Vous êtes sur la page 1sur 34

MEMMBANGUN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Administrasi Kebijakan


Kesehatan

Dosen Pengampu : Dr. Budi Hartono, SE.,MARS

Di Susun Oleh :

Desi Susanti (1809047005)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas UAS mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan
Kami sebagai tim penyusun laporan ini, menyadari bahwa dalam menyelesaikan
laporan ini kami mendapat banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan hati, kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Budi Hartono, SE.,MARS. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Administrasi
Kebijakan Kesehatan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta.
2. Kedua Orangtua serta Keluarga atas dukungan dan doanya.
3. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi pelengkap
dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas.

Jakarta, Januari 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................
6
BAB III PENUTUP................................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................28
3.2 Saran dan Kritik.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun keterbatasan yang


mereka miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka untuk
membentuk suatu organisasi. Dimana semua orang berkumpul dalam suatu wadah
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.
Dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin agar berjalan dengan baik.
Tanpa adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan
semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang
pemimpin tidak begitu saja dipiliih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang
harus dimiliki olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi
pertimbangan yang sangat urgen diperhatikan.
Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini. Cara dan
pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan
seseorang. Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki
tanggung jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu semua bisa diatasi bila ia
memiliki cara dan strategi yang baik dan sesuai dengan kondisinya. Maka penyusun
mencoba menguraikan materi kepemimpinan dalam makalah ini. Penyusun
mencoba melakukan literatur review beberapa jurnal terkait kepemimpinan

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kepemimpinan?


2. Apa fungsi kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan dan tipe-tipe kepemimpinan?
4. Apa saja syarat kepemimpinan?
5. Kepemimpinan yang efektif?
6. Gaya kepemimpinan?

4
1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui secara jelas tentang kepemimpinan mulai dari pengertian,


fungsi, syarat, kepemimpinan ?
2. Untuk memahami teori-teori kepemimpinan dan tipe-tipe kepemimpinan ?
3. Untuk mengetahui kemimpinan yang efektif dan gaya kepemimpinan ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

Kepemimpinan merupakan unsur penting di dalam sebuah perusahaan,


sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin maka suatu perusahaan
tersebut akan mengalami kemunduran. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki
perilaku yang berbeda dalam memimpin atau sering disebut dengan gaya
kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin dalam


mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya itu dipengaruhi oleh
sifat pemimpin itu sendiri. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik akan
menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri setiap bawahan, sehingga dengan
motivasi tersebut akan timbul semangat kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari
bawahan itu.

Sebaliknya, jika kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan


komunikasi yang harmonis serta memberikan pembinaan pegawai, akan
menyebabkan tingkat kinerja pegawai rendah. Demikian halnya dengan kurangnya
motivasi pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja, malas-malasan dalam bekerja
akan menyebabkan kinerja pegawai rendah.

Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik
yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan
semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang
dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas
maka seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan
berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.

Berbekal kata kunci : kepemimpinan, gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan gaya
kepemimpinan yang efektif maka dilakukan beberapa review jurnal

Adapun riview jurnal yang diakses yaitu :

1. Gaya kepemimpinan (style of leadership) yang efektif dalam suatu organisasi


2. Peranan gaya kepemimpinan yang efektif
3. Kepemimpinan organisasi masa depan konsep dan strategi keefektifan

6
4. Analisis gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja kepala ruangan dirumah
sakit
5. Pengaruh kepemimpinan dan kepuasan kerja

Dari jurnal gaya kepemimpinan (style of leadership) yang efektif dalam


suatu organisasi dibahas jenis-jenis gaya kepemimpinan, pada dasarnya setiap
gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarah (directive
behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Sedangkan berdasarkan
kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi (Robert Albanese, David
D.Van Fleet, 1994):

1) Gaya Kepemimpinan Kharismatis


Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu
menarik atensi banyak orang, karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang merupakan anugerah dari Tuhan. Kepribadian dasar pemimpin
model ini adalah kuning. Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah
mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan kepribadian kuning ini
visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Namun,
kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa saya analogikan dengan
peribahasa “ Tong Kosong Nyaring Bunyinya ”. Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidak-konsistenan pemimpin tersebut. Apa yang diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan
memberikan alasan, permintaan maaf dan janji.
Gaya kepemimpinan kharismatis bisa efektif jika :
1) Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal.
2) Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka,
dimana kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.

