Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Syahra Baina
16/394301/PN/14540
Manajemen Sumberdaya Perikanan
INTISARI
Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan air tawar yang memiliki aliran yang searah
dari hulu menuju hilir, setiap sungai dipengaruhi beberapa faktor yaitu kecuraman sungai,
kedalaman sungai, luas sungai, tinggi dan rendah serta halus atau kasar dasar sungai serta
kecepatan aliran sungai bisa berbeda beda dibeberapa titik. Tujuan dari praktikum ini adalah
mempelajari karakteristik sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara
pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika, kimia, dan biologi suatu perairan,
mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan dengan komunitas biota perairan
(plankton), mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan
(plankton). Praktikum ekosistem sungai golongan A4 ini dilaksanakan pada hari kamis, 02
Maret 2017 pukul 14.00 WIB sampai selesai di sungai Tambak Bayan Sleman Yogyakarta.
Parameter yang digunakan praktikum ini yaitu fisika (suhu udara, suhu air, kecepatan arus,
dan debit), kimia (DO, CO2 bebas, alkalinitas serta pH), biologi (densitas dan deversitas biota
perairan seperti plankton). Metode pengukuran suhu menggunakan termometer, kecepatan
arus menggunakan bola yang hanyut terbawa arus dengan mengambil data jarak yang
ditentukan dan waktu yang tercatat, Metode untuk pengukuran debit adalah embody’s float
method, yaitu metode yang mengandalkan kecepatan bola pingpong mengikuti arus air.
Kandungan O2 terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) menggunakan metode winkler,
pengukuran CO2 bebas dengan alkalimetri, dan pengukuran Alkalinitas dengan menggunakan
metode Alkalimetri. Dalam praktikum ini dibagi menjadi 3 stasiun dan berdasarkan data yang
didapat diperolehdata diversitas plankton pada stasiun1 sebesar 2,52; stasiun 2 sebesar 3,45;
dan stasiun 3 sebesar 3,625. Dari data tersebut dapat disimpulkan perairan terbaik adalah
stasiun 3.
PENDAHULUAN
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup
organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling
memengaruhi (Odum ,1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam
ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki
relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam
unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
Interaksi dalam suatu ekosistem dapat berupa simbioses mutualisme, parasitisme,
komensalisme, predatorisme, dan kompetisi. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu
ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan ekosistem buatan (Aryulina, 2004).
Namun pada praktikum ini, ekosistem airlah yang paling banyak dibahas.Terutama tentang
ekosistem air tawar, lebih spesifik lagi tentang ekosistem air sungai (perairan lotik).
Ekosistem air tawar lotik memiliki ciri airnua berarus.Contoh ekosistem ini adalah
sungai. Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan diri dengan dengan
arus air, contohnya adalah ikan belida, serangga air dan diatom yang dapat menempel pada
1
batu. Produsen utama pada ekosistem ini adalah ganggang. Akan tetapi, umumnya organise
lotik memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat di sekitarnya.
Sungai di Indonesia umumnya memiliki sifat multiguna, mulai dari keperluan rumah
tangga, keperluan hewan, transportasi perairan dan lain sebagainya. Kebanyakan fungsi
sungai di Indonesia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh aktifitas manusia yang
cenderung bersifat merusak. Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah
merupakan dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan
perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi organisme air
(Widanengroem, 2010)
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik sungai dan
faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter)
fisika, kimia, dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolok ukur
lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton), mempelajari kualitas perairan sungai
berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plankton).
METODE
Praktikum ekosistem sungai ini dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Maret 2017 di
sungai Tambak Bayan, Sleman. Pada praktikum ini lokasi dibagi menjadi tiga stasiun
berbeda. Pada stasiun 1 berlokasi dipaling atas (hulu sungai), kondisi bagian sungai yaitu
dengan substrat berbatu, serta vegetasi yang ada yaitu rimbunan bambu yang menutipi sinar
matahari dan terdapas banyak semak-semak.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tenis meja, stop-watch atau
arloji, roll-meter, penggaris, ember plastik, topless, thermometer, botol oksigen, erlenmeyer,
gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, kempot (untuk mentitrasi), plankton-net, mikroskop, kertas
label, dan alat tulis. Dan bahan-bahan yang digunakan adalah pH meter,larutan MnSO4,
larutan reagen oksigen, larutan H₂SO₄ pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH,
larutan 1/50 N H2SO4,larutan indikator amilum, indikator Phenolphphtalein (PP), indikatot
Methyl Orange,dan formalin 4 %.
