Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III
Disusun oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih ingin penulis
haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal karya tulis ini, khususnya kepada:
1. Edy Suprayitno, M.Kep. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II serta dosen pembimbing kelompok kami.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................
D. MANFAAT PENULISAN...............................................................
A. DEFINISI.....................................................................................
B. JENIS-JENIS……………………………………………………………
C. ETIOLOGI………………………………………………………………
D. TANDA DAN GEJALA………………………………………………..
E. ANATOMI DAN FISIOLOGI…………………………………………..
F. FAKTOR RISIKO……………………………………………………….
G. PATOFOSIOLOGI……………………………………………………...
H. PATHWAYS……………………………………………………………
I. PENGKAJIAN…………………………………………………….……
J. UPAYA PENCEGAHAN……………………………………….……..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN POWER POINT
BAB II
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi dibanding laki-laki, hal ini
dikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui serta penurunan
hormon estrogen pada saat premenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada
pria juga memiliki resiko terkena osteoporosis, penyakit osteoporosis pada pria juga
dipengaruhi oleh hormon. Bedanya laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat (La Ode, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Tujuan Umum dari penulisan yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan osteoporosis.
2. Tujuan khusus dari penulisan yaitu untuk mengetahui definisi, etiologi,
tanda gejala, anatomi fisiologi, patofisiologi, pathways, dan pengkajian pada
pasien dengan osteoporosis.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk pembaca dan penulis yaitu
dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit atau gangguan osteoporosis,
juga mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien dengan
osteoporosis.
BAB III
KONSEP TEORITIS
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang
total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan
penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan
mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan
menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
B. JENIS-JENIS
1. Osteoporosis Primer 2
Sekitar 65-80% wanita dan 45-60% pria dengan osteoporosis menderita
osteoporosis primer. Pada wanita dengan fraktur kompresi karena osteoporosis
primer didapat masa tulang kortikal dan trabekular yang kurang. Jumlah
trabekula yang kurang dan pertanda biokimiawi serta histologik merupakan
bukti terjadinya resorpsi tulang yang meningkat dibandingkan kontrol pada
umur yang sama. Hormonestron dan androstendion berkurang secara bermakna
pada wanita dengan osteoporosis, dan hal ini merupakan sebagian sebab
didapatkannya resorpsi tulang yang bertambah banyak dan pengurangan masa
tulang. Absorbsi kalsium pada wanita dengan kondisi ini menjadi lebih rendah.
Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi:
a. Osteoporosis tipe 1, disebut juga postemenoposal osteoporosis. Osteoporosis
tipe ini bisa terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik laki-laki maupun
perempuan. Pada perempuan usia antara 51-75 tahun beresiko 6 kali lebih
banyak daripada laki-laki dengan kelompok umur yang sama. Tipe
osteoporosis ini berkaitan dengan perubahan hormon setelah menopause dan
banyak dikaitkan dengan patah tulang pada ujung tulang pengumpil lengan
bawah. Pada osteoporosis jenis ini terjadi penipisan bagian keras tulang
yang paling luar (kortek) dan perluasan rongga tulang.
b. Osteoporosis tipe 2, disebut juga senile osteoporosis
(involutionalosteoporosis). Tipe 2 ini banyak ditemui pada usia di atas 70
tahun dan dua kali lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki pada umur
yang sama. Kelainan pertulangan terjadi pada bagian kortek maupun di
bagian trabikula. Tipe inisering dikaitkan dengan patah tulang kering dekat
sendi lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah tulang paha dekat
sendi panggul. Osteoporosisjenis ini, terjadi karena gangguan pemanfaatan
vitamin D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal terhadap vitaminD
(vit Dresisten) atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vit D
synthesa) dan bisa juga disebabkan karena kurangnya sel-sel perangsang
pembentukan vitamin D (vit Dreseptor).
2. Osteoporosis Sekunder 2
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
o Determinan Massa Tulang
- Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis.
- Faktor mekanis
- Faktor mekanis
- Kalsium
- Protein
- Estrogen
- Alcohol
Gejala osteoporosis yang pertama adalah perubaha postur tubuh, baik itu
tinggi yang semakin berkurang atau punggung yang semakin membungkuk.
Hilangnya masa tulang juga dapat membuat postur tubuh Anda terlihat tidak
bagus. Bahkan, kondisi ini juga berpotensi menyebabkan kecacatan.