2) Gaya Kepemimpinan Otoriter


Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter

7
tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan. Dalam gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin mengendalikan semua
aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan
cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran
minornya.
Pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga berperan sebagai
pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila
anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing
memikirkan apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah merah. Kelebihan model
kepemimpinan otoriter ini ada pada pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan
suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil.
Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam
adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat
mementingkan tujuan, sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau
dimakan adalah prinsip hidupnya. Gaya kepemimpinan ini menganggap bahwa
semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya. Gaya
kepemimpinan otoriter ini kadang kala menekankan kepada bawahannya supaya
tidak menjadi ancaman, dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal atau dengan
target yang tak mungkin dicapai. Gaya kepemimpinan otoriter ini bisa efektif bila ada
keseimbangan antara disiplin yang diberlakukan kepada bawahan serta ada
kompromi terhadap bawahan.

3) Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya. Kepribadian dasar pemimpin model ini
adalah putih.
Pada gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih
besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang

8
ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang
menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis ini ada di penempatan perspektifnya.
Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih
ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas. Apa yang menguntungkan dirinya,
dan juga menguntungkan lawannya. Dalam bahasa sederhana, seorang pemimpin
yang memiliki gaya kepemimpinan jenis ini merupakan diplomator yang ulung, atau
win-win solution. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan
gaya demokratis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat – sangat keterlaluan. Mereka bisa
menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-
pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.
Gaya kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila :
1) Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih
2) Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya
terjadi win-loss solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak
selalu kalah, tetapi ada kalanya menjadi pemenang.

4) Gaya Kepemimpinan Moralis


Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling
menghargai bawahannya. Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru.
Biasanya seorang pemimpin bergaya moralis sifatnya hangat dan sopan kepada
semua orang. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya. Segala bentuk kebajikan ada dalam
diri pemimpin ini. Orang – orang datang karena kehangatannya akan terlepas dari
segala kekurangannya. Pemimpin bergaya moralis adalah sangat emosinal. Dia
sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa
sangat menyenangkan dan bersahabat.
Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :

9
1) Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam mengatasi kelabilan
emosionalnya seringkali menjadi perjuangan seumur hidupnya.
2) Belajar mempercayai orang lain atau membiarkan melakukan dengan cara
mereka, bukan dengan cara anda.
Dari macam-macam gaya kepimpinan yang disebutkan diatas, dijurnal ini juga
memuat kritik tentang apapun gaya kepemimpinan yang dijalankan seorang
pemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya, dia harus dapat memberikan
motivasi, kenyamanan dan perubahan kearah kebaikan bagi anggotanya.

Pada jurnal gaya kepemimpinan (style of leadership) yang efektif serta


jurnal peranan gaya kepemimpinan yang efektif dibahas juga tentang gaya
kepemimpinan yang efektif.
Dijurnal tersebut menjelaskan bahwa Gaya kepemimpinan yang mana yang
sebaiknya dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasinya sangat
tergantung pada kondisi anggota organisasi itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya
kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui kondisi
nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan yang tepat.
Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda
untuk divisi atau seksi yang berbeda.
Gaya setiap pemimpin tentunya berbeda-beda, demikian juga dengan para
pengikutnya. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa situasi-situasi
tertentu menuntut satu gaya kepemimpinan tertentu, sedangkan situasi lainnya
menuntut gaya yang lain pula. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seseorang
berbeda satu sama lain.
Pada suatu waktu tertentu kebutuhan- kebutuhan kepemimpinan dari suatu
organisasi mungkin berbeda dengan waktu lainnya, karena organisasi-organisasi
akan mendapatkan kesulitan bila terus-menerus berganti pimpinan, maka para
pemimpinlah yang membutuhkan gaya yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Gaya yang cocok sangat tergantung pada tugas organisasi, tahapan kehidupan
organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan pada saat itu. Organisasi-organisasi perlu
memperbarui diri mereka sendiri, dan gaya kepemimpinan yang berbeda seringkali
dibutuhkan.

