Vous êtes sur la page 1sur 4

Nama : Aris May Gunawan

NIM : J1B115047
Kelas : TEP VI R-001
TAKE HOME
MK. HIDROLOGI TEKNIK/PTP370
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Dosen: Dr. Ir. H. Aswandi, M.Si

Soal:

1. Pengaturan Pemberian Air Irigasi


Diketahui:
• Diketahui Ruang pori total 50%
• Kedalaman akar = 20 cm
• Kada air Kapasitas lapang = 35%
• Kadar air titik layu permanen = 15%
• Evapotranspirasi potensial = 5 mm/hari
• Koefisien tanaman (kc) = 0,8
Dasar Teori:
• Tanah jenuh air : seluruh ruang pori terisi oleh air
• Air tersedia : Kadar air kapasitas lapang-titik layu permanen
• Air segera tersedia biasaya diasumsikan 50-70% dari air tersedia.
• Irigasi harus diberikan bila air tersedia mendekati angka 50-70% terpakai
Ditanya :
Berapa kemampuan tanah menyimpan air, dan kapan harus disiram (irigasi) bila hari ini hujan
dan hari berikutnya tidak ada hujan.
2. Jelaskan alur cerita bergambar berikut secara urut dari input hujan sampai tergambarkannya
hydrograph aliran/banjir.

3. Jika lahan basah atau lahan gambut sudah didrinase/ dibuat kanal-kanal, maka fungsi
hidrologisnya menjadi rusak, kenapa demikian, jelaskan apa dampak besar yang akan terjadi,
terutama menghadapi musin kemarau.

4. Jika anda ingin melakukan perhitungan debit aliran(Qw) dari suatu DAS, anda harus membuat
persamaan regresi (disarankan power regression/regresi berpangkat) untuk dapat digunakan
mengolah data TMA yang tercatat secara time series menjadi data debit. Jelaskan kenapa harus
membuat persamaan regresi dan bagaimana membuatnya.

5. Pengelolaan DAS terpadu terkenal dengan pendekatan ekosistem dari hulu sampai hilir; yaitu
konsep ”One watershed, one planning, one management” Jelaskan maksutnya?
Ketentuan:
Jawaban yang sama (redaksi/polanya) jika benar dinilai hanya 50%
Semakin lengkap jawabannya, semakin baik dan tinggi nilainya
Jawaban terlambat, nilai dikurangi dan disesuaikan dgn lama keterlambatannya

(JAWABAN)

1. 100% jenuh = 100 mm


TL = 35%x mm = 35 mm
TLP = 15% x mm = 15 mm
KL = kapastias lapang
TLP = titik layu permanen
(100 - 12)/4 =22 hari
100% jenuh = ruang pori total x kedalaman air
TL (titik lapang) = kadar air kapasitas lapang x kedalaman akar
TLP (titik layu permanen) = evapotranspirasi potensial x koefisien tanaman
Irigasi = (air tersedia habis) + (evapotranpirasi aktual)
waktu penyiraman = {100% jenuh – (air tersedia – jumlah air tersedia habis)}/ evapotranspirasi
waktu penyiraman diasumsikan pada titik 70% air tersedia habis

2. Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh
aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu
kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus
hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus
hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan
ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut
dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai
ketika aliran air masuk ke laut.
3. Tanah gambut adalah tanah yang sifatnya seperti spons yang dibentuk oleh bahan-bahan organik
yang mudah menyimpan debit air namun juga mudah kehilangan air. Dampak besar yang akan
terjadi, terutama menghadapi musin kemarau adalah terjadi pengeringan dan penurunan kadar air
yang pada akhirnya akan memudahkan gambut untuk terbakar. Ketika tejadi kanalisasi maka air
akan tertarik keluar dari sistem gambut, gambut akan mengalami subsidence, selain itu juga akan
terganggunya regim hidrologi. Sedangkan jika pembuatan kanal dilakukan di bagian lereng dome
maka dampak negatifnya akan lebih buruk yaitu air akan dengan cepat keluar dari sistem
gambut, dome akan mengalami keruntuhan/collapse, dan hilangnya fungsi gambut sebagai
pengatur tata air. Oleh karena itu pengeringan lahan gambut dengan pembuatan kanal maupun
pembuatan sekat bakar dengan pembuatan parit-parit akan berisiko menimbulkan kebakaran
hutan manakala pengaturan airnya tidak dilakukan dengan baik.
4. Model regresi yang digunakan di dalam penelitian ini ada model regresi kurva linier dan model
regresi kurva non linier. Untuk kurva linier digunakan model regresi kuadrat terkecil
sedangkanuntuk kurva non linier digunakan model regresi berpangkat dan eksponensial. Bentuk
palingsederhana dari regresia kuadrat terkecil adalah apabila kurva yang mewakili titik-titik data
merupakangaris lurus. (Triatmodjo, 2002)
Cara pembuatan : 1.Uji Konsistensi Data Hujan
2.Curah Hujan Wilayah
3.Data Debit Sebagai Input Model Regresi
4.Model Regresi Non Linier
5.Pengujian Kinerja Model Regresi
5. One watershed, one planning, one management adalah suatu sistem yang mengintegrasikan
rencana pengolahan air lokal dengan pengolahan batas-batas DAS utama yang mengedepanan
pioritas, target, dan implementasi yang terukur berdasarkan perencanaan nasional. DAS dapat
dibagi ke dalam tiga komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem bagian hulu
merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran. Ekosistem tengah sebagai daerah
distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan pemakai air. Hubungan antara
ekosistem-ekosistem ini menjadikan DAS sebagai satu kesatuan hidrologis. Di dalam DAS
terintegrasi berbagai faktor yang dapat mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung
bagaimana suatu DAS dikelola.

Vous aimerez peut-être aussi