Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LIMFOMA MALIGNA
OLEH :
KELOMPOK I
1. AGUNG (185139002)
2. ENDANG (185139041)
3. SUPRIYANTO (185139038)
4. TARIDA (185139062)
5. YENI (185139016)
6. ZODI (185139001)
A. Latar Belakang
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga
muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat
sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada
dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-
Hodgkin (LNH).
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe
LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari
tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar
gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka
tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada
orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun.
Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka
1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun
pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan
angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan
pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit dari limfoma maligna?
2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma
maligna?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar penyakit dari limfoma maligna
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengn limfoma
maligna
BAB II
PEMBAHASAN
b. Epidemiologi
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama
tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit
ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat.
Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan
angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi
pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60
tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya
merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan
3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di
Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit
limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35
tahun dan pada orang di atas 50 tahun.
c. Etiologi
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan
pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan
toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
d. Faktor Predisposisi
1. Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu
antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan
wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV
4. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena
limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
e. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini
dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang
terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan
lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
Pathway
Mengenai Kurang
nodus limfa Mutasi sel limfosit
(sejenis leukosit) terpajan
informasi
Agen cedera
biologi
Limfoma Kurang
maligna pengetahuan
Nyeri
Mual, muntah
Masuknya virus dan Pembesaran nodus
bacteria medina/edema jalan nafas
Berat badan
Proses inflamasi menurun (anorexia)
Ketidakseimbangan
Hyperthermia nutrisi
f. Klasifikasi
(demam)
1. Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma maligna yaitu penyakit
Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala
yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi
anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih
agresif
2. Klasifikasi Patologi
Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-
tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport
membagi limfoma maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe
berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut
hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang
membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi
berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan
genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal
dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms
(REAL classification).
g. Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut :
1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran
kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada
leher, ketiak atau pangkal paha)
2. Demam
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai
sumsum tulang secara difus
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha
Pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha)
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila
tumor sudah besar.
Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor
pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.
j. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening
yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk
mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET
scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan
stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter
mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma
maligna yaitu :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang
membesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan
jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap
pengobatan.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
k. Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan
tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak
membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan
ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi
dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang
tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi
local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang
menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit
mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,
penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding
dengan khemoterapi.
Khemoterapi
1. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma
maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena
penyakit tingkat lanjut.
2. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin,
dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah
atau sedang berdasakan stadiumnya.
l. Prognosis
Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan
hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit
limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan
radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi
yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat
disembuhkan.
b. Diagnosa Keperawatan
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal
/ edema jalan nafas.
c. Intervensi
5. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus
medinal / edema jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1. Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2. Klien bebas dari dispnea, sianosis
3. Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi :
1. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh
pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat
tidur tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan
menurunkan resiko aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma.
Abdomen bila diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil,
memberikan klien beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu
menurunkan ansietas
4. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
R : penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
2. Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5
derajat celcius)
4. Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh
klien
Kesimpulan
Keimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan
dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
2. Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit
Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH).
3. Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan
pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan
sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan
toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. : EGC
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.