Pada setiap stasiun, dilakukan pengambilan data parameter lingkungan berupa
parameter fisik, kimia, maupun biologi. Pengukuran parameter fisik meliputi suhu udara dan
air sungai, kecepatan aliran air sungai (menggunakan bola tenis meja) dan pengukuran debit
air. Pada parameter fisika untuk menentukan suhu udara dan suhu air sungai adalah
menggunakan termometer, untuk menghitung kecepatan yaitu menggunakan bola tenis meja
yang dialirkan dengan jarak 10 meter, dihitung pula berapa waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak 10 meter. Pada penentuan Kecepatan aliran air dapat dihitung dengan
Kecepatan arus (V) = jarak yg ditempuh (s) / waktu (t). Metode untuk pengukuran debit
yaitu dengan mengalirkan benda yg bisa mengapung kemudian menghitung jarak
tempuh,waktu tempuh, kedalaman, lebar, dan subtrat dasar perairan, metode ini dinamakan
dengan embody’s float method. Untuk stasiun 1 konstantanya adalah 0,8 karena dasarnya
terdiri dari bebatuan, jika dasar perairan tersebut berlumpur maka konstantanya adalah 0,9.
Rumus yang digunakan adalah Debit = lebar (w) x kedalaman (D) x konstanta(A) x
panjang(l) / waktu (t).
Pada parameter kimia Pada parameter kimia, dilakukan pengukuran DO , kadar CO₂,
dan alkalinitas. Metode Winkler digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut (DO)
2
dengan rumus perhitungan kandungan O2 terlarut = 1000/50 . A . 0,1 mg/l . dimana A adalah
vol titrasi dari awal hingga akhir. Pada penentuan kadar CO₂, digunakan metode alkalimetri
dengan rumus perhitungan Kandungan CO₂ = 1000/50 . Y . 1 mg/l . Dimana Y adalah
volume titrasi 1/44 N NaOH yang digunakan. Dan pada Alkalinitas dilakukan dengan
metode alkalimetri dan rumus perhitungan Kandungan CO₃⁻ = 1000/5 . C . 1 mg/l
untuk (X), Kandungan HCO₃⁻ = 1000/5. D. 1 mg/l sebagai (Y) dan Alkalinitas total =
X+Y (mg/L). Dimana C dan D adalah banyaknya 1/50 N H₂SO₄ yang diperlukan pada
proses titrasi. Dan pada parameter biologi, dihitung indeks densitas dan indeks
keanekaragaman (diversitas) plankton. Untuk menghitung indeks Diversitas plankton
𝑛𝑖 𝑛𝑖
digunakan rumus 𝐻 = − ∑ 𝑁 2𝑙𝑜𝑔 𝑁 . H adalah indeks diversitas, (ni) adalah cacah individu
suatu genus dan (N) adalah cacah individu Suatu genera, untuk rumus Densitas plankton
𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
adalah = 𝑥 𝑖𝑛𝑑𝑣/𝐿.
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑉 𝑆𝑅
Berdasarkna Tabel 1. Hasil perhitungan dari parameter ligkungan pada setiap stasiun.
Adanya perbedaan hasil tolak ukur yang diperoleh. Kondisi sungai sangat dipengaruhi oleh
parameter-parameter lingkungan, baik parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter
lingkungan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan keanekaragaman biota
perairan.
Pada praktikum Ekosistem Sungai parameter Fisika yang diamati adalah suhu udara,
suhu air, kecepatan arus, dan debit air sungai. Parameter Kimia meliputi DO, kandungan CO2
bebas, dan parameter Biologi yaitu menentukan diversitas dan densitas plankton. Dari
3
masing-masing stasiun didapatkan hasil yang berbeda-beda, seperti yang akan diperjelas
menggunakan grafik. Berikut adalah sajian grafik untuk perbedaan setiap parameter dan antar
stasiunnya :
1. Parameter Fisika
32
SUHU (°C)
30 29.5 30
28 28.6 28
27.6 27
26
24
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Grafik 1: Suhu
4
suhu udara, dan stasiun 3 dengan 28°C untuk suhu air dan 30°C untuk udara. Stasiun 1 adalah
bagian hulu sungai dengan daerah yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 3 adalah bagian
hilir sungai yang terletak lebih rendah hal ini juga dikarenakan stasiun 1 memiliki vegetasi
yang rimbun yang menutupi badan sungai dari cahaya matahari.
