Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Muhammad Rosyidi
Nopa Somaliana
Yunisa Abriyantari
Zurnaomi
Adhar Bulqia
Fitria
Mira Yuliandari
Wahyu Ramadhan
MATARAM
2018
A. Konsep Dasar Sirosis Hepatis
(Engram, 2000).
2. Etiologi
utama. Sirosis sering terjadi dengan frekwensi paling tinggi adalah pada
minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan
laki lebih banyak dari pada wanita dan mayoritas klien sirosis berusia 40
hingga 60 tahun.
kronis dan merupakan dan merupakan tipe Sirosis yang paling sering
2) Sirosis pascanekrotik
Dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
3) Sirosis bilier
poscanekrotik.
Secara morfologi, sirosis hepatis dibagi atas jenis mikronoduler
4. Patofisiologis
jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regeneasi
2002).
namun varises ini dapat terjadi pada bagian lebih tinggi atau meluas
oleh hipertensi portal yang terjadi obstruksi pada saluran vena porta, pada
dari traktus intestinal dan limpa akan mencari jalan keluar melalui kolateral
lainya yang lebih jarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi dalam vena
pada varises esofagus harus dicurigai jika ada hematemisis dan melena,
khususnya pada klien yang biasa mengkonsumsi minuman keras. Vena
yang mengalami dilatasi biasanya tidak mengalami gejala kecuali jika ada
peningkatan tekanan porta yang tajam dan mukosa atau struktur yang
haemorargik masif.
makanan yang tidak dikunyah dengan baik atau minum cairan yang
perdarahan.(Brunner, 2000)
teori luber.
terbatas.
dari asites yaitu small volume (grade 1) adalah asites ringan yang
dapat diketahui dari perut yang kembung dan terdapat shiffting dullness
volume, dapat terlihat dengan jelas dan terdapat suara seperti air
turun.
tampung vaskuler, sinusoid hati dan sistem portal dimana pada tempat-
disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi
organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan akan
organ-organ ini dapat menjadi tempat yang kongestif pasif yang bebas.
Dengan kata lain organ tersebut akan dipecah oleh darah dan dengan
pepsi kronis dan konsistensi atau diare berat. badan klien secara
5. Komplikasi
b. Ensefalopati hepatik
a. Hematemisis melena
b. Koma hepatikum
darah.
gonadotropin
6. Manifestasi klinis
berikut :
kecoklatan.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana
hepatikum.
yaitu :
dan pubis.
4) Hiperpigmentasi
h. Jari tabuh
7. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksan diagnostik
dalam menjalaninya.
enzim menunjukkkan kerusakan sel hati, yaitu kadar alkali fosfatase, AST
(SGOT) serta ALT (SGPT) meningkat dan kadar kolinesterase serum dapat
besar hati dan aliran darah hepatik serta obstruksi aliran tersebut. Analisa
tersebut.
8. Penatalaksanaan
b. Diet rendah protein diet hati III : Protein 1g/kg bb, 55g protein, 200
kalori), bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau
III (1000-2000 mg). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori
hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
a. Istirahat dan diet rendah garam, dengan istirahat dan rendah garam
perubahan.
c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat diatasi dengan terapi
sebanyak 6-8 gr untuk setiap liter cairan asites, atau dapat digunakan
(Mansjoer 2001).
d. Terapi konservatif
Terapi untuk asites ringan , dicoba dulu dengan diet rendah garam.
Apabila gagal maka penderita harus dirawat dan dicoba lagi pemberian
diet rendah garam (20-5 mEq Na/hari). Asupan air dibatasi hanya
e. Deuretik
Lebih kurang 20% asites dapat diatasi dengan diet rendah garam saja
f. Spironolakton
berhasil.
g. Terapi lain
Sebagian kecil saja penderita Sirosis hepatis yang tidak berhasil dengan
Metode atau obat-obatan yang biasa digunakan pada sirosis hepatis adalah :
a. Albumin
b. Parasentesis
furosemid.
d. Le Ve Shunt
20%.
e. Portocaval shunt
dilakukan.
f. Penghambat beta
Bagi penderita yang mengalami gagal ginjal setelah pemberian
(Waspandji, 1987).
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
perdarahan gusi.
5) Neurosensori
neuronefritis perifer
7) Pernapasan
8) Keamanan
9) Seksualitas
c. Aspek psikologis
kopping.
d. Aspek sosial
e. Aspek spiritual
g. Pemeriksaan fisik
sklera, terdapat spider nevi terutama pada kulit dan punggung, bahu,
Selain itu dilakukan pada pengukuran berat badan, tinggi badan dan
lingkar perut
h. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
penampilan fisik.
8) Kekurangan pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
3. Perencanaan
anoreksia
Intervensi :
kekurangan intake
terlalu dingin
amonium,.
encefalopati
kemajuan sirosis
dan amoniak
plasma
Intervensi :
sodium)
natremi
Intervensi
a Observasi warna, konsistensi dan banyaknya tinja
perdarahan
perdarahan gigi
injeksi
4) Gangguan body image gambaran diri berhubungan dengan
Intervensi :
lebih bersahabat
kepercayaan
status metabolik
Intervensi :
diinsikasikan
normal.
Intervensi :
sekret
perubahan sputum
dada
Intervensi :
koma hepatikum
encefalopati
c) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku klien dan mental klien
saat ini
klien
Intervensi :
akan datang
yang diresepkan
program terapeutik
depresi
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
makanan, anoreksia
plasma
stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada edema.
resiko perdarahan.
status metabolik
tertentu.
hipoalbumin
C. Dokumentasi keperawatan
sebagai alat yang digunakan dalam bidang pendidikan serta sebagai alat
Effendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsir, S, 2004, Penuntun Diet, edisi baru, Instalasi diet RS Dr. cipto
Mangunkusumo, Jakarta