Vous êtes sur la page 1sur 21

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.H DENGAN DIABETES MELLITUS


DI GD A LT 7B RSUPN
CIPTOMANGUNKUSUMO JAKARTA

DISUSUN OLEH

RINA ANGGRAENI 0606102921


SRI ROSMA KENCANA SITEPU 0806387760
YOFFI OCTIRA 0606103211
YULLINDAH PRATIWI 0606103230

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
OKTOBER 2010
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (Brunner and
Suddarth, 2002). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk dari di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin,
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer and Bare, 2002).
Diabetes Militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Price & Wilson, 1995).
Diabetes mellitus adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein (Robbin, 2007).
Fungsi insulin:
 Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk
glikogen)
 Mengendalikan glikogenolisis (glikogen manjadi glukosa), dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta
substansi lain)
 Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adipose
 Mempercepat pengangkutan asam-asam amino ke dalam sel
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat menurun,
atau pankreas tidak memproduksi insulin sama sekali. Sehingga dapat menimbulkan
hiperglikemia yang mengakibatkan diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Tipe diabetes:
1. Tipe I: Diabetes melitus tergantung pada insulin (insuindependent diabetes
mellitus-IDDM) 5-10%. Sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimun. Terjadi pada segala usia, biasanya <30tahun.
2. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent
diabetes melitus/ NIDDM) 90-95%. Terjadi akibat penurunan sensitifitas
terhadap insulin (resistensi insulin) atau penurunan jumlah insulin. Biasanya
usia >30tahun dan obesitas.
3. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain. seperti
pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat seperti glukokortikoid dan preparat
yang mengandung estrogen penyandang diabetes.
4. Diabetes melitus gestasional (gestasional diabetes mellitus/ GDM). Awitan
selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Disebabkan oleh
hormon yang dihasilkan oleh plasenta, menghambat kerja insulin.

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar glukosa Plasma darah <110 110-199 ≥200
darah sewaktu Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma darah <110 110-125 ≥126
darah puasa Darah kapiler <90 90-109 ≥110
(mg/dL)

Etiologi
1. DM tipe 1 disebabkan oleh :
a. Proses Autoimun
b. Faktor genetik
c. Imunologi
d. Faktor lingkunan (Virus, toksin tertentu yang menyebabakan destruksi sel beta
pada pankreas)
2. DM tipe 2 disebabkan oleh:
a. Obesitas
b. Herediter
c. Faktor Lingkungan (Gaya Hidup)
3. DM yang berhubungan dnegan sindrom lainnya:
a. Pankreatitis
b. Kelainan hormon
c. Penggunaan obat glukokortikoid dan preparat endogen

4. DM Gestasional disebabkan oleh:


a. Hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin

Ulkus diabetikum
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus
diabetikum. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer. Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih
pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada
daerah yang sering mendapat tekanan atau pun trauma pada daerah telapak kaki ulkus
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak,
pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :
1). Grade 0 : tidak ada luka
2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4). Grade III : terjadi abses
5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal
6). Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan dengan tujuan pada penyakit yang mendasar
dan terhadap ulkusnya sendiri yaitu :Usahakan pengobatan dan perawatan ditujukan
terhadap penyakit terhadap penyakit kausal yang mendasari yaitu DM. Usaha yang
ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Pemberian
luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptik
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganat 1 : 500 mg dan penutupan
ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka. Amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM
B. Penatalaksanaan DM:
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik: mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)
tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Lima komponen penatalaksanan diabetes:
 Diet
 Latihan
 Pemantauan
 Terapi insulin (jika diperlukan)
 Pendidikan kesehatan
C. Patofisiologi
Etiologi DM I: Etiologi DM II:
o Faktor genetic: Individu dengan tipe antigen HLA (human leucocyte
 Faktor genetic juga diperkirakan memegang
antigen).
peranan dalam proses terjadinya resistensi
o Faktor imunologi: otoimun: jaringan normal dianggap sebagai jaringan
insulin
asing, otoantibodi terhadap pulau-pulau langerhans dan insulin
 Usia: resistensi meningkat pada usia >65tahun
endogen
 Obesitas
o Faktor lingkungan: virus atau toksin yang memicu proses otoimun
 Riwayat keluarga

