Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku
mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah
gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian
Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai
contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan
sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan
pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya
menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam
masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Penulis menulis makalah tentang advokasi pendidikan kesehatan untuk menambah


wawasan dan mengetahui tentang advokasi pendidikan kesehatan. Dengan kita mengetahui
dan memahami advokasi pendidikan kesehatan, akan memudahkan kita dalam melakukan
promosi pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Di dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang advokasi pendidikan kesehatan.

1
1.2 TUJUAN

Untuk mengetahui tentang advokasi dalam promkes serta prinsip-prinsip dasar


advokasi.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian advokasi dalam promkes?

2. Apa saja prinsip-prinsip dasar advokasi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

2.1 PENGERTIAN ADVOKASI

Advokasi secara harfiah berarti pembelaan,sokongan atau bantuan terhadap seseorang


yang mempunyai permasalahan.Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka
advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain
sebagai berikut :

1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati –hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )

Istilah advocacy (adpokasi) mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat


pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan atau

3
promosi kesehatan. WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:

a. Advocacy (advokasi)

b. Social support (dukungan social)

c. Empowerment (pemberdayaan masyarakat)

Strategi global ini dimaksudkan bahwa, pelaksanaan program kesehatan masyarakat


antara lain sebagai berikut :

1. Melakukan pendekatan lobying dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka
menerima commited, dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-
keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Dalam pendidikan kesehatan
para pembuat keputusan, baik di tingkat pusat maupun daerah, disebut sasaran tersier.

2. Melakukan pendekatan dan pelatihan-pelatihan kepada tokoh para masyarakat setempat,


baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuannya agar para tokoh masyarakat
setempat mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan program, dan dapat membantu
menyebarkan informasi program atau melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan agar
para toma berfikir positif sehingga dapat dicontoh oleh masyarakat dan hal ini merupakan
sasaran sekunder pendidikan kesehatan.

3. Petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat melakukan kegiatan penyuluhan


kesehatan, konseling melalui berbagai kesempatan dan media. Tujuan dari kegiatan ini untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Oleh sebab itu
kegiatan ini disebut pemberdayaan atau empowerment. Masyarakat umum yang menjadi
sasaran utama dalam setriap program kesehatan ini disebut sasaran primer.

2.2 PRINSIP-PRINSIP ADVOKASI

Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan


persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan
kepada para pemimpin institusi.Advokasi tidak hanya dilakukan individu,tetapi juga oleh
kelompok atau organisasi,maupun masyarakat.Tujuan utama advokasi adalah untuk
mendorong kebijakan publik seperti dukungan tentang kesehatan.

4
Dengan demikian dapat disimpuilkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara
pendekatan atau kegiatan individu dan social,untuk memperoleh komitmen politik,dukungan
kebijakan ,penerimaan social, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program
atau kegiatan.

Tujuan advokasi yaitu :

1. Komitmen politik ( Political commitment )

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk

mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran

kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden.Untuk

meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.

2. Dukungan kebijakan ( Policy support )

Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan

advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah

memperoleh komitmen politik tersebut.

3. Penerimaan sosial ( Social acceptance )

Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat.Suatu

program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka

langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh

dukungan masyarakat.

4. Dukungan sistem ( System support )

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur

kerja yang jelas mendukung.

5
2.3 KEGIATAN –KEGIATAN ADVOKASI

a. Lobi Politik (political lobbying)

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal kepada para pejabat untuk


menginformasikan dan membahas masalah dari program kesehatan yang akan dilaksanakan.

b. Seminar atau presentasi

Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas
sektor. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya, diperoleh
komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.

c. Media advokasi (media advocacy)

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media


khususnya media massa. Melalui media cetak maupun media elektronik permasalahan
kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampain pendapat,
dan sebagainya.

d. Perkumpulan (asosiasi) peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan


terhadap masalah terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga merupakan bentuk advokasi.