1.2
1.1
1
ARUS AIR (m/s)
0.832 0.86
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Kecepatan arus ditentukan oleh kecuraman dari sungai itu sendiri yang disebabkan oleh
tinggi rendah dan halus kasar dasar sungai, kedalaman serta luas badan air. Kecepatan arus
air juga merupakan salah satu parameter fisika yang mana dengan mengetahui kecepatan arus
air, kita akan dapat mengetahui jenis organisme yang hidup pada ekosistem sungai tersebut.
Misalnya pada sungai dengan kecepatan arus yang tinggi, organisme yang dapat hidup
biasanya dapat melekat pada substrat dengan kuat.Perbedaan kecepatan aliran air tersebut
dapat terlihat adaptasi organisme yang hidup di sungai (Michael, 1994).Dari grafik di atas
didapatkan tercatat bahwa kecepatan arus sungai stasiun 1 sebesar 1,1 m/s, stasiun 2 0,832
m/s dan stasiun 0,86. Stasiun 1 memiliki kecepatan arus air yang besar dari stasiun lain nya
dikarenakan letak dari stasiun ini yang berada lebih atas. Stasiun 2 memiliki kecepatan arus
yang lebih rendah, meskipun stasiun 2 berada lebih atas dibanding stasiun 3 tetapi pada kedua
stasiun tersebut memiliki perbedaan substrat dan faktor ang mempengaruhi mungkin adanya
bentuk aliran yang dapat memperlambat kecepatan arusnya
3.5
3 3.028
DEBIT AIR (M/S3)
5
Debit air sungai adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang
dengan persatuan waktu.Besaarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/detik) (Sastrodinata,1980). Debit air sungai pada stasiun 1 adalah 2,43 m3/s. Debit air
sungai pada stasiun 2 adalah 3,028 m3/s. Dan debit air sungai pada stasiun 3 adalah 2,519
m3/s. Faktor yang mempengaruhi debit air sungai adalah kedalaman, lebar sungai, substrat,
panjang sungai dan bentuk sungai. Kecepatan aliran di tengah alur tidak sama dengan aliran
di tepi alur. Serta kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengankecepatan pada
dasar alur. Intensitas hujan dapat menjadi salah satu faktor utama yang memiliki komponen
musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus hujan tahunan.
2. Parameter Kimia
8
7.4
6 5.705 6
DO (ppm)
0
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota.
Daya larut oksigen dapat berkurang disebabkan naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas.
Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses respirasi biota air dan proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan
konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah penambahan zat organik (buangan organik)
(Connel & Miller, 1995). Kadar oksigen terlarut yang tinggi menandakan bahwa proses
fotosintesis pada ekosistem sungai tersebut berjalan dengan baik. Air harus mengandung DO
sekurangnya 5 ppm. Jika tidak, maka ikan akan mati, dan bakteri yang membutuhkan oksigen
kurang dari 5 ppm akan berkembang. Ketika air banyak mengandung bahan organik, maka
bakteri aerob akan berkembang dan kadar oksigen terlarut berkurang. Sementara bakteri
anaerob (tak memerlukan oksigen bebas) membantu penguraian sampah organik. Makin
besar DO, kualitas air makin baik. Oksigen yang banyak akan mendukung kehidupan
organisme diperairan tersebut sehingga densitas plankton akan meningkat. Pada grafik diatas,
hasil pengukuran DO yaitu pada stasiun 1 sebesar 7,4 ppm , stasiun 2 sebesar 5,705 ppm,
dan stasiun 3 sebesar 6 ppm. Kandungan DO paling tinggi yaitu pada stasiun 1 dan kadar
DO paling rendah adalah stasiun 3.
6
STASIUN PENGAMATAN
10
8 8
6.8
C02(ppm)
6
5
4
2
0
1 2 3
Karbondioksida bebas (CO2) merupakan salah satu gas respirasi yang penting bagi
sistem perairan, kandungan karbondioksida bebas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik
terurai, agilasi suhu, pH, dan aktivitas fotosintesis. Sumber CO2 bebas berasal dari proses
pembangunan bahan organik oleh jasad renik dan respirasi organisme (Soesono 1974).Dari
data grafik diatas, diperoleh hasil pada stasiun 1 kadar CO2 sebesar 8 ppm, stasiun 2 sebesar
6,8 ppm dan stasiun 3 sebesar 5 ppm. Dengan demikian stasiun yang mempunyai kadar CO2
paling banyak adalah stasiun 1 dan yang paling sedikit adalah stasiun 3.