Insulin endogen tidak


Peghancuran sel Resistensi insulin dan
ada atau sedikit
beta pankreas gangguan sekresi insulin

Defisiensi insulin

Glikogenolisis tidak
Intraseluler hipoglikemi Ekstraseluler hiperglikemi terkontrol

pemecahan protein
Glukoneogenesis Hiperosmotik Jumlah glukosa Hiperglikemia
plasma darah melewati
Penurunan Penurunan Peningkatan ambang batas
Pemecahan Osmotik
sintesis protein gamma globulin BUN renal
lemak Dehidrasi sel
diuresis

Letargi, Rentan terkena kegagalan


Peningkatan Mekanisme Poliuri, polidipsi,
polifagi infeksi penyembuh Hiperglikemik
badan keton filtrasi hipokalemi,
koma hiponatremi
an luka terganggu
Infeksi
Ketonuria
virus:
Hepatitis C Kegagalan Dehidrasi Ketidakseimbangan
mempertahankan Glukosuria
Diabetik elektrolit
ketoasidosis Mual, muntah, metabolisme cairan
Perubahan
hiperventilasi, dan elektrolit
nafas bau kesadaran, koma,
aseton, kematian Gagal ginjal

kronik
D. Tanda dan gejala DM
1. Haus (polidipsi)
2. Frekuensi berkemih meningkat (poliuri)
3. Kelelahan atau kurang energi
4. Pandangan kabur
5. Infeksi
6. Kehilangan berat badan (DM1)

E. Komplikasi akut DM
1. Hipoglikemia
Dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan.,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik yang berat.
Hipoglikemi ringan: penurunan kadar glukosa menyebabkan system saraf
simpatik terangsang dan menyebabkan perlimpahan adrenalin ke darah. Gejala:
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan , rasa lapar.
Hipoglikemi sedang: penurunan kadar glukosa menyebabkan otak tidak
mendapat cukup bahan bakar untuk bekerja dnegan baik. gejala: tidak mampu
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi.
Hipoglikemia berat: SSP mengalami gangguan yang sangat berat. Gejala:
disorientasi, kejang, sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran.
2. KAD
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis. Disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan syok. Tiga penyebab
utama: penurunan atau kesalahan dosis insulin, penyakit atau infeksi, dan
manifestasi diabetes awal yang tidak terdiagnosa atau tak terobati.
Gambaran klinis yang penting dalam KAD: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan
asidosis.
Manifestasi klinis: poliuri dan polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan, sakit
kepala, nadi cepat dan lemah, nafas bau aseton, pernafasan kusmaul, hiperventilasi
dengan pernapasan sangat dalam, perubahan status mental.
Nilai lab yang memperlihatkan KAD:
 Glukosa darah dari 300-800 mg/dl
 Bikarbonat serum rendah (0-15mEq/l)
 pH rendah (6.8-7.3), PCO2 rendah (10-30mmHg)
 Kadar Na dan K mungkin rendah, norma atau tinggi tergantung pada
jumlah kehilangan air (dehidrasi)
 Kenaikan kreatinin, BUN, Hb, Ht
3. HHNK (hiperglikemik hiperosmolar nonketotik)
Keaadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang
disertai dengan perubahan tingkat kesadaran karena kurang insulin efektif. Ketosis
minimal atau tidak ada. Hiperglikemik persisten menyebabkan osmotic diuresis
yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Insulin yang tersedia kurang
mencukupi untuk mencegah hiperglikemi namun cukup untuk mencegah pemecahan
lemak. Sering terjadi pada lansia yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya
atau DM tipe II ringan.
Manifestasi klinis: riwayat poliuri dan polidipsi yang terjadi berhari-hari dan
berminggu-minggu, hipotensi, takikardi, dehidrasi berlebihan, perubahan sensorium,
kejang, hemiparesis

