Vous êtes sur la page 1sur 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III

Disusun oleh:

Widhiyarini Pangestika 1610201190


Monah Fitriani 1610201165
Mala Marantika 1610201205
Hendri 1610201216
Iip Atmaja G.W 1610201154
Zyaskia Monica 1610201175
Verranica Emilia 1610201259
Robi riskiamansyah 1610201155
Gestamia Dwi N 1610201182
Nurrahmah 1610201198
Ninda Purnama Sari 1610201199
Irma Handayani 1610201208

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2018/2019

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN OSTEOPOROSIS” diajukan guna melenkapi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

Telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Edy Suprayitno, M.Kep


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih ingin penulis
haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal karya tulis ini, khususnya kepada:
1. Edy Suprayitno, M.Kep. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II serta dosen pembimbing kelompok kami.

2. Dan keluarga besar, sahabat, teman-teman yang selalu memberikan dukungan


dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan


penulisan makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan bimbingan, kritik
dan saran demi kemajuan bersama.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 29 September 2018

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................
D. MANFAAT PENULISAN...............................................................

BAB II KONSEP TEORITIS

A. DEFINISI.....................................................................................
B. JENIS-JENIS……………………………………………………………
C. ETIOLOGI………………………………………………………………
D. TANDA DAN GEJALA………………………………………………..
E. ANATOMI DAN FISIOLOGI…………………………………………..
F. FAKTOR RISIKO……………………………………………………….
G. PATOFOSIOLOGI……………………………………………………...
H. PATHWAYS……………………………………………………………
I. PENGKAJIAN…………………………………………………….……
J. UPAYA PENCEGAHAN……………………………………….……..

BAB III KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN


A. SKENARIO……………………………………………………………
B. HASIL DISKUSI DAN ANALISIS KASUS…………………………..
C. ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………
B. SARAN………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN POWER POINT
BAB II

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh


dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur (bentuk
mikro/terhalus) jaringan tulang yang mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang
dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga menyebabkan tulang mudah patah.
Osteoporosis dijuluki sebagai silent epidemic diseases, karena menyerang secara
diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai pasien mengalami patah
tulang (Misnadiarly, 2013)

Wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi dibanding laki-laki, hal ini
dikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui serta penurunan
hormon estrogen pada saat premenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada
pria juga memiliki resiko terkena osteoporosis, penyakit osteoporosis pada pria juga
dipengaruhi oleh hormon. Bedanya laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat (La Ode, 2012).

Menurut WHO (2012), osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah


penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
Internasional Osteoporosis Foundation (IOF), lebih dari 30% wanita diseluruh
dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%.
Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Angka kejadian patah
tulang (fraktur) akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang
dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang
pada tahun 2050. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, dan Amerika adalah
sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan di Cina 84 juta penduduk, dan ada 200 juta
penderita osteoporosis diseluruh dunia (Purwoastuti, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2013), dampak osteoporosis di
Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari
populasi. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur 4 kurang dari 70 tahun
pada wanita sebanyak 18-30%. 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di Indonesia
terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Penelitian terbaru dari International
Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa 1 dari 4 perempuan di
Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko terkena osteoporosis.
Dan juga risiko osteoporosis perempuan di Indonesia 4 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Biasanya penyakit keropos tulang ini menjangkiti
sebagian besar wanita paska menopause (Info Datin, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29


Mei 2017 terhadap 15 orang wanita usia premenopause, didapatkan data 3 orang
mengetahui defenisi, penyebab, tanda dan gejala, dampak osteoporosis, serta cara
pencegahannya. Mereka sudah melakukan upaya pencegahan dari osteoporosis itu
sendiri karena ada dari keluarga mereka yang memiliki riwayat osteoporosis.
Sementara itu, 5 orang hanya mengetahui tentang osteoporosis sebagai penyakit
tulang yang terjadi pada orang berusia lanjut, padahal mereka sendiri sering juga
mengeluhkan nyeri dibagian pinggang, yang mana usia mereka masih berkisar 45-
48 tahun. Dan 7 orang tidak tahu tentang osteoporosis karena belum pernah
mendengar penyakit tersebut, tapi saat penelitian mereka mengeluhkan nyeri di
bagian pinggang dan apabila sakit terasa mereka mengkonsumsi obat-obatan yang
dibeli diapotik atau sejenis jamu penghilang rasa sakit.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Tujuan Umum dari penulisan yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan osteoporosis.
2. Tujuan khusus dari penulisan yaitu untuk mengetahui definisi, etiologi,
tanda gejala, anatomi fisiologi, patofisiologi, pathways, dan pengkajian pada
pasien dengan osteoporosis.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk pembaca dan penulis yaitu
dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit atau gangguan osteoporosis,
juga mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien dengan
osteoporosis.
BAB III

KONSEP TEORITIS

A. DEFINISI
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang
total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan
penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan
mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan
menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

(gambar tulang dengan osteoporosis)


