Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
AYU SRIWAHYUNI ( 122017027)
BELLA MARSELIA ( 122017042)
LASKAR JIHAD ( 122017044)
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
1. Dosen pembimbing
2. Semua pihak
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
a. Latar belakang terjadinya pembaruan islam...............5
b. Tokoh – tokoh pembaharuan islam
1. Muhammad bin abdul wahab....................................7
2. Al-tahtawi....................................................................11
3. Jamaludin al-afgani....................................................13
4. Muhammmad abduh..................................................24
5. Rasyid rida..................................................................33
6. Sayyid ahmad khan....................................................35
7. Taqqiyuddin ibnu taimiyah.......................................37
8. Sultan Mahmud ll.......................................................39
9. Al-farabi.......................................................................40
10. Muhammad Iqbal.....................................................42
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................44
b. Saran.................................................................................44
Daftar Pustaka .............................................................................45
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setelah islam mengalami kekalahan dalam perang salib, banyak yang
terjadi kemunduran pada umat islam. Perubahan besar pun terjadi pada Barat dari
segala aspek, mulai dari ilmu pengetahuan hingga sistem kemiliteran. Barat dan
islam menjadi dua sisi yang berlawanan karena masing-masing memiliki dua
perbedaan mencolok. Barat mengambil komponen-komponen penting dalam
islam, tanpa meninggalkan sisa sedikitpun. Terbukti dengan pembakaran
perpustakaan-perpustakaan islam dan perampasan buku-buku ilmu pengetahuan,
hingga akhirnya islam memasuki era kegelapan. Umat muslim sedikit demi
sedikit tersingkirkan dari pergerakan zaman, sampai pada akhirnya umat
muslim;sebagian dari mereka namun tidak semua, merasa bahwa hal yang terjadi
pada islam ini berupa kemunduran dan masa kegelapan haruslah diakhiri.
Umat islam pun melakukan semacam ‘Renaisance’. Tapi bagi umat islam,
tidak hanya ilmu yang dikedepankan, namun juga dari segi keagamaan yang
tentunya orang Barat tidak punya. Perlahan-lahan umat islam mulai meneliti
faktor-faktor kemunduran dan komponen apa saja yang harus diperbaiki untuk
kembali pada masa yang cerah. Satu persatu muncul tokoh-tokoh berpendidikan
dari umat islam. Masing-masing dari mereka melakukan remedi atau perbaikan
pada hampir seluruh komponen yang dapat membantu kembalinya kejayaan umat
islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya pembaharuan islam ?
2. Siapa saja tokoh pembaharuan islam ?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui latar belakang terjadinya pembaruan islam
Untuk mengetahui siapa saja tokoh pembaruan islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Terjadinya Pembaharuan Islam
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam , pada
abad inilah daerah-daerah islam meluas di Barat melalui Afrika Utara sampai
Spanyol, di Timur melalui Persia sampai ke India.
Daerah-daerah ini tunduk karena kepada kekuasaan khalifah yang pada
mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damskus dan terakhir di Bagdad.
Dari situlah banyak lahir pemikir-pemikir hebat. Dari lahirnya pemikir dan para
ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan berkambang pesat sampai ke puncaknya,
baik dalam bidang agama, non agama dan bidang kebudayaan lainya.
Para pemikir dan ulama islam pada saat itu bukan hanya dapat
mengislamisasikan pengetahuan-pengetahuan Persia kuno dan warisan-warisan
Yunani, akan tetapi kedua kebudayaan itu di sesuaikan pula dengan kebutuhan
dan perkembangan pemikiran pada masa itu. Ilmu pengetahuan yang telah di
tampung dan diolah oleh para pemikir islam.
Pada abad selanjutnya pemikiran islam memasuki benua Eropa melalui
Spayol dan Sisilia dan inilah yang menjadi dasar ilmu yang menguasai alam
pikiran Barat.
Dipandang dari sisi sejarah dan kebudayaan maka tugas meme-lihara dan
menyebarkan ilmu pengetahuan tidaklah kecil nilainya dibanding mencipta ilmu
pengetahuan. Jika tugas-tugas penelitian diadakan oleh Aristoteles, Galinus dan
para ilmua lainnya tidak ditampung maka dunia akan miskin dengan ilmu. Puncak
kemegahan dunia islam itu akhirnya menurun, islam mulai mengalami
kemunduran pada abad ke-10 dan tenggelam berabad-abad lamanya.