F. Komplikasi jangka panjang DM


1. Penyakit makrovaskuler (perubahan aterosklerotik)
 penyakit arteri koroner
 penyakit serebrovaskuler: stroke akibat embolus
 penyakit vaskuler perifer: oklusi arteri pada ekstremitas bawah yang
merupakan penyebab utama gangren dan amputasi pada pasien-pasien
diabetes.
2. Penyakit mikrovaskuler
ditandai dengan penebalan membran basalis pembuluh kapiler akibat respons
biokimia yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah.
 Retinopati: perubahan pada pembuluh-pembuluh darag kecil pada retina
mata. Retinopati nonproliferatif: tidak ada gangguan penglihatan dan
beresiko kecil mengalami kebutaan. Retinopati praproliferatif: terjadi
perubahan visual. Retinopati priliferatif: peradarahan vitreus dan ablasio
retina yang mengakibatkan kehilangan penglihatan
 Nefropati: kebocoran protein darah ke dalam urin yang disebabkan oleh
kegagalan filtrasi ginjal, sehingga tekanan pembuluh darah ginjal meningkat.
Terjadi pemecahan insulin endogen dan eksogen sehingga hipoglikemi
serring terjadi. Sehingga pemberian insulin memerlukan perubahan sebagai
akibat dari katabolisme insulin.
3. Neuropati
disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa yang berlangsung selama bertahun-
tahun. ditemukan demielinisasi sel saraf yang diperkirakan berhubungan dengan
hiperglikemia.
Neuropati perifer: gejala: parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan, atau
peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari), pati rasa
(kaki terasa baal).
Neuropati otonom: frekuensi jantung meningkat tetapi menetap, hipotensi
ortostatik, dan infark miokard tanpa nyeri; kelambatan pengisian
lambung;penurunan kemampuan merasakan kandung kemih; pada medulla
adrenal akan menyebabkan tidak ada atau kurangnya gejala hipoglikemi.

G. Pemeriksaan diagnostik
Penegakan diagnosa DM:
1. Kadar glukosa darah >110 mg/dl (puasa) atau > 140 mg/dl (2 jam)
2. Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl (7.0 mmol/l)
3. Glukosa plasma ≥200mg/dl (11.1.mmol/l) 2 jam setelah beban glukosa 75gram
pada test toleransi glukosa oral (TTGO).
Tes toleransi glukosa:
Pasien mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat (150-300g) selama 3hari
sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada malam hari, keesokan harinya
sample darah diambil. Kemudian karbohidrat sebanyak 75gram yang biasanya
diberikan dalam bentuk minuman diberikan kepada pasien. Pasien duduk diam
selama tes, dan menghindari latihan, rokok, kopi serta makanan lain kecuali air
putih. Kemudian setelah 2 jam pangambilan sampel dilakukan.
4. Glukosa plasma sewaktu ≥200ml/dl (11.1.mmol/l)

Pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa DM (Doenges, 1995):


1. Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dL atau lebih.
2. Aseton plasma (keton): Positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit:
Na: mungkin normal, meningkat atau menurun
K : normal atau peningkatan semu(perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun
F : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama
hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden(mis: ISK
baru).
7. Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi); leukositosis;
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
9. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal.
10. Amilase darah: mungkin meningkat yang menindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA>
11. Insulin darah: mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya(endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi(autoantibodi).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine: gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitifitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi luka.

H. Pengkajian keperawatan
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang difokuskan pada tanda dan
gejala hiperglikemi
 Mengkaji gejala diagnosis diabetes: poliuri, polidipsi, polifagi, kulit kering,
penurunan berat badan
 Pada DMI kaji tanda-tanda KAD: pernapasan kusmaul, hipotensi ortostatik,
letargi.gejala KAD: mual, muntah, nyeri abdomen
 Pada DM II kaji hiperglikemia hiperosmolar nonketosis (HHNK) : hipotensi,
gangguan sensori, penurunan turgor kulit.
 Kaji adanya ganggua penglihatan
 Kaji gangguan koordinasi motorik
 Gangguan neurologis (misalnya akibat stroke)
 Mengevaluasi situasi sosial pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terapi diabetes dan rencana pendidikan: penurunan kemampuan
membaca, tidak ada dukungan keluarga, jadwal harian khas pasien.
 Status emosional
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan Terkait Kasus


Tanggal pengkajian: 4 Oktober 2010
Informasi umum
Nama : Ny. H
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Pedagang warung
Masuk RS : 28 September 2010

