Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NIM : 04011381621202
KELAS : GAMMA 2016
RUANG MKDU : 4
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Iman,ilmu, dan amal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jelaskan maksud pernyataan tersebut!
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut
dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak,
dengan kata lain Iman, Ilmu dan Amal shaleh. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran
yang artinya :
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik (Dinul
Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu agar manusia selalu ingat" (QS:
Ibrahim; 24-25).
Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.
Pengertian Ilmu
Dalam bahasa Arab, Ilmu berasal dari kata, alima–ya’lamu yang bermakna tahu atau
mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang telah disusun secara
runtut dan merupakan satu kesatuan berdasarkan metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala dari objek (pengetahuan) itu.
Pengertian Amal
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal shaleh atau setiap perbuatan
kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT
Keutuhan ketiga aspek tersebut dalam pribadi Muslim sekaligus merealisasikan tujuan Islam
sebagai agama pembawa kedamaian, ketentraman dan keselamatan. Sebaliknya pengabaian
salah satu aspek akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran.
Contohnya saja Agama (Iman) berfungsi untuk memberikan arah bagi seorang ilmuwan
untuk mengamalkan Ilmunya. Dengan didasari oleh keimanan yang kuat, pengembangan
ilmu dan teknologi akan selalu dapat dikontrol beradapada jalur yang benar. Sebaliknya,
tanpa dasar keimanan ilmu dan teknologi dapat disalahgunakan sehingga mengakibatkan
kehancuran orang lain dan lingkungan.
Menurut Dr. Yusuf al-Qaradhawi ada beberapa syarat harta kekayaan yang
wajib dizakati:
1. Milik penuh
2. Berkembang
3. Cukup senisab
4. Lebih dari kebutuhan biasa
5. Bebas dari hutang
6. Berlalu setahun
(al-Qaradhawi, 2007, Hukum Zakat: 125)
Etika
Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang merupakan
bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak yang tercantum dalam
al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan
keputusan,peraturan)
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan barat.
Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika islam
bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu
dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986: 88)
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika teologis. Menurut Dr.
H. Hamzah Ya’qub pengertian :
etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan
atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala
perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk .
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada konsepnya mengenai
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan alam dan
masyarakat .
Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,
kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti
yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’,
maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik.
Moral Islam
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintah-
perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an (surat Al-An'aam 6:150-153) di mana Allah
menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):
Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas,
sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka
timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang
sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai
pendapat para pakar di bidang ini.
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. (ibnu miskawiah)
“akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang memiliki wacana yang sama yaitu wacana
tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu.” (al gazhali)
Sedangkan menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabi’at atau sifat seseorang dalam
keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar melekat sifat-
sifat yang melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu.
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara etika dan moral
memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk
selanjutnya di tentukan posisinya baik atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral
untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam diri manusia
terdapat 3 nafsu :
1.Syahwaniyah
Nafsu ini ada pada diri manusia dan binatang yaitu nafsu pada kelezatan (makanan,minuman)
dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak mengendalikan nafsu ini maka manusia tidak
ada bedanya dengan binatang.
2.Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada marah, merusak, ambisi
dan senang menguasai dan mengalahkan orang lain serta lebih kuat di banding dengan
syahwaniyah dan berbahaya jika tidak dikendalikan
3.Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Nafsu ini mampu membuat berzikir,
mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan manusia menjadi agung, besar cita-
citanya, kagum terhadap dirinya hingga bersyukur kepada Allah. Yang menjadikan manusia
dapat mengendalikan 2 nafsu di atas dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
Sebaliknya bahwa mau tidak mau budaya mempengaruhi peraktek agama yang ada meskipun
tidak sampai mengubah inti ajaran agama, tetapi tidak sedikit suatu peraktek agama akan
terpengaruh dari nilai-nilai budaya dimana agama itu di anut. Bangunan- bangunan tempat
ibadah di sesuaikan dengan arsitektur budaya yang ada, khotbah dan ceramah menggunakan
bahasa yang di kenal masyarakat, bahkan dalam Ushul Fikih penyerapan nilai- nilai budaya
bisa di gunakan sebagai landasan hukum.
Hal tersebut tidak bisa di hindari, karna dunia bersifat dinamis, Budaya mempengaruhi ajaran
agama dan budaya terpengaruh dari agama. Keduanya saling mempengaruhi dan terpengaruh
juga dengan faktor-faktor lain seperti politik dan semacamnya.
Mereka beralasan bahwa peraktek agama itu tidak terlepas dari kebudayaan, misalnya tatanan
ibadah umat hindu di Bali, tentu ketika kita melihat orang bali disana sangat sulit
membedakan antara agama, adat-istiadat, tradisi, seni budaya sulit dibedakan dan dipisahkan
dari ritual agama, karena semuanya lebur dalam satu kesatuan yang utuh dan padu
[terintegrasi]. Upacara peribadatan, tabuhan, nyanyian, adat istiadat dan tradisi serta kesenian
saling berkait secara utuh. Upacara-upacara keagamaan disertai dengan sajian, tarian,
nyanyian, seni dan sebagainya. Di sini dapat dikatakan bahwa kebudayaan sama dengan
agama, artinya agama tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena keduanya
menyatu.(Hujair Sanaky)
Muhammad Hatta, mengatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan:
“Kebudayaan adalah ciptaan hidup daripada suatu bangsa.Kebudayaan banyak sekali
macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu ciptaan manusia atau tidak.
Keduanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan
beragama manusia dapat hidup dengan senang. Karenanya saya katakana agama adalah suatu
bagian daripada kebudayaan.
Dalam agama kristen bahwa Agama sama dengan kebudayaan. Seperti Y.B. Sariyanto
Siswosoebroto [seorang Katolik yang sudah masuk Islam[, menyatakan “kalau kita mengikuti
dengan cermat perubahan-perubahan yang terdapat dalam Gereja, maka keseimpulannya
bahwa agama sama dengan kebudayaan, Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa sebelum
Konsili Vatikan II, Kurban Missa [kebatinan] memakai bahasa Latin, sedangkan sesudah
Konsili Vatikan II, dengan sedikit demi sedikit Missa memaakai bahasa setempat. Kesenian
daerah masuk ke dalam Kurban Missa, seperti gamelang, sendratari dan lain-lain, sehingga
orang ke Gereja bukan saja mengikuti Kurban Missa tetapi juga menikmati sendratari.
Penemuan-penemuan dan percobaan-percobaan baru dimasukkan ke dalam liturgy
[kebaktian]. Misalnya: Gereja Pugeran Yogyakarta, Pastor dengan memakai pakaian kejawen
lengkap dengan keris mempersembahkan Missa. Tanda pengenal bahwa dia seorang Pastor
hanya pada stola yang dikalungkan ke lehernya.
Dalam islam yang di anut di Indonesia juga tidak terlepas dari unsur kebudayaan. Misalnya
ketika lahir langsung memeluk Agama Islam karna orang tua, dan ketika ada tahlilan,
Kemudian ketika malam takbiran berlangsung umat Islam membawa oncor dan berkeliling
kampung seraya mengumandangkan takbir. Dari pihak lain sulit mengambil kesimpulan,
apakah itu ibadah ataukah kebudayaan.dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Mereka beralasan bahwa Agama itu di ciptakan oleh tuhan dan bukan manusia,hal ini di
kemukakan oleh agama abrahamik.
Dalam tradisi Abrahamik Agama seringkali di pandang sebagai hukum yang di turunkan
Tuhan pada Manusia, Kalau agama di ciptakan Manusia sama saja mengingkari dasar dari
kepercayaan itu
Dalam Agama Islam, bahwa Islam adalah wahyu. Jadi bukan satu system teology, karena logi
=ilmu, science, studies. Dan Islam bukanlah ilmu, Karen ilmu adalah salah satu cabang
daripada kebudayaan, dan ciptaan manusia. (Endang Saifuddin Anshari,1980:50)
Islam selamanya adalah agama dari sejak diturunkan sampai sekarangdan sampai hari akhir.
Islam tidak pernah berkembang menjadi peradaban tetapi Islamlah yang membentuk dan
menumbuhkan peradaban atau kebudayaan dalam masyarakat [Faisal Ismail,1998:46].
Suatu hal yang perlu mendapatkan penekanan adalah bahwa agama Islam dan kebudayaan
Islam adalah berbeda, artinya masing-masing berdiri sendiri [agama=wahyu; kebudayaan =
produk akal]. Tentu saja harus ada saling kait antara keduanya agar tetap menjadi kebudayaan
Islam (hujair Sanaky)
Dalam Islam, unsur-unsur kebudayaan “terlarang masuk ke dalam [ajaran[ agama”. Misalnya
saja, orang dapat melakukan shalat langsung kepada Allah tanpa disertai media nyanyian,
tarian, saji-sajian, dan unsurunsur kebudayaan lainnya. Dengan demikian, agama Islam tetap
terpelihara dan terjaga kemurnian dan keasliannya, tidak tercampuri oleh adanya anasiranasir
kebudayaan yang hendak menyusup dan disusupkan ke dalam agama. Maka, setiap unsur
kebudayaan yang hendak menyusup dan disusupkan ke dalam agama ia pasti ditolak dan
akan diketahui karena agama Islam dapat dibedakan dengan hal-hal yang bukan agama
Dalam agama Islam cara orang shalat dari dulu hingga sekarang dan yang akan datang tetap
sama. Unsur-unsur kebudayaan boleh dimasukkan dalam agama kalau itu hanya menyangkut
dengan masalah teknis tanpa merubah inti agama itu sendiri (hujair Sanaky)
Untuk menyingkapi hal tersebut tidak perlu menjadi perdebatan panas dan keras karna bukan
jadi permasalahan bagi kita, yang perlu Dipermasalahkan yaitu orang yang gak mau
menjalankan syariat agama dan kebudayaan.
Kalau timbul pertnyaan antara agama dan kebudayaan kedudukannya lebih tinggi mana??
Dari segi hakekat tentu lebih tinggi agama, karena agamalah yang mempengaruhi budaya,
dan agama yang menumbuhkan kebudayaan.
Dari segi syariat tentu lebih tinggi Budaya, karena budayalah yang lebih berperan dalam
kehidupan sehari- hari