luka yang sudah dibersihkan

f. Menutup luka dengan kassa steril dan hipavik


105

4. Pukul 09.50 WIB : Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan

ASI pada bayinya sesering mungkin

5. Pukul 09.55 WIB : Menganjurkan ibu selalu merawat lukanya tetap

kering dan bersih

6. Pukul 10.25 WIB : Menganjurkan ibu untuk datang kontrol 1 minggu

lagi pada tanggal 26 Mei 2016 dan jika ada keluhan untuk memastikan

luka jahitan benar-benar kering.

7. Pukul 10.30 WIB : Memberi terapi sesuai advis dokter

a. Asam mefenamat 500 mg 1x1

b. Vit C 500 mg 1x1

c. Salep bioplasenton

d. Kassa steril

EVALUASI

Tanggal : 19 Mei 2016 Pukul : 10.40 WIB

1. Pukul 10.40 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital normal.

2. Pukul 10.45 WIB : Alat sudah disiapkan

3. Pukul 10.50 WIB : Luka sudah sedikit kering dan sudah dilakukan

medikasi luka bersih tertutup kassa steril

4. Pukul 10.55 WIB : Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya

sesering mungkin
106

5. Pukul 11.00 WIB : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan

menjaga luka agar tetap bersih dan kering

6. Pukul 11.35 WIB : Ibu bersedia untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

pada tanggal 26 Mei 2016 dan jika ada keluhan.

7. Pukul 11.45 WIB : Terapi sudah diberikan untuk dibawa pulang

a. Asam mefenamat 500 mg 1x1

b. Vit C 500 mg 1x1

c. Salep bioplasenton

d. Kassa steril
107

DATA PERKEMBANGAN III

(Kunjungan Rumah)

Tanggal : 24 Mei 2016 Pukul : 09.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi menyusui dengan

kuat

3. Ibu mengatakan luka bekas operasi telah diganti sendiri

4. Ibu mengatakan dapat istirahat cukup

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composemntis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 20x/menit

N : 80x/menit S: 36°C

4. TFU : sudah tidak teraba

5. Luka bekas operasi: sudah mengering, tidak ada tanda-tanda infeksi

seperti (luka kemerahan, basah dan ada pusnya)

6. Pengeluaran pervaginam: lochea serosa

A : Assesment

Ny. S P2A0umur 27 tahun post partum hari kelima belas dengan riwayat

infeksi luka post sectio caesarea


108

P : Planning

Tanggal : 24 Mei 2016 Pukul : 09.10 WIB

1. Pukul 09.10 WIB : Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Pukul 09.20 WIB : Menyiapkan alat medikasi : sarung tangan steril,

bak intrumen, pinset anatomis, pinset chirrugis, kassa steril, supratul,

gunting, bengkok, hipavik, betadin, larutan NaCl, kom berisi kapas

alkohol.

3. Pukul 09.30 WIB : Melakukan medikasi luka jahitan post sectio

caesarea yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Membuka perban luka menggunakan pinset

d. Membersihkan luka dengan NaCl menggunakan pinset chirrurgis

dan kassa steril. Membersihkan luka sesuai kondisi luka dari saerah

bersih ke kotor, dari kering ke basah, dari pinggir ke arah dalam

e. Membersihkan area sekitar luka, memberikan obat supratul pada

luka yang sudah dibersihkan

f. Menutup luka dengan kassa steril dan hipavik

4. Pukul 09.50 WIB : Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan

ASI pada bayinya sesering mungkin

5. Pukul 09.55 WIB : Menganjurkan ibu selalu merawat lukanya tetap

kering dan bersih dengan cara mengganti balutan luka 2x sehari.


109

6. Pukul: 10.00 WIB : Menganjurkan ibu untuk menjaga personal

hygiene dengan cara mengganti pembalut ketika sudah penuh, cebok

dengan benar dari arah depan ke belakang, mengganti pakaian 2x

sehari.

7. Pukul 10.25 WIB : Menganjurkan ibu untuk datang kontrol 2hari lagi

pada tanggal 26 Mei 2016 dan jika ada keluhan untuk memastikan

luka jahitan benar-benar kering di RSU Assalam Gemolong Sragen.