2.4 ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI

Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi dalam
melakukan kegiatan advokasi yaitu :

a. Crideble

Artinya program yang kita tawarkan atau ajukan itu harus menyakinkan para penentu
kebijakan atau pembuat keputusan. Oleh sebab itu sebaiknya sebelum program itu diajukan
harus dilakukan kajian lapangan, jangan hanya berdasarkan data atau laporan yang tersedia
yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan.

b. Feasible

6
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara teknik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Layak secara teknik artinya program tersebut dapat dilaksanakan,
petugas mempunyai kemampuan kyang cukup sarana dan prasarana pendukung tersedia,
secara politik artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada
masyarakat, sedangkan layak secara ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup.

c. Relevant

Artinya program yang diajukan tersebut paling tidak mencakup dua kreteria, yaitu :
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua program yang benar-benar relevan, dalam arti
dapat membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat
sudah barang tentu akan didukung.

d. Urgent

artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan
harus segera dilaksanakan kalau tidak, akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
Oleh sebab itu program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik diantara alternatif-
alternatif yang lain.

e. High Priority

Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai preoritas yang tinggi. Agar
para pembuat keputusan atau penentu kebijakkan menilai bahwa program tersebut
mempunyai preoritas tinggi, diperlukan analisis yang cermat, baik terhadap masalahnya
sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program yang akan diajuakan.

2.5 KOMUNIKASI DALAM ADVOKASI

Komunikasi advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengmbil keputusan atau


penentu kebijakkan. Oleh sebab itu advovokasi disektor kesehatan adalah komunikasi antara
para pejabat atau petugas kesehatan disemua tingkat dan tatanan dengan para penentu
kebijakkan ditingkat atau tatanan tersebut. Untuk menghasilkan komunikasi yang efektif
diperlukan prakondisi antara lain sebagai berikut :

1. Atraksi Interpersonal

7
Atraksi intrapersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang
yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Atraksi
interpersonal ditentukan oleh factor sebagai berikut:

a. Daya tarik

Daya tarik ini sangat ditentukan sikap dan perilaku orang terhadap orang lain. Oleh
sebab itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya, dengan membiasakan senyum terhadap
setiap orang, berpikir positif terhadap orang lain, dengan sebagai berikut.

b. Percaya diri.

Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri, melainkan suatu perasaan bahwa ia
mempunyai kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman dibidangnya. Oleh sebab itu
agar percaya diri harus mendalami pengetahuan teoritis lapangan tentang bidangnya,
terutama program yang akan dikomunikasikannya.

c. Kemampuan

Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang mau melakukan tugas-tugasnya,ia
akan lebih percaya diri.

d. Familiarity.

Artinya petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu,
misalnya rapat, pertemuan informal,seminar, dansebagainya, akan lebih pamiliar, termasuk
dalam kalangan pemuda setempat atau bupati.

e. Kedekatan (proximity)

Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dengan para pejabat atau keluarga
pejabat setempat adalah factor yang penting untuk melakukan advokasi.

2. Perhatian.

Berdasarkan teori psikologis ada dua factor yang mempengaruhi perhatian seseorang,
yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang berasal dalam diri

8
orang itu sendiri. Factor internal terdiri dari, faktor biologis (biologis,seks), dan factor
psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi, kebiasaan, kemauan, kebutuhan, dan sebagainya).

3. Intesitas komunikasi.

Artinya pesan atau imformasi yang akan disampaikan melalui peruses komunikasi
advokasi adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan kometmen atau
dukungan nya dari pada para pembuat keputusan tersebut. Oleh sebab itu agar komunikasi
advokasi efektif, maka program yang ingin didukung dengan pejabat harus sering
dikomunokasikan melalui berbagai kesempatan atau pertemuan, baik pertemuan formal atau
informal,melalui seminar dan sebagainya.