Osteoporosis adalah kelainan penulangan akibat gangguan metabolisme
dimana tubuh tidak mampu menyerap dan memanfaatkan zat-zat yang
diperlukan untuk proses pematangan tulang. Pada osteoporosis terjadi
pengurangan masa/jaringan tulang per unit volume tulang dibandingkan dengan
keadaan normal. Dengan bahasa awam dikatakan tulang menjadi lebih ringan
dan lebih rapuh dari biasanya, meskipun mungkin zat-zat dan mineral untuk
pembentukan tulang didalam darah masih dalam batas nilai normal. Proses
pengurangan ini terjadi di seluruh tulang dan berkelanjutan sepanjang
kehidupan. Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis,
sehingga setiap patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai
osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayat trauma ringan dan kesehatan
seperti mata, jantung, dan fungsi organ lain. Pada usia 60-70 tahun, lebih dari
30% perempuan menderita osteoporosis dan insidennya meningkat menjadi
70% pada usia 80 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen
pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena proses penuaan.
Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga
insidennya tidak sebanyak perempuan.

B. JENIS-JENIS
1. Osteoporosis Primer 2
Sekitar 65-80% wanita dan 45-60% pria dengan osteoporosis menderita
osteoporosis primer. Pada wanita dengan fraktur kompresi karena osteoporosis
primer didapat masa tulang kortikal dan trabekular yang kurang. Jumlah
trabekula yang kurang dan pertanda biokimiawi serta histologik merupakan
bukti terjadinya resorpsi tulang yang meningkat dibandingkan kontrol pada
umur yang sama. Hormonestron dan androstendion berkurang secara bermakna
pada wanita dengan osteoporosis, dan hal ini merupakan sebagian sebab
didapatkannya resorpsi tulang yang bertambah banyak dan pengurangan masa
tulang. Absorbsi kalsium pada wanita dengan kondisi ini menjadi lebih rendah.
Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi:
a. Osteoporosis tipe 1, disebut juga postemenoposal osteoporosis. Osteoporosis
tipe ini bisa terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik laki-laki maupun
perempuan. Pada perempuan usia antara 51-75 tahun beresiko 6 kali lebih
banyak daripada laki-laki dengan kelompok umur yang sama. Tipe
osteoporosis ini berkaitan dengan perubahan hormon setelah menopause dan
banyak dikaitkan dengan patah tulang pada ujung tulang pengumpil lengan
bawah. Pada osteoporosis jenis ini terjadi penipisan bagian keras tulang
yang paling luar (kortek) dan perluasan rongga tulang.
b. Osteoporosis tipe 2, disebut juga senile osteoporosis
(involutionalosteoporosis). Tipe 2 ini banyak ditemui pada usia di atas 70
tahun dan dua kali lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki pada umur
yang sama. Kelainan pertulangan terjadi pada bagian kortek maupun di
bagian trabikula. Tipe inisering dikaitkan dengan patah tulang kering dekat
sendi lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah tulang paha dekat
sendi panggul. Osteoporosisjenis ini, terjadi karena gangguan pemanfaatan
vitamin D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal terhadap vitaminD
(vit Dresisten) atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vit D
synthesa) dan bisa juga disebabkan karena kurangnya sel-sel perangsang
pembentukan vitamin D (vit Dreseptor).

2. Osteoporosis Sekunder 2

Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan, hanya 5% dari seluruh


osteoporosis. Osteoporosis sekunder terdapat pada 20-35% wanita dan 40-55%
pria, dengan gejalanya berupa fraktur pada vertebra dua atau lebih. Diantara
kelainan ini yang paling sering terjadi adalah pada pengobatan dengan steroid,
mieloma, metastasis ketulang, operasi pada lambung, terapi antikonvulsan, dan
hipogonadisme pada pria. Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh faktor di
luar tulang diantaranya: Karena gangguan hormon seperti hormon gondok,
tiroid, dan paratiroid, insulin pada penderita diabetes melitus dan
glucocorticoid, Karena zat kimia dan obat-obatan seperti nikotin, rokok, obat
tidur, kortikosteroid, alkohol, Penyebab lain seperti istirahat total dalam waktu
lama, penyakit gagal ginjal, penyakit hati, gangguan penyerapan usus, penyakit
kanker dan keganasan lain,sarcoidosis, penyakit sumbatan saluran paru yang
menahun, berkurangnya daya tarik bumi dalam waktu lama seperti pada awak
pesawat ruang angkasa yang berada di luar angkasa sampai berbulan-bulan.

C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
o Determinan Massa Tulang
- Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis.
- Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor


genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan
nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya
hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan
dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang
lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun
demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang
diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg
faktor genetic

- Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup


(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
o Determinan penurunan Massa Tulang
- Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada


seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko
fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak
ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya
serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.

- Faktor mekanis

Interaksi penting antara factor maknis dengan factor factor nutrisi


hormonal. Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambhnya
usia dank arena masa tulang merupakan fungsi beban mekanis, masa tulang
akan menurun dengan bertambahnya usia.

- Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses


penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama
pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause
ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

- Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi


penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran
kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein
berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negatif

- Estrogen

Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya


gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.

