Vous êtes sur la page 1sur 7

ABAD PERTENGAHAN

1. Latar Belakang

Arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak), mulai dari
lingkup makro, seperti perencaan dan perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap hingga
lingkup mikro, seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk. Dalam
arti yang sempit, arsitektur sering kali diartikan sebagai ilmu dan seni perencanaan dan perancangan
bangunan. Dalam pengertian lain, istilah arsitektur sering juga dipergunakan untuk menggantikan istilah
hasil-hasil proses perancangan (sumber: Wikipedia).

Arsitektur merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan yang lahir dan berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia yang diwariskan secara turun-temurun. Arsitektur sudah ada sejak
manusia pertama kali hidup di bumi untuk melindungi dirinya dari alam, baik itu terhadap perubahan
iklim dan cuaca, terhadap serangan binatang buas, ataupun terhadap serangan manusia dari kelompok
lainnya.

Arsitektur dapat dikatakan telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia, yang berkaitan dengan
berbagai segi kehidupan seperti: seni, teknologi, geografi, dan sejarah. Inti dari semuanya adalah kita
tidak akan dapat memahami secara menyeluruh sebuah karya arsitektur tanpa beberapa latar belakang
pengetahuan yang mendukung. Perkembangan dan perubahan sosial politik, ketersediaan akan material
dan bahan bangunan, kemajuan pengetahuan dan Teknologi, Perubahan dalam mode dan fungsi
pendukung, serta pengaruh kebudayaan asing.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh
yang cukup kuat terhadap perkembangan arsitektur didunia. Perkembangan arsitektur dari masa Yunani
dan Romawi. memberikan pengaruh yang besar hingga berabad-abad sampai masa moderenisme diakhir
abad ke-18.

2. Awal Perkembangan

Menurut Widiastuti (2013) dalam perkuliahannya, peradaban arsitektur pertama kali diperkirakan
berasal dari bangsa Mesopotamia yang terletak di antara dua sungai, yakni sungai Tigris dan sungai
Euphrates yang saat ini merupakan bagian dari negara Irak dan Syria bagian timur. Sejarah Mesopotamia
dimulai sekitar 3.000 SM dan kemudian menyebar ke wilayah Mesir dan hampir sebagian benua Asia
hingga memasuki peradaban di Eropa. Perkembangan arsitektur dari masa ke masa dapat dijabarkan
dalam bentuk kronologi. Seperti menurut Marvin Trachtenberg dan Isabelle Hyman dalam kronologi
mereka, perkembangan arsitektur dibagi dalam 4 tahap, yaitu (Widiastuti, 2013):
Berdasarkan tabel di samping, abad pertengahan (The Middle Age) atau abad Mediaves merupakan
periode sejarah arsitektur yang berkembang pesat di benua Eropa dengan dimulainya kebangkitan religi
di benua tersebut setelah runtuhnya Kerajaan Romawi Barat yang berkedudukan di Roma (476 M) dan
munculnya Kerajaan Romawi Timur yang berkedudukan di Konstantinopel.

Sejarah arsitektur abad pertengahan dimulai pada tahun 313 M ketika agama kristen dinyatakan sebagai
agama yang legal oleh Kaisar Konstantin dengan meluluskan Edict of Toleration yang memungkinkan
penyebaran Kristen (Trianto, 2012). Sama halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh
kepercayaan terhadap para dewa, periode abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Agama mulai berkembang dan memengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.

Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di masa zaman kuno ditinggalkan dan dianggap
sebagai ilmu sihir. Pada masa ini ilmu pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan untuk kepentingan religi
termasuk dalam menciptakan suatu bangunan dan tempat-tempat umum selalu menyediakan ruang
untuk tempat memuja Tuhan.