8. Pukul 10.30 WIB : Melanjutkan terapi sesuai advis dokter

a. Asam mefenamat 500 mg 1x1

b. Vit C 500 mg 1x1

c. Salep bioplasenton

d. Kassa steril

EVALUASI

Tanggal : 24 Mei 2016 Pukul : 10.40 WIB

1. Pukul 10.40 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital normal.

2. Pukul 10.45 WIB : Alat sudah disiapkan

3. Pukul 10.50 WIB : Luka sudah sedikit kering dan sudah dilakukan

medikasi luka bersih tertutup kassa steril

4. Pukul 10.55 WIB : Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya

sesering mungkin
110

5. Pukul 11.00 WIB : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan

menjaga luka agar tetap bersih dan kering

6. Pukul 11.25 WIB : Ibu bersedia menjaga personal hygiene.

7. Pukul 11.35 WIB : Ibu bersedia untuk kontrol ulang 2 hari lagi pada

tanggal 26 Mei 2016 dan jika ada keluhan di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

8. Pukul 11.45 WIB : Ibu bersedia melanjutkan terapi sesuai advis dokter

a. Asam mefenamat 500 mg 1x1

b. Vit C 500 mg 1x1

c. Salep bioplasenton

d. Kassa steril
111

DATA PERKEMBANGAN IV

(Kunjungan Ulang)

Tanggal : 26 Mei 2016 Pukul : 10.30 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi menyusui dengan

kuat

3. Ibu mengatakan luka bekas operasi sudah kering dan tidak tertutup

kassa steril

4. Ibu mengatakan dapat istirahat cukup

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composemntis

3. TTV : TD : 110/80 mmHg R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5°C

4. TFU : sudah tidak teraba

5. Luka bekas operasi: sudah mengering, tidak ada tanda-tanda infeksi

seperti (luka kemerahan, basah dan ada pusnya) dan luka sudah tidak

tertutup kassa steril

6. Pengeluaran pervaginam: lochea alba


112

A : Assesment

Ny. S P2A0umur 27 tahun post partum hari ketujuh belas dengan riwayat

infeksi luka post sectio caesarea

P : Planning

Tanggal : 26 Mei 2016 Pukul : 10.45 WIB

1. Pukul 10.45 WIB : Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Pukul 10.55 WIB : Menyiapkan alat medikasi : sarung tangan steril,

bak intrumen, pinset anatomis, pinset chirrugis, kassa steril, supratul,

gunting, bengkok, hipavik, betadin, larutan NaCl, kom berisi kapas

alkohol.

3. Pukul 11.00 WIB : Melakukan medikasi luka jahitan post sectio

caesarea yaitu :

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Membersihkan bekas luka dengan NaCl menggunakan pinset

chirrurgis dan kassa steril.

d. Memberikan salep bioplasenton pada bekas luka yang sudah

dibersihkan

e. Menutup bekas luka dengan kassa steril dan hipavik

4. Pukul 11.10 WIB : Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan

ASI pada bayinya sesering mungkin


113

5. Pukul 11.15 WIB : Menganjurkan ibu selalu menjaga kebersihan

diridan merawat lukanya agar tetap kering dan bersih

6. Pukul 11.20 WIB : Memberi terapi sesuai advis dokter yaitu salep

bioplasenton dioleskan sesudah mandi

EVALUASI

Tanggal : 26 Mei 2016 Pukul: 11.25 WIB

1. Pukul 11.25 WIB : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital normal.

2. Pukul 11.30 WIB : Alat sudah disiapkan

3. Pukul 11.40 WIB : Luka sudah kering dan sudah dilakukan medikasi

luka bersih dan sudah tidak tertutup kassa

4. Pukul 11.45 WIB : Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya

sesering mungkin

5. Pukul 11.50 WIB : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan

menjaga luka agar tetap bersih dan kering

6. Pukul 11.55 WIB : Terapi sudah diberikan untuk dibawa pulang yaitu

salep bioplasenton dioleskan sesudah mandi.


114

B. PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan antara teori

dan kasus di lapangan pada Asuhan Kebidanan Patologi Ibu Nifas pada Ny. S

P2A0 umur 27 tahun dengan Infeksi Luka Jahitan Post Sectio Caesarea

di Bangsal Dahlia RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan

7 langkah Varney yang meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pada kasus Ny. S didapatkan data subyektif Ny. S mengeluh

nyeri pada luka jahitan post sectio caesarea, badannya panas dan cemas

dengan keadaannya dan dari obyektif (diambil dari keadaan umum ibu

baik, kesadaran ibu composmentis, TTV ibu normal hanya saja suhu

tubuh ibu 38,5°C, keadaan luka jahitan terlihat basah, kemerahan dan ada

sedikit nanah, tinggi TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi TFU baik dan

keras, kontraksi uterus baik dan normal dan pengeluaran darah

pervaginam Lochea Rubra). Jadi pada pengkajian ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus lapangan.