- Rokok dan kopi

Dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa


tulang. Lebih saat masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin dan tinja.

- Alcohol

Alkoholisme merupakan masalah yang sering dijumpai. Kecenderungan


masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.
D. TANDA DAN GEJALA

Bila tidak disertai dengan penyakit pemberat lain (komplikasi), penderita


osteoporosis bisa saja tidak merasakan gejala apapun. Keluhan yang mungkin
timbul hanya berupa rasa sakit dan tidak enak dibagian punggung atau daerah
tulang yang mengalami osteoporosis. Namun perlu diwaspadai, bahwa patah
tulang bisa terjadi hanya karena sedikit goncangan atau benturan yang sering
pada tulang yang manahan beban tubuh. Rasa nyeri bisa hilang sendiri setelah
beberapa hari atau beberapa minggu, dan kemudian timbul lagi bila proses
osteoporosis terjadi lagi di tempat lain. Pemadatan ruas tulang punggung yang
luas (multiple compression) bisa memperlihatkan gejala membungkuk pada
tulang belakang, yang terjadi perlahan dan menahun dengan keluhan nyeri
tumpul. Gejalanya, penderita nampak bongkok sebagai akibat kekakuan pada
otot punggung.

1. Perubahan pada postur tubuh (bungkuk dan tinggi berkurang)

Gejala osteoporosis yang pertama adalah perubaha postur tubuh, baik itu
tinggi yang semakin berkurang atau punggung yang semakin membungkuk.

2. Postur tubuh yang jelek

Hilangnya masa tulang juga dapat membuat postur tubuh Anda terlihat tidak
bagus. Bahkan, kondisi ini juga berpotensi menyebabkan kecacatan.

3. Tulang rapuh dan mudah retak bahkan patah

Jika keseleo sedikit saja bisa membuat tulang Anda retak, maka Anda sudah
seharusnya mencurigai kondisi tersebut. Pasalnya, pada tulang yang sehat,
tulang tidak akan retak hanya dengan keseleo kecil. Tulang yang mudah
retak bahkan patah menandakan kondisi tulang yang rapuh sebagai akibat
dari osteoporosis.
4. Sering nyeri punggung

Jika intensitas nyeri pada bagian punggung atau tulang belakang lebih sering
dari biasanya. Anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan. Nyeri
punggung yang Anda alami bisa jadi akibat dari fraktur vertebrae.

5. Nyeri pada otot dan persendian

Rasa nyeri yang muncul pada otot dan persendian merupakan kondisi yang
umum. Namun, bisa jadi kondisi tersebut gejala osteoporosis atau
pengeroposan pada tulang. Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan
apabila nyeri otot dan sendi yang Anda alami sampai menganggu aktivitas
Anda.

s
E. ANATOMI DAN FISIOLOGI
 Tulang

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan danotot menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system
musculoskeletal sangatbergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang
member perlindungan terhadaporgan vital, termasuk otak, jantung dan paru-
paru. Kerangka tulang merupakankerangka yang kuat untuk menyangga struktur
tubuh. Otot yang melekat ke tulangmemungkinkan tubuh bergerak.

 Pembagian skeletal, yaitu:


1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak,
kolum navertebrae, tulang iga, tulang hyoid sternum.
2. Apendikular skeleton terdiri dari :
a) Kerangka tulang lengan dan kaki
b) Ekstrmitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna,
radial) dan tangan (karpal, metacarpal, falang)
c) Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia,
fibula) dan kaki (tarsal, metatarsal, falang).

 Jenis Tulang Ada empat jenis tulang, yaitu :


1) Tulang Panjang
Tulang panjang (femur, humerus) bentuknya silindris dan
berukuranpanjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang
kompakta, dengan keduaujungnya berbentuk bulat (epifisis)
tersusun atas tulang kanselus. Tulang diafisismemiliki lapisan
luar berupa tulang kompakta yyang melindungi sebuah
ronggatengah yang disebut kanal medulla yang mengandung
sumsum kuning. Sumsumkuning terdiri dari lemak dan
pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnyatidak
banyak. Tulang epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang
mengandungsumsuum merah yang isinya sama seperti sumsum
kuning dan dibungkus olehselapis tipis tulang kompakta. Bagian
luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosakuat yang disebut
periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah
yangmenembus tulang.Periostenum member nutrisi tulang
dibawahnya melalui pembuluh darah. Jikaperiostenum robek,
tulang dibawahnya akan mati. Periostenum berperan
untukpertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas.
Periostenum berfungsiprotektif dan merupakan tempat pelekatan
tendon. Periostenum tidak ditemukanpada permukaan sendi.
2) Tulang Pendek
Tulang pendek (falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan
tulangpanjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian
proksimal, serta berukuranpendek dan kecil.

3) Tulang Pipih
Tulang pipih (sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya
gepeng, berisisel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ
vital dan lunak dibawahnya. Tulangpipih terdiri dari 2 lapis
tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat
lapisanspongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periostenum yang
dilewati oleh dua kelompokpembuluh darah menembus tulang
untuk menyuplai tulang kompakta dan tulangspongiosa.

