Vous êtes sur la page 1sur 2

AATHIFAH / 16910005

Sebagaimana kebanyakan anak, keinginan menjadi dokter telah ada sejak kecil, namun adanya
ketetapan hati untuk memilih profesi ini sebagai jalan hidup saya didasari dari salah satu wejangan
orang tua saya saat berada di bangku SMA. Yang mana beliau pernah berkata bahwa manusia itu
makhluk yang paling mulia di muka bumi ini sehingga selama di hidup di dunia ini yang paling utama
bagi kita adalah memberikan faedah bagi sesama manusia lainnya. Seperti dalam salah satu hadist
yang mengatakan “dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
manusia”. Menurut saya dengan menjadi seorang dokter dapat memberikan positive impact secara
langsung pada masyarakat. Mengutip dari salah satu ayat dalam surat Al-Maidah, “Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya”.

Alasan lain yang melandasi saya memilih kedokteran adalah karena ketertarikan saya dalam
mempelajari ilmu alam khususnya yang mempelajari seluk-beluk tubuh manusia dan juga ilmu sosial.
Dan dengan semakin dalam pemahaman saya mengenai ilmu tersebut, saya berharap dapat menjadi
insan yang selalu bersyukur atas segala nikmat dan kebesaran Allah. Selain itu yang menarik dari
profesi ini adalah dimana kita ditempatkan sebagai orang yang mendapat kepercayaan penuh dari
pasien. Sehingga seorang dokter dapat menjalin relasi dengan banyak orang, mendengarkan
pengalaman mereka, mengamalkan ilmu yang kita miliki, hingga membantu memberi solusi.
Sesungguhnya profesi ini juga sangat dekat dengan berdakwah, yang merupakan amalan wajib bagi
tiap muslimin. Sehingga tak salah apabila dokter dikatakan sebagai profesi yang mulia, sebab profesi
ini bagai ladang pahala yang insyaAllah menjadi amalan yang mampu membawa dokter menuju
surga.

Awalnya saya sangat pesimis melihat begitu ketatnya persaingan memperebutkan kursi pendidikan
dokter di PTN. Apalagi mengetahui fakta bahwa tak sedikit pesaing saya ini yang ternyata
menghalalkan berbagai cara termasuk lewat jalan kecurangan demi menjadi dokter. Menjelang
SBMPTN memang banyak sekali godaan seperti itu, namun saya tetap bersikukuh untuk menjadi
dokter dengan kemampuan saya sendiri dan ridho Allah, sebab saya percaya jika ketidakjujuran dalam
proses mencapai cita-cita, tidak akan membawa keberkahan dalam profesi kita kelak. Dengan
dibukanya SBMPTN untuk pendidikan dokter di UIN Malang seperti membuka peluang yang lebar
bagi saya dalam mewujudkan cita-cita. Apalagi UIN Malang merupakan universitas unggulan yang
menekankan nilai-nilai keislaman dan saya yakin bersih dari tindakan kecurangan. Sehingga tidak
ambil pusing, saya pun langsung menjadikannya sebagai pilihan pertama.
Perihal akreditasi, saya yakin UIN mampu mendapat akreditasi yang baik dalam waktu dekat. Bagi
saya yang terpenting dalam memilih universitas kedokteran adalah lingkungan. Dengan “membeli
lingkungan” akademik yang baik tentunya dapat mencetak pribadi yang berkarakter dan beretos kerja
yang baik pula sehingga dapat berkontribusi pada masyarakat luas. Hal ini merupakan poin lebih dari
UIN Malang yang kuat akan karakter keislamannya yang berlandaskan Al-Quran dan hadist. Dengan
pengaplikasian didikan keislaman tersebut pada banyak kegiatan positif baik dalam lingkup mahad
maupun fakultas. Terlebih lagi, unggulan dari pendidikan dokter UIN ialah pendidikan integrasi antara
islam dengan ilmu-ilmu kedokteran dan dirupakan dalam pendidikan berbasis kedokteran haji. Dan
diharapkan lulusan UIN Malang tidak hanya mampu menyembuhkan pasien dengan kompeten tetapi
juga senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan ajaran islam di masyarakat. Keselarasan visi yang
UIN Malang miliki dengan visi saya pribadi inilah yang membuat saya memilih UIN Malang.

Telah hampir setahun saya ‘menyeburkan’ diri dalam dunia kedokteran dan memang tidaklah mudah
untuk bisa melalui dan survive di sini. Butuh banyak perjuangan dan pengorbanan, baik waktu, fisik,
dan psikis. Apalagi adanya kewajiban untuk mengikuti pendidikan tambahan berupa pendidikan
mahad maupun Bahasa Arab, yang mana makin menuntut kecakapan kami para mahasantri di sini
dalam membagi waktu antara pendidikan formal, mahad, dan personal. Mungkin memang saat ini
kami berusah payah menuntut ilmu, namun insyaAllah ke depannya segala pengorbanan kami ini
dapat memanen hasil yang lebih yang berupa skill, kapabilitas, profesionalitas, dan karakter yang
unggul sebagai dokter muslim kompeten. Alhamdulillah, saat ini, saya sangat bersyukur dan
honoured menjadi bagian dari akademisi di UIN Malang dan teman-teman sejawat dokter lainnya.

Vous aimerez peut-être aussi