Faktor penyebab kemunduran umat islam:
Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas dikalangan umat islam. Berpaling
pikiran untuk menggali secara langsung pada sumber pertama dan utama, yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Apabila mereka menemukan persoalan baru, pikiran
mereka hanya terpusat pada kepentingan mazhab. Praktek bermazhab dan ta’assuk
terhadap mazhab tertentu sangat marak dilakukan. Karena itulah ilmu
5
pengetahuan mulai berkurang, kehidupan berkelompok dengan pengaruh
negatifnya tersebar hampir disemua tempat di dunia islam.
Keutuhan umat islam dalam bidang politik mulai terpecah, kekuasaan
khalifah menurun, masyarakat islam yang berbentuk persatuan dan kesatuan
dalam seiman telah pindah. Tidak ada satu ikatan di dalamnya kecuali nama dan
tatanan. Umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan, masyarakat islam
berubah dan kerajaan islam telah mewariskan kota-kota dan kerajaan yang telah
bertikai selama berabad-abad, dalam sekejap mata sejarah kemanusiaan telah
dirobek-robek oleh kelemahan strategi politik.
Adanya perang salib dibawah arahan gereja katolik Roma dan serbuan
tentara barbar. Karena itu khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat islam
hilang. Tentara salib ingin menguasai baitul maqdis untuk menyebarkan
pengaruhnya dan mengajak bersatu dalam keyakinan.
Masa kemunduran ini berlangsung berabad-abad lamanya hingga muncul
gerakan yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan seperti Ibnu
Taimiyah dengan muridnya Ibnu Al-Qoyyim, Muhammad Ibnu ‘Abdul Wahab,
Muhammad Ibnu Ali Sanusi Al-Kabir, dan lain-lain.
Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan islam adalah:
- Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan
yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci
dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
- Sifat jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam
maju dikarenakan pada saat itu mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu selama umat islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk
berijtihad maka mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Untuk itu perlu
diadakan pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
- Umat islam selalu berpecah belah, mereka tidak akan mengalami kemajuan
apabila tidak adanya persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ajaran islam.
Karena itulah, bangkit suatu gerakan pembaharuan.
- Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam dan barat. Dengan adanya
kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan
6
dengan barat. Terutama sekali saat terjadinya peperangan antara kerajaan ustmani
dengan kerajaan eropa, yang biasanya tentara kerajaan utsmani selalu menang
dalam peperangan dan pada akhirnya mengalami kekalahan ditangan barat. Hal ini
membuat pembesar-pembesar utsmani menyelidiki rahasia kekuatan militer eropa
yang baru muncul. Ternyata rahasianya adalah kekuatan militer modern yang
dimiliki eropa sehingga pembaharuan juga dipusatkan pada bidang militer.
Pembahuran dalam islam berbeda dengan renainsans Barat. Kalau
renainsans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan islam
sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam
bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan segala kebodohan dan
kemajuan islam itu sendiri.
B. Tokoh-tokoh pembaharuan Islam
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat islam dan Barat
semakin menunjukan Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah
banyak pemikir-pemikir islam yang tersadar bahwa keadaan umat islam saat itu
sangat terbelakang. Maka mereka melakukan suatu gerakan yang menghasilkan
gagasan untuk membangkitkan umat islam dari ketepurukan itu. Dan sangat
banyak tokoh-tokoh yang memberikan jasa nya. Di makalah ini kita hanya
memaparkan beberapa tokoh yang paling berpengaruh bagi islam.
Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara
lain:
1. Muhammad bin Abdul Wahab
8
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai
pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain
seperti berikut:
a. Hanya al-Qur’an dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
Keistimewaan Da’wah Muhammad bin Abdul Wahab
Da’wah yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai
banyak kesitimewaan, diantaranya adalah :
1. Perilaku yang Jernih
Sesungguhnya perilaku Muhammad bin Abdul Wahab telah tercermin di
dalam pribadi, ilmu, sikap agama, akhlak, dan pergaulannya terhadap orang-orang
yang mendukung maupun yang menentangnya.
2. Sumber Yang Bersih
Sumber ilmu, adab, dan akhlak yang diterima oleh Muhammad bin Abdul
Wahab adalah sumber-sumber yang syar'i, fitrâh, kuat, dan murni. Hal ini
merupakan cerminan dari al-Qur'an, sunnah Nabi, dan jejak peninggalan para
salaf al-shâlih yang lepas dari falsafah dan tasawuf, kesenangan nafsu, dan
kerancuan-kerancuan dalam lingkungan keluarga.
3. Manhâj Yang Baik
Dalam menjabarkan ketetapan agama kepada para pengikut dan orang-
orang menentangnya adalah manhaj Syar'i yang salaf, murni, bersih dari kotoran-
kotoran, asli, kokoh, terang, realistis, yang berpedoman pada al-Qur'an dan
sunnah, serta patut untuk mendirikan sebuah masyarakat Islami.