4) Tulang Tidak Beraturan


Tulang tidak beraturan (vertebra, telinga tengah) mempunyai
bentuk yangunik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri
dari tulang spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang
kompakta. Tulang ini diselubungi periostenumkecuali pada
permukaan sendinya seperti tulang pipih. Periostenum ini
member duakelompok pembuluh darah untuk menyuplai tulang
kompakta dan spongiosa.

5) Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid (patella) merupakan tulang kecil yang terletak
disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang
bersama tendon dan jaringan fasia.

 Struktur Tulang
Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus
(trabekular atau spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan
tetapi jika diperiksa dengan smakroskop terdiri dari system havers.
System havers terdiri dari kanal havers. Sebuah kanal havers
mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe,lamela
(lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna
(ruangdiantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan
saluran limfe),dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan
lacuna dan kanal sentral).Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang
membawa nutrient dan oksigen keosteosit.

 Sel-Sel Penyusun Tulang Terdiri Dari

1. Osteoblas, berfungsi menghasilkan jarinagan osteosid dan


menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan
penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat kedalam matriks
tulang.
2. Osteosit, adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas, adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecah matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,sehingga kalsium
dan fosfat terlepas kedalam darah.

 Sendi

Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka


tulang tidakada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi
adalah suatu ruangan,tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan.
Fungsi utama sendi adalah memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam
tubuh. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakannya, sedangkan klasiikasi sendi berdasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan.

Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:


1. Sendi sinartrosis (sendi yang tidak bergerak sama sekali). Contohnya
satura tulang tengkorak.
2. Sendi amfriartosis (sendi bergerak terbatas) contohnya pelvic,
simfisis, dan tibia.
3. Sendi diartrosis/ sinoval (sendi bergerak bebas). Contohnya siku,
lutut, danpergelangan tangan.

Berdasarkan strukturnya,sendi dibedakan atas:


1. Fibrosa
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang
satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung
pibrosa. Contohnya, sutura tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan
fibula bagian distal.
2. Kartilago.
Sendi yang ujung-ujung tulungnya terbungkus oleh tulang rawan
hialin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi
ini terbagi menjadi 2,yaitu:
a. Sinkondrosis sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh
tulangrawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.
b. Simfisis sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung.
3. Sendi synovial
Sendi tubuh yang dapat digerakan serta memiliki rongga sendi
dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah
jenis sendi yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata
sinovium yang merupakan membrane yang menyekresi cairan synovial
untuk lumbrikasi dan absorpsi syok.

Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi.


Kondrosit ini dipengaruhi oleh factor anabolic dan factor katabolic dalam
mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Factor katabolic utama
diperankan oleh sitoksininterkeukin 1 beta, dan tumor necrosis factor alfa.
Sedangkan factor anabolic diperankanoleh transforming growth factor ( TGF beta)
dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1). Dalam menjaga keseimbangan atau
homeostasis apabila terjadi osteoarthritis kondrositakan meningkatkan aktivitas
sitokinin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi dan matriks
metalloproteinase(MMP).

F. FAKTOR RISIKO

Resiko paling tidak menguntungkan penderita osteoporosis adalah


terjadinya fraktur tulang yang apabila tidak ditangani dengan tuntas sampai
dengan rehabilitasi medik, maka pasien akan mengalami disabilitas, gangguan
fungsi aktivitas dari tingkat sederhana sampai berat dan mengalami keterbatasan
dalam bersosialisasi yang ujungnya dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya.Faktor resiko osteoporosis dapat dibedakan menjadi faktor resiko
yang sifatnya tidak dapat diubah dan yang dapat diubah. Untuk yang tidak dapat
diubah diantaranya:

 Gender perempuan: Pada umumnya perempuan mempunyai tulang yang


lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan laki-laki, Usia lanjut
 Riwayat osteoporosis dalam keluarga: Umumnya tipe perawakan tubuh
dalam anggota keluarga saling mirip satu dengan lainnya.
 Ras: Perempuan Asia dan Kaukasia lebih mudah terkena osteoporosis
dibandingkan perempuan Afrika.
 Bentuk badan: Semakin kecil dan kurus tubuh seseorang, semakin
beresiko mengalami osteoporosis. Beberapa penyakit seperti anoreksia,
diabetes, diare kronis, penyakit ginjal dan hati.

Sedangkan untuk faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah diantaranya


adalah:

 Berhenti merokok
 Kurangi konsumsi alkohol
 Segera atasi kekurangan asupan kalsium
 Lakukan program latihan fisik
 Menambah berat badan bagi yang kekurangan berat badan (kurus)
 Hindari penggunaan obat-obatan steroid, fenobarbital, fenitoin.

G. PATHOFISIOLOGI

Menurut definisi, osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh


rendahnya massa tulang dan kemunduran struktural jaringan tulang, yang
menyebabkan kerapuhan tulang. Bila tidak dicegah atau bila tidak ditangani,
proses pengeroposan akan terus berlanjut sampai tulang menjadi patah dan
penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota
tubuhnya. Patah tulang ini umumnya akan terjadi pada tulang belakang, tulang
panggul, dan pergelangan tangan.