Jika keseleo sedikit saja bisa membuat tulang Anda retak, maka Anda sudah
seharusnya mencurigai kondisi tersebut. Pasalnya, pada tulang yang sehat,
tulang tidak akan retak hanya dengan keseleo kecil. Tulang yang mudah
retak bahkan patah menandakan kondisi tulang yang rapuh sebagai akibat
dari osteoporosis.
4. Sering nyeri punggung
Jika intensitas nyeri pada bagian punggung atau tulang belakang lebih sering
dari biasanya. Anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan. Nyeri
punggung yang Anda alami bisa jadi akibat dari fraktur vertebrae.
Rasa nyeri yang muncul pada otot dan persendian merupakan kondisi yang
umum. Namun, bisa jadi kondisi tersebut gejala osteoporosis atau
pengeroposan pada tulang. Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan
apabila nyeri otot dan sendi yang Anda alami sampai menganggu aktivitas
Anda.
s
E. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tulang
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan danotot menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system
musculoskeletal sangatbergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang
member perlindungan terhadaporgan vital, termasuk otak, jantung dan paru-
paru. Kerangka tulang merupakankerangka yang kuat untuk menyangga struktur
tubuh. Otot yang melekat ke tulangmemungkinkan tubuh bergerak.
3) Tulang Pipih
Tulang pipih (sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya
gepeng, berisisel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ
vital dan lunak dibawahnya. Tulangpipih terdiri dari 2 lapis
tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat
lapisanspongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periostenum yang
dilewati oleh dua kelompokpembuluh darah menembus tulang
untuk menyuplai tulang kompakta dan tulangspongiosa.
5) Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid (patella) merupakan tulang kecil yang terletak
disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang
bersama tendon dan jaringan fasia.
Struktur Tulang
Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus
(trabekular atau spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan
tetapi jika diperiksa dengan smakroskop terdiri dari system havers.
System havers terdiri dari kanal havers. Sebuah kanal havers
mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe,lamela
(lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna
(ruangdiantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan
saluran limfe),dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan
lacuna dan kanal sentral).Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang
membawa nutrient dan oksigen keosteosit.
Sendi
F. FAKTOR RISIKO
Berhenti merokok
Kurangi konsumsi alkohol
Segera atasi kekurangan asupan kalsium
Lakukan program latihan fisik
Menambah berat badan bagi yang kekurangan berat badan (kurus)
Hindari penggunaan obat-obatan steroid, fenobarbital, fenitoin.
G. PATHOFISIOLOGI
Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh kita berada di dalam
tulang dan gigi. Bila kadar kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan
mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi.
Usia
Genetik
Faktor hormonal
Obat-obat tertentu
Gaya hidup : kurang olahraga, merokok, minum minuman beralkohol,
kafein.
bersama urin
Massa tulang tidak
max
Reabsorbsi tulang
cepat
OSTEOPOROSIS
Hub.
Kompleks
menahun
Tulang rapuh dan mudah Kurang
antara factor Kolaps bertahap tulang
retak pengetahuan
gen + vertebra
lingkungan
Kifosis progresif
F. radius Fraktur Fraktur Fraktur
radikal femur vertebra vertebra
lumbaria torakalis
Penurunan tinggi badan
Deformitas skelet
Konstipasi
I. Pengkajia
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan
pinggang.
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D serta kalsium)
g. Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, sindromcushing, hipogonadisme
i. Pemeriksaan Fisik
B6(Bone)
Tes Diagnostik
o Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang
menurunyang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanyamerupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan
hilangnya trabekulatransversal merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Lemahnya korpus vertebraemenyebabkan penonjolan yang menggelembung
dari nucleus pulposus kedalam ruangintervertebral dan menyebabkan deformitas
bikonkaf.
o CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
pentingdalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3. Biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebradibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.
o Pemeriksaan laboratorium
Kadar Ca, P, dan fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang nyata.
Kadar HPT (pada pascamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapiestrogen merangsang pembentukan Ct)
Kadar 1,25-(OH)-D3 dan absorpsi Ca menurun.
Ekskresi fosfat hidroksiprolin terganggu sehingga meningkat kadarnya
Riwayat psikososial.
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan
aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang
timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
J. Upaya Pencegahan
Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi, terkadang tanpa gejala
dan tidak terdeteksi, sampai timbul gejala nyeri karena mikrofraktur atau karena
patah tulang anggota gerak. Karena tingginya morbiditas yang terkait dengan
patah tulang, maka upaya pencegahan merupakan prioritas. Pencegahan
osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu primer, sekunder dan tersier
(sesudah terjadi fraktur).
