Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin bagi bayi dan ibunya mencapai
kesehatan yang optimal jika tidak diciptakan suasana yang membolehkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan melanjutkan pemberian ASI bersama
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) hingga usia dua tahun atau lebih.
Menyusui adalah hak asasi ibu dan memberikan sumbangan yang besar untuk
mewujudkan hak anak untuk pangan, kesehatan dan perawatan (Depkes RI, 2000).
2. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun makanan
lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi
tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih
sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).
3. Kandungan ASI
7
Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan
pertama kehidupan, dianjurkan pada masa ini bayi hanya diberikan ASI. Kandungan zat gizi
dalam ASI, menurut Soedibyo S. (1997) yaitu :
1. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
2. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan
3. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan pertama
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi
5. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
6. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
4. Manfaat ASI
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan atau paling lambat 30 menit setelah
lahir, karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI
selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi.
Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi
kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI
Pada usia 0 – 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (ASI esklusif), karena
produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 – 4 bulan dapat
membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna
makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan
bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan
bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara
lain bayi tidak rewel dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare bila dibandingkan dengan bayi
yang diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita infeksi
saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI akan menderita infeksi
1. ASI bersih dan bebas bakteri sehingga tidak membuat bayi sakit.
banyak infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi terhadap infeksi
3. ASI mengandung sel darah putih atau leukosit hidup yang membantu
memerangi infeksi.
4. ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria
menyebabkan diare.
5. ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan
lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal,
ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu
menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui.
Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai.
Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus
baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi.
Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya
ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk
pada tahap selanjutnya. Pada umur 4 – 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI
berbentuk lumat atau setengah cair. Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-
diberikan 3 kali sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan
minimal 6 sendok makan. Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 –
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi agar
pada saat umur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Porsi makan
anak 12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap
diberikan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang
hijau, biskuit, pepaya dan jeruk) perlu diberikan. Pada umur 24 bulan, secara bertahap
anak perlu disapih antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui (Depkes RI,
1996).
Apabila ibu menghadapi masalah grafik pertubuhan bayi tidak sesuai KMS,
menghubungi petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah Sakit Sayang Bayi
(RSSB) atau Kelompok Pendudkung ASI (KPA). Bagi ibu pekerja dianjukan untuk
mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI dan
1. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas
dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja disamping susu
3. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.
bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal
menuyusui telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan
menggunakan botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah
mampu menyusui pada ibu dengan baik untuk menghindari bayi bingung
puting.
Pastikan bahwa hak azasi menyusui bagi ibu bekerja di sektor formal dan
informal didukung oleh pemerintah dan pengusaha. Mintalah menteri tenaga kerja
fasilitas dan tetap memberi waktu menyusui atau memeras ASI ditempat kerja. Galilah
cara-cara kreatif untuk mendukung hak azasi menyusui ibu pekerja di sektor informal
Ditempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan dan disimpan
dalam wadah bersih, tertutup dan selanjutnya diberikan kepadanya bayinya saat ibu
pulang kerumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat disimpan dan tidak rusak selama 6
jam pada suhu kamar atau selama 24 jam dalam lemari es. Apabila bayi atau anak
sakit tetap teruskan menyusui dan berikan MP-ASI lebih cair atau lunak (Depkes RI,
1996).
1. Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai. Kursi rendah biasanya jauh
lebih baik
lambung bayi menempel pada ibu. Bila diinginkan ibu dapat mengendong bayi
diats bantal. Seluruh badan bayi harus menghadap payudara, tidak hanya
5. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting susu untuk merangsang
refleks rooting
6. Ibu menunggu sampai mulut bayi terbuka dan bayi ingin mulai menyusu, serta
7. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi kedasar aerola. Hal ini membuat
puting susu diatas pusat mulut, sehingga puting mudah menyentuh dan
Menurut Andrew E. Sikula dalam Martoyo S. (1996) pendidikan adalah suatu proses
pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisisr
melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk tujuan
umum.
budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran
serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).
dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut
menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat. Menurut Sciartino, pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses
belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat
berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya
Dari definisi di atas pendidikan dan latihan bersifat filosofis dan teoritis dan lebih
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu
(Anonim, 2003).