4. Berorientasi pada Manhâj Salaf al-Shâlih
Da'wah Islam Muhammad bin Abdul Wahab dalam segala sesuatu
menggunakan manhâj salaf al-shâlih. Itulah yang membuat manhâj-nya memiliki
ciri khas tersendiri, yakni murni, realiatis, mantap dan meyakinkan. Hasilnya ia
sanggup menegakkan syi'ar dan dasar-dasar agama sangat sempurna, yang
meliputi masalah tauhid, shalat, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, penegak
9
hukum, keadilan, keamanan, tampilnya keutamaan-keutamaan dan
tersembunyinya kerendahan-kerendahan. Agama dan ilmu menjadi sangat marak
di setiap negara yang terjangkau oleh seruan da'wahnya yang ada di Kerajaan
Arab Saudi.
5. Penuh Semangat dan Berwawasan Luas
Hal lain yang membuat manhâj Muhammad bin Abdul Wahab menjadi
istimewa ialah semangat dan keyakinannya yang sangat tinggi dalam menegakkan
kalimat Allah, membela agama, menyebarkan Sunnah Nabi dan mengobati
penyakit-penyakit yang diderita oleh ummat berupa berbagai macam bid'ah,
kemungkaran, kebodohan, perpecahan, kedzaliman dan keterbelakangan.
Semangat yang tinggi dan wawasan luas dalam hal teori dan praktek yang
dimilikinya nampak jelas dari banyak hal. Diantaranya adalah:
Biografi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan
yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke sembilan belas di
Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, at-Tahtawi turut
memainkan peranan.Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di
Mesir bagian selatan, dan meninggal di Cairo pada tahun 1873. Ketika
Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan yang dikuasai itu, ia terpaksa
belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16
tahun ia pergi ke Cairo untuk belajar di al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut
ilmu ia selesai dari studinya di al-Azhar pada tahun 1922.
Pemikiran-pemikiran Pembaharuan.
1. Jika umat Islam ingin maju harus belajar ilmu pengetahuan sebagaimana
kemajuan yang terjadi Barat (Eropa). Untuk itu umat Islam harus berani
belajar dari Barat.
2. Negara yang baik adalah Negara yang pandai meningkatkan ekonomi
rakyat, sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman Fir’aun.
3. Kekuasaan Raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi oleh Undang-
undang Syariat yang yang dipimpin oleh majlis syura (ulama). Oleh
karena antara Raja dengan ulama harus bisa berunding untuk
melaksanakan hukum syariat.
4. Umat Islam harus menguasai bahasa asing jika ingin maju di samping
bahasa Arab. Bahasa Arab adalah berfungsi untuk memahami al-Qur’an
11
dan al-Hadits, bahasa asing berfungsi untuk menerjemahkan dan
memahami ilmu dan peradaban Barat.
5. Ulama Islam harus memahami ilmu-ilmu pengetahuan modern jika tidak
ingin umat Islam ketinggalan
6. Umat Islam tidak boleh bersikap fatalis (pasrah dengan keadaan) tanpa
berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-cita
12
3. Jamaludin Al-Afgani
Biografi
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam
yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara
Islam lain. Pengaruh terbesar ditinggalkannya kalau uraian mengenai pemikiran
dan aktivitasnya dimasukkan ke dalam bagian tentang pembaharuan di Mesir.
Jamaluddin Al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal
dunia di Istambul di tahun 1897. Di tahun 1864 ia menajdi penasehat Sher Ali
Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan
menjadi Perdana Menteri. Pada itu Inggris telah mulai mencampuri soal politik
dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolokan yang terjadi Al-Afghani memilih
pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan
Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke
India di tahun 1869.
Jamaludin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di
Istambul pada tahun 1897. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah
menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di
tahun 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian, ia
diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri. Dalam pada itu,
Inggris mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan dan
dalam pergolakan yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan
yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman
meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak karena negara ini telah jatuh ke
bawah kekuasaan Inggris, dan oleh karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia
menetap di Cairo dan pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir
13
dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di sanalaha ia
memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Menurut keterangan Muhammad
Salam Madkur, para peserta terdiri atas orang-orang terkemuka dalam bidang
pengadilan, dosen-dosen, mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan-perguruan
tinggi lain, dan juga pegawai-pegawai pemerintah. Tetapi ia tidak lama dapat
meninggalkan lapangan politik. Di tahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam
soal politik di Mesir makin meningkat.