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta dirasa paling murah dan
mudah.Yang termasuk ke dalam pencegahan primer adalah:
Kalsium : Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan sehari-
hari ataupun dari tambahan kalsium,padaumumnya aman kecuali
pada pasien dengan hiperkalsemia atau nefrolitiasis. Jenis makanan
yang cukup mengandung kalsium adalah sayuran hijaudanjeruk
sitrun. Sedangkan diet tinggiproteinhewani dapat
menyebabkankehilangan kalsium bersama urin. Dalam suatu
penelitian dikatakan bahwa perempuan yang melakukan diet
vegetarian lebih dari 20 tahun mengalami kehilangan mineral tulang
lebih rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan perempuan non
vegetarian sebesar 35%6.
Latihan Fisik (Exercise) : Latihan fisik harus mempunyai unsur
pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan penekanan pada aksis
tulang seperti jalan, joging, aerobik ataujalan naik turun bukit.
Olahraga renang tidak memberikan manfaat yang cukup berarti.
Sedangkan jika latihan berlebihan yang mengganggumenstruasi
(menjadi amenorrhea) sangat tidak dianjurkan karena akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan kehilangan massa tulang.
Demikian pulapada laki-laki dengan latihan fisik berat dan berat
dapat terjadi kehilangan massa tulang. Hindari faktor yang dapat
menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi tulang, atau
mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, minum alkohol
dan mengkonsumsi obat yang berkaitan dengan terjadinya
osteoporosis. Kondisi yang diduga akan menimbulkan osteoporosis
sekunder, harus diantisipasi sejak awal.
b. Pencegahan Sekunder
Konsumsi Kalsium Tambahan : Konsumsi kalsium dilanjutkan pada
periode menopause, 1200-1500 mg per hari, untuk mencegah
negative calcium balance. Pemberian kalsium tanpa penambahan
estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah kehilangan
massa tulang pada awal periode menopause. Penurunan massa
tulang terlihat jelas pada perempuan menopause yang asupan
kalsiumnya kurang dari 400 mgper hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kalsium bersama dengan estrogen
dapat menurunkan dosis estrogen yang diperlukan sampai dengan
50%
Estrogen Replacement Therapy (ERT) Semua perempuan pada saat
menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena itu dianjurkan
pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontra indikasi. ERT
menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada panggul,
tulang radius dan vertebra
Estrogen Replacement Therapy (ERT) : Semua perempuan pada
saat menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena itu
dianjurkan pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontra
indikasi. ERT menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada
panggul, tulang radius dan vertebra.
Latihan fisik (Exercise) : Latihan fisik bagi penderita osteoporosis
bersifat spesifik dan individual. Prinsipnya tetap sama dengan
latihan beban dan tarikan pada aksis tulang. Perlu diperhatikan berat
ringannya osteoporosis yang terjadi karena hal ini berhubungan
dengan dosis dan cara gerakan yang bersifat spesifik tersebut.
Latihan tidak dapat dilakukan secara masal karena perlu mendapat
supervisi dari tenaga medis/paramedis terlatih individu per individu.
Pemberian Kalsitonin : Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi
tulang dan dapat meningkatkan massa tulang apabila digunakan
selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan berkurang karena adanya
efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian kalsitonin
diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakanERT,
pasien pasca menopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri
akibat fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid dalam waktu lama.
Terapi : Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan tiazid,
tergantung kepada kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh
menyerap dan memanfaatkan kalsium. Dua puluh lima hidroksi
vitamin D dianjurkan diminum setiap hari bagi pasien yang
menggunakan suplemen kalsium.
