Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
A. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (Brunner and
Suddarth, 2002). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk dari di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin,
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer and Bare, 2002).
Diabetes Militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Price & Wilson, 1995).
Diabetes mellitus adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein (Robbin, 2007).
Fungsi insulin:
Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk
glikogen)
Mengendalikan glikogenolisis (glikogen manjadi glukosa), dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta
substansi lain)
Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adipose
Mempercepat pengangkutan asam-asam amino ke dalam sel
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin dapat menurun,
atau pankreas tidak memproduksi insulin sama sekali. Sehingga dapat menimbulkan
hiperglikemia yang mengakibatkan diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Tipe diabetes:
1. Tipe I: Diabetes melitus tergantung pada insulin (insuindependent diabetes
mellitus-IDDM) 5-10%. Sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimun. Terjadi pada segala usia, biasanya <30tahun.
2. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent
diabetes melitus/ NIDDM) 90-95%. Terjadi akibat penurunan sensitifitas
terhadap insulin (resistensi insulin) atau penurunan jumlah insulin. Biasanya
usia >30tahun dan obesitas.
3. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain. seperti
pankreatitis, kelainan hormonal, obat-obat seperti glukokortikoid dan preparat
yang mengandung estrogen penyandang diabetes.
4. Diabetes melitus gestasional (gestasional diabetes mellitus/ GDM). Awitan
selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Disebabkan oleh
hormon yang dihasilkan oleh plasenta, menghambat kerja insulin.
Etiologi
1. DM tipe 1 disebabkan oleh :
a. Proses Autoimun
b. Faktor genetik
c. Imunologi
d. Faktor lingkunan (Virus, toksin tertentu yang menyebabakan destruksi sel beta
pada pankreas)
2. DM tipe 2 disebabkan oleh:
a. Obesitas
b. Herediter
c. Faktor Lingkungan (Gaya Hidup)
3. DM yang berhubungan dnegan sindrom lainnya:
a. Pankreatitis
b. Kelainan hormon
c. Penggunaan obat glukokortikoid dan preparat endogen
Ulkus diabetikum
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus
diabetikum. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer. Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih
pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada
daerah yang sering mendapat tekanan atau pun trauma pada daerah telapak kaki ulkus
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak,
pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :
1). Grade 0 : tidak ada luka
2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4). Grade III : terjadi abses
5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal
6). Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan dengan tujuan pada penyakit yang mendasar
dan terhadap ulkusnya sendiri yaitu :Usahakan pengobatan dan perawatan ditujukan
terhadap penyakit terhadap penyakit kausal yang mendasari yaitu DM. Usaha yang
ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Pemberian
luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptik
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganat 1 : 500 mg dan penutupan
ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka. Amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM
B. Penatalaksanaan DM:
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik: mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)
tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Lima komponen penatalaksanan diabetes:
Diet
Latihan
Pemantauan
Terapi insulin (jika diperlukan)
Pendidikan kesehatan
C. Patofisiologi
Etiologi DM I: Etiologi DM II:
o Faktor genetic: Individu dengan tipe antigen HLA (human leucocyte
Faktor genetic juga diperkirakan memegang
antigen).
peranan dalam proses terjadinya resistensi
o Faktor imunologi: otoimun: jaringan normal dianggap sebagai jaringan
insulin
asing, otoantibodi terhadap pulau-pulau langerhans dan insulin
Usia: resistensi meningkat pada usia >65tahun
endogen
Obesitas
o Faktor lingkungan: virus atau toksin yang memicu proses otoimun
Riwayat keluarga
Defisiensi insulin
Glikogenolisis tidak
Intraseluler hipoglikemi Ekstraseluler hiperglikemi terkontrol
pemecahan protein
Glukoneogenesis Hiperosmotik Jumlah glukosa Hiperglikemia
plasma darah melewati
Penurunan Penurunan Peningkatan ambang batas
Pemecahan Osmotik
sintesis protein gamma globulin BUN renal
lemak Dehidrasi sel
diuresis
kronik
D. Tanda dan gejala DM
1. Haus (polidipsi)
2. Frekuensi berkemih meningkat (poliuri)
3. Kelelahan atau kurang energi
4. Pandangan kabur
5. Infeksi
6. Kehilangan berat badan (DM1)
E. Komplikasi akut DM
1. Hipoglikemia
Dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan.,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik yang berat.
Hipoglikemi ringan: penurunan kadar glukosa menyebabkan system saraf
simpatik terangsang dan menyebabkan perlimpahan adrenalin ke darah. Gejala:
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan , rasa lapar.