Dari Mesir Al-Afghani pergi ke Paris dan di sini ia mendirikan
perkumpulan Al-’Urwah Al-Wusqa. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam
dari India, Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak
dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa
umat Islam kepada kemajuan. Sewaktu di Eropa Al-Afghani mengadakan
perundingan dengan Sir Randolp Churchil dan Drummond Wolf tentang masalah
Mesir dan tentang penyelesaian pemberontakan Al-Mahdi di Sudan secara damai.
Tetapi kedua usaha itu tidak membawa hasil.
Al-Afghani dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya
demi kemajuan islam. Ia rela beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi
menyuarakan pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat
posisi dan martabat Islam yang jauh tertinggal dari dunia barat. Di zamannya
Islam berada di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi masyarakat
muslim yang jauh dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama
kemunduran dunia Islam. Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi
dengan tidak adanya rasa persaudaraan di antara sesama muslim yang
berkonsekwensi pada minimnya rasa solidaritas menjadikan masyarakat muslim
rentan terhadap perpecahan.
Tetapi pada itu tak boleh dilupakan bahwa kegiatan politik yang
dijalankan Al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang
pembaharuan dalam Islam. Pemikiran pembaharuannya berdasar atas keyakinan
bahwa Islam adalah yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua
keadaan, kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan
kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dan
14
diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seeprti
yang tercantum dalam al-Qur`an dan Hadits. Untuk interpretasi itu diperlukan
ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.
Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati,
memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis
harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam hars diwujudkan
sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga
menganjurkan umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum, yang
tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam menghadapi
dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam ajaran Islam yang
tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain Islam tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya bagaimana ide-ide
pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentangnegara dan sistem
pemerintahan akan diuraikan berikut ini :
15
dipengaruhi oleh pemikiran barat, sebab barat lebih dahulu mengenal
pemerintahan republik, meskipun pemahaman Al-Afghani tidak lepas terhadap
prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan dengan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Penafsiran atau pendapat ersebut lebih maju dari Abduh yaitu Islam
tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan , maka bentuk demikianpun harus
mengikuti masyarakat dalam kehidupan materi dan kebebasan berpikir. Ini
mengandung makna, bahwa apapun bentuk pemerintahan, Abduh menghendaki
suatu pemerintahan yang dinamis.
a. Sistem Demokrasi
Di dalam pemerintahan yang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan
berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala gegara untuk bertindak yan
tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu Al-Afghani menghendaki agar corak
pemerintahan absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan demokrasi.
Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas yang paling khas
dari dari pemerintahan yang berbentuk republik. Demokrasi adalah pasangan
pemerintahan republik sebagaimana berkembang di barat dan diterapkan oleh
Mustafa Kemal Attaturk di Turki sebagai ganti pemerintahan khalifah. Dalam
pemerintahan negara yang demokratis, kepala negara harus mengadakan syura
dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang berpengalaman karena
pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali dan syura diperintahkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an agar dapat dipraktekkan dalam berbagai urusan.
16
perwakilan rakyat. Lembaga ini bertugas memberikan usul dan pendapat kepada
pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan negara. Urgensi lembaga ini untuk
menghindari agar tidak muncul pemerintahan yang absulot. Ide atau usul para
wakil rakyat yan berpengalaman merupakan sumbangan yang berharga bagi
pemerintah. Karena itu para wakil rakyat harus yang berpengetahuan dan
berwawasan luas serta bermoral baik. Wakil-wakil rakyat yang demikian
membawa dampak positif terhadap pemerintah sehingga akan melahirkan undang-
undang dan peraturan atau keputusan yang baik bagi rakyat.
17
harus mengambil pelajaran dari contoh Jerman, yang kehilangan kesatuan
nasionalnya karena terlalu memandang penting perbedaan agama. Bahkan
perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk, antara sunni dan syi’ah, dapat
dijembatani sehingga ia menyerukan kepada bangsa Persia dan Afghan supaya
bersatu, meskipun yang pertama adalah syi’ah dan yang kedua adalah bukan, dan
selama masa-masa akhir hidupnya ia melontarkan ide rekonsiliasi umum dari
kedua sekte tersebut.
Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama,
yakni; Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam hanya
mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih
murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-
Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik
politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan
barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar
dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil
kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan
kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu
untuk kejayaan kembali dunia Islam.Adapun alairan-aliran salafiyah sebelum
Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja. Dalam rangka usaha pemurnian
akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani
19
menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh
umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme.
Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti seluruh umat Islam
dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang
merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat
jajahan. Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan
membiana kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama,
menentang tiap sistempemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan
menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah
seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem
pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan
dominasi Barat.
20
Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam kesatuan dan kembali
kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.Untuk
mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
21
5. Perasaan dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh mereka. Istilah
nasionalisme dan patriotosme di Barat, di Timur disebut fanatisme.