Bila patah terjadi pada tulang panggul, hampir selalu penanganannya


terpaksa melalui operasi atau pembedahan. Bila tulang tidak bergeser, biasanya
sambungan disangga dengan plat dan batang logam. Namun bila sambungan
tulang bergeser, penggantian dengan sendi tiruan seringkali dilakukan. Semua
ini memerlukan biaya pengobatan yang sangat besar. Patah tulang panggul juga
bisa membuat seseorang tidak mampu berjalan tanpa bantuan dan bisa
menyebabkan kecacatan permanen. Sementara patah pada tulang belakang juga
tidak ringan akibatnya, karena bisa menyebabkan berkurangnya tinggi tubuh,
rasa sakit pada tulang belakang yang parah, dan perubahan bentuk tubuh.

Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan


seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran
(resorpsi) yang dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang
dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi. Fase yang satu
akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang senantiasa
beregenerasi.

Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan


peranan penting. Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis
adalah kadar kalsium yang tersisa pada tulang. Orang-orang yang sebelumnya
memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang padat), mungkin tidak akan
sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami tidak
mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis.

Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh kita berada di dalam
tulang dan gigi. Bila kadar kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan
mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi.

Seiring dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem mulai


terganggu. Tulang kehilangan kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya
untuk mengisi kembali. Alasan mengapa hal ini terjadi belum jelas. Secara
umum dapat kita katakan bahwa osteoporosis terjadi saat fungsi penghancuran
sel-sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang.

Karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu,


para ahli memperkirakan ada banyak faktor yang berperan mempengaruhi
keseimbangan tersebut.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

 Usia
 Genetik
 Faktor hormonal
 Obat-obat tertentu
 Gaya hidup : kurang olahraga, merokok, minum minuman beralkohol,
kafein.

Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat


mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat
golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang.
Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai kepadatan
maksimal berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.
Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di
usia tersebut, jaringan tulang yang hilang semakin banyak.
Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia mencapai 40 tahun, kita
semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap tahunnya. Pada
wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif
dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause.

Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa


pascamenopause mempunyai resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis.
Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen
memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya
kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta
menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.

Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massa


tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan
demikian, kadar kalsium darah yang normal dapat dipertahankan. Semakin
tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya
kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah). Penurunan kadar
estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada
percepatan hilangnya jaringan tulang.

Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka yang mengalami


menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun). Pada pria, hormon testosteron
melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan kalsium.
Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti
memproduksi testosteron.. Dengan demikian, pria tidak begitu mudah
mengalami osteoporosis.dibanding wanita.

Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi


derajat kecepatan hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah
kandungan kalsium di dalam makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita
bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari makanan juga
berkurang.
H. PATHWAYS

Usia, jenis kelamin,  Daya serap Merokok, alcohol,


keluarga, dan bentuk kalsium dari darah defisiensi vit & gizi, gaya
tubuh ke tulang hidup, anoreksi, obat-
 Output kalsium obatan

bersama urin
 Massa tulang tidak
max
 Reabsorbsi tulang
cepat

Penyerapan tulang lebih


besar dari pembentukan
baru

massa tulang total

OSTEOPOROSIS

Hub.
Kompleks
menahun
Tulang rapuh dan mudah Kurang
antara factor Kolaps bertahap tulang
retak pengetahuan
gen + vertebra
lingkungan

Kifosis progresif
F. radius Fraktur Fraktur Fraktur
radikal femur vertebra vertebra
lumbaria torakalis
Penurunan tinggi badan

Gang.f x ekstremitas atas


& bawah, pergerakan
fragmen tulang, spasme Perubahan postural
otot

Kompresi Perubahan Risiko terjadinya cidera


syaraf postural
Nyeri pencernaa
n illeus

Deformitas skelet

Konstipasi

I. Pengkajia

Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat


perlu mengidentifikasi adanya:

a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan
pinggang.
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D serta kalsium)
g. Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, sindromcushing, hipogonadisme
i. Pemeriksaan Fisik

B6(Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis


seringmenunjukan kifosis atau gibbus (dowager¶s hump) dan penurunan tinggi
badan danberat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-
length inequality,dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah
antara vertebra torakalis 8dan lumbalis 3.

Tes Diagnostik

o Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang
menurunyang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanyamerupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan
hilangnya trabekulatransversal merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Lemahnya korpus vertebraemenyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nucleus pulposus kedalam ruangintervertebral dan menyebabkan deformitas
bikonkaf.
o CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
pentingdalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3. Biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebradibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.
o Pemeriksaan laboratorium
 Kadar Ca, P, dan fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang nyata.
 Kadar HPT (pada pascamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapiestrogen merangsang pembentukan Ct)
 Kadar 1,25-(OH)-D3 dan absorpsi Ca menurun.
 Ekskresi fosfat hidroksiprolin terganggu sehingga meningkat kadarnya

Riwayat psikososial.