Hipoglikemi sedang: penurunan kadar glukosa menyebabkan otak tidak
mendapat cukup bahan bakar untuk bekerja dnegan baik. gejala: tidak mampu
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di
daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi.
Hipoglikemia berat: SSP mengalami gangguan yang sangat berat. Gejala:
disorientasi, kejang, sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran.
2. KAD
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis. Disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan syok. Tiga penyebab
utama: penurunan atau kesalahan dosis insulin, penyakit atau infeksi, dan
manifestasi diabetes awal yang tidak terdiagnosa atau tak terobati.
Gambaran klinis yang penting dalam KAD: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan
asidosis.
Manifestasi klinis: poliuri dan polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan, sakit
kepala, nadi cepat dan lemah, nafas bau aseton, pernafasan kusmaul, hiperventilasi
dengan pernapasan sangat dalam, perubahan status mental.
Nilai lab yang memperlihatkan KAD:
Glukosa darah dari 300-800 mg/dl
Bikarbonat serum rendah (0-15mEq/l)
pH rendah (6.8-7.3), PCO2 rendah (10-30mmHg)
Kadar Na dan K mungkin rendah, norma atau tinggi tergantung pada
jumlah kehilangan air (dehidrasi)
Kenaikan kreatinin, BUN, Hb, Ht
3. HHNK (hiperglikemik hiperosmolar nonketotik)
Keaadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang
disertai dengan perubahan tingkat kesadaran karena kurang insulin efektif. Ketosis
minimal atau tidak ada. Hiperglikemik persisten menyebabkan osmotic diuresis
yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Insulin yang tersedia kurang
mencukupi untuk mencegah hiperglikemi namun cukup untuk mencegah pemecahan
lemak. Sering terjadi pada lansia yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya
atau DM tipe II ringan.
Manifestasi klinis: riwayat poliuri dan polidipsi yang terjadi berhari-hari dan
berminggu-minggu, hipotensi, takikardi, dehidrasi berlebihan, perubahan sensorium,
kejang, hemiparesis
G. Pemeriksaan diagnostik
Penegakan diagnosa DM:
1. Kadar glukosa darah >110 mg/dl (puasa) atau > 140 mg/dl (2 jam)
2. Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl (7.0 mmol/l)
3. Glukosa plasma ≥200mg/dl (11.1.mmol/l) 2 jam setelah beban glukosa 75gram
pada test toleransi glukosa oral (TTGO).
Tes toleransi glukosa:
Pasien mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat (150-300g) selama 3hari
sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada malam hari, keesokan harinya
sample darah diambil. Kemudian karbohidrat sebanyak 75gram yang biasanya
diberikan dalam bentuk minuman diberikan kepada pasien. Pasien duduk diam
selama tes, dan menghindari latihan, rokok, kopi serta makanan lain kecuali air
putih. Kemudian setelah 2 jam pangambilan sampel dilakukan.
4. Glukosa plasma sewaktu ≥200ml/dl (11.1.mmol/l)
H. Pengkajian keperawatan
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang difokuskan pada tanda dan
gejala hiperglikemi
Mengkaji gejala diagnosis diabetes: poliuri, polidipsi, polifagi, kulit kering,
penurunan berat badan
Pada DMI kaji tanda-tanda KAD: pernapasan kusmaul, hipotensi ortostatik,
letargi.gejala KAD: mual, muntah, nyeri abdomen
Pada DM II kaji hiperglikemia hiperosmolar nonketosis (HHNK) : hipotensi,
gangguan sensori, penurunan turgor kulit.
Kaji adanya ganggua penglihatan
Kaji gangguan koordinasi motorik
Gangguan neurologis (misalnya akibat stroke)
Mengevaluasi situasi sosial pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terapi diabetes dan rencana pendidikan: penurunan kemampuan
membaca, tidak ada dukungan keluarga, jadwal harian khas pasien.
Status emosional
BAB II
TINJAUAN KASUS
Aktivitas/istirahat
Gejala: - Klien seorang penjaga warung,
- Klien mengatakan belum pernah turun dari tempat
tidur semenjak kakinya di amputasi.
- Kebiasaan tidur: klien jarang tidur siang, tidur malam
biasanya jam 21.00. tidur nyenyak tanpa obat tidur.
- Aktivitas klien dibantu oleh kakak klien
- Klien mengatakan tidak ada kesulitan tidur.