4. Visualisasi.

Seperti telah disebutkan di atas, untuk memperileh perhatian dari para pembuat atau
penentu kebijakan, maka pesan-pesan atau program-program kesehtan yang kita tawarkan
harus mempunyai intestas tinggi. Disamping itu impormasi atau pesan yang menarik perlu
divisualisasi dalam media, khususnya media interpersonal.media interpersonal yang paling
efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slidi atau video
cassette. Pesan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang diilustrasikan melaluigrafik, table,
gambar, atau foto.

2.6 INDIKATOR ADVOKASI

Advokasi sebagai suatu kegiatan , sudah barang tentu mempunyai masukan (input) ---
proses---keluaran (output). Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta
indikator-indikator evaluasi tentang 3 komponen tersebut yaitu:

1. Input

Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan
melakukan advokasi (advocator) yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung
argumen dalam advokasi.

2. Proses

9
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi
proses advokasi harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi tersebut.

3. Output

Keluaran atau output advokasi sektor kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk, yakni: output dalam bentuk perangkat lunak (soft ware) dan output dalam bentuk
perngkat keras (hard ware).

2.7 METODE DAN TEKNIK ADVOKASI


Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam,yaitu:

1. Lobi politik ( political lobying )


2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan

2.8 UNSUR-UNSUR ADVOKASI


Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :

1. Penetepan tujuan advokasi


2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.

2.9. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI


Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :

1. Melibatkan para pemimpin


2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.

10
2.10 LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI

1. Tahap Persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau


instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah:data–> informasi –> bukti yang dikemas
dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,
akibat atau dampak masalah,dampak ekonomi, dan program yang diusulkan / proposal
program.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
3. Tahap Penilaian
Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Software,misalnya: dikeluarkannya UU,PP,Perda,KepMen,SK Bupati,MOU,dsb
b. Hardware,misalnya:meningkatnya anggaran kesehatan,adanya bantuan sarana.

2.11 BIDANG KERJA ADVOKASI


Setidaknya terdapat dua bidang kerja yang menjadi
garapan advokasi. Pertama, ideologis. Dalam konteks ini advokasi. ingin mengubah tatanan
yang ada. Hanya tatanan barulah yang dipercaya bisa menciptakan kehidupan masyarakat
yang nyaman dan sejahtera. Karena menyangkut kepercayaan, ia bisa sangat ketat, tetapi bisa
juga biasa saja. Yang jelas, kepercayaan sulit berubah. Ia sudah merupakan sumber
kebenaran.
Kedua, strategis. Di sini advokasi digunakan untuk memenangkan pertarungan. Ia
dipercaya bisa memberikan kemenangan bagi pihak yang melakukannya. Karena itu, ia
dipakai sebagai usaha untuk mengcounter isu-isu yang diungkapkan oleh pihak lawan.
Semakin banyak isu yang diungkapkan oleh pihak lawan, semakin keras pula usaha
mengcounternya.
Maka, pihak-pihak yang akan melakukan advokasi harus mengetahui bidang kerja advokasi
secara persis. Bidang kerja ideologis mengangankan perubahan mendasar dan menyangkut
struktur sosial dalam masyarakat. Sedangkan bidang kerja strategis lebih mengarah pada
masa sekarang dan menyangkut kepentingan praktis, seperti pajak penerangan jalan dan
sebagainya.

11
2.12 BENTUK-BENTUK ADVOKASI
Ada sebuah dalil yang berlaku dalam kegiatan advokasi. Yakni, untuk
kegiatan advokasi, diperlukan berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan ini disesuaikan dengan
kondisi khalayak. Khalayak yang punya kekuatan penekan yang bisa dihandalkan tidak diajak
berdemonstrasi, melainkan membangun koalisi. Sebaliknya, khalayak di tingkat akar rumput
jangan diajak berkampanye, tetapi menciptakan tekanan massa lewat demonstrasi.
Bila dilihat lebih jauh, bentuk kegiatan advokasi terdiri atas: (i) kampanye: (ii) lobi; (iii)
mengorganisasikan kelompok korban; (iv) menciptakan tekanan massa lewat demonstrasi;
dan (v) membangun koalisi. Setiap bentuk kegiatan punya karakteristik yang khas. Ia efektif
dilakukan pada khalayak tertentu dan situasi tertentu pula.
Tetapi, di negara-negara yang sudah maju, advokasi lebih banyak dilakukan dalam bentuk
lobi, kampanye dan membentuk koalisi. Ini terasa logis. Sebab, masyarakatnya sudah
memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang sebuah kebijakan
publik. Sementara itu, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, advokasi lebih
mengacu pada kegiatan mengorganisasikan kemlompok korban dan menciptakan tekanan
massa lewat demonstrasi.