22
Albert Hourani, misalnya memberikan komentar bahwa Al-Afghani adalah
seseorang yang karangannya tidak banyak dikenal tetapi pengaruh kepribadiannya
amat besar. Bahkan ide-ide Al-Afghani masih memberikan warna pada gerakan
kontemporer Islam, seperti Gerakan Kiri Islam yang dimotori oleh Hassan Hanafi.
Pada tahun 1981, Hanafi menerbitkan Jurnalnya, Al-Yasar al-Islamy (Kiri Islam),
sebagai tanda awal gerakannya. Menurutnya jurnal tersebut adalah kelanjutan dari
Al-Urwah al Wutsqa yang pernah diterbitkan oleh Al-Afghani dan Muhammad
Abduh. Tujuan jurnal tersebut menurut Hanafi , adalah berjuang melawan
kolonialisme dan keterbelakangan, berjuang untuk mewujudkan kebebasan,
keadilan sosial dan menyatukan dunia Islam.
a. Kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan
perkembangan zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan
oleh berbagai faktor.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi
dunia modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan
Islam harus dipahami dengan akal serta kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan
demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat
yang berpengalaman.
d. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa
solidaritas antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
4. Muhammad Abduh
Biografi
Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya
bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di
24
Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke
suku bangsa Umar Ibn Al-Khattab.
Pada tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan studinya ke Al-Azhar.
Sewaktu masih belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang ke Mesir dalam
perjalanan ke Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama kalinya
bertemu dengan Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin Al-
Afghani mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-
Qur’an. Kemudian, ia berikan tafsirannya. Perjumpaan ini meninggalkan kesan
yang baik dalam diri Muhammad Abduh.
Ketika Jamaludin Al-Afghani datang pada tahun 1871 untuk menetap di
Mesir, Muhammad Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar
falsafat di bawah pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini, ia telah mulai
menulis karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang pada waktu itu baru saja
didirikan.
Pada tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim.
Ia mulai mengajar, pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di
rumahnya sendiri. Di antara buku-buku yang diajarkannya ialah buku akhlak
karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun, dan sejarah Kebudayaan
Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam bahasa Arab
pada tahun 1857. Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir.
Muhammad Abduh (Bahasa Arab: ( )عبده محمدDelta Nil, 1849 – Alexandria,
11 Juli 1905 ) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu
penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika
di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani,
seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk
menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena
keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat
dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke
Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond. Salah
25
satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang
diterbitkan pada tahun 1897.
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 dalam sebuah keluarga petani di
Mesir Hilir. Ia dididik oleh guru privat dan qari dari Quran. Ketika ia memasuki
usia tiga belas ia dikirim ke mesjid Ahmadi yang merupakan salah satu lembaga
pendidikan terbesar di Mesir. Beberapa saat kemudian Abduh melarikan diri dari
sekolah dan menikah.
Dia terdaftar di al-Azhar pada tahun 1866. Abduh mempelajari logika, filsafat
dan mistisisme di Al-Azhar University di Kairo. Dia adalah seorang murid dari
Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu agama yang
menganjurkan Pan-Islamisme untuk melawan kolonialisme Eropa.
Al-Afghani di bawah pengaruh, Abduh dikombinasikan jurnalisme, politik,
dan daya tarik sendiri dalam spiritualitas mistik. Al-Afghani Abduh diajarkan
tentang masalah Mesir dan dunia Islam dan tentang pencapaian teknologi barat.
Di bawah pengaruh al-Afghani, Abduh bergabung dengan Freemason dan belajar
tentang Islam klasik di bidang astronomi, logika, metafisika, teologi, dan mistik.
Pada 1877, Abduh dianugerahi tingkat Alim dan ia mulai mengajar logika,
teologi dan etika di al-Azhar. Ia diangkat sebagai profesor sejarah di Kairo guru
‘akademi pelatihan ʿ Dar al-Ulum pada tahun 1878. Ia juga ditunjuk untuk
mengajar bahasa Arab di Khedivial School of Languages. Abduh diangkat sebagai
kepala editor dan al-ʾ i Waqā al-Miṣriyya ʿ, surat kabar resmi negara.
Dia didedikasikan untuk mereformasi semua aspek masyarakat Mesir. Dia
percaya bahwa pendidikan adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan ini. Ia
mendukung pendidikan agama yang baik yang akan memperkuat moral anak dan
pendidikan ilmiah yang akan memupuk kemampuan anak untuk alasan. Dalam
artikel-artikel yang mengkritik kehidupan mewah orang kaya, korupsi dan
takhayul.
26
Metode Muhammad Abduh dalam pembaharuan.