Tanda: - Klien tidak menunjukkan tanda-tanda takikardi dan
takipnea. P: 20x/menit, N: 98x/menit
- Status mental: tenang
- Neuromuscular: tonus otot baik, tremor (-), deformitas
(-)
Sirkulasi
Gejala: - Klien menderita hipertensi dari 2tahun yang lalu
- Terdapat luka yang mengalami penyembuhan lama
- Ektremitas: kesemutan (+), baal (+)
Tanda: - Tekanan darah:170/110mmHg, N:98x/menit (reguler),
P:20x/menit, extremitas hangat
- Bunyi jantung: S1&S2, irama: reguler, murmur (-)
- Extremitas: suhu 37C, capillary refill <2 detik
- Kulit kering, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
diaforesis tidak ada
Integritas/ego
Gejala: - Hubungan dengan keluarga: selama di rumah sakit
didampingi oleh kakak.
- Agama: Islam
Tanda: - Status emosional: klien tampak tenang
Eliminasi
Gejala: - Pola BAB sekali 3 hari, tidak menggunakan laksatif.
BAB terakhir tanggal 28 september 2010, tidak ada
hemoroid, konstipasi (+), diare (-),
- Pola BAK: , urin berwarna kuning jernih, tidak ada
kesulitan BAK, tidak menggunakan diuretik
- Klien terpasang kateter
Tanda: - Abdomen: tidak ada nyeri tekan, Bising usus:
6x/menit.
Makanan/cairan
Gejala: - Klien makan 3x sehari
- Mual/muntah (+)
- LILA: 18cm sehingga BB: 36 kg
- Klien tidak mendapat diuretik
Tanda: - LILA: 18cm sehingga BB: 36 kg , TB: 145 cm
- kulit kering dan tegang, muntah (+), kekakuan
abdomen, nafas aseton (-), membran mukosa merah
muda
Neurosensori
Gejala: - sakit kepala tidak ada
- kesemutan dan baal pada kedua kaki
- penglihatan cukup jelas
- pendengaran cukup baik, telinga tidak berdengung
Tanda: - status mental:orientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu
- kesadaran : compusmetis
- tidak memakai alat bantu dengar
- tidak memakai kaca mata
Hygiene
Gejala: - aktivitas sehari-hari tergantung sebagian
- berpakaian cukup rapi
- klien biasa mandi pagi hari
- bantuan diberikan oleh kakak
Tanda: - penampilan cukup rapi
- bau badan tidak ada
Nyeri/kenyamanan
Gejala: - kadang merasa nyeri di abdomen, abdomen tegang
Tanda: - intensitas: 6
Pernapasan
Gejala: - klien tidak sesak, batuk (-)
- tidak ada penggunaan alat bantu pernapasan
Tanda: - frekuensi pernapasan: 20x/menit
Keamanan
Gejala: - tidak ada alergi makanan, tidak ada gangguan
penglihatan, tidak ada gangguan pendengaran
Tanda: - suhu: 37C
Interaksi sosial
Gejala: - klien menikah
- hubungan dengan keluarga dan orang lain cukup baik
- peran dalam struktur keluarga: klien sebagai ibu
rumah tangga
Tanda: - bicara jelas, dapat dimengerti, tidak menggunakan alat
bantu bicara.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: - bahasa dominan: bahasa indonesia.
- faktor resiko keluarga: bapak dan adik menderita DM
Pemeriksaan diagnostik:
- 28 september 2010 : Gula darah sewaktu: 378 mg/dl
Pemeriksaan laboratorium:
o 29 September 2010
- Sedimen
Keton : negatif
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Urin protein : ++
pH : 5,0 (4,5-8)
o 2 Oktober 2010
- Darah lengkap
Hemoglobin : 9,2 g/dl (12-14)
Hematokrit : 26,2 % (37-43)
Eritrosit : 3,31 10^6 L (4-5)
MCV/VER : 79,2 fL (82-92)
MCH/HER : 27,8 pg (27-31)
MCHC/KHER : 35,1 g/dL (32-36)
Jumlah trombosit : 419 10^3/L (150-400)
Jumlah leukosit :26,21 10^3/L (5-10)
- Hitung jenis
Basofil : 0,0 % (0-1)
Eosinofil : 1,1% (1-3)
Neutrofil : 89,3% (52-76)
Limfosit : 4,8 % (20-40)
Monosit : 4,8 % (20-40)
o 4 Oktober 2010
- Kimia klinik:
Ureum darah : 116 mg/dl (< 50)
Creatinin darah : 170 mg/dl (0,6 - 1,2)
- Bersihan kreatinin
Kreatinin darah : 1,7 mg/dl (0,6 - 1,2)
Volume urin : 300ml
Faktor : 1,26
CCT standar : 22,25 ml/menit (69-122)
- Protein urin kuantitatif : 582 mg/24 jam (40-150)
- Glukosa sewaktu : 202 mg/dl
- Osmolalitas urin : 554 m osmol/kg (400-800)
- Elektrolit
Na darah : 124 mEq/L (132-147)
K darah : 3,9 mEq/L (3,3-5,4)