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan
aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang
timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

J. Upaya Pencegahan
Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi, terkadang tanpa gejala
dan tidak terdeteksi, sampai timbul gejala nyeri karena mikrofraktur atau karena
patah tulang anggota gerak. Karena tingginya morbiditas yang terkait dengan
patah tulang, maka upaya pencegahan merupakan prioritas. Pencegahan
osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu primer, sekunder dan tersier
(sesudah terjadi fraktur).
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta dirasa paling murah dan
mudah.Yang termasuk ke dalam pencegahan primer adalah:
 Kalsium : Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan sehari-
hari ataupun dari tambahan kalsium,padaumumnya aman kecuali
pada pasien dengan hiperkalsemia atau nefrolitiasis. Jenis makanan
yang cukup mengandung kalsium adalah sayuran hijaudanjeruk
sitrun. Sedangkan diet tinggiproteinhewani dapat
menyebabkankehilangan kalsium bersama urin. Dalam suatu
penelitian dikatakan bahwa perempuan yang melakukan diet
vegetarian lebih dari 20 tahun mengalami kehilangan mineral tulang
lebih rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan perempuan non
vegetarian sebesar 35%6.
 Latihan Fisik (Exercise) : Latihan fisik harus mempunyai unsur
pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan penekanan pada aksis
tulang seperti jalan, joging, aerobik ataujalan naik turun bukit.
Olahraga renang tidak memberikan manfaat yang cukup berarti.
Sedangkan jika latihan berlebihan yang mengganggumenstruasi
(menjadi amenorrhea) sangat tidak dianjurkan karena akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan kehilangan massa tulang.
Demikian pulapada laki-laki dengan latihan fisik berat dan berat
dapat terjadi kehilangan massa tulang. Hindari faktor yang dapat
menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi tulang, atau
mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, minum alkohol
dan mengkonsumsi obat yang berkaitan dengan terjadinya
osteoporosis. Kondisi yang diduga akan menimbulkan osteoporosis
sekunder, harus diantisipasi sejak awal.
b. Pencegahan Sekunder
 Konsumsi Kalsium Tambahan : Konsumsi kalsium dilanjutkan pada
periode menopause, 1200-1500 mg per hari, untuk mencegah
negative calcium balance. Pemberian kalsium tanpa penambahan
estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah kehilangan
massa tulang pada awal periode menopause. Penurunan massa
tulang terlihat jelas pada perempuan menopause yang asupan
kalsiumnya kurang dari 400 mgper hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kalsium bersama dengan estrogen
dapat menurunkan dosis estrogen yang diperlukan sampai dengan
50%
 Estrogen Replacement Therapy (ERT) Semua perempuan pada saat
menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena itu dianjurkan
pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontra indikasi. ERT
menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada panggul,
tulang radius dan vertebra
 Estrogen Replacement Therapy (ERT) : Semua perempuan pada
saat menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena itu
dianjurkan pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontra
indikasi. ERT menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada
panggul, tulang radius dan vertebra.
 Latihan fisik (Exercise) : Latihan fisik bagi penderita osteoporosis
bersifat spesifik dan individual. Prinsipnya tetap sama dengan
latihan beban dan tarikan pada aksis tulang. Perlu diperhatikan berat
ringannya osteoporosis yang terjadi karena hal ini berhubungan
dengan dosis dan cara gerakan yang bersifat spesifik tersebut.
Latihan tidak dapat dilakukan secara masal karena perlu mendapat
supervisi dari tenaga medis/paramedis terlatih individu per individu.
 Pemberian Kalsitonin : Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi
tulang dan dapat meningkatkan massa tulang apabila digunakan
selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan berkurang karena adanya
efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian kalsitonin
diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakanERT,
pasien pasca menopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri
akibat fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid dalam waktu lama.
 Terapi : Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan tiazid,
tergantung kepada kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh
menyerap dan memanfaatkan kalsium. Dua puluh lima hidroksi
vitamin D dianjurkan diminum setiap hari bagi pasien yang
menggunakan suplemen kalsium.
 Pencegahan Tersier : Setelah pasien mengalami fraktur
osteoporosis, pasien jangan dibiarkan imobilisasi terlalu lama. Sejak
awal perawatan disusun rencana mobilisasi mulai dari mobilisasi
pasif sampai dengan aktif dan berfungsi mandiri. Beberapa obat
yang mempunyai manfaat adalah bisfosfonat, kalsitonin, dan
NSAID bila ada nyeri. Dari sudut rehabilitasi medik, pemakaian
ortose spinal/ korset dan program fisioterapi/ okupasi terapi akan
BAB III

KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. SKENARIO
Ny.Tuti, 70 tahun, dibawa ke IGD RSMH karena panggul kiri terasa nyeri
setelah jatuh terduduk di kamar mandi. Ny.Tuti sudah menopause sejak usia 50
tahun. Sehari-hari Ny.Tuti bekerja sebagai tukang jahit di rumahnya. Sejak kecil
Ny.Tuti mengaku tidak suka minum susu dan jarang berolahraga. Ny. Tuti
pernah memeriksakan kakinya ketika berjalan-jalan di sebuah pusat
perbelanjaan. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan kepadatan tulangnya, T
score = -2,8. Dari pemeriksaan di IGD didapatkan punggung Ny.Tuti bungkuk,
BB 46 kg, TB 160 cm, dan tungkai kiri lebih pendek dari tungkai kanan. Dari
pemeriksaan x-ray tulang belakang didapatkan khyposis dengan fraktur
kompresi pada vertebra L1-L3 dan dari x-ray pelvis didapatkan fraktur pada
collum femoris sinistra. Ny.Tuti merasa heran karena sebelum menopause tinggi
badannya 164 cm.