Aktivitas/istirahat
Gejala: - Klien seorang penjaga warung,
- Klien mengatakan belum pernah turun dari tempat
tidur semenjak kakinya di amputasi.
- Kebiasaan tidur: klien jarang tidur siang, tidur malam
biasanya jam 21.00. tidur nyenyak tanpa obat tidur.
- Aktivitas klien dibantu oleh kakak klien
- Klien mengatakan tidak ada kesulitan tidur.
Tanda: - Klien tidak menunjukkan tanda-tanda takikardi dan
takipnea. P: 20x/menit, N: 98x/menit
- Status mental: tenang
- Neuromuscular: tonus otot baik, tremor (-), deformitas
(-)
Sirkulasi
Gejala: - Klien menderita hipertensi dari 2tahun yang lalu
- Terdapat luka yang mengalami penyembuhan lama
- Ektremitas: kesemutan (+), baal (+)
Tanda: - Tekanan darah:170/110mmHg, N:98x/menit (reguler),
P:20x/menit, extremitas hangat
- Bunyi jantung: S1&S2, irama: reguler, murmur (-)
- Extremitas: suhu 37C, capillary refill <2 detik
- Kulit kering, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
diaforesis tidak ada
Integritas/ego
Gejala: - Hubungan dengan keluarga: selama di rumah sakit
didampingi oleh kakak.
- Agama: Islam
Tanda: - Status emosional: klien tampak tenang
Eliminasi
Gejala: - Pola BAB sekali 3 hari, tidak menggunakan laksatif.
BAB terakhir tanggal 28 september 2010, tidak ada
hemoroid, konstipasi (+), diare (-),
- Pola BAK: , urin berwarna kuning jernih, tidak ada
kesulitan BAK, tidak menggunakan diuretik
- Klien terpasang kateter
Tanda: - Abdomen: tidak ada nyeri tekan, Bising usus:
6x/menit.
Makanan/cairan
Gejala: - Klien makan 3x sehari
- Mual/muntah (+)
- LILA: 18cm sehingga BB: 36 kg
- Klien tidak mendapat diuretik
Tanda: - LILA: 18cm sehingga BB: 36 kg , TB: 145 cm
- kulit kering dan tegang, muntah (+), kekakuan
abdomen, nafas aseton (-), membran mukosa merah
muda
Neurosensori
Gejala: - sakit kepala tidak ada
- kesemutan dan baal pada kedua kaki
- penglihatan cukup jelas
- pendengaran cukup baik, telinga tidak berdengung
Tanda: - status mental:orientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu
- kesadaran : compusmetis
- tidak memakai alat bantu dengar
- tidak memakai kaca mata
Hygiene
Gejala: - aktivitas sehari-hari tergantung sebagian
- berpakaian cukup rapi
- klien biasa mandi pagi hari
- bantuan diberikan oleh kakak
Tanda: - penampilan cukup rapi
- bau badan tidak ada
Nyeri/kenyamanan
Gejala: - kadang merasa nyeri di abdomen, abdomen tegang
Tanda: - intensitas: 6
Pernapasan
Gejala: - klien tidak sesak, batuk (-)
- tidak ada penggunaan alat bantu pernapasan
Tanda: - frekuensi pernapasan: 20x/menit
Keamanan
Gejala: - tidak ada alergi makanan, tidak ada gangguan
penglihatan, tidak ada gangguan pendengaran
Tanda: - suhu: 37C
Interaksi sosial
Gejala: - klien menikah
- hubungan dengan keluarga dan orang lain cukup baik
- peran dalam struktur keluarga: klien sebagai ibu
rumah tangga
Tanda: - bicara jelas, dapat dimengerti, tidak menggunakan alat
bantu bicara.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: - bahasa dominan: bahasa indonesia.
- faktor resiko keluarga: bapak dan adik menderita DM