Pencegahan Tersier : Setelah pasien mengalami fraktur
osteoporosis, pasien jangan dibiarkan imobilisasi terlalu lama. Sejak
awal perawatan disusun rencana mobilisasi mulai dari mobilisasi
pasif sampai dengan aktif dan berfungsi mandiri. Beberapa obat
yang mempunyai manfaat adalah bisfosfonat, kalsitonin, dan
NSAID bila ada nyeri. Dari sudut rehabilitasi medik, pemakaian
ortose spinal/ korset dan program fisioterapi/ okupasi terapi akan
BAB III
A. SKENARIO
Ny.Tuti, 70 tahun, dibawa ke IGD RSMH karena panggul kiri terasa nyeri
setelah jatuh terduduk di kamar mandi. Ny.Tuti sudah menopause sejak usia 50
tahun. Sehari-hari Ny.Tuti bekerja sebagai tukang jahit di rumahnya. Sejak kecil
Ny.Tuti mengaku tidak suka minum susu dan jarang berolahraga. Ny. Tuti
pernah memeriksakan kakinya ketika berjalan-jalan di sebuah pusat
perbelanjaan. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan kepadatan tulangnya, T
score = -2,8. Dari pemeriksaan di IGD didapatkan punggung Ny.Tuti bungkuk,
BB 46 kg, TB 160 cm, dan tungkai kiri lebih pendek dari tungkai kanan. Dari
pemeriksaan x-ray tulang belakang didapatkan khyposis dengan fraktur
kompresi pada vertebra L1-L3 dan dari x-ray pelvis didapatkan fraktur pada
collum femoris sinistra. Ny.Tuti merasa heran karena sebelum menopause tinggi
badannya 164 cm.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Dari masalah yang kita dapatkan, bahwa pasien merasakan nyeri pada panggul
bagian kiri setelah terjatuh di kamar mandi. Karena osteoporosis tidak menampakan
tanda dan gejala yang signifikan, kecuali sudah terjadi patah tulang maka si penderita
akan merasakan ngilu pada daerah yang terkena osteoporosis.
Klien berusia 70 tahun dan sudah mengalami menopause sejak 20 tahun yang
lalu. Beberapa teori menyebutkan bahwa wanita beresiko lebih besar daripada pria
karena beberapa alasan, diantaranya karena wanita mengalami suatu periode
menopause dimana fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan
hormon progesteron menurun. Hormon estrogen diketahui berperan dalam
mempertahankan massa tulang. Selain itu, karena pria memiliki puncak massa tulang
yang lebih besar dan cenderung memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan
wanita. Usia juga memiliki hubungan dengan terjadinya osteoporosis. Setelah usia 30
tahun, masa tulang yang hilang akan lebih banyak daripada massa tulang yang
dibentuk, sehingga dengan bertambahnya usia, massa tulang akan semakin berkurang.
Pada kasus tersebut, didapatkan tes BMD T score -2,8 yang menandakan bahwa
klien berisiko tinggi patah tulang. BMD adalah Bone Mineral Density atau kepadatan
mineral tulang. Tes BMD tidak dapat memprediksi dengan pasti kapan dimulainya
proses patah tulang, hanya dapat memprediksi resiko. Dari data tersebut klien
mengalami kyphosis. Kyphosis adalah Kyphosis atau kifosis adalah posisi punggung
terlalu bungkuk tidak normal. Kejadiannya di mana tulang punggung terlalu
melengkung ke arah depan, sehingga punggung bagian atas terlihat lebih bungkuk dari
punggung normal. Umumnya, kyphosis diderita oleh wanita lansia. Kyphosis yang
berhubungan dengan usia biasanya muncul setelah osteoporosis melemahkan tulang
punggung penderita hingga retak dan tertekan. Dari data diatas didapatkan bahwa ada
fraktur kompresi vertebrae L1-L3 yang artinya klien mengalamai patah tulang dan
tekanan pada bagian tulang belakang khususnya tulang lumbal 1-lumbal 3, dari hasil x-
ray pada panggul klien mengalami fraktur collum femoris sinistra yang merupakan
fraktur yang terjadi antara ujung permukaan
articular caput femur dan regio interthrocanter pada paha sebelah kiri dimana collum
femur merupakan bagian terlemah. Klien mengatakan nyeri pada panggul sebelah kiri
dan klien pun terlihat menahan nyeri, maka diagnosa pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
http://eprints.ums.ac.id/15265/2/BAB_I.pdf : BAB-01-02-03-04-SKRIPSI-LESTARI-
UMS-DADARR.PDF : September 29, 2018
http://journal.unusa.ac.id/index.php/JHS/index
http://repository.unusa.ac.id/2275/1/HUBUNGAN%20SENAM%20OSTEOPOROSIS
%20DENGAN%20KEJADIAN%20OSTEOPOROSIS%20PADA%20PESERTA%20S
ENAMs%20DI%20RS%20ISLAM%20AHMAD%20YANI%20SURABAYA.pdf oleh
F Umamah - 2016: September 29, 2018
https://www.scribd.com/doc/188475549/PATOFISIOLOGI-OSTEOPOROSIS-doc
Uploaded by Daniar on Dec 02, 2013: September 29, 2018
https://www.scribd.com/doc/39580146/askep-Osteoporosis Uploaded by ian on Oct 18,
2010: September 29, 2018