10
Seringkali seorang pemimpin harus bertindak secara sepihak. Organisasi-
organisasi harus melewati tahap-tahap yang berbeda dalam hidup mereka. Selama
periode-periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, kepemimpinan
otokrasi mungkin akan bekerja dengan baik. Misalnya, pendiri suatu organisasi
keagamaan yang baru, sering merupakan tokoh kharismatik yang mengetahui
secara intuitif apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Karena itu
adalah visinya, maka ialah yang paling sanggup untuk menanamkannya kepada
orang lain tanpa diskusi. Tetapi selama periode pertumbuhan yang lambat atau
konsolidasi, organisasi tersebut perlu menyediakan waktu lebih untuk merenung dan
berusaha agar lebih berdaya guna.
Dijurnal ini juga dijelaskan bahwa Ketika organisasi tersebut masih baru,
pendirinya dapat mengandalkan kekuatan visinya untuk menarik orang-orang lain
yang mempunyai sasaran yang sama. Namun, pada waktu organisasi itu berhasil,
maka cara-cara lain untuk mempertahankan persamaan visi akan diperlukan. Bila
gaya kepemimpinan tidak disesuaikan, sehingga mencakup penyamaan sasaran
dengan peran serta penuh, sering organisasi tersebut mengalami kegagalan.
Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul sebagai
konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya.
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang
mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu, gaya
kepemimpinan yang dijalankannya dalam mengelola suatu organisasi harus dapat
mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian
rupa, sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan
yang bersangkutan. Apapun gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang
pemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya harus dapat memberikan motivasi
serta kenyaman bagi para anggotanya. Hanya dengan jalan demikian pencapaian
tujuan dapat terlaksana.

Pada jurnal kepemimpinan organisasi masa depan konsep dan strategi


keefektifan jurnal ini membahas tentang menjadi pemimpin yang efektif organisasi
masa depan, menurut Quirke (1995) dalam Mulyadi (1998), ada 5 tahap yang harus
dilalui, yaitu: awareness (kesadaran), understanding (pemahaman), support

11
(dukungan), involvement (keterlibatan), dan commitment (komitmen). Kesadaran
akan adanya perubahan berarti seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk
menyadari, memahami, memberi dukungan, melibatkan diri, dan memiliki komitmen
terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
Organisasi masa depan yang mampu bertahan adalah organisasi yang memiliki
kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang efektif memiliki 10 karakteristik:
1) mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan
2) berkomunikasi secara efektif dengan bawahan
3) memberi informasi kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan
perusahaan dari mereka
4) menetapkan standar hasil kerja yang tinggi
5) mengenali bawahan be-serta kemampuannya
6) memberi peranan kepada para bawahan dalam proses pengambilan
keputusan
7) selalu memberi informasi kepada bawahan mengenai kondisi perusahaan
8) waspada terhadap kondisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk
meningkatkannya
9) bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu
10) menghargai prestasi bawahan.

Menurut jurnal review Analisis gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja


kepala ruangan dirumah sakit. Jurnal ini melakukan penelitian di rumah sakit
dengan tipe berbeda di berbagai negara. Jurnal tersebut membahas tiga gaya
kepemimpinan yaitu kepemimpinan transformasional, transaksional dan laiissez
faire. Dari 3 gaya kepemimpinan tersebut gaya transformasional dan transaksional
memiliki hubungan positif dengan kepuasan pasien tapi gaya kepemimpinan laissez
faire tidak, karena dianggap gagal menjadi leader.

Tapi pada penelitian di salah satu rumah sakit di USA oleh Byrne dan Martin
(2014), menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh positif pada kepuasan profesional dan komitmen organisasi, sedangkan
gaya pemimpin transaksional memiliki dampak negatif pada kepuasan profesional
dan komitmen organisasi

12
Terpilihnya gaya kepemimpinan transformasional karena merupakan satu bentuk
kepemimpinan modern ( Bushra et al, 2011), dimana gaya ini mampu meningkatkan
atau membawa perubahan yang positif bagi para bawahannya melalui metode
penyelesaian masalah yang efektif (Riaz et al,2011)

Tapi dijurnal pengaruh kepemimpinan dan kepuasan kerja yang diteliti pada
organisasi PT. Alam Kayu Sakti Semarang menyatakan bahwa untuk menghasilkan
hasil kerja yang berkualitas dan kuantitas maka pegawai membutuhkan motivasi
kerja sehingga meningkatkan kinerja pegawainya. Ada 6 tindakan yang dapat
diambil oleh pemimpin untuk meningkatkan motivasi kerja dan kepuasan yang tinggi
dari bawahannya, diantaranya adalah :