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
pembelajaran.
pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga
berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil
belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan, 1996) dalam Toruntju
(2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005) pengetahuan lebih bersifat
Pengetahuan atau kognitif seseorang tentang ASI adalah hasil tahu yang terjadi
setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang sebagian
besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan ini merupakan bagian yang
penting dalam membentuk perilaku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
pengetahuan seseorang tentang ASI adalah merupakan hasil tahu seseorang setelah
melakukan berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang berkaitan dengan pola
pemberian ASI.
1. Tahu (Know)
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang
bergizi.
3. Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan
dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
5. Sintesis (Synthsis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
6. Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu materi atu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya:
dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang
kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat
Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah derajat
afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis. Sikap adalah
keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek
dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai
kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Dalam
bahasan ini yang berperan sebagai subyek yaitu Ibu dan obyek yaitu pemberian ASI
kepada bayi.
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan
bergerak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap
digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap
obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif
atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan suatu prosedur
pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap terhadap
suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek tersebut. Evaluasi
Walgito (2001) mengemukakan bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri
manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri
sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat
tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat
berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.
rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
sikap.
Perilaku yang nampak terhadap suatu obyek tertentu setidaknya bisa diramalkan
melalui sikap yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti bahwa sikap seseorang bisa
diungkapkan secara terbuka melalui berbagai wacana atau percakapan, namun sering
sikap ditunjukkan secara tidak langsung. Sikap bisa muncul sebelum perilaku tetapi bisa
Dalam pemaparan dibawah ini akan diuraikan jalan pikiran penulis menurut
kerangka teori dan kerangka konsep secara logis. Indonesia bertekad untuk melaksanakan
isi Deklarasi Innocenti di Florence Italia tahun 1990 yang merekomendasikan agar setiap
negara memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya. Begitu pula dengan kesepakatan global seperti Konvensi
Hak Anak tahun 1990 yang telah diratifikasi Indonesia dan dokumen tentang “A World
Food For Children” tahun 1992 yang juga mengisyarakatkan pemberian ASI kepada bayi
kegiatan seperti seminar, dialog interaktif, pameran dan berbagai kampanye untuk
pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih
membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain itu,
kebiasaan memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat
juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI eksklusif. Ditambah lagi
dengan kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya. Hal
ini mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya
mengukur perilaku manusia dari aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan praktek
atau tindakan (psikomotor). Walaupun ketiga domain tersebut batasannya tidak jelas dan
tegas tetapi sampai saat ini masih dianut bahwa untuk mengukur perilaku ketiga domain
ini masih dianggap relevan. Mengingat bahwa terbatasnya biaya, waktu dan tenaga, maka
penulis membatasi variabel pengaruh hanya dari aspek kognitif, afektif dan
a.
Ho :
Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pola frekuensi pemberian ASI
esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari tahun 2009.
Ha :
Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pola frekuensi pemberian ASI esklusif pada
b.
Ho :
Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan pola frekuensi pemberian ASI
esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari tahun 2009.
Ha :
Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pola frekuensi pemberian ASI esklusif pada
c.