120
100 97 93
ALKALINITAS
80
60
48
40
20
0
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Grafik 6 : Alkalinitas
7
Tingkat alkalinitas yang tinggi menandakan banyaknya unsur kimia seperti kation NH4, Ca,
Mg, K, Na, dan Fe yang pada umumnya bersenyawa dengan anion karbonat dan bikarbonat,
asam lemah dan hidroksida. (Soeseno,1974). Berdasarkan pada grafik diatas alkalinitas pada
stasiun 1 yaitu sebesar 97 ppm, pada stasiun 2 sebesar 93 ppm dan pada stasiun 3 sebesar 48
ppm. Dari data tersebut, stasiun dengan alkalinitas paling kecil yaitu stasiun 3 dan stasiun
dengan alkalinitas paling tinggi yaitu stasiun 1, dari data ini membuktikan tingkat alkalinitas
pada stasiun 1 adalah yang paling tinggi dan hal ini membuat satsiun 1 memiliki diversitas
plankton yang lebih rendah, karena perairan dengan nilai alkalinitas ang terlalu tinggi kurang
disukai oleh organisme termasuk plankton.
7.15
7.1 7.1
7.05
pH
7
6.95 6.95 6.95
6.9
6.85
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Grafik 7 : pH air
Nilai pH (power of Hydrogen) adalah nilai dari hasil pengukuran ion Hidrogen (H2)
didalam air, Derajat keasaman (pH) merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup
di suatu perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi
ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya (Odum, 1993). Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH < 5
dan > 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme. Grafik
diatas menunjukkan nilai pH air dari semua stasiun perairan sungai Tambak Bayan, stasiun 1
mengandung pH senilai 6,95, stasiun 2 mengandung pH sebesar 7 dan stasiun 3 mengandung
pH senilai 6,95.
3. Parameter Biologi
4
DIVERSITAS PLANKTON
3.45 3.625
3
2.52
2
0
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
8
Diversitas merupakan keanekaragaman suatu organisme yang menempati suatu
ekosistem bersama. Jadi diversitas plankton adalah banyaknya jenis plankton yang hidup
pada ekosistem sungai tersebut. Semakin banyak diversitas menandakan semakin baik
perairan tersebut, (Nugroho, 2006). Diversitas ini dapat dijadikan sebagai tolokukur apakah
perairan sungai masih alami atau sudah tercemar. Pada stasiun 1, diversitas plankton sebesar
2,52 , pada stasiun 2 sebesar 3,45 dan stasiun 3 sebesar 3,625. Dan pada klasifikasi kualitas
perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener, stasiun 1 masuk dalam kategori
baik, sementara stasiun lainnya masuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berdasarkan
tabel klasifikasi kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener berikut :
Kualitas perairan
1 2 3 4 5
Tolok ukur
Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
buruk baik
Indeks
≤0,80 0,81-1,60 1,61-2,40 2,41-3,20 ≥3,21
diversitas
5000
DENSITAS PLANKTON
4000 3856
3000
(ind/L)
2410 2651
2000
1000
0
1 2 3
STASIUN PENGAMATAN
Yang terakhir adalah parameter biologi dari masing-masing stasiun adalah vegetasi.
Vegetasi adalah komonitas rumbuhan yang ada di sekitar pengamatan Ekosistem Sungai.
9
Pada stasiun 1, vegetasinya yaitu berupa Pohon pisang, bambu, dan semak - rerumputan,
pada stasiun 2 berupa Pohon pisang, semak-semak, dan tumbuhan hijau. Pada stasiun 3
berupa Pohon pisang, pohon bambu dan rumput hijau.
Dalam hasil yang diperoleh setelah melakukan analisa praktikum dapat disimpulkan
bahwa stasiun terbaik berdasarkan diversitas plankton adalah stasiun 3 yaitu dengan indeks
keanekaragaman 3.625. Hubungan Diversitas plankton yaitu sebagai faktor penentu kualitas
air sungai di Tambak Bayan. Keragaman jenis merupakan parameter yang digunakan alam
mengetahui suatu komunitas. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan
dalam suatu komunitas Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan
terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki
keragaman tinggi (Boyd, 1999).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10
Michael. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti, Jakarta.
Nybakken JW. 1988. Marine Biology: An Ecological Approach. Jakarta (ID): PT.
Gramedia.
Odum PE. 1993. Fundamentals of Ecology. 3rd Edition. Philadelphia: Sounders
Company.
Sastrodinata, S. 1980. Biologi Umum II. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soeseno, S. 1974. Limnologi Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan.
Jakarta.
Widanengroem, Retno. 2010. Pengertian, Konsep, dan Jenis Sumberdaya
Perikanan.UGM. Yogyakarta (Bahan Ajar Pegantar Ilmu Perikanan)
11