Pesatnya pembangunan pada masa itu mengharuskan Kaisar Konstantinopel untuk membuat tempat
peribadatan berupa gereja-gereja. Untuk mengakomodasi kebutuhan wilayah yang lebih luas, orang-
orang Kristen awalnya menggunakan desain yang mereka sebut dengan basilika. Basilika adalah
merupakan bangunan peninggalan arsitektur Romawi yang ketika itu berfungsi sebagai bangunan
pengadilan, dipilih dan diputuskan sebagai bangunan gereja. Bentuk dasar denah basilika adalah segaris
“linier” yang berbasis pada tiga ruang yaitu tengah “nave” dan diapit oleh kedua sisi “aisles” serta
dipisahkan oleh kolom-kolom.

3. Masa Kristen Awal

Masa Kristen awal berkembang pada saat pertengahan Kekaisaran Romawi dan abad pertama. Berikut
periode Kristen awal:

0-325 M : Periode pengajaran dan awal mula kristen ditandai dengan penyaliban Yesus (sekitar tahun 30
Masehi)
313-325 M : Kaisar Konstantin mengeluarkan peraturan yang memungkinkan umat Kristen
mempraktekkan agama secara bebas di Romawi

325 M : Kaisar Konstantin masuk agama Kristen

325-395 M : Kristen adalah agama resmi Kekaisaran Romawi

395 M : Perpecahan Kerajaan Romawi

Periode Kristen awal di tandai dengan pemahaman terhadap kepercayaan religi lebih mendominasi, hal
ini dibuktikan bahwa manusia mulai memikirkan hal-hal yang bersifat kehidupan dunia setelah kematian,
manusia cenderung berintrospeksi pada diri sendiri, karya arsitekturnya bersifat religius (tempat-tempat
ibadah), dan karya seni lebih ditonjolkan untuk kepentingan agama. Terdapat beberapa karakteristik
bangunan arsitktural gereja pada masa Kristen awal antara lain, yakni:

Denah bentuk segi empat “simetris”, biasanya ukuran panjang = dua kali lebar.

Bangunan cukup luas untuk menampung jumlah umat yang besar.

Bagian tengah “nave” yang seperti lorong panjang memberikan pandangan yang tak terputus bagi umat
ke bagian depan yang berupa portico atau narthex.

Pintu masuk selalu berada di sebelah barat.

Orang yang tidak boleh masuk gereja (karena dosa-dosanya) harus mendengarkan kutbah di bagian
portico

Altar diletakkan di podium bagian timur yang disebut “bema” dan di belakangnya terdapat ruang
setengah lingkaran yang disebut “apse”.

Interior utama terdiri dari sebuah ruang besar di tengah “nave” yang di samping kiri-kanannya terdapat
gang “aisle” yang dibatasi oleh deretan kolom.

Tempat pembaptisan “baptisteries” adalah bangunan terpisah dengan bentuk denah lingkaran atau segi
banyak (polygonal).

Tempat air baptis “font” selalu ditempatkan di bagian tengah dan biasanya merupakan replika yang lebih
kecil dari bangunan itu sendiri.

Bagian-bagian dari Basilika

Gedung basilika yang diadopsi untuk kepentingan peribadatan ketika itu merupakan peralihan fungsi dari
pengadilan di masa Romawi, sehingga para pakar menyebutkan bahwa masa awal arsitektur Kristen
adalah perakitan arsitektur Romawi. Nilai-nilai kesombongan yang ditampilkan melalui skala bangunan di
luar skala manusia untuk mengedepankan skala Tuhan yang agung, sakral, suci, magis, dan religius. Para
arsitek di masa itu menampilkan interior bangunan basilika dengan dekorasi berupa hiasan ornamen
atau gambar tentang ceria tokoh atau pemuka agamanya. Beberapa bangunan gereja yang sangat
terkenal ketika masa arsitektur Kristen awal adalah Basilika S. Clemente, Basilika S. Appolinare, dan
Basilika S. Petrus.