1) Memberitahukan kepada tiap pekerja bagaimana koduite atau keadaanya


2) Membicarakan kepada para tenaga kerja lebih dahulu tentang perubahan-
perubahan yang akan terjadi pada dirinya
3) Menggunakan kemampuan setiap orang dengan sebaik-baiknya
4) Menurut cara penempatan tenaga kerja dan melaksanakan aturang dengan adil
5) Memberikan dukungan bisa dalam bentuk pujian atau penghargaan.
6) Tingkat gaji yang diperoleh pegawai

4 jurnal diatas semua menjelaskan gaya kepemimpinan, ada yang mengatakan


bahwa apapun gaya kepemimpinan yang dipakai itu tidak terlalu penting. Yang
penting adalah pemimpin memiliki kemampuan memberikan motivasi, kenyamanan
bagi para anggotanya. Sedangkan dijurnal lainnya dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan akan efektif jika pemimpin dapat melakukan penyesuaian dengan
situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpin. Jurnal lainnya menyatakan
bahwa kepuasan kerja sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasan
terhadap bawahannya sehingga antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja
merupakan dua hal yang berbanding lurus.

Sedangkan dijurnal yang terakhir lebih menjelaskan ke arah motivasi kerja, jika
kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan motivasi kerja yang
tinggi dalam setiap bawahan akan menimbulkan semangat kerja yg tinggi juga dan
kebalikannya. Sehingga hal tersebut tentu mempengaruhi kinerja pegawai yang
bersangkutan.

13
Untuk lebih paham tentang kepemimpinan maka penulis juga mengambil bahan
tulisan dari beberapa textbook sebagai berikut :

Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan


adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Maka
kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu.

Kepemimpinan adalah proses dua pihak, dua arah artinya, satu pihak harus
mengetahui cara memimpin, dan pihak lain harus mengetahui cara mengikuti. Tetapi
dalam pelaksanaannya, tidak ada hal−hal seperti pemimpin “murni” dan pengikut
“murni”. Setiap pihak adalah pemimpin dan pengikut pada waktu bersamaan, dan kedua
belah pihak memikul tanggung jawab untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan
(Timpe, 2002).

Menurut sejarahnya, istilah kepemimpinan (leadership) baru muncul sekitar


tahun 1800, definisi leadership bermacam−macam sesuai dengan selera pembuat
definisi itu sendiri, dari mana mereka memandang. Meskipun demikian, masih dapat
ditarik suatu garis yang sama dari definisi−definisi yang dibuat. Berbagai sudut
pandang para pembuat definisi kepemimpinan itu adalah sebagai berikut:

1. titik tumpu proses kelompok,

2. kepribadian dan pengaruh,

3. seni dalam melaksanakan pekerjaan,

4. tindakan mempengaruhi orang lain,

5. perbuatan atau sikap seseorang,

6. bentuk persuasi dalam menggerakkan orang,

7. alat pencapaian tujuan,

8. pengaruh daripada interaksi,

14
9. peranan yang menonjol,

10. proses dari peranan yang orisinil (Martoyo, 1996).

Dari penjelasan di atas, Martoyo mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:


”keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang− orang agar mau bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang memang diinginkan bersama”.

Pengertian lain dari kepemimpinan atau “leadership” dapat diartikan sebagai


berikut: “leadership is a process of motivating others to work to meet specific
objectives” (Ebert & Griffin, 2003). Kepemimpinan adalah proses memotivasi orang
lain untuk bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi lain dari kepemimpinan
adalah: “leadership as a social influence process in which the leader seeks the
voluntary participation of subordinates in an effort to reach organizational goals”
(Kreitner & Kinicki, 2004), kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana
seorang pemimpin meminta partisipasi secara sukarela dari bawahannya sebagai
upaya untuk meraih tujuan organisasi.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk


pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat
manajerial pada suatu organisasi (Robins, 2002).

Definisi kepemimpinan seperti diungkapkan di atas, berimplikasi pada tiga hal


utama seperti dikemukakan di bawah ini (Locke, 1997):

a. Kepemimpinan menyangkut “orang lain”, bawahan atau pengikut. Kesediaan


mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin. Jika tidak ada pengikut,
maka tidak akan ada pula pemimpin. Tanpa bawahan semua kualitas
kepemimpinan seorang atasan akan menjadi tidak relevan. Terkandung makna
bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan
inspirasi dan menjalin relasi dengan pengikut mereka.
b. Kepemimpinan merupakan suatu ”proses”. Agar bisa memimpin, seorang
pemimpin harus melakukan sesuatu, kepemimpinan lebih dari sekedar
menduduki suatu posisi otoritas. Kendatipun posisi otoritas yang dikonformalkan
mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tetapi sekadar menduduki
posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin.

