Vous êtes sur la page 1sur 7

Analisis Strategis Ketahanan Nasional dalam Menjawab Perubahan

Lingkungan Strategis Indonesia


Payiz Zawahir Muntaha
1806172522
Prodi Ketahanan Nasional (Kepemimpinan)

Prof. Dr. Muladi, SH sebagai Gubernur Lemhannas memberikan paparan terkait


Konsepsi Geostrategi indonesia dalam acara Indonesian National Resilience in the
Framework of ASEAN. Menurut Muladi konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia secara
alamiah lebih bersifat defensif, less millitaristic, dan inward-looking. Konsepsi ini
memiliki kesamaan dengan strategi pertahanan Negara Brasil yang berorientasi pada
perdamaian dan angkatan bersenjata yang telah berkembang secara mandiri, relatif kecil.
Namun diperuntukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, konsolidasi proses demokrasi,
dan kerja sama dengan negara-negara tetangganya di kawasan itu.1
Konsep Geostrategi ini memang akan berbeda dengan negara yang sudah dalam
kategori maju. Sebut saja seperti Amerika dan China yang sudah menggunakan pendekatan
Outword Looking atau lebih bersifat ofensif demi mendapatkan kekuasaan dan daya tawar
yang tinggi di dunia international. Hal itu bisa dimengerti dikarenakan negara-negara
berkembang akan fokus pada untuk melindungi diri dari invasi atau serangan. Invasi disini
tentu saja bukan hanya ancaman militer termasuk juga anacaman nonmiliter seperti
ekonomi, politik dan masalah kependudukan. Oleh sebab itu, negara- negara berkembang
akan lebih berkonsentrasi pada upaya menjaga keamanan teritorialnya (defensif) dan
cenderung tidak memiliki kemampuan untuk mengejar kebijakan luar negeri yang bersifat
politik-stratejik.
Seiring dengan proses Globalisasi yang sudah tidak bisa lagi terbendung kemudian
pasar bebas dunia yang akan sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi dan ketahanan
bangsa Indonesia. Hal itu harus direspon positif oleh pemerintah dengan senantiasa
berperan aktif dalam dunia internasional untuk meningkatan bergaining atau daya tawar
indonesia di dunia internasional. Untuk menjadi negara maju konsep geostrategi tidak
cukup jika hanya berorientasi pada “inwarld looking” melainkan juga harus berorientasi
pada Outward looking. Pada level yang sangat mendasar, konsep serta pandangan

1
Fujita, E. S. (1998). The Brazilian policy of sustainable defence. International Affairs, 74(3), 577-585.
geostrategi suatu negara akan menentukan arah kebijakan luar negeri suatu komunitas
politik.2
Sebagaimana konsep geostrategis negara Slovakia sebagai negara kecil di benua
eropa Slovakia kebijakan geostrateginya berfokus pada evaluasi lokasi dan geografi,
demografi, ekonomi dan atribut militer dalam konteks geopolitik, terutama dalam
perbandingan dengan negara-negara tetangga. Sebagai negara kecil yang berada ditengah
negara-negara raksasa eropa pemerintahan Slovakia konsen terhadap analisa terkait dengan
orientasi kebijakan luar negeri mereka dan pada saat yang sama mereka berkontribusi pada
perumusan kepentingan nasionalnya. Analisis yang dihasilkan menjadikan posisi Republik
Slovakia memiliki bergaining posisi di wilayah Eropa Tengah.3
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia memeiliki beberapa prinsif utama. yaitu;
1). Bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk mentransformasikan kekuatan dan
pengaruh dari luar menjadi kekuatan nasional yang dikendalikan dan digunakan sebagai
kekuatan defensif bangsa indonesia. Kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kekuatan
yang berisikan dimensi fisik dan mental yang tidak ekspansif. 2). Konsepsi Ketahanan
Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tetapi lebih
mengedepankan pendekatan humanis dan korperatif dengan tujuan untuk saling bekerrja
sama serta saling menghargai. Hal ini menjadi karakteristik yang dipandang sesuai dengan
filosofi, kekuatan moral dan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa karakter utama konsep geostrategi indonesia adalah tidak bersifat
agresif-ofensif.
Namun jika kita melihat mengacu pada prinsif geostrategi yang dipaparkan oleh
Brzezinski dalam konsep “Pemain Geostrategi dan Poros Geopolitik” pemerintah
Indonesia harus memiliki karakter agresif dan ofensif. Menurut Brzezinski, negara yang
memiliki pandangan dan karakteristik geostrategi yang aktif adalah negara-negara yang
memiliki kapasitas dan kemauan nasional untuk menjalankan kekuasaan bahkan
mempengaruhi luar perbatasan mereka dalam rangka menegakan kedaulatan negara dan
mencapai tujuan politiknya.4 Sebagai bangsa yang besar yang ditopang oleh kekuatan
militer serta luar wilayah yang begitu luas, maka indonesia seharusnya memanfaatkan itu
sebagai kekuatan utama dalam mencapai tujuan geopolitiknya.