Ho :
Tidak terdapat hubungan sikap dengan pola frekuensi pemberian ASI esklusif pada bayi
Ha :
Ada hubungan sikap dengan pola frekuensi pemberian ASI esklusif pada bayi di wilayah
1. Jenis Penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional study yaitu antara variabel bebas dan variabel
Penelitian ini rencana dilaksanakan selama dua bulan yakni mulai bulan April 2009
sampai dengan Mei 2009 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari
1. Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi
di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari dengan jumlah sebesar 601 orang dari
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi yakni
penelitian maka peneliti menamba jumlah sampel 1,5 kali jumlah sampel
Obyektif
1. Frekuensi pemberian ASI (skala interval) adalah upaya seorang ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya dengan cara yang benar dan dengan frekuensi > 3
a. Cukup : bila responden memberikan ASI kepada bayi > 3 kali sehari
2. Tingkat pendidikan (skala interval) adalah jumlah tahun di bangku sekolah yang
(Mangkunegara, 2005).
pengetahuan ini di kategorikan menurut cukup dan kurang dengan kriteria obyektif :
Jumlah pertanyaan = 10
= 23 x 2 = 46 (100%)
= 23 x 1 = 23 (25%)
= 100% - 25%
= 75%
Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : cukup dan kurang
= 75%/2
= 37,5%
= 62,5%
Sehingga:
(Sugiyono, 2000).
4. Sikap ibu rumah tangga tentang MP-ASI responden (skala interval) adalah tanggapan
responden terhadap 15 pernyataan tes sikap yang diukur dengan menggunakan skala
Liker Scale (2006). Hasil skala ini diberi pembobotan 1 – 5 yaitu Sangat Tidak Setuju
(STS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-Ragu (RR) = 3, Setuju (S) = 4 dan Sangat Setuju (SS)
= 5. Skor sikap ini di kategorikan Berdasarkan hal diatas, merujuk pada skala Gutman
Jumlah pertanyaan = 15
= 15 x 1 = 15 (25%)
= 100% - 25%
= 75%
= 75%/2
= 37,5%
= 62,5%
Sehingga:
(Sugiyono, 2000).
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah mengenai tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu menyusui.
Sedangkan data sekunder adalah cakupan program pemberian ASI, jumlah ibu
menyusui, keadaan umum wilayah kerja Puskesmas Mata dan lain-lain yang sesuai
(terlampir). Untuk data sekunder dilakukan dengan cara melihat dokumen pada
1. Pengolahan Data
dimasukan dalam master tabel kemudian ditabulasi sesuai dengan variabel yang
diteliti.
2. Analisis Data
:
2. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan proporsi dari tiap
variabel bebas (tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu) dengan variabel
3. Bivariat
statistik Odds Ratio (OR) tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat kepercayaan 95 %
(α = 0,05). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik kesimpulan dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika nilai p < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel dependent
dengan independent.
2. Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat
: Sigma
1. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini di sajikan dalam bentuk grafik dan tabel distribusi
Penelitian akan dilaksanakan selama dua bulan yakni mulai bulan April 2009
DAFTAR PUSTAKA
______, 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru &
Dosen. Fermana, Jakarta
Azwar. A, 2003. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Warta Kesehatan
Masyarakat. Edisi 6, Jakarta, Juni.
________, 2000. Mendapatkan ASI Hak Azasi Bayi Memberikan ASI Hak Azasi Ibu. Jakarta.
_______, 2001. Menolong Ibu Menyusui. Pedoman Praktis Bagi Para Ibu & Petugas
Kesehatan, Jakarta
Riduwan & Akdon, 2006. Rumus & Data Dalam Aplikasi Statistika. Alfabeta, Bandung.
Saifuddin Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Liberty. Yogyakarta.
Sandra, 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Pemberian ASI Pada Ibu
Pekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado Tahun 2001. Skripsi
STIK Tamalatea, Tidak Dipublikasikan, Makassar.
Sodibyo.S, 1997. Aspek Gizi Daripada ASI. Makalah Disampaikan Pada Simposium
Peningkatan Penggunaan ASI, Semarang 24 September.
Toruntju. SA, 2005. Faktor Sosial Ekonomi Yang Berhubungan Dengan Asupan Yodium
Pada Ibu Hamil di Derah Endemik GAKY Kabupaten Gunung Kidul, DIY, Dalam
Majalah Berita Kedokteran Masyarakat, IKM UGM, Tri 3 September 2005,
Yogyakarta.
Please support me just by VISITING the following links everytime you here. Thanks!