Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASKEP STROKE
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : DELLA ROSALIA
EDI FAISOL
FIRZA AMRO
PUTRI M
VICA ANGGRAINI
KELAS : C1
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbul mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata – mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
nontraumatik. Bila gangguan peredaran otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
beberapa jam (kebanyakan 10 – 20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan
iskemik otak sepintas (trancient ischaemia attack = TIA). (Kapita selekta Kedokteran edisi
ketiga)
2. Etiologi
Penyebab – penyebabnya antara lain :
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002)
3. Klasifikasi
Stroke dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, baik secara etiologi maupun patologi.
Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. TIA/ Trans Iskemik Attack (serangan iskemik sepintas)
Stroke yang terjadi karena gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Progresif/ inevolution (stroke yang sedang berkembang)
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Completed (stroke lengkap)
Gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke
dimana defisit neurologis nya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/
menetap. (Carvin, 2000)
Klasifikasi berdasarkan patologi (Brunner & Suddarth, 2002) :
a. Stroke Haemorhagic
Stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan
hipoksia di hilir. Penyebab stroke haemorhagic antara lain: hipertensi, pecah nya
aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.
5. Manifestasi Klinis
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya. Manifestasi stroke dapat berupa :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (bisasanya hemiparesis) yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma)
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
5. Disartria (bicara pelo atau cadel)
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
8. Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala
(Arief Mansjoer, 2000 : 18)
6. Komplikasi
a. Dini (0-48 jam pertama)
1. Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan tekanan
intracranial, hemiasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
2. Infark miokard : menyebabkan kematian mendadak pada stroke stadium awal
b. Jangka Pendek (1 – 14 hari pertama)
1. Phenumonia : akibat immobilitas lama
2. Emboli paru : cenderung terjadi 7 – 14 hari pasca stroke, sering kali pada saat penderita
mulai embolisasi
3. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat
c. Jangka Panjang (>14 hari)
1. Stroke rekuren
2. Infark miorakel
3. Gangguan vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer.
7. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi adekuat, bila perlu diberikan oksigen
sesuai kebutuhan
3. Tanda – tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa
murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau
ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa :
Stroke non hemoragik : asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat
hemoragik.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Marilynn E. Dongoes, 1999, ada tujuh pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan :
a. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau adanya
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
b. Scan CT
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
c. Fungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboliserebral dan
TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarachnoid atau perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat
pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemorogik, Malformasi Arteriovena
(MAV).
e. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis (caiaran darah/
muncul plak) arteriosklerotik)
f. EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal yang berlawanan dari masa yang
luas. Klarifikasi internal terdapat pada trombosis serebral.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Dongoes. E, Marilyn, 2000, Asuhan Keperawatan terdiri dari :
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Intervensi
5. Evaluasi
1. Pengkajian
Dampak dari masalah fisik terhadap psikologi pasien (emosi, perasaan, konsep diri, daya
pikir, kreatifitas).
Pasien biasanya mengalami hemiparesis kiri maupun hemiparesis kanan serta mengalami
gangguan fisik sehingga pasien mampu memperlihatkan dampak dari masalah fisiknya
terhadap psikologis seperti :
a. Mudah tersinggung, akibat ketidakmampuannya dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
b. Takut karena pasien berada dalam situasi yang mengancam dimana suatu waktu maut
dapat saja menjemputnya atau pasien tidak bisa lagi berjalan
c. Cemas, kecemasan yang terjadi adalah sebagian respon dari rasa takut akan terjadinya
kehilangan akan sesuatu yang bernilai bagi dirinya yaitu kehidupan atau fungsi tubuh
serta pekerjaan.
d. Rasa bersalah, ini timbul karena diri pasien tidak berhati – hati dan disiplin sehingga
penyakitnya kambuh.
e. Marah dan bermusuhan, ini timbul karena perasaan jengkel karena berkurangnya
kemampuan pasien dan juga berkurangnya peran pasien di dalam keluarga dan
masyarakat.
f. Mudah lelah, adanya kecenderungan mudah capek bila membaca, bercakap – cakap dan
dalam melakukan pekerjaan.
g. Ingatan berkurang
h. Inisiatif berkurang
1. Data Sosial Ekonomi
Dampak terhadap sosial : keluarga, masyarakat dan pekerjaan. Stroke mungkin dirasakan
sebagai masalah besar bagi keluarga, karena keadaan yang mengancam pasien merupakan
ancaman bagi keluarga. Pasien mengalami stroke hampir seluruh kebutuhannya tergantung
pada keluarga.
2. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang
a. mual, muntah selama fase akut (peningkatan TIK)
b. Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan, disfagia.
c. Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
d. Tanda : kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal), obesitas
(faktor resiko).
3. Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing (sebelum CSZ/ selama TIA).
a. Sakit kepala akan berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarachnoid.
b. Kelemahan/ kesemutan/ kebas (biasanya terjadi selama serangan, yang ditemukan
dalam berbagai derajat pada stroke jenis yang lain), sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh
c. Penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan
monokuler), penglihatan ganda (diplopia) atau gangguan yang lain.
5. Ekstremitas
Kelemahan/ paralisis (kontra lateral pada semua jenis stroke), gangguan tidak sama,
refleks respon melemah secara kontra lateral, pada wajah terjadi paralisis atau parese
(ipsilateral). Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien inggin
menggerakkan (apraksia). Ukuran atau reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil
ipsilateral (perdarahan/ herniasi).
6. Afasia Mayorik
Kesulitan untuk mengucapkan kata – kata, afsia sensorik (kesulitan untuk memahami kata
– kata secara bermakna) atau afisia global (gabungan dari kedua hal di atas), kehilangan
kemampuan untuk mengenali masuknya rangsang visual, pendengaran, taktik (agnosia).
7. Nyeri
Gejala : Sakit kepala dengan intesitas yang berbeda – beda (karena arteri karotis terkena)
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan pada otot/ fasia.
8. Pernapasan
Gejala: Merokok (faktor resiko)
Tanda : Ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas.
Timbulnya pernafasan tak teratur, suara nafas terdengar/ ronki (aspirasi sekresi)
9. Keamanan
Tanda :Motorik/ sendorik
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh, kesulitan untuk melihat objek dari
sisi kiri (pada stroke kanan). Hilang kewasdaan terhadap bagian tubuh yg sakit. Tidak
mampu mengenai objek, warna kata dan wajah dikenalinya dengan baik.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya
refleks batuk).
2. Penurunan perfusi serebral b.d adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah
serebral.
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparase.
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan neuromuskular, kerusakan sentral bicara.
5. (Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake nutrisi tidak adekuat.
6. Perubahan persepdi – persepsi b.d perubahan transmisi saraf sensori, integrasi, perubahan
psikologi.
7. Kurang kemampuan merawat diri b.d kelemahan, gangguan neuromuskular, kekuatan
otot menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi.
8. Risioko cedera b.d gerakam yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran.
9. Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d kurang
informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber.
3. Rencana Keperawatan
8 Risiko cedera b.d Klien terhindar dari cedera 1. Pantau tingkat kesadaran dan
gerakan yang tidak selama perawatan kegelisahan klien
terkontrol selama Kriteria hasil : 2. Beri pengaman pada daerah
penurunan kesadaran a. Klien tidak terjatuh yang sehat, beri bantalan lunak
b. Tidak ada trauma dan 3. Hindari restrain kecuali terpaksa
komplikasi lain 4. Pertahankan bedrest selama fase
akut
5. Beri pengaman di samping
tempat tidur
6. Libatkan keluarga dalam
perawatan
7. Kolaborasi : pemberian obat
sesuai dengan indikasi
(diazepam, dilantin, dll)
10 Gangguan pola tidur Nyeri kepala pasien hilang 1. Mempertahankan tirah baring
b.d nyeri kepala
berhubungan dengan dan pola tidur klien teratur selama fase akut
peningkatan tekanan Kriteria hasil : 2. Berikan tindakan
pembuluh darah otak a. Klien tidak terlihat nonfarmakologi untuk
gelisah menghilangkan nyeri kepala,
b. Klien mengatakan misalnya pijat punggung dan
bahwa kepalanya tidak leher, suasana tenang, redupkan
nyeri lagi lampu kamar
3. Kolaborasi : berikan analgesik
sesuai indikasi
4. Implementasi/ pelaksanaan
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.
Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
(Keliat, Anna Budi, 1999)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(diagnose, tujuan, intervensi) harus dievaluasi. Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah:
- Klien menunjukkan tanda – tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Klien menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
- Klien tidak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
- Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan klien
- Klien akan menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
(Suriadi, dkk. 1999)