4. Masa Byzantium

Byzantium berkembang pada saat Kekaisaran Romawi mulai runtuh, Kekaisaran Romawi dibagi menjadi
bagian timur dan barat serta merupakan pewaris langsung kekaisaran terakhir Romawi. Tiga aspek
kehidupan orang Byzantium yang menonjol adalah keagamaan, kerajaan, dan pertunjukan. Kehidupan
kota dikekelilingi 3 bangunan penting sesuai aspek kehidupan orang-orang Byzantium, yaitu kelompok
gedung Hypodrom (pertunjukan: rakyat), Istana suci kekaisaran (kerajaan: kaisar), dan Gereja Hagia
Sophia (keagamaan: Tuhan). Ketiga gedung tersebut terletak berdekatan dan dihubungkan oleh jalan di
tengah-tengah, yaitu suatu jalan yang selalu dipakai untuk upacara kenegaraan dan keagamaan (jalan
protokol menuju ke bangunan penting). Masa keemasan arsitektur Byzantium berada di bawah
kekuasaan Kaisar Justian (527-565). Selama periode kekuasaannya, beliau membangun ikon arsitektur
Byzantium berupa Gereja Hagia Sophia yang dibangun kembali pada 532-537 setelah sebelumnya
sempat hancur akibat kerusuhan. Sama halnya dengan masa Kristen Awal, pada masa Byzantium juga
terrdapat beberapa karakteristik bangunan arsitktur gereja antara lain, yakni:

Denah dapat berbentuk basilika, salib, lingkaran atau polygon.

Pintu masuk di sebelah barat, altar di sebelah timur.

Bahan bangunan utama adalah bata, disusun berdasarkan pola dekoratif atau dilapis plasteran.

Atap ditutup oleh lapisan timah.

Luar bangunan terlihat cukup sederhana, datar, dengan jendela yang kecil dan berteralis.

Interior bangunan kaya dengan mosaik yang penuh warna, menghiasi dinding, kubah, dan langit-langit
(warna dominan adalah biru dan emas).

Gambar mosaik adalah cerita-cerita dari Injil atau cerita kekaisaran

Mosaik dibuat dari kubus-kubus kecil (dari marmer atau kaca) yang direkatkan di lapisan semen.

Kolom-kolom pada bangunan Byzantium memiliki banyak ornamen. Biasanya monogram (inisial) kaisar
atau penguasa dipahat pada kolom tersebut.
Fitur lain yang penting pada gereja Byzantium adalah kubah. Kubah Byzantium diletakkan di atas bukaan
denah berbentuk persegi sedangkan pada kubah Romawi diletakkan di atas bukaan denah bentuk
lingkaran.

5. Masa Ramanesque

Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur abad pertengahan Eropa ditandai dengan lengkungan
setengah lingkaran, istilah romanesque muncul pada abad ke-19 untuk menunjukkan gaya yang dimulai
pada abad ke-11 sampai abad ke-12 ini. Periode Romantiqe merupakan jaman kegelapan “Dark Ages”
dimana tidak banyak terdapat hasil karya arsitektur yang benar-benar mencirikan masa ini. Para arsitek
hanya meniru karya-karya lama pada masa Romawi dan mencampurnya dengan ide-ide dari agama
Kristen sehingga gaya arsitektur romanesque dapat dikatan perpaduan antara fitur dari bangunan
Romawi Barat dengan gaya arsitektur Byzantium. Kolaborasi dua masa tersebut menciptakan
karakteristik bangunan berupa gereja yang khas di masa romanesque, yakni:

Gereja Romanesque memiliki karakteristik busur lengkung, dapat ditemukan pada pintu, jendela, gang-
gang arcade, langit-langit dan lain-lain.

Atap gereja pada awal menggunakan kayu, karena mudah terbakar maka penggunaan kayu digantikan
dengan langit-langit lengkung terbuat dari batu.

Penggunaan langit-langit batu mengakibatkan beban gedung bertambah sehingga dinding dibuat lebih
tebal sebagai pendukung yang disebut buttress.

Terdapat dua menara tinggi di bagian depan (barat).

Denah berbentuk lingkaran, segi empat atau segi delapan.

Atap berbentuk kerucut meruncing ke atas.