115

2. Interpretasi Data

Mengidentifikasi diagnosakebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam

langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasi menjadi diagnosa

kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah

tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,

masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang

diidentifikasikan oleh bidan (Ambarwati & Wulandari, 2010).

Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. S P2A0 umur 27

tahun dengan infeksi luka post sectio caesarea. Masalah yang muncul

yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri), cemas, sulit tidur, kebutuhan yang

diberikan adalah dukungan moril. Sehingga pada kasus ini penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Diagnosa Potensial

MenurutSiregar (2004), diagnosa potensial yang mungkin terjadi

adalah potensial terjadi abses dan kejangpada luka jahitan post sectio

caesarea. Pada kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun infeksi luka post sectio

caesareadiagnosa potensialnyasepsis. Diagnosa potensial pada kasus Ny.

Stidak terjadi karena adanya tindakan segera yang tepat dan cepat.

Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.


116

4. Antisipasi

Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu nifas infeksi luka

post sectio caesarea antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian

antibiotik profilaksasi, Ampicilin 2g/IV, Sulbenisin 1g, Kloramfenikol

1g/IV, Gentamisin 1,5 mg/kg IV atau IM, Doksisiklin 100mg dan

Metronidazole 1g/IV (Prawirohardjo, 2010).

Pada kasus Ny. S umur 27 tahun antisipasi yang dilakukan yaitu

kolaborasi dengan dr.SpOG untuk memberikan terapi infeksi luka post

sectio caesarea yaitu Injeksi Ceftriaxome 1 g 1 ampul/ 24 jam, Salksin

8°/ 24 jam, Extrace 1A/24 jam serta merawat infeksi luka post sectio

caesarea dengan kassa steril. Pada kasus ini terjadi kesenjangan antara

teori dan praktik.

5. Rencana Asuhan

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), perencanaan pada

ibu nifas infeksi luka post sectio caesarea antara lain :

a. Manajemen post operatif

1) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan

pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam

pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.

2) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya

agak tengadah agar jalan nafas bebas.

3) Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan

infus dapat mengalir dengan lancar.


117

b. Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit 8-12 jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah

sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

c. Lakukan perawatan luka

d. Lakukan kateterisasi dan observasi eliminasi

e. Beri KIE tentang KB

f. Lakukan kolaborasi untuk terapi obat

Pada kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun ibu nifas dengan

infeksi luka jahitan post sectio caesarea perencanaan yang dilakukan

antaralain :

a. Periksa keadaan umum dan vital sign

b. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan dan pengeluaran lochea

c. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan duduk bila mampu jalan-

jalan ke kamar mandi

d. Siapkan alat medikasi

e. Lakukan medikasi luka jahitan post sectio caesarea

f. Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar

tetap bersih dan kering

g. Periksa input dan output cairan

h. Beri terapi sesuai dengan advis dokter :

1) Lanjutkan infus RL 20 tpm

2) Injeksi ceftriaxome 1 g/ 24 jam


118

3) Injeksi salksin 8°/24 jam

4) Injeksi extrace 1A/24 jam

Berdasarkan data diatas terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah

dibuat. Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan antara teori

dan praktik pada pemberian terapi obat infeksi luka post sectio caesarea.

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada

klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan

yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dan

dilaksanakan secara efisien dan aman (Ambarwati & Wulandari, 2010).

Menurut Prawirohardjo (2010), pemberian terapi antibiotik adalah Injeksi

Ampisilil 1 ampul/IV, Injeksi Sulbenisin 1 g, Injeksi Klirampenikol 1

g/IV, Gentamisin 1,5 mg/IV, Doksisiklin 100 mg dan Metronidazole

500 mg.

Pada kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun ibu nifas dengan infeksi

luka jahitan post sectio caesareamengobservasi keadaan umum dan

tanda-tanda vital, mengobservasi pengeluaran Lochea, membimbingan

untuk mobilisasi dini seperti miring kiri, miring kanan, duduk dan

berjalan-jalan, mengobservasi infeksi luka operasi, mengobservasi

eliminasi yang masuk maupun yang keluar, memberi KIE tentang KB

dan memberi terapi sesuai advis dokter.