27
Muhammad Abduh untuk memerangi hal tersebut, antara lain dengan cara
melawan keras opini kejumudan dan stagnasi masyarakat melalui pendekata-
pendekatan sastra, pembahasan-pembahasan linguistik, agar masyarakat
memahami dan mengerti kalimat dan makna kata yang tersirat dari sebuah
pemikiran. Terkadang dengan melalui pendekatan yang lebih moderat, membina
masyarakat agar lebih mengerti dan memahami, dan terlepas dari kejumudannya.
Tujuan Muhammad Abduh merupakan tujuan yang mulia, memperbaiki sesuatu
yang telah usang dan rusak dengan sesuatu yang baru. Muhammad abduh
berusaha keras untuk mengambil jalan dan cara yang lebih bijak untuk menengahi
semua opini yang hidup di kalangan masyarakat. Dia tidak langsung menolak
mentah-mentah dan menentang opini yang salah, dan tidak langsung menerima
terhadap opini yang dianggapnya benar. Ia menyaring semuanya dan
mencernanya dengan baik melalui pemikirannya, agar semuanya sesuai dengan
tantangan zaman. Hal inilah yang membedakan dengan pemikir lainnya.
28
Setelah Urabi Pasya,dari golongan nasionalis sepenuhnya dapat mengontrol
dan menguasai tentara Mesir dari perwira-perwira Turki dan Sarkas,Inggris tidak
berkenan dan menganggap berbahaya bagi kepentingannya di Mesir,untuk itu
mereka ingin menjatuhkan Urabi Pasya dengan mengebom Alexandria dari laut
pada tahun 1882.Pengeboman Inggris atas Alexandria mendapat perlawanan
sengit dari kaum nasionalis ,walaupun pada akhirnya kaum nasionalis dapat
dikalahkan pasukan Inggris,Mesirpun jatuh dibawah kekuasaan Inggris.
Dalam revolusi Urabi Pasya itu, Muhammad Abduh turut mmainkan peranan.
Dia bersama-sama pemimpin lainnya ditangkap,dipenjarakan dan kemudian
dibuang keluar negeri pada tahun 1882. Pertama di Bairut Libanon kemudian di
Paris. Pada tahun1884 Ia bersama-sama Jamaludin Al-Afgani mendirikan majalah
“AL-Urwatul Wutsqa” di Paris.
29
Dalam soal kekuasaan, Muhammad Abduh memandang perlu membatasi
kekuasaan dengan institusi yangjelas.Tanpa konstitusi akan timbul tindakan
sewenang-wenang. Untuk itu, Muhammad Abduh mengajukan prinsip
musyawarah yang dipandang dapat mewujudkan kehidupan politik yang
demokratis.
1) Kemajuan agama Islam itu tertutup oleh umat Islam sendiri,dimana umat Islam
beku dalam memahami ajaran Islam,dihapalkan lapadznya tapi tidak berusaha
mengamalkan isi kandungannya.Dalam hal ini ungkapan Abduh yang terkenal
didunia Islam “ االسالم محجوب بالمسلمينIslam itu tertutup oleh pengikut-pengikut
Islam itu sendiri”.
2) Akal mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. الدين هو
”العقل ال دين لمن ال عقل لهAgama adalah sejalan dengan akal dan tidak ada agama bagi
orang yang tidak menggunakan akal”. Dari akal akan terungkap misteri alam
semesta yang diciptakan Allah untuk kesejahteraan manusia
itu sendiri.Hanyadengan ketinggian akal dan ilmu manusia mampu mendudukan
dirinya sebagai makhluk Allah yang tunduk berbakti kepada yang Maha Pencipta.
30
3) Ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan modern begitu pula Ilmu Pengetahuan
modern pasti sesuai dengan ajaran Islam
31
Mendirikan sekolah pemikiran.Muhammad Abduh adalah orang pertama
yang mendirikan sekolah pemikiran kontemporer. Yang memiliki dampak besar
dalam pembaharuan pemikiran islam dan kebangkitan akal umat muslim dalam
menghadapi musuh-musuh islam yang sedang dengan gencar menyerang umat
muslim saat ini
.Penafsiran al-Qur’an Di antara pembaruan yang dilakukan Muhammad
Abduh adalah dengan menghadirkan buah karya penafsiran al-qur’an. Adalah
Tafir Al-Mannar yang di tulis Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad
Rasyid Ridho yang telah meberikan corak baru dalam ilmu tafsir. Corak tafsir
yang dikembangkan ini disebut Mufassirin “adabi ijtima’i” (budaya masyarakat).
