Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam
masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
1
1.2 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati –hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )
3
promosi kesehatan. WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:
a. Advocacy (advokasi)
1. Melakukan pendekatan lobying dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka
menerima commited, dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-
keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Dalam pendidikan kesehatan
para pembuat keputusan, baik di tingkat pusat maupun daerah, disebut sasaran tersier.
4
Dengan demikian dapat disimpuilkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara
pendekatan atau kegiatan individu dan social,untuk memperoleh komitmen politik,dukungan
kebijakan ,penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program
atau kegiatan.
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah
dukungan masyarakat.
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
5
2.3 KEGIATAN –KEGIATAN ADVOKASI
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektor. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya, diperoleh
komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.
Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam
melakukan kegiatan advokasi yaitu :
a. Crideble
Artinya program yang kita tawarkan atau ajukan itu harus menyakinkan para penentu
kebijakan atau pembuat keputusan. Oleh sebab itu sebaiknya sebelum program itu diajukan
harus dilakukan kajian lapangan, jangan hanya berdasarkan data atau laporan yang tersedia
yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan.
b. Feasible
6
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara teknik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik artinya program tersebut dapat dilaksanakan,
petugas mempunyai kemampuan kyang cukup sarana dan prasarana pendukung tersedia,
secara politik artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada
masyarakat, sedangkan layak secara ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup.
c. Relevant
Artinya program yang diajukan tersebut paling tidak mencakup dua kreteria, yaitu :
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua program yang benar-benar relevan, dalam arti
dapat membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat
sudah barang tentu akan didukung.
d. Urgent
artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan
harus segera dilaksanakan kalau tidak, akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
Oleh sebab itu program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik diantara alternatif-
alternatif yang lain.
e. High Priority
Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai preoritas yang tinggi. Agar
para pembuat keputusan atau penentu kebijakkan menilai bahwa program tersebut
mempunyai preoritas tinggi, diperlukan analisis yang cermat, baik terhadap masalahnya
sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program yang akan diajuakan.
1. Atraksi Interpersonal
7
Atraksi intrapersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang
yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Atraksi
interpersonal ditentukan oleh factor sebagai berikut:
a. Daya tarik
Daya tarik ini sangat ditentukan sikap dan perilaku orang terhadap orang lain. Oleh
sebab itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya, dengan membiasakan senyum terhadap
setiap orang, berpikir positif terhadap orang lain, dengan sebagai berikut.
b. Percaya diri.
Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri, melainkan suatu perasaan bahwa ia
mempunyai kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman dibidangnya. Oleh sebab itu
agar percaya diri harus mendalami pengetahuan teoritis lapangan tentang bidangnya,
terutama program yang akan dikomunikasikannya.
c. Kemampuan
Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang mau melakukan tugas-tugasnya,ia
akan lebih percaya diri.
d. Familiarity.
Artinya petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu,
misalnya rapat, pertemuan informal,seminar, dansebagainya, akan lebih pamiliar, termasuk
dalam kalangan pemuda setempat atau bupati.
e. Kedekatan (proximity)
Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dengan para pejabat atau keluarga
pejabat setempat adalah factor yang penting untuk melakukan advokasi.
2. Perhatian.
Berdasarkan teori psikologis ada dua factor yang mempengaruhi perhatian seseorang,
yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang berasal dalam diri
8
orang itu sendiri. Factor internal terdiri dari, faktor biologis (biologis,seks), dan factor
psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi, kebiasaan, kemauan, kebutuhan, dan sebagainya).
3. Intesitas komunikasi.
Artinya pesan atau imformasi yang akan disampaikan melalui peruses komunikasi
advokasi adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan kometmen atau
dukungan nya dari pada para pembuat keputusan tersebut. Oleh sebab itu agar komunikasi
advokasi efektif, maka program yang ingin didukung dengan pejabat harus sering
dikomunokasikan melalui berbagai kesempatan atau pertemuan, baik pertemuan formal atau
informal,melalui seminar dan sebagainya.