119

7. Evaluasi

Pada kasus ini merupakan langkah ini merupakan langkah terakhir

guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi

keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah

dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum

terlaksana(Ambarwati & Wulandari, 2010). Pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan

masalah anatara lain dan dapat meliputi :

a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital sign normal (tekanan darah,

nadi, suhu, dan respirasi).

b. Dapat mobilisasi dengan baik.

c. Ibu dapat menjaga kebersihan diri dan luka bekas operasi.

d. Nyeri berkurang dan dapat diatasi.

e. Ibu dapat beristirahat cukup.

Pada kasus ini di peroleh evaluasi terakhir yaitu keadaan umum

ibu baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital normal. Infeksi luka

jahitan post sectio caesareasudahmengering, dapat mobilisasi dini

dengan baik, dapat menjaga kebersihan diri dan luka bekas operasi, ibu

dapat istirahat cukup, ASI sudah keluar banyak dan bayi menyusui

dengan kuat dan pasien diperbolehkan untuk pulang pada post partum
120

hari ketiga dengan kontrol satu minggu lagi. Berdasarkan data uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan teori dan praktik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Kebidanan Patologi Ibu Nifas Pada Ny. S P2A0 Umur 27 Tahun dengan

Infeksi Luka Jahitan Post Sectio Caesarea di Bangsal Dahlia RSU Assalam

Gemolong Sragen” dengan menggunakan 7 langkah Varney yaitu :

1. Pengkajian pada langkah ini penulis mengumpulkan data secara

wawancara pada kasus Ny. S didapatkan data subyektif Ny. S mengeluh

nyeri pada luka jahitan post sectio caesarea, badannya panas dan cemas

dengan keadaannya dan dari obyektif (diambil dari keadaan umum ibu

baik, kesadaran ibu composmentis, TTV ibu normal hanya saja suhu

tubuh ibu 38,5°C, keadaan luka jahitan terlihat basah, kemerahan dan ada

sedikit nanah, tinggi TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi TFU baik dan

keras, kontraksi uterus baik dan normal dan pengeluaran darah

pervaginam Lochea Rubra).

2. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Ny. S P2A0 umur

27 tahun dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea. Masalah yang

sering timbul pada kasus ini yaitu Ny. S P2A0 umur 27 tahun dengan

infeksi luka post sectio caesarea yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri),

cemas, sulit tidur, kebutuhan yang diberikan adalah dukungan moril.

121
122

3. Diagnosa potensial dalam kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun infeksi luka

post sectio caesarea tidak terjadi sepsis karena adanya tindakan segera

yang tepat dan cepat.

4. Antisipasi asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ada. Pada kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun antisipasi yang

dilakukan yaitu kolaborasi dengan dr.SpOG untuk memberikan terapi

infeksi luka post sectio caesarea yaitu Injeksi Ceftriaxome 1 g 1 ampul/

24 jam, Salksin 8°/ 24 jam, Extrace 1A/24 jam serta merawat infeksi luka

post sectio caesarea dengan kassa steril.

5. Perencanaan pada kasus Ny. S P2A0 umur 27 tahun infeksi luka post

sectio caesarea yang dilakukan adalah kolaborasi, Pada kasus Ny. S P2A0

umur 27 tahun ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea

perencanaan yang dilakukan antara lain : Periksa keadaan umum dan

vital sign, Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan dan pengeluaran

lochea, Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan duduk bila mampu

jalan-jalan ke kamar mandi, Siapkan alat medikasi, Lakukan medikasi

luka jahitan post sectio caesarea, Perawatan luka sesuai program terapi

dan menjaga daerah luka agar tetap bersih dan kering, Periksa input dan

output cairan, Beri terapi sesuai dengan advis dokter :Lanjutkan infus RL

20 tpm, Injeksi ceftriaxome 1 g/ 24 jam, Injeksi salksin 8°/24 jam dan

Injeksi extrace 1A/24 jam.

6. Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan berdasarkan

perencanaan yang telah dibuat yaitu mengobservasi keadaan umum dan


123

tanda-tanda vital, mengobservasi pengeluaran Lochea, membimbingan

untuk mobilisasi dini seperti miring kiri, miring kanan, duduk dan

berjalan-jalan, mengobservasi infeksi luka operasi, mengobservasi

eliminasi yang masuk maupun yang keluar, memberi KIE tentang KB

dan memberi terapi sesuai advis dokter.

7. Evaluasi hasil akhir yaitu pada kasus ini di peroleh evaluasi terakhir yaitu

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital

normal. Infeksi luka jahitan post sectio caesarea sudah mengering, dapat

mobilisasi dini dengan baik, dapat menjaga kebersihan diri dan luka

bekas operasi, ibu dapat istirahat cukup, ASI sudah keluar banyak dan

bayi menyusui dengan kuat dan pasien diperbolehkan untuk pulang pada

post partum hari ketiga dengan kontrol satu minggu lagi.