Hipotesis : Ny. Tuti 70 tahun mengalami suspect osteoporosis berat dengan


fraktur collum femoris.
sinistra
B. HASIL DISKUSI DAN ANALISIS KASUS
DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS: Klien mengatakan nyeri pada panggul Agen cidera Nyeri akut
sebelah kiri. biologis
DO: Klien Nampak menahan nyeri.
Skala nyeri 8.
DS: Klien mengatakan tidak suka minum Kaku sendi Gangguan
susu dan jarang berolahraga. immobilitas
DO: Klien tampak bungkuk dan tungkai fisik
kiri terlihat lebih pendek dari tungkai
kanan.
Klien nampak sulit untuk beraktivitas.

C. ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/tan Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (Nic)


ggal Keperawat
an
Sabtu, 24 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Maret berhubunga tindakan perawatan 3x24
2018 n dengan jam pasien dapat -Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera mengontrol nyeri dgn komprehensif meliputi
fisik kriteria hasil: lokasi,karakteristik,durasi,inten
sitas,faktor pencetus
-mengenali kapan nyeri
terjadi (4) -Pastikan perawatan analgesik
bagi pasien dilakukan dgn
Menggambarkan faktor pemantauan yg ketat
penyebab (4)
-Gunakan strategi komunikasi
-menggunakan tindakan terapeutik untuk mengetahui
pencegahan (5) pengalaman nyeri
-menggunakan tindakan -Gali pengetahuan dan
pengurangan nyeri tanpa kepercayaan pasien tentang
analgesik (4) nyeri
-melaorkan nyeri yg -Gali bersama pasien faktor yg
terkontrol (5) dapat
menurunkan/memperberat
-menggunakan anlgesik nyeri
yg direkomendasikan (3)
-Berikan informasi mengenai
nyeri seperti penyebab
nyeri,durasi antisipasi
ketidaknyamanan
-Pilih dan implementasikan
tindakan yg beragam
(farmakologi,nonfarmakologi,i
nterpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
-Ajarkan pasien prinsip
manajemen nyeri
-Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dgn tepat
-Ajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
-Evaluasi kefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri yg
dipakai selama pengkajian
dilakukan
Sabtu, 24 Hambatan Setelah dilakukan Terapi latihan:mobilitas
Maret mobilitas tindakan perawatan 3x24 sendi
2018 fisik jam pasien dapat
berhubunga mengkoordinasi -Tentukan batasan pergerakan
n dengan pergerakan dgn kriteria sendi dan efeknya terhadap
kaku sendi hasil: fungsi sendi

-kecepatan gerakan (4) -Kolaborasikan dengan ahli


terapi fisikl dalam
-kehalusan gerakan (4) mengembangkan dan
menerapkan sebuah program
Kontrol gerakan (5) latihan
-kemantapan gerakan (4) -Jelaskan pada pasien atau
-tegangan otot (4) keluarga manfaat dan tujuan
terapi sendi
Gerakan dengan
ketepatan yg diinginkan -Monitor lokasi dan
(5) kecendrungan adanya nyeri
dan ketidaknyamanan selama
Gerakan kearah yg pergerakan
diinginkan (4)
-Dukung latihan ROM
aktif,sesuai jadwal yg teratur
dan terencana
-Instruksikan pasien/keluarga
cara melakukan latihan ROM
pasif/aktif dengan bantuan
-Bantu untuk melakukan
pergerakan sendi yg ritmis dan
teratur sesuai kadar nyeri yg
bisa ditpleransi ketahanan dan
pergerakan sendi
-Tentukan perkembangan
terhadap pencapaian tujuan
Gangguan Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
citra tubuh tindakan keperawatan
-Tentukan harapan diri pasien
berhubunga 3x24 jam pasien dapat didasarkan pada tahap
n dengan adaptasi terhadap perkembangan
cedera, disabilitas fisik dengan
trauma kriteria hasil: -Bantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan
-menyampaikan secara bagian tubuh disebabkan
lisan kemampuan untuk adanya penyakit,cedera dgn
menyesuaikan terhadap cara yang tepat
disabilitas (5)
-bantu pasien menentukan
-beradaptasi terhadap keberlanjutan dari perubahan
keterbatasan secara perubahan aktual dari
fungsional (4) tubuh/fungsinya
-memodifikasi gaya -bantu pasien untuk
hidup untuk mengidentifikasi tindakan
mengakomodasi tindakan yang akan
disabilitas (5) meningkatkan penampilan
-menggunakan strategi -Fasilitas kontak dengan
untuk mengurangi stres individu yg mengalami
(5) perubahan yang sama dalam
hal citra tubuh
-mengidentifikasi
rencana ntuk memenuhi -identifikasi kelompok
aktiitas hidup harian (5) pendukung yang tersedia
-menerima bantuan akan
bantuan fisik (3)
-melaporkan
peningkatan dalam
kenyamanan psikologis
(4)
BAB IV PEMBAHASAN