2
Chaudary dan G. Chaudary, Global Encyclopaedia of Political Geography, (New Delhi: Global Vision Publishing
House, 2009), hlm. 94.
3
Ištok, R., & Plavčanová, D. (2015). Geostrategic position of Slovakia (selected issues). EJG, 3, 4-20.
4
Brzezinski, Zbigniew. 1986. Game Plan: A Geostrategic Framework for the Conduct of the U.S.-Soviet Contest.
Boston: The Atlantic Monthly Press.
Dalam sudut pandang Geostartegis dan geopolitik hal yang harus dilakukan untuk
meningkatan ketahanan dan daya tawar Indonesia di Dunia Internasional tidak hanya
dengan strategi militer saja melainkan dengan strategi ekonomi, politik dan budaya. Peran
dan stretegi ini sudah dimainkan secara aktif pada pemerintahan Soekarno dimana
Indonesia tampil menjadi inisiator gerakan-gerakan politik internasional seperti Gerakan
Non Blok, Konferensi Asia Afrika dan pembentukan ASEAN.
Pada tahun 2014 pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Jokowi
mengkampanyekan jargon dan strategi “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”. Namun
sampai hari ini implementasinya tidak didukung oleh kebijakan ekonomi, kebijakan
pertahanan dan keamanan serta kebijakan politik yang akan mewujudkan tujuan Indonesia
sebagai poros maritim dunia.5
Kebijakan dan strategi untuk mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia
harus menjadi kerangka kerja dan kebijakan pemerintah sebagai tujuan Geopolitik dan
geostrategi indonesia. Tujuan utama dari konsep geostrategi adalah memperkuat
keamanan negara dan tercapainya kemakmuran; adapun cara mencapai tujuan adalah
dengan perencanaan strategi, kebijakan dan pendekatan politik, diplomasi, dan yang
terakhir adalah upaya militer yang menjadi opsi terakhir apabila jalan lain sudah
menemukan kebuntuan.6 Padangan geostrategi harus mempertimbangkan faktor geografis
dan geopolitik suatu wilayah. Geostrategi sebagai panduan dalam menentukan kebijakan
luar negeri suatu negara yang dalam implementasinya sangat dipengaruhi oleh geopolitik
dan, tentu saja, pertimbangan stratejik. Artinya bahwa, konsepsi Ketahanan Nasional
berada di luar perifer geostrategi yang tegas mengharuskan adanya kebijakan luar negeri
yang bersifat politik-stratejik mewakili kepentingan negara-bangsa dan bersifat outward-
looking.
Pendekatan Ketahanan Nasional Indonesia tidak menjadikan kekuatan nasional
(militer) menjadi jalan utama.7 Meskipun demikian demi mewujudkan indonesia sebagai
poros maritim dunia pemerintah indonesia harus memperkuat armada angkatan bersenjata
TNI Angkatan Laut dan pasukan patroli perairan indonesia. Sebagaimana pemerintah

5
Yani, Y. M., & Montratama, I. (2018). Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia: Suatu Tinjauan
Geopolitik. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 5(2).
6
Priyono, J. Et All..Op Cit..120
7
Priyono, J. Et All..Op Cit..120
china sudah memperkuat armada angkatan laut mereka sebelum mengumumkan gagasan
One Belt One Road kepada dunia.8
Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi poros maritim dunia, mengingat
letak geografis Indonesia yang sangat strategis dalam jalur perdagangan internasional. Oleh
sebab itu, dalam pengimplementasiannya tidak boleh hanya fokus pada keamanan dan
pertahanan saja. Melainkan harus menjadi straetgi politik dan ekonomi yang akan
memberikan dampak positif bagi pembangunan indonesia.
Misalnya Strategi yang dilakukan oleh China dengan gagasan "One Belt and One
Road" sebagai arah kebijakan geostrategis China pada abad ke-21. Dua "Jalur Sutra Baru"
yang melintasi wilayah selatan Eurasia dan jantung pusat Eurasia, akan berhasil
menghubungkan hampir seluruh jalur perdagangan strategis di dunia dari timur ke barat
secara spasial. Implementasinya yang sukses akan memberi Cina kemampuan untuk
menciptakan posisi strategis Eurasia, sangat meningkatkan lingkungan keamanan
eksternal China dan memperluas perbatasan kepentingannya.9 Hal ini disebabkan 75%
penduduk dunia berada di Eropa dan Asia sehingga setiap negara akan berebut untuk
menjadi penguasa jalur perdagangan di kedua benua ini.10
Tidak hanya itu strategi ini akan memberikan keuntungan pada chinas sekaligus
menjadi tantangan dan ancaman bagi negara lain disektor politik, budaya, dan strategis.11
Strategi "One Belt and One Road" china menjadikan negara-negara kecil dilema seperti
Afganistan yang terjebak dalam perang kepentingan Amerika Serikat dan China
dinegaranya12. Kemudian Pakistan yang memandang konsep "One Belt and One Road"
China hanya mendatangkan keuntungan besar ekonomi untuk China saja karena dia sudah
memiliki industri yang maju.13 Meskipun India menganngap bahwa "One Belt and One
Road" sebagai peluang karena India memiliki lokasi yang strategis di jalur perdagangan
di Samudra Hindia kemudian didukung karena ekonominya yang sedang berkembang.