 Pemeriksaan diagnostik:
- 28 september 2010 : Gula darah sewaktu: 378 mg/dl
 Pemeriksaan laboratorium:
o 29 September 2010
- Sedimen
Keton : negatif
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Urin protein : ++
pH : 5,0 (4,5-8)
o 2 Oktober 2010
- Darah lengkap
Hemoglobin : 9,2 g/dl (12-14)
Hematokrit : 26,2 % (37-43)
Eritrosit : 3,31 10^6 L (4-5)
MCV/VER : 79,2 fL (82-92)
MCH/HER : 27,8 pg (27-31)
MCHC/KHER : 35,1 g/dL (32-36)
Jumlah trombosit : 419 10^3/L (150-400)
Jumlah leukosit :26,21 10^3/L (5-10)
- Hitung jenis
Basofil : 0,0 % (0-1)
Eosinofil : 1,1% (1-3)
Neutrofil : 89,3% (52-76)
Limfosit : 4,8 % (20-40)
Monosit : 4,8 % (20-40)
o 4 Oktober 2010
- Kimia klinik:
Ureum darah : 116 mg/dl (< 50)
Creatinin darah : 170 mg/dl (0,6 - 1,2)
- Bersihan kreatinin
Kreatinin darah : 1,7 mg/dl (0,6 - 1,2)
Volume urin : 300ml
Faktor : 1,26
CCT standar : 22,25 ml/menit (69-122)
- Protein urin kuantitatif : 582 mg/24 jam (40-150)
- Glukosa sewaktu : 202 mg/dl
- Osmolalitas urin : 554 m osmol/kg (400-800)
- Elektrolit
Na darah : 124 mEq/L (132-147)
K darah : 3,9 mEq/L (3,3-5,4)
Cl darah : 95,0 mEq/L (94-111)

 Penatalaksanaan:
- Alupurinol 1x 100mg
- Captopril 3x25mg
- Fluimucyl 3x 15cc
- Omperidon 3x10mg
- Sucralfat 4x15cc
- Omeprazol 2x20mg
- Amlodipine 1x5 mg
- Vit. K 3x2 ampul
- Humulin R 3x6 unit SC
- Levofloxacin 1x500mg
- Cefotaxim 2x1 IV

B. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DO: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Klien tidak menghabiskan sarapan tubuh yang disebabkan oleh mual, muntah,
- Klien terlihat kesulitan menghabiskan produksi eritropoetin tidak adekuat yang
makanan dibuktikan oleh kurang minat pada
- Klien muntah makanan
- Klien terlihat kurus
- TB: 145cm, LILA: 18cm sehingga BB:
36 kg, IMT:17 (kurus)
- BB Ideal: (145-100)-10%(145-100)=
40,5kg
- Eritrosit: 3,31 10^6 L rendah (4-5)
- Konjuntiva anemis
DS:
- Klien mengeluh mual
- Klien mengatakan tadi malam muntah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO: Kekurangan volume cairan berhubungan
- Ketika sarapan klien minum ¼ aqua dengan mual, muntah ditandai oleh
gelas (60ml) kulit/membran mukosa kering
- Kulit kering dan tegang
- Intake cairan:
Minum: 240 ml
Infus : 1000 ml
Total: 1240ml
Output:
Urin 24 jam: 900ml
Muntah: 120ml
IWL: 350ml
Total: 1370ml
Balance = - 130cc
DS:
- Klien mengeluh mual
- Klien mengatakan tadi malam muntah
- Klien mengatakan dalam sehari (pagi
sampai pagi lagi) minum kurang dari 1
aqua gelas (240ml)
DO: Konstipasi berhubungan dengan
- Ketika dipalpasi abdomen teraba ketidakadekuatan masukan cairan ditandai
massa dengan perubahan frekuensi defekasi,
- Ketika sarapan pagi minum ¼ aqua mual, muntah, nafsu makan menurun
gelas (60ml)
DS:
- Klien mengatakan sejak masuk rumah
sakit belum pernah BAB
- Klien mengatakan dalam sehari
biasanya minum kurang dari 1aqua
gelas (240ml)
- Klien mengeluh begah
- Klien mengeluh mual
- Klien mengeluh nyeri abdomen
- Klien mengatakan tidak nafsu makan

C. Rencana Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh mual,
muntah yang dibuktikan oleh kurang minat pada makanan.
Kriteria evaluasi:
- Mencerna jumlah kalori yang tepat
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang yang diinginkan dengan
nilai laboratorium normal
Intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari Mengkaji pemasukan yang adekuat.