Corak ini menurut Muhammad Husein adz-Dzahabi menitik beratkan penjelasan
ayat-ayat al-Qur’an pada segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun
kandungannya dalam suatu redaksi yang indah dengan menonjolkan segi-segi
petunjuk al-Qur’an bagi kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat-ayat
tersebut dengan hukum-hukum alm yang berlaku dalam masyarakat dan
pembangunan dunia.Diantara prinsip Muhammad Abduh dalam menafsirkan ayat
adalah, Al-Qur’an menjadi pokok. al-Qur’an didasarkan segala mazhab dan aliran
keagamaan, bukannya mazhab-mazhab dan aliran yang menjadi pokok, dan ayat-
ayat Al-Qur’an hanya dijadikan pendukung mazhab-mazhab tersebut. Kecuali itu,
Muhammad Abduh membuka lebar pintu ijtihad. Menurutnya dengan membuka
pintu ijtihad akan memberi semangat dinamis terhadap perkembangan Islam
dalam seluruh aspeknya.
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada
tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari
Kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain,
cucu Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, ia memakai gelar Al-Sayyid di depan
namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun
untuk belajar menulis, berhitung dan membaca al- Qur’an. Pada tahun 1882, ia
meneruskan pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al- Islamiah (Sekolah Nasional
Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa
Turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga
pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam
yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi
Kristen telah mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang tua
untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di sana. Dalam usaha menandingi
daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan
Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah
Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
34
Beberapa pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut:
35
zaman Alamghir II (1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia
orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan
membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18
tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia bekerja pula
sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk
meneruskan studi.
Di masa Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah
terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari
pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan
ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia
tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima.
Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk
kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat
Islam India dapat diwujudkan hanya dengan bekeija sama dengan Inggris. Inggris
telah merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu
tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat
mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu
India.
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut:
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman
dengan cara menguasai sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan
sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan
manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi
sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’an dan hadis.
36
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat
berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.
Riwayat hidup
Ibnu Taymiyah yang nama lengkapnya Taqiyudin Abdul Abbas bin abdul
Halim bin Abdus salam bin Taimiyah Al Harani Al Hanbali lahir pada tanggal 22
januari 1263 Miladiyah di Kota Harran, siria. Ibnu Taimiyah pertama kali belajar
ilmu agama kepada ayahnya yang bernama Syihabudin yang terkenal alim dalam
ilmu hadist dan khatib terkenal di Masjid Damaskus, Siria. Kemudian ia
melanjutkan belajar kepada beberapa ulama terkenal seperti Zainudin Al
Muqaddasy, Najamuddin Ibnu Syakir, Zainab binti Makky dan ulama lain di kota
Damaskus, Siria.
Pada masa hidupnya, ibnu taimiyah menyaksikan serbuan pasukan tartar
telah menggilis wilayah islam sejak dari tepi sungai Indus sampai sungai eufrat
dan terus bergerak maju menuju syam disatu sisi. Sementara di sisi lain untuk
Islam sepeninggal Imam Al Ghazali mengalami kemerosotan kembali yang cukup
mengesankan akibat logis dari pertempuran berat dan panjang ketika
mengghadapi pasukan tartar selama lima puluh tahun.
Dengannya umat islam dihantui oleh rasa ketakutan dan gemetar dalam
hati sanubari mereka.Ketika orang-orang Tartar berkuasa dan menanamkan
pengaruhnya dikalangan umat para ulama, fuqaha(ahli fiqih) dan para pengusa,
moral dan kemerosotan umat islampun makin menjadi-jadi dan bahkan jauh lebih
hancur ketimbang masa-masa sebelumnya. Taqlid buta merajalela, sehingga
mazhab-mazhab fiqh dan aliran teknologi hampir berubah menjadi agama.
Ijtihadpun berubah menjadi suatu kemaksiatan, bid’ah dan khurafat disandarkan
pada hukum syara’ dan merujuk kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul merupakan
37
suatu dosa yang tidak terampunkan. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat Islam
makin terjerumus pada kebodohan dan kesesatan, sedangkan para ulama hanya
memiliki wawasan yang sempit.Tidak lama kemudian munculah seorang imam
dan ulama hadits yang mencoba untuk memperbaiki umat Islam yang tengah
dilanda kezaliman dan kebobrokan. Imam tersebut adalah Ibnu Taimiyah.
Kegigihan dan ketinggian semangatnya dalam mendalami agama
menghantarkannya pada kedudukan mujtahid mutlak.