8
Qi, X., Erickson, A. S., & Goldstein, L. J. (2006). Maritime geostrategy and the development of the
Chinese navy in the early twenty-first century. NAVAL WAR COLL NEWPORT RI.
9
Debin, D. U., & Yahua, M. A. (2015). One Belt and One Road: The grand geo-strategy of China's
rise. Geographical Research, 34(6), 1005-1014.
10
Brzezinski, Z. (1997). A geostrategy for Eurasia. Foreign Aff., 76, 50.
11
Swaine, M. D. (2015). Chinese views and commentary on the ‘One Belt, One Road’initiative. China
Leadership Monitor, 47(2), 3.
12
Clarke, M. (2016). ‘One belt, one road’and China’s emerging Afghanistan dilemma. Australian
Journal of International Affairs, 70(5), 563-579.
13
Irshad, M. S. (2015). One belt and one road: dose China-Pakistan economic corridor benefit for
Pakistan's economy?.
Disisi lain India masih sangat waspada pada dampak negatif dari "One Belt and One Road"
bagi negaranya.14
Strategi lainnya yang dilakukan oleh China mendirikan Asian Infrastructure
Investment Bank (AIIB) yang menjadi startegi China untuk menyaingi bahkan memutus
dominasi Amerika Serikat di Asia Pasifik.15 Pada tanggal 29 Juni 2015 pemerintah China
mengumpulkan 56 negara untuk menandatangani Memorandum of Understanding terkait
pendirian Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Tujuannya adalah pembangunan
infrastruktur yang berkelanjutan dan terkoneksi di negara-negara asia. Tentu saja hal ini
dilakukan demi mewujudkan ambisi China dengan konsep One Belt One Road serta
mempertahankan dominasi China di Asia dan dunia.16
Contoh lainnya adalah pendirian Transatlantic Trade and Investment Partnership
(TTIP) sangat mempengaruhi dan dipengaruhi faktor geostrategis. Sebagaimana Daniel
Hamilton dan Steven Blockman berpendapat bahwa TTIP memiliki potensi untuk menjadi
katalis bagi liberalisasi perdagangan di tingkat global, tetapi hanya jika AS dan Uni Eropa
proaktif tentang membuat 'arsitektur terbuka' dari TTIP menjadi kenyataan. Dengan
semikian maka Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa akan tetap menguasai
perdagangan dunia.17
Dengan demikian pemerintah Indonesia harus menyesuaikan konsep geopolitik
dam geostrateginya untuk menjawab tantangan dan ancaman dari dunia internasional.
Dengan demikian Indonesia tidak hanya menjadi negara yang hanya ikut-ikutan dalam
forum kerjasama ekonomi dan politik internasional, melainkan indonesia juga mampu
berperan aktif serta mampu bermain pada level kebijakan strategis di dunia internasional.
Hal itu bisa dilakukan apabila pemerintah mampu menyeimbangan antara kebijakan dalam
negeri (Inwarld Looking) ataupun luar negeri (Outwarld Loooking). Begitupun strategi
defensif yang dimaksudkan untuk perlindungan terhadap kondisi keamanan, ekonomi dan
politik dalam negeri. Serta strategi Ofensif yang dibutuhkan untuk mempertahan
kedaulatan dan eksistensi Indonesia di dunia internasional.