Tentukan program diet dan pola makan Mengidentifikasi kekurangan dan


klien dan bandingkan dengan makanan penyimpangan dari kebutuhan
yang dapat dihabiskan pasien terapeutik.

Auskultasi bising usus, catat adanya Hiperglikemia dan gangguan


nyeri abdomen atau perut kembung, keseimbangan cairan dan elektrolit
mual, muntahan, makanan yang belum akan menurunkan motilitas/fungsi
sempat dicerna, pertahankan keadaan lambung yang akan mempengaruhi
puasa. intervensi.

Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral lebih


mengandung zat makanan (nutrien) dan baik jika pasien sadar dan fungi GI
elektrolit dengan segera jika klien sudah baik.
dapat mentoleransinya melalui
pemebrian cairan melalui oral dan
selanjutnya terus mengupayakan
pemberian amkanan yang lebih padat
seusia dengan yang dapat ditoleransi

Indentifikasikan makanan yang disukai Jika makanan yang disukai pasien


atau dikehendaki termasuk kebutuhan dapat dimasukkan ke dalam
etnik atau cultural perencanaan.

Libatkan keluarga klien pada Memberikan informasi pada keluarga


perencanan makan untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia, Metabolisme karbohidrat mulai terjadi
seperti perubahan tingkat kesadaran, gula darah akan berkurang, dan
kulit lembab atau dingin, denyut nadi sementara tetap diberikan insulin akan
cepat, lapar, peka rangsanagn, cemas, menyebabkan hipoglikemi.
sakit kepala, pusing sempoyongan.

Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan gula darah Analisa di tempat tidur terhadap gula
dengan menggunkan “finger stick” darah lebih akurat daripada mamantau
glukosa dalam urin yang tidak cukup
akurat untuk mendeteksi fluktuasi
kadar gula darah dan dapat
dipengaruhi ambang ginjal klien.

Pantau pemeriksaan laboratorium, Gula darah akan menurun perlahan


seperti glukosa darah, aseton,pH, dan dengan penggantian cairan dan terapi
HCO3 insulin terkontrol.

Berikan pengobatan insulin secara Insulin reguler memiliki awitan yang


teratur dengan metode IV secara cepat dan karenanya dengan cepat pula
intermiten atau secara kontinu. dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.

Berikan larutan glukosa, misalnya Untuk menghindari terjadinya


dekstrosa dan setengah salin normal hipoglikemia.

Lakukan konsultasi dengan ahli diet Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi


pasien.

Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, Kompleks karbohidar (jagung, wortel,


20% protein dan 20% lemak dalam brokoli, buncis, gandum) menurunkan
penataan makan atau pemberian kadar glukosa/ kebutuhan insulin,
makanan tambahan. menurunkan kadar kolesterol darah
dan meningkatkan rasa kenyang.

Berikan obat metaklopramid (reglan), Mengatasi gejala yang berhubungan


tetrasklin. dengan dengan neuropati otonom.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah ditandai oleh


kulit/membran mukosa kering
Kriteria evaluasi:
- Mendemonstrasikan hiddrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital yang stabil,
nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik
Intervensi Rasional
Mandiri
Dapatkan riwayat klien atau orang Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan kekurangan volume total. Tanda dan
lamanya atau intensitas dari gejala gejala mungkin sudah ada beberapa hari
seperti muntah, pengeluaran urine sebelumnya.
yang sangat berlebihan

Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemi dapat dimanistasikan oleh


adanya perubahan TD ortostatik. hipotensi dan takikardi.

Pola napas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam karbonat


pernapasan Kussmaul atau melalui pernapasan yang mengahasilkan
pernapasan yang berbau keton. kompensasi alkalosis respiratoris terhadap
ketoasidosis.

Frekuensi dan kualitas pernapasan, Koreksi hiperglikemi dan asidosis akan


penggunaan otot bantu napas, dan menyebabkan pola dan frekuensi
adanya periode apnea dan pernapasan mendekati normal.
munculnya sianosis

Pantau suhu, warna kulit, atau Demam, menggigiln dan diaforesis hal
kelembabannya. yang umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit kemerahan kering
kemungkinan cerminan dari dehidrasi.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Indikator dari tingkat dehidrasi, atau
turgor kulit, dan membrane mukosa. volume sirkulasi yang adekuat.