15
c. kepemimpinan harus ”membujuk” orang lain untuk mengambil tindakan.
Pemimpin membujuk para pengikutnya lewat berbagai cara seperti menggunakan
otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan
sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi dan
mengkomunikasikan sebuah visi.

Menurut beberapa ahli:


1. Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik
perseorangan maupun kelompok.
2. Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan
nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan diartika sebagai proses
pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan dan
pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Adapun dalam konteks
nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi pikiran,
perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama.
3. Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah.
4. Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau
proses memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan
kelompok dengan kemauan dan antusias.
5. Frigon menjelaskan “leadership is the art and sciene of getting others to perform
and achieve vision.
6. Nanus mengemukakan “leadership role in policy formation has a solid foundation
in practice and is safely short of usurfing a governing broad’s prerogrative in
establishing policy”
7. Overton berpendapat “leadership is ability to get work done and through others
while gaining then confidence and cooperation”.

16
Maka dari beberapa defenisi yang disampaikan diatas dapat kita pahami bahwa
kepemimpian merupakan usaha untuk memengaruhi orang dengan memberikan
motivasi dan arahan agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.

Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan
organisasi.
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan.
Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang
dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan
penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka
terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil
maupun yang besar.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan
kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan
menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga

17
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam
rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab
masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agar diambil
dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang
baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa
ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak
buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan
dihargai oleh pemimpinnya.

Teori-Teori Kepemimpinan dan Tipe - Tipe Kepemimpinan


Dalam praktek sehari−hari, seorang diartikan sama antara pemimpin dan
kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang
yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang
harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain,
dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut
akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan
kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli
beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya
dalam tingkat tertentu.

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam


mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan
dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat

18
dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara
pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati
bersama. Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari
bawahannya tersebut melayani dia.Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya
dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.

Dari batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan


pemimpin apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh
untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam
kelompok anggota−anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan
tersebut adalah :

1. Manager puncak (Top Manager)

2. Manajer menengah (Middle manager)

3. Manajer bawahan (Lower managorƒsuvervisor)

Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill)


maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang
tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan
dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat
operasional. Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah
aktivitas bersifat konsepsional.

Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam


organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara
konsepsional strategis dan makro. Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin
tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang
semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.

19
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas pemimpin yang
lebih rendah

Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang
pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Di antara berbagai teori
mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yang paling menonjol yaitu
sebagai berikut :

1. Teori Genetie

Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made".
bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin ada karena ia
telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun
seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial

Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make
penganut−penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made
and not born". Penganut−penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang
akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk
itu.

3. Teori Ekologis

Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial.
Penganut−penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki
bakat−bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pangalaman−pengalaman yang memungkinkannya
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat−bakat yang memang telah
dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi−segi positif dari kedua teori
genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari
teori−teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih
mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa

20
faktor−faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang
baik.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis

Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri−ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :

a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi

b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata−mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena
dia menganggap dialah yang paling benar.

e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal

f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan


(Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman. Dari
sifat−sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di
atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak−hak dari
manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.

5. Tipe kepemimpinan militeristis

Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang


pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin−pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat−sifat
sebagai berikut :

a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah


mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.

b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan


jabatannya.

c. Senang kepada formalitas yang berlebihan

21
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan

e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan

f. Menggemari upacara−upacara untuk berbagai keadaan.

Dari sifat−sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah


bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang
ideal.

6. Tipe pemimpin fathernalistis

Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat


fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang
sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.
Kadang−kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat−sifat
umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.

b. Bersikap terlalu melindungi bawahan

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil


keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk


mengembangkan inisyatif daya kreasi.

e. Sering menganggap dirinya maha tau.

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat
diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar−sifar negatifnya pemimpin
faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.

7. Tipe kepemimpinan karismatis

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab−sebab
mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe
pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya

22
mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini,
pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin
yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan
bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak
dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis


dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena
tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok
dibandingkan dengan kepentingan individu.

Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.

b. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan


kepentingan organisasi.

c. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.

d. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada


bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.

e. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.

f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.

g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

h. Dan sebagainya.