8. Pada teori Menurut Prawirohardjo (2010), pemberian terapi antibiotik

adalah Injeksi Ampisilil 1 ampul/IV, Injeksi Sulbenisin 1 g, Injeksi

Klirampenikol 1 g/IV, Gentamisin 1,5 mg/IV, Doksisiklin 100 mg dan

Metronidazole 500 mg. Tetapi pada kasus pemberian terapi menurut

advis dokter SpOG adalah infus RL 20 tpm, Injeksi ceftriaxome 1 g/ 24

jam, Injeksi salksin 8°/24 jam, Injeksi extrace 1A/24 jam.

9. Pada kasus ini pemecahan masalah kesenjangan antara teori dan kasus

tersebut.Penulis memberikan masukkan dalam pemberian terapi obat

infeksi luka jahitan post sectio caesarea sebaiknya dirundingkan terlebih

dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Setelah


124

dirundingkan pemberian terapi obat infeksi luka jahitan post sectio

caesarea diberikan sesuai teori.

B. Saran

1. Bagi Klien

Diharapkan bagi semua ibu nifas dengan informasi infeksi luka jahitan

post sectio caesarea tidak perlu takut untuk sedini mungkin memulai

mobilisasi dini agar ibu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan

kebutuhan bayinya.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan pada tenaga kesehatan untuk perawatan luka jahitan post

sectio caesarea lebih ditingkatkan khususnya pada sterilisasi agar tidak

terjadi infeksi luka jahitan post sectio caesarea, mengajarkan ibu untuk

mobilisasi sedini mungkin, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi

protein untuk mempercepat penyembuhan luka dan pemulihan pasien.

3. Bagi Instansi Layanan Kesehatan

Bagi instansi rumah sakit dapat meningkatkan layanan lebih bermutu dan

berkualitas sehingga dalam memberikan asuhan kebidanan terutama pada

ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio caesarea yang sesuai

dengan standar operasional pelayanan kebidanan.


125

4. Bagi Institusi

Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa mengenai

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan infeksi luka jahitan post sectio

caesarea.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Ana Nursiana. 2014. Gambaran Pengetahuan Ibu Post SC Tentang Perawatan


Luka Sectio Caesarea di RSU Bandung Medan Tahun 2014. Jurnal
Keperawatan Bandung Medan. Vol. 1, No. 1, 2014. Keperawatan
Bandung Medan. Bandung.

Anayuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea dengan Indikasi


Panggul Sempit di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Jurnal Keperawatan
Kalijaga Demak. Vol. 1, No. 1, April 2011. Keperawatan Kalijaga
Demak. Demak.

Depkes RI. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta : Badan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia.

Dewi, V, N, L. Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta :


Salemba Medika.

Elizabeth, dkk. 2012. Perbedaan Alat Ganti Verband antara Dressing Set dan
Dressing Trolley terhadapa Resiko Infeksi Nosokomial dalam Perawatan
Luka Post Operasi. Jurnal Keperawatan Stikes Santo Borromeus. Vol. 1,
No. 1, 2012. Keperawatan Stikes Santo Borromeus Bandung. Bandung.

Hartati, S. Maryunani, A. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio


Sesarea. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Hastuti, F. 2010. Gambaran Pelaksanaan Perawatan Luka Post Operasi Sectio


Caesarea (SC) dan Kejadian Infeksi di Ruang Mawar 1 RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Vol. 1, No. 1, Maret 2010. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.

Janah, M. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi Pada Ny.H P2 A0 Umur 34
Tahun Hari Ketiga dengan Infeksi Luka Post Sectio Caesarea di Bangsal
Bougenvile RSUD Sukoharjo. Jurnal Kebidanan STIKes Kusuma
Husada. Vol. 1, No. 1, Juni 2014. STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Surakarta.

Jitowiyono, S. Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi.


Yogyakarta : Nuha Medika.
Kurniawati, D. Mirzanie, H. 2009. Obgynacea (obstetri & ginekologi).
Yogyakarta : TOSCA Entreprise.

Nabila, N. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Operasi Caesar dalam


Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di Rumah Sakit Umum
Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan. Jurnal Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Vol. 1, No. 1, Mei
2014. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika.

Nursalam, M, Nurs. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B. 2006. Asuhan Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulandari, S, R. Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Vous aimerez peut-être aussi