Pantau masukan dan pengeluaran, Memberikan perkiraan kebutuhan cairan


catat berat jenis urine. pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
terapi yang diberikan.

Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian yang


terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.

Pertahankan untuk memberikan Mempertahankan hidrasi atau volume


cairan yang paling sedikit sirkulasi.
2500ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan
cairan melalui oral sudah dapat
diberikan

Tingkatkan lingkungan yang dapat Menghindari pemanasan yang berlebihan


menimbulkan rasa nyaman. Selimuti terhadap pasien lebih lanjutkan
klien dngan selimut tipis menimbulkan kehilangan cairan.

Kaji adanya perubahan mental atau Perubahan mental dapat berhubungan


sensori dengan glukosa yang tinggi atau rendah,
abnormal elektrolit, asidosis, penurunan
perfusi serebral.

Catat hal-hal yang dilaporkan Kekurangan cairan dan elektrolit


seperti mual, nyeri abdomen, mengubah motilitas lambung, yang sering
muntahan dan distensi lambung menimbulkan muntah.

Observasi adanya perasaan kelelahan Pemberian cairan untuk perbaikan yang


yang meningkat, edema, peningkatan cepat mungkin sangat berpotensi
berat badan, nadi tidak teratur, dan menimbulkan kelebihan beban cairan dan
adanya distensi pada vaskuler. GJK.

Kolaborasi
Berikan terapi cairan.
Normal salin atau setengan Tipe dan jumlah dari cairan tergantung
normal salin dengan atau tanpa pada derajat kekurangan cairan dan
deksrosa. respon pasien secara individu.

Berikan albumin, plasma, atau Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika


dekstran kekurangan mengancam kehidupan.

Pasang atau pertahankan kateter Memberikan pengukuran yang tepat


urine tetap terpasang terhadap pengukuran haluaran urin

Pantau pemeriksaan laboratorium


seperti:
Hematrokit (Ht) Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali
meningkat setelah diuresis osmotik.

BUN atau kreatinin Mencerminkan kerusakan sel atau tanda


awitan gagal ginjal.

Osmolalitas darah Meningkat akibat hiperglikemi dan


asidosis.

Natrium Mungkin menurun yang dapat


mencerminkan perpindahan cairan dari
intrasel.

Kalium Awalnya akan terjadi hiperglikemia,


selanjutnya kalium hilang melalui urin.

Berikan kalium atau elektrolit yang Kalium ditambahkan melalui IV untuk


lain melalui IV dan atau oral mencegah hipokalemi.
Berikan bikarbonat jika pH <7,0 Membantu memperbaiki asidosis.

3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan cairan ditandai


dengan perubahan frekuensi defekasi, mual, muntah, nafsu makan menurun
Kriteria evaluasi:
- Menetapkan/mempertahankan pola normal fungsi usus
- Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup yang diharuskan
- Ikut serta dalam program defekasi

Intervensi Rasional
Mandiri
Pastikan pola defekasi yang biasa dan Tentukan luas masalah dan indikasi
bantu menggunakannya kebutuhan/tipe intervensi sesuai
(mis.penggunaan laksatif). kebutuhan. Sebagian pasien mungkin
mengalami ketergantungan dengan
laksatif dan penting untuk menetapkannya
kembali sedekat mungkin dengan fungsi
normal.
Kaji rasional suatu masalah, Identifikasi/tindakan terhadap kondisi
singkirkan penyebab medis, medis dasar sangat diperlukan untuk
mis.obstruksi usus, kanker, mencapai fungsi usus optimal.
perdarahan, kecanduan obat-obatan,
impaksi.

Berikan diet dengan kadar serat Meningkatkan konsistensi feses,


tinggi dalam bentuk tepung sereal, meningkatkan pengeluaran feses.
roti, buah-buahan segar.
Kurangi atau batasi makanan seperti Makanan ini diketahui sebagai penyebab
produk susu. konstipasi.

Dorong peningkatan masukan cairan Tingkatkan konsistensi feses normal.


Kolaborasi
Berikan obat-obatan pelunak feses Meningkatkan regularitas dengan
meningkatkan serat dan/atau
meningkatkan konsistensi feses.

Vous aimerez peut-être aussi