14
Banerjee, D. (2016). China’s One Belt One Road Initiative–An Indian Perspective. Perspective, 14.
15
Chan, L. H. (2017). Soft balancing against the US ‘pivot to Asia’: China’s geostrategic rationale for
establishing the Asian Infrastructure Investment Bank. Australian Journal of International
Affairs, 71(6), 568-590.
16
Chin, G. T. (2016). Asian Infrastructure Investment Bank: governance innovation and
prospects. Global governance: a review of multilateralism and international organizations, 22(1),
11-25.
17
Hamilton, D. S., & Blockmans, S. (2015). The Geostrategic Implications of TTIP.
Untuk indonesia, ketahanan nasional juga menjadi konsep geostrategi untuk
digunakan dalam program pembangunan nasional. Lingkungan strategis sekarang juga
adalah dinamis, dan kurang tertentu, menciptakan kompleksitas yang lebih besar dalam
kehidupan manusia secara global, dan memimpin lebih lanjut, waktu lebih lanjut, penuh
dengan situasi yang tidak dipertimbangkan, terjadi, dan selesai. Keamanan global secara
alami penting dengan seluruh dunia, dan respon global diperlukan untuk tantangan yang
mendapatkan yang termasuk ancaman tradisional yang tidak sesuai dengan degradasi
lingkungan, dasar alam, atau kerusakan ke transaksi, kecepatan kerja, atau kerusakan di
dalam perubahan, perubahan dasar, kecepatan kerja, atau kerusakan ke transaksi
internasional, perubahan perubahan, atau kerusakan ke transaksi internasional, ketepatan
waktu, perubahan perubahan, atau kecepatan kerja, terhadap perubahan, kemungkinan,
atau keterbangunan di perubahan, kemungkinan, dan perubahan terhadap kemampuan,
serius diperlukan untuk mencoba tantangan yang didapat. Sengketa border, konflik antar
negara, dan ancaman tradisional perang skala besar. Semua tantangan ini adalah unsur-
unsur perjalanan strategis di bekerja di millennium baru; yang dimiliki oleh implikasi
untuk indonesia. Indonesia harus memiliki kapasitas dan ketahanan nasional terhadap
tantangan tersebut.
Mengingat kompleksitas muncul dari 21st century strategis lingkungan, ada akan
ada keraguan be ancaman baru dan penting dan tantangan di masa depan yang perlu
dihadapi dunia, termasuk indonesia oleh karena itu, kita semua perlu siapkan pemimpin
masa depan kami yang akan memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan keamanan
dan kemakmuran bangsa mereka. Lemhannas memiliki peran dalam tujuan ini melalui
memberikan program pendidikan yang direncanakan dengan baik bagi pemimpin masa
depan ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Banerjee, D. (2016). China’s One Belt One Road Initiative–An Indian


Perspective. Perspective, 14.
 Brzezinski, Z. (1997). A geostrategy for Eurasia. Foreign Aff., 76, 50.
 Brzezinski, Zbigniew. 1986. Game Plan: A Geostrategic Framework for the Conduct
of the U.S.-Soviet Contest. Boston: The Atlantic Monthly Press.
 Chan, L. H. (2017). Soft balancing against the US ‘pivot to Asia’: China’s geostrategic
rationale for establishing the Asian Infrastructure Investment Bank. Australian Journal
of International Affairs, 71(6), 568-590.
 Chaudary dan G. Chaudary, Global Encyclopaedia of Political Geography, (New Delhi:
Global Vision Publishing House, 2009), hlm. 94.
 Chin, G. T. (2016). Asian Infrastructure Investment Bank: governance innovation and
prospects. Global governance: a review of multilateralism and international
organizations, 22(1), 11-25.
 Clarke, M. (2016). ‘One belt, one road’and China’s emerging Afghanistan
dilemma. Australian Journal of International Affairs, 70(5), 563-579.
 Debin, D. U., & Yahua, M. A. (2015). One Belt and One Road: The grand geo-strategy
of China's rise. Geographical Research, 34(6), 1005-1014.
 Fujita, E. S. (1998). The Brazilian policy of sustainable defence. International
Affairs, 74(3), 577-585.
 Hamilton, D. S., & Blockmans, S. (2015). The Geostrategic Implications of TTIP.
 Irshad, M. S. (2015). One belt and one road: dose China-Pakistan economic corridor
benefit for Pakistan's economy?.
 Ištok, R., & Plavčanová, D. (2015). Geostrategic position of Slovakia (selected
issues). EJG, 3, 4-20.
 Popper, K. (2013). Realism and the aim of science: From the postscript to the logic of
scientific discovery. Routledge.
 Priyono, J., Herman, H., & Yusgiantoro, P. (2017). Falsification Test of The National
Resilience Concept as Indonesian Geostrategic Doctrine. Jurnal Pertahanan, 3(2),
123-140.
 Qi, X., Erickson, A. S., & Goldstein, L. J. (2006). Maritime geostrategy and the
development of the Chinese navy in the early twenty-first century. NAVAL WAR
COLL NEWPORT RI.
 Swaine, M. D. (2015). Chinese views and commentary on the ‘One Belt, One
Road’initiative. China Leadership Monitor, 47(2), 3.
 Yani, Y. M., & Montratama, I. (2018). Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia: Suatu
Tinjauan Geopolitik. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 5(2).

Vous aimerez peut-être aussi