23
Dari sifat−sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah
bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

Syarat-syarat pemimpin yang baik

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai


pemirnpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah
diberkahi dengan bakat− bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat
genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.

Pengambangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus
dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri−ciri
kepemimpinan.

Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai


syarat−syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di
antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan umum yang luas.

b. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.

c. Kemampuan berkembang secara mental

d. Ingin tahu

e. Kemampuan analistis

f. Memiliki daya ingat yang kuat

g. Mempunyai kapasitas integratif

h. Keterampilan berkomunikasi

i. Keterampilan mendidik

j. Personalitas dan objektivitas

24
k. Pragmatismo

l. Mempunyai naluri untuk prioritas

m. Sederhana

n. Berani

o. Tegas dan sebagainya.

Kepemimpinan Efektif

Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.


Kepemim¬pinan sebagai suatu proses dapat berlang¬sung di dalam dan di luar suatu
organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena
berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah
manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula.

7 Tanda Pemimpin Sukses

Ada beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi pemimpin yang
baik dan amanah. Seorang pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab yang berat.
Jika ia gagal menjadi seorang pemimpin yang baik, maka dampaknya bisa menjadi
sangat buruk bagi orang-orang yang dipimpinnya. Jika ia tidak mampu memimpin, tentu
saja hal ini akan berdampak pada kemajuan dan kelanggengan sebuah perusahaan.

Karena itulah, sebuah gaya kepemimpinan yang tepat sangat perlu dimiliki oleh seorang
atasan.

Berikut beberapa tanda atau ciri pemimpin yang baik dan sukses, seperti
diungkapkan oleh Rebecca Hourston, Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan
di bidang penelitian, seperti dikutip dari Womensmedia.

1. Berani dan penuh percaya diri

Di sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin.Ia harus
memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa apa yang akan dilakukannya ialah
sesuatu yang benar dan akan mendatangkan sebuah keuntungan bagi

25
perusahaan. Inti dari gaya kepemimpinan ini ialah, jangan pernah takut
mengambil risiko dan jangan pernah takut melakukan kesalahan.

Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting
dan menantang apa yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu
minggu, buatlah tiga sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif
jika diterapkan, kemudian terapkan gaya tersebut pada minggu berikutnya

2. Mempertajam kekuatan

Seorang ahli di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan


penelitian terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan
beberapa tipe kepemimpinan yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan
(visionary), demokratis, dan senang melatih. Nah, carilah keahlian atau
kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan Anda.
Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi ciri khas Anda.

3. Padukan beberapa gaya kepemimpinan

Meski memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga
bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam
penelitiannya, Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses
umumnya memadukan beberapa gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu
gaya saja tidak pernah cukup mengatasi masalah yang banyak.

Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi dengan karyawan
yang kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan dengan
gaya kepemimpinan yang lembut dan penuh perhatian. Tapi di saat tertentu,
gunakan gaya kepemimpinan maskulin yang tegas.

4. Ciptakan tujuan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa


mengomunikasikan tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan
mengomunikasikan, ini akan membuat bawahan merasa terpacu untuk
mencapai target.

5. Pemberi semangat

26
Manusia bisa memberikan semangat dan mampu memotivasi karyawannya.
Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai seorang motivator saat
karyawannya menemui halangan.Seorang pemimpin harus bisa melihat potensi
setiap karyawannya

6. Seimbang

Setiap pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu,
ciptakan waktu yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan.

7. Menjadi diri sendiri

jadilah pemimpin yang sesuai dengan kepribadian Anda, jangan berusaha untuk
menjadi orang lain yang bukan diri Anda

Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi


bawahan, karena setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda−beda antara satu dengan yang lain dan tidak tentu suatu gaya kepemimpinan
lebih baik atau lebih jelek dari kepemimpinan lainnya (Reksohadiprojo, 1999).

Gaya kepemimpinan adalah cara dalam menghadapi dan melayani staf atau
bawahan yang biasanya berbeda pada setiap individu dan dapat berubah−ubah.
Kesemuanya itu adalah untuk terciptanya kesatuan dan persatuan dalam berfikir serta
berbuat dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Jusuf S & Almasdi, 1996).

Gaya kepemimpinan merupakan bentuk perilaku yang dibuat mengintegrasikan


tujuan organisasi dengan tujuan individu, maka gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku seseorang yang dipergunakan untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan
keinginannya.