Dari masalah yang kita dapatkan, bahwa pasien merasakan nyeri pada panggul
bagian kiri setelah terjatuh di kamar mandi. Karena osteoporosis tidak menampakan
tanda dan gejala yang signifikan, kecuali sudah terjadi patah tulang maka si penderita
akan merasakan ngilu pada daerah yang terkena osteoporosis.

Klien berusia 70 tahun dan sudah mengalami menopause sejak 20 tahun yang
lalu. Beberapa teori menyebutkan bahwa wanita beresiko lebih besar daripada pria
karena beberapa alasan, diantaranya karena wanita mengalami suatu periode
menopause dimana fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan
hormon progesteron menurun. Hormon estrogen diketahui berperan dalam
mempertahankan massa tulang. Selain itu, karena pria memiliki puncak massa tulang
yang lebih besar dan cenderung memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan
wanita. Usia juga memiliki hubungan dengan terjadinya osteoporosis. Setelah usia 30
tahun, masa tulang yang hilang akan lebih banyak daripada massa tulang yang
dibentuk, sehingga dengan bertambahnya usia, massa tulang akan semakin berkurang.

Pada kasus tersebut, didapatkan tes BMD T score -2,8 yang menandakan bahwa
klien berisiko tinggi patah tulang. BMD adalah Bone Mineral Density atau kepadatan
mineral tulang. Tes BMD tidak dapat memprediksi dengan pasti kapan dimulainya
proses patah tulang, hanya dapat memprediksi resiko. Dari data tersebut klien
mengalami kyphosis. Kyphosis adalah Kyphosis atau kifosis adalah posisi punggung
terlalu bungkuk tidak normal. Kejadiannya di mana tulang punggung terlalu
melengkung ke arah depan, sehingga punggung bagian atas terlihat lebih bungkuk dari
punggung normal. Umumnya, kyphosis diderita oleh wanita lansia. Kyphosis yang
berhubungan dengan usia biasanya muncul setelah osteoporosis melemahkan tulang
punggung penderita hingga retak dan tertekan. Dari data diatas didapatkan bahwa ada
fraktur kompresi vertebrae L1-L3 yang artinya klien mengalamai patah tulang dan
tekanan pada bagian tulang belakang khususnya tulang lumbal 1-lumbal 3, dari hasil x-
ray pada panggul klien mengalami fraktur collum femoris sinistra yang merupakan
fraktur yang terjadi antara ujung permukaan

articular caput femur dan regio interthrocanter pada paha sebelah kiri dimana collum
femur merupakan bagian terlemah. Klien mengatakan nyeri pada panggul sebelah kiri
dan klien pun terlihat menahan nyeri, maka diagnosa pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan


densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan
proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang
yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi
mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
musculoskeletal) Penyakit osteoporosisadalah berkurangnya kepadatan tulang
yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga
tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik,
defisiensi kalsium, aktivitas fisik kurang, obat-obatan (kortikosteroid, anti
konvulsan, heparin, siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik tulang
(densitas atau massa tulang) dan lain sebagainya.

B. SARAN

Lansia Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari


faktor-faktor resiko osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap
terutama untuk tulang.
Tenaga medis Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan
pendidikan kesehatan yang baik terutama bagi lansia sehingga dapat
menghindarkan atau mencegah terjadinya penyakit osteoporosis Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lahan
praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulisan
memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti


melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam
berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan
diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/26682/2/9.%20BAB%20I.pdf : September 29, 2018

http://eprints.ums.ac.id/15265/2/BAB_I.pdf : BAB-01-02-03-04-SKRIPSI-LESTARI-
UMS-DADARR.PDF : September 29, 2018

http://www.stikesksusumahusada.ac.id/images/file/41.pdf: September 29, 2018

http://journal.unusa.ac.id/index.php/JHS/index
http://repository.unusa.ac.id/2275/1/HUBUNGAN%20SENAM%20OSTEOPOROSIS
%20DENGAN%20KEJADIAN%20OSTEOPOROSIS%20PADA%20PESERTA%20S
ENAMs%20DI%20RS%20ISLAM%20AHMAD%20YANI%20SURABAYA.pdf oleh
F Umamah - 2016: September 29, 2018

https://www.scribd.com/doc/188475549/PATOFISIOLOGI-OSTEOPOROSIS-doc
Uploaded by Daniar on Dec 02, 2013: September 29, 2018
https://www.scribd.com/doc/39580146/askep-Osteoporosis Uploaded by ian on Oct 18,
2010: September 29, 2018

https://id.scribd.com/doc/304336737/WOC-Osteoporosis : September 30, 2018

Vous aimerez peut-être aussi