Ide Pembaharuanya
Kerangka dasar pemikiran Ibnu Taimiyah adalah menunjukkan bahwa Islam
dan pembaharuan Islam memerlukan suatu cara, yaitu jalan tengah dan sintetik
(buatan). Pada kenyataannya, jalan tengah harus dipadukan dengan perkembangan
dalam Islam yang bermacam-macam tersebut dengan tetap berpegang pada ajaran
pokok Islam yang termaktub dalam al Qur’an dan Sunnah yang murni, yang tidak
terkontaminasi oleh budaya-budaya asing.
Adapun ide-ide pembaharuan Ibnu Taimayah adalan sebagai berikut :
Pertama, melakukan kritik dengan cara yang jauh lebih tajam dan ketat
dibanding apa yang telah dilakukan oleh imam gazali.
Kedua, menegakkan dalil dan bukti berdasarkan akidah, hukum dan
kaidah-kaidah islam dengan sseirama dengan apa yang dilakukan Imam Al
Gazali, dan bahkan bila dilihat apa yang dikemukakan Imam Al Gazali
benyak sekali mempergunakan istilah-istilah logika
.Ketiga, Ibnu Taimiyah tidak saja menolak segala bentuk taqlid buta,
melainkan lebih dari itu.
Keempat, memerangi bid’ah, taqlid, kemajuan berfikir, kesesatan aqidah,
dan dekadensi moral.
Ijtihad dalam islam memegang peran yang sangat besar karena hanya
dengan prinsip inilah islam akan selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta
tidak akan pernah ketinggalan zaman. Dengan prinsip ijtihad inilah yang
memungkinkan perkembangan dan kemajuan yang bersinambungan didalam
syari’ah.
38
8. Sultan Mahmud II
39
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga
administrasi, dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenaga- tenaga
ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
9. AL-FARABI
40
Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa
pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah)
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia
Islam Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal
para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya
terletak di berbagai bidang sepertimatematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan
sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga
dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat music
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama
dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya
menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik
Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam
konteks agama-agama wahyu
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al
Dawla [5] dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang
berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah.[5] Ia lahir dimasa
kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap
sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-
pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan
mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan
pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal
(Negara Utama). Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari
Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
Logika
Ilmu-ilmu Matematika
Ilmu Alam
41
Teologi
Ilmu Politik dan kenegaraan
Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
42
Berbeda dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad Iqbal adalah
penyair dan filosof. Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan
umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam.
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu
ekonomi, politik, budaya, ibadah, dan lain-lain.” Bila memandang Islam dalam
konteks kekinian, rasanya memang perjuangan atau usaha yang dilakukan oleh
para tokoh pembaharu islam belum sempurna. Perjuangan dan usaha mereka kami
analogikan sebagai sebuah ajang lari estafet, mereka—para tokoh pembaharu
islam—berlari dan membawa tongkat estafet kemajuan islam dengan susah payah
dan penuh perjuangan agar sampai kepada kita—umat saat ini—dengan harapan
besar kita mampu melanjutkan tongkat estafet tersebut sampai pada generasi
selanjutnya hingga akhir zaman. Namun, potret umat islam saat ini bisa dikatakan
amat menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam saat ini tidak
lagi dinamis, dan seperti tidak memiliki pendirian. Hal ini terlihat dari mudahnya
umat islam terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu yang tak bertanggung
jawab.Hal ini menunjukkan kesadaran umat islam untuk melanjutkan tongkat
estafet kemajuan itu masih belum maksimal.
Semoga dengan hadirnya kajian(studi tokoh) ini kita semakin menyadari
kondisi islam yang masih terpuruk saat ini dan harapan besar kami adalah
munculnya jiwa dan semangat Muhammad Bin Abdul Wahab, Muhammad
Abduh,Syaikh Rasyid Ridha dan lain-lain yang mampu kembali meneruskan
tongkat estafet perjuangan itu dan menanggalkan seluruh pengaruh barat pada
islam yang merupakan hambatan bagi umat islam untuk maju. Amien.
B. Saran
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-tokoh-pembaharuan-
islam_13.html
http://mawarper1.blogspot.com/2013/03/tokoh-gerakan-pembaharuan-islam.html
http://halaisu.blogspot.com/2012/09/makalah-tokoh-tokoh-pembaharuan-
islam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam
Ragi, Sutomo. dkk. 2006. LKS Pelita Penuntun Belajar kreatif Agama Islam.
Bogor: CV Aria Duta
Asmuni,Drs. H.M.Yusran, Pengantar Studi Pemikiran Dan Gerakan
Pembaharuan (Dirasah Islamiah III), Rajawali Pers: Jakarta, 2001
Rahman, Fazlur, Kebangkitan dan Pembaharuan di dalam Islam, Penerbit
Pustaka: Bandung, 2001. Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam
(Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Taufik, Ahmad dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh modernisme
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
45