Cl darah : 95,0 mEq/L (94-111)
Penatalaksanaan:
- Alupurinol 1x 100mg
- Captopril 3x25mg
- Fluimucyl 3x 15cc
- Omperidon 3x10mg
- Sucralfat 4x15cc
- Omeprazol 2x20mg
- Amlodipine 1x5 mg
- Vit. K 3x2 ampul
- Humulin R 3x6 unit SC
- Levofloxacin 1x500mg
- Cefotaxim 2x1 IV
B. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DO: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Klien tidak menghabiskan sarapan tubuh yang disebabkan oleh mual, muntah,
- Klien terlihat kesulitan menghabiskan produksi eritropoetin tidak adekuat yang
makanan dibuktikan oleh kurang minat pada
- Klien muntah makanan
- Klien terlihat kurus
- TB: 145cm, LILA: 18cm sehingga BB:
36 kg, IMT:17 (kurus)
- BB Ideal: (145-100)-10%(145-100)=
40,5kg
- Eritrosit: 3,31 10^6 L rendah (4-5)
- Konjuntiva anemis
DS:
- Klien mengeluh mual
- Klien mengatakan tadi malam muntah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO: Kekurangan volume cairan berhubungan
- Ketika sarapan klien minum ¼ aqua dengan mual, muntah ditandai oleh
gelas (60ml) kulit/membran mukosa kering
- Kulit kering dan tegang
- Intake cairan:
Minum: 240 ml
Infus : 1000 ml
Total: 1240ml
Output:
Urin 24 jam: 900ml
Muntah: 120ml
IWL: 350ml
Total: 1370ml
Balance = - 130cc
DS:
- Klien mengeluh mual
- Klien mengatakan tadi malam muntah
- Klien mengatakan dalam sehari (pagi
sampai pagi lagi) minum kurang dari 1
aqua gelas (240ml)
DO: Konstipasi berhubungan dengan
- Ketika dipalpasi abdomen teraba ketidakadekuatan masukan cairan ditandai
massa dengan perubahan frekuensi defekasi,
- Ketika sarapan pagi minum ¼ aqua mual, muntah, nafsu makan menurun
gelas (60ml)
DS:
- Klien mengatakan sejak masuk rumah
sakit belum pernah BAB
- Klien mengatakan dalam sehari
biasanya minum kurang dari 1aqua
gelas (240ml)
- Klien mengeluh begah
- Klien mengeluh mual
- Klien mengeluh nyeri abdomen
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
C. Rencana Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh mual,
muntah yang dibuktikan oleh kurang minat pada makanan.
Kriteria evaluasi:
- Mencerna jumlah kalori yang tepat
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang yang diinginkan dengan
nilai laboratorium normal
Intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari Mengkaji pemasukan yang adekuat.
Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan gula darah Analisa di tempat tidur terhadap gula
dengan menggunkan “finger stick” darah lebih akurat daripada mamantau
glukosa dalam urin yang tidak cukup
akurat untuk mendeteksi fluktuasi
kadar gula darah dan dapat
dipengaruhi ambang ginjal klien.
Pantau suhu, warna kulit, atau Demam, menggigiln dan diaforesis hal
kelembabannya. yang umum terjadi pada proses infeksi,
demam dengan kulit kemerahan kering
kemungkinan cerminan dari dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Indikator dari tingkat dehidrasi, atau
turgor kulit, dan membrane mukosa. volume sirkulasi yang adekuat.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan.
Normal salin atau setengan Tipe dan jumlah dari cairan tergantung
normal salin dengan atau tanpa pada derajat kekurangan cairan dan
deksrosa. respon pasien secara individu.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pastikan pola defekasi yang biasa dan Tentukan luas masalah dan indikasi
bantu menggunakannya kebutuhan/tipe intervensi sesuai
(mis.penggunaan laksatif). kebutuhan. Sebagian pasien mungkin
mengalami ketergantungan dengan
laksatif dan penting untuk menetapkannya
kembali sedekat mungkin dengan fungsi
normal.
Kaji rasional suatu masalah, Identifikasi/tindakan terhadap kondisi
singkirkan penyebab medis, medis dasar sangat diperlukan untuk
mis.obstruksi usus, kanker, mencapai fungsi usus optimal.
perdarahan, kecanduan obat-obatan,
impaksi.