Berdasarkan realita, gaya kepemimpinan adalah pola perilaku seseorang


pemimpin untuk memimpin bawahan, mengatur dan merumuskan, menerapkan suatu
pekerjaan dan tugas yang dilaksanakan oleh masing−masing bawahan dalam arti

27
kapan dilakukan dan dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas−tugas itu dicapai
(Alimuddin, 2002).

Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya


kepemimpinan dalam hubungan dengan bawahan. Para peneliti mengidentifikasikan
dua gaya kepemimpinan: gaya dengan orientasi tugas (task−oriented) dan gaya
dengan orientasi karyawan (employee−oriented) (Handoko, 2003). Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.

Gaya kepemimpinan pada hakikatnya mengandung arti bagaimana pemimpin


itu berhubungan dengan bawahan, dan hubungan antara pemimpin dengan bawahan
tersebut disebut gaya dan yang mempunyai sifat:

1. berorientasi kepada tugas (a task oriented style) dan

2. berorientasi pada bawahan (an employee − oriented style) (Wahjosumidjo,


1994).

Di dalam gaya yang pertama, ditandai dengan adanya beberapa hal seperti:

1. pemimpin memberikan petunjuk−petunjuk kepada bawahan,

2. pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan,

3. pemimpin meyakinkan kepada bawahan, bahwa tugas−tugas harus dapat


dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin,

4. pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan


dan pengembangan bawahan.

Sedang gaya kepemimpinan yang kedua, sebaliknya ditandai dengan berbagai gejala
sebagai berikut:

1. pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan


terhadap bawahan,

28
2. pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,

3. pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama


yang saling hormat−menghormati di antara sesama anggota kelompok
(Wahjosumidjo, 1994).

29
BAB III

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin.


Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan
anggota yang lain yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang
kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki
kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan
pengalamam.

Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota
merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana
dijalankan dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin
dimana semua tumpuan dan harapan berada di tangannya

Idealnya seorang pemimpin harus memiliki berbagai macam gaya. Apapun gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasi yang
dipimpinnya harus dapat memberikan motivasi serta kenyaman bagi para anggotannya.

gaya kepemimpinan akan efektif jika pemimpin dapat melakukan penyesuaian dengan
situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpin

30
Dari 5 jurnal yang telah ditelaah dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja
rendah berkaitan dengan penerapan gaya kepemimpinan. hal tersebut dapat dikatakan
sebagai dua hal yang berbanding lurus.

1.2. SARAN DAN KRITIK

Untuk memnyempurnakan dan memperbaiki isi dan sistematis dalam penulisan


dan penyajian maka kami dari penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang menghasilkan perbaikan pada masa yang akan datang.

BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

Ardyanto, Deno, November 2014, Peranan Gaya Kepemimpinan yang Efektif. Scribd,

https : //www.scribd.com, 15 nov 2014

Chaniago, Nasrul Syakur 2011, Manajemen Organisasi, Citapustaka, Bandung.

Firmansya,Kadek Ayu Erika, and Andi Masyitha Irwan, 2018, Analysis Leadership Style

and Job Satisfaction Chief of Ward at Hospitals. Jurnal stikes. https :


wwww.jurnal stikes-yrsds.ac.id, 2018.

Kadarman, A.M., et.al, 1992, Pengantar Ilmu Manajemen: buku panduan mahasiswa,

Jakarta, A.A. Bakelma VitgeversB.V.

Mesiono, 2010. Manajemen Organisasi, Citapustaka, Bandung.

31
Miftah Thoha, 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen, CV.Rajawali, Jakarta.

Paramitha,P.D, 2011, “ gaya kepemimpinan (style of leadership) yang efektif dalam


suatu

organisasi”. jurnal unpad. volume 9, Nomor 3, https : //jurnal. Unpad. ac. id.
2011

Purnama, Nursya’bani, 2005, Kepemimpinan Organisasi Masa Depan Konsep dan

Strategi Keefektifan. Jurnal siasat Bisnis. Hal 115-129,https :


www.researchgate.net, 2005

Padara, indra, maret 2015, pengaruh kepemimpinan dan Kepuasan Kerja. Wodpress.

https : indrapadara.wordpress.com, 30 maret 2015

Rifa’i, Muhammad, dan Fadhli, Muhammad, Manajemen Organisasi, Bandung, Cita

Pustaka, 2013.

Umam, Khaerul, 2012,Manajemen Organisasi, Pustaka Setia, Bandung.

32
33
34

Vous aimerez peut-être aussi