2.13 KONTEKS ADVOKASI


Lalu, untuk pelayanan kesehatan, apa yang bisa diharapkan dari advokasi?
Karena advokasi merupakan alat untuk mengubah kebijakan publik dalam rangka melindungi
hak-hak rakyat dan dari bencana buatan manusia, maka pihak-pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan bisa melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan pelayanan
kesehatan yang dirasakan tidak melindungi hak-hak rakyat. Mereka bisa, misalnya berkoalisi
dengan media massa untuk menyebarkan opini bahwa kebijakan penjualan obat di Indonesia
tidak menguntungkan masyarakat. Atau mereka bisa juga melobi kalangan DPR untuk
mengamandemen UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Mungkin Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mungkin merasa tidak
melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan yang
dirancang oleh pemerintah sendiri. Bukankah ia juga merupakan bagian dari pemerintah?
Tetapi, sebagai pihak yang berurusan dengan masyarakat di lapangan, bisa saja ia memiliki
informasi penting tentang efektifitas sebuah kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan.
Bertolak dari sini, ia melobi Departemen Kesehatan untuk mengubah kebijakan tersebut.
Kalau kemudian kebijakan itu berubah, maka sesungguhnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bersangkutan sudah melakukan advokasi. Dengan demikian, advokasi bukan

12
hanya bisa dilakukan oleh aktivis LSM atau masyarakat yang menjadi korban kebijakan
publik saja, melainkan bisa juga dilakukan oleh lembaga pemerintah. Tinggal sekarang
kemauan lembaga tersebut menilai kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan yang
merugikan hak-hak rakyat dan kesediaan melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan
tersebut.

BAB III
PENUTUP

13
3.1 KESIMPULAN
Advokasi adalah alat yang bisa dipakai untuk mengubah kebijakan publik tentang
pelayanan kesehatan yang merugikan hak-hak rakyat. Kebijakan publik sendiri bermacam-
macam, mulai dari Undang-Undang, Surat Keputusan Mennteri Kesehatan, Peraturan Daerah
hingga Instruksi Presiden. Karena keadilan adalah soal yang paling buruk di negeri ini sampai
sekarang, maka bukan mustahil kebijakan publik tentang pelayanan kesehatan yang ada tidak
menjanjikan keadilan buat rakyat. Tegasnya, kebijakan publik itu hanya menguntungkan
pihak-pihak yang sudah mapan, seperti penguasa dan pengusaha.
Kalau ini memang terjadi, sudah saatnya pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan
kesehatan melakukan advokasi untuk mengubah kebijakan tersebut. Tetapi, mereka perlu
ingat dengan sebuah logika politik di negara yang demokrasi adalah, suara yang banyak bisa
mengalahkan suara yang sedikit, sekalipun suara yang sedikit itu menyuarakan kebenaran.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan perubahan perilaku masyarakat


melalui program promosi-promosi kesehatan yang sifatnya menyeluruh guna menciptakan
perubahan perilaku dan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo,soekijo. 1990. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

14
Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and Practice.
San Francisco,oxford: Joosey-Bas Publiser.

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi

Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009

Departemen Kesehatan RI, Pusat promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi

Kesehatan Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Kemitraan Promosi

Kesehatan Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Jakarta

15

Vous aimerez peut-être aussi