4. Visualisasi.
Seperti telah disebutkan di atas, untuk memperileh perhatian dari para pembuat atau
penentu kebijakan, maka pesan-pesan atau program-program kesehtan yang kita tawarkan
harus mempunyai intestas tinggi. Disamping itu impormasi atau pesan yang menarik perlu
divisualisasi dalam media, khususnya media interpersonal.media interpersonal yang paling
efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slidi atau video
cassette. Pesan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang diilustrasikan melaluigrafik, table,
gambar, atau foto.
Advokasi sebagai suatu kegiatan , sudah barang tentu mempunyai masukan (input) ---
proses---keluaran (output). Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta
indikator-indikator evaluasi tentang 3 komponen tersebut yaitu:
1. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan
melakukan advokasi (advocator) yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung
argumen dalam advokasi.
2. Proses
9
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi
proses advokasi harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi tersebut.
3. Output
Keluaran atau output advokasi sektor kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk, yakni: output dalam bentuk perangkat lunak (soft ware) dan output dalam bentuk
perngkat keras (hard ware).
10
2.10 LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
11
2.12 BENTUK-BENTUK ADVOKASI
Ada sebuah dalil yang berlaku dalam kegiatan advokasi. Yakni, untuk
kegiatan advokasi, diperlukan berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan ini disesuaikan dengan
kondisi khalayak. Khalayak yang punya kekuatan penekan yang bisa dihandalkan tidak diajak
berdemonstrasi, melainkan membangun koalisi. Sebaliknya, khalayak di tingkat akar rumput
jangan diajak berkampanye, tetapi menciptakan tekanan massa lewat demonstrasi.
Bila dilihat lebih jauh, bentuk kegiatan advokasi terdiri atas: (i) kampanye: (ii) lobi; (iii)
mengorganisasikan kelompok korban; (iv) menciptakan tekanan massa lewat demonstrasi;
dan (v) membangun koalisi. Setiap bentuk kegiatan punya karakteristik yang khas. Ia efektif
dilakukan pada khalayak tertentu dan situasi tertentu pula.
Tetapi, di negara-negara yang sudah maju, advokasi lebih banyak dilakukan dalam bentuk
lobi, kampanye dan membentuk koalisi. Ini terasa logis. Sebab, masyarakatnya sudah
memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang sebuah kebijakan
publik. Sementara itu, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, advokasi lebih
mengacu pada kegiatan mengorganisasikan kemlompok korban dan menciptakan tekanan
massa lewat demonstrasi.
12
hanya bisa dilakukan oleh aktivis LSM atau masyarakat yang menjadi korban kebijakan
publik saja, melainkan bisa juga dilakukan oleh lembaga pemerintah. Tinggal sekarang
kemauan lembaga tersebut menilai kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan yang
merugikan hak-hak rakyat dan kesediaan melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan
tersebut.
BAB III
PENUTUP
13
3.1 KESIMPULAN
Advokasi adalah alat yang bisa dipakai untuk mengubah kebijakan publik tentang
pelayanan kesehatan yang merugikan hak-hak rakyat. Kebijakan publik sendiri bermacam-
macam, mulai dari Undang-Undang, Surat Keputusan Mennteri Kesehatan, Peraturan Daerah
hingga Instruksi Presiden. Karena keadilan adalah soal yang paling buruk di negeri ini sampai
sekarang, maka bukan mustahil kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan yang ada tidak
menjanjikan keadilan buat rakyat. Tegasnya, kebijakan publik itu hanya menguntungkan
pihak-pihak yang sudah mapan, seperti penguasa dan pengusaha.
Kalau ini memang terjadi, sudah saatnya pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan
kesehatan melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan tersebut. Tetapi, mereka perlu
ingat dengan sebuah logika politik di negara yang demokrasi adalah, suara yang banyak bisa
mengalahkan suara yang sedikit, sekalipun suara yang sedikit itu menyuarakan kebenaran.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
14
Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and Practice.
San Francisco,oxford: Joosey-Bas Publiser.
15