Tympanum pada Pintu Masuk Gereja

Pahatan adalah fitur terpenting pada dekorasi pintu masuk utama. Pintu masuk terletak di bagian dalam
dinding yang tebal (beberapa dinding tebalnya mencapai 6 m). Di atas pintu terdapat tympanum, yang
biasanya diisi dengan pahatan yang berisi penggalan cerita Injil.
Denah gereja Romanesque selalu berbentuk salib. Altar diletakkan di timur (menghadap Yerusalem),
pintu masuk di barat.

Pada interior tidak terdapat kursi, umat beribadah sambil berdiri.

Terdapat ruang bawah tanah “crypt” di bawah altar untuk menempatkan peninggalan dari para santo
(orang suci).

Nave dan aisles dipisahkan oleh barisan kolom dan busur. Di atas aisles terdapat gallery “triforium” yang
dapat memberikan view ke nave, Di atas gallery tersebut terdapat koridor sempit “clerestory” sebagai
tempat jendela-jendela utama.

Struktur langit-langit adalah busur tinggi terbuat dari batu. Terdapat jenis barrel vault (sederhana) dan
cross vault (busur bersilang).

Terdapat kolom-kolom besar yang disebut Capital Coloum, dibuat dengan dasar order Romawi atau
desain khas Romanesque.

6. Masa Gothic

Arsitektur Gothik adalah perwujudan keyakinan Kristen lebih moderen daripada periode-periode
sebelumnya, dimana bangunan Gothik yang paling dikenal adalah katedral. Katedral merupakan
bangunan yang penting bagi sebuah komunitas atau suatu kota di Eropa pada abad pertengahan. Orang
yang membuat katedral bukan orang setempat atau penduduk asli suatu kota, melainkan kelompok
tukang batu profesional yang mengerjakan proyek dari satu kota ke kota lain.

Arsitektur Gothik memiliki tiga karakteristik yang membedakannya dari periode Romanesque, yakni
lengkungan runcing, kubah bergaris, dan penopang layang. Perkembangan ini memungkinkan arsitek
untuk membuat gereja jauh lebih besar dan lebih cerah. Adapun katedral pada masa Gothik yang paling
terjaga adalah Katedral Laon (1190), denan masih menggunakan unsur-unsur gereja Gothik yang berupa
tiga pintu masuk, jendela mawar dan menara tinggi. Selain unsur-unsur tesebut terdapat beberapa fitur-
fitur khusus berupa:

Busur lancip yang mengarah vertikal.

Bagian barat gereja adalah bagian yang paling kaya ornamen. Umumnya terdapat tiga pintu masuk, pintu
masuk bagian tengah adalah yang paling besar.
Patung-patung pada kolom dibuat di depan kolom, bukan menjadi bagian dari kolom, bukan ukiran
kolom seperti peiode-periode sebelumnya.

Bagian atas pintu terdapat jendela berbentuk lingkaran besar yang terdiri dari banyak bagian-bagian
mosaik kecil. Jendela ini disebut juga jendela mawar “rose window”.

Pada bagian depan terdapat dua menara utama di samping kiri dan kanan.

Titik perpotongan nave dan transept (bagian tengah denah salib) terdapat menara yang mempunyai atap
sangat tinggi.

Rose Window

7. Referensi

Widiastuti. 2013. ARSITEKTUR MESOPOTAMIA (Lokasi, Filosofi, Prinsip Dasar, Kronologi, Aplikasi).
Disampaikan pada perkuliahan Arsitektur Dunia 1. Denpasar : tidak dipublikasikan.

________. 2013. ARSITEKTUR ROMAWI (Lokasi, Filosofi, Prinsip Dasar, Kronologi, Aplikasi). Disampaikan
pada perkuliahan Arsitektur Dunia 1. Denpasar : tidak dipublikasikan.

________. 2013. Prinsip Dasar & Pola Penyebaran (Arsitekutr Prasejarah & Klasik). Disampaikan

Vous aimerez peut-être aussi