Vous êtes sur la page 1sur 6

Muhammadiyah dan Kiprah Sosial Kemasyarakatan

Muhammadiyah adalah organisasi islam tertua di Indonesia yang hingga sekarang masih
tetap berdiri kokoh. Muhammadiyah juga telah menunjukkan kiprahnya dalam membangun
masyarakat Indonesia diseluruh aspek kehidupan.Oleh karena itu,banyak atribut
yangdialamatkan kepada Muhammadiyah.Antara lain,adalah bahwa Muhammadiyah sebagai
gerakan islam Modernis, gerakan pendidikan, gerakan ekonomi, gerakan sosial-keagamaan,
gerakan pembaharu, dan bahkan sebagai gerakan Politik.

A. Muhammadiyah dan Pendidikan

Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, langsung


mengkonsentrasikan kegiatan pada bidang pendidikan dan pengajaran. Saat itu pemerintah
Hindia Belanda membatasi kegiatan pendidikan bagi para pribumi. Menurut AhmadDahlan,
nilai dasar pendidikan yang perlu ditegakkan dan dilaksanakan untuk membangun bangsa
yang besar adalah:

1. Pendidikan Akhlak,yaitu sebagai usaha menanamkan karakter


manusia yang baik berdasarkan Al-qur'an dan Sunnah.
2. Pendidikan Individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu
yang utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani,
keyakinan dan intelek, perasaan dan akal, dunia dan akhirat.
3. Pendidikan sosial, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup bermasyarakat.

Hingga sekarang konsep pendidikan tersebut masih terus dihidupkan. Masyarakat secara luas
mengidentikkan Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan.Gerakan dakwah amarma’ruf
nahi munkar-nya sangat efektif dilakukan lewat pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Lembaga pendidikan yang didirikan Muhammadiyah terus berkembang. Bahkan boleh
dikatakan sebagai “raksasa pendidikan” dan yang bisa mengimbangi jumlah pendidikan milik
Muhammadiyah hanya Negara. Tidak ada lembaga atau organisasi lain yang memiliki
lembaga pendidikan menyamai Muhammadiyah. Lembaga pendidikan
Muhammadiyah berdiri di hampir seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,
dengan jenjang yang sangat beragam, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan
Tinggi.
B. Muhammadiyah dan Sosial-Budaya

Kepedulian Ahmad Dahlan terhadap masalah-masalah sosial terutama Fakir miskin dan
musthadh’afin yang semakin menderita hidupnya, diwujudkan dalam bentuk mendirikan
Panti Asuhan Anak Yatim. Selain itu Muhammadiyah juga mengembangkan seni budaya
yang islami.

1. Menyantuni Anak Yatim

Sejak awal Muhammadiyah berdiri, KH.Ahmad Dahlan memiliki kepedulian yang besar
terhadap nasib anak yatim-piatu. Dalam buku profil dan Direktori Amal Usaha
Muhammadiyah dan Aisyiah Bidang Sosial yang diterbitkan oleh Majelis Pembina
Kesejahteraan Sosial danPengembangan Masyarakat Pimpinan Pusat disebutkan bahwa
sampai pada tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 168 Panti Asuhan yatim piatu dan fakir
miskin, dengan jumlah anak 7.935 anak asuh. Selain itu, Muhammadiyah juga sedang
mengembangkan amal sosial berupa pemberian bantuan dan pembinaan anak asuh bagi orang
yang tidak mampu. Adapun jenis bantuan yang diberikan antara lain:

a. Bantuan uang bayaran SPP


b. Bantuan uang dan alat-alat keperluan sekolah
c. Bantuan pinjaman sementara untuk menunjang usaha produktif usaha anak asuh, dan
d. Bantuan bahan pangan untuk peningkatan gizi.

2. Mengembangkan Seni Budaya

Muhammadiyah memiliki kepedulian yang cukup terhadap kebudayaan khususnya tentang


seni, sehingga pernah memiliki lembaga yang disebut ISBM (Ikatan Seniman dan
Budayawan Muhammadiyah). Lembaga ini tidak bisa berkembang seperti yang diharapkan,
karena masih ada saja kendala-kendala yang dihadapi, baik dalam diri Muhammadiyah yaitu
kurangnya dukungan dari Ulama-ulama, maupun dari luar yaitu kondisi politik yang belum
kondusif. Baru menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta gairah seni
Muhammadiyah muncul kembali, dengan ditampilkan berbagai macam kesenian untuk
menyemarakkan muktamar, salah satunya adalah Lautan Jilbab karya Emha Ainun Najib.
Berdasarkan keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 ditetapkan bahwa karya seni
hukumnya Mubah (boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan Fasad (kerusakan) ,
Dlarar (bahaya), Isyyan (kedurhakaan) ,dan Ba’id ‘anillah (terjauhkan dariAllah, maka
pengembangan kehidupan seni dan budaya di kalangan Muhammadiyah harus sejalan dengan
etika atau norma-norma islam sebagaimana dituntunkan Tarjih tersebut.

C. Muhammadiyah dan Ekonomi

Muhammadiyah juga ikut dalam mengembangkan bidang ekonomi dengan dimilikinya


BUMM (Badan Usaha Milik Muhammadiyah), koperasiMuhammadiyah, BMT, dan BPRS.

Gerakan ekonomi Muhammadiyah bisa dijalankan antara lain dengan:

1. Mendirikan koperasi diberbagai jajaran jenis koperasi sebagai sarana untukmelakukan


penguatan ekonomi ummat
2. Mendirikan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dalam berbagai bidang
jasa, perdagangan, pariwisata, perkebunan, perikanan, dan lain-lain.
3. Lembaga keuangan untuk mendukung usaha-usaha ummat yaitu PT Modal Ventura,
Bitul Mal wa Tamwil (BMT), BPR Syariah dan lain-lain.
4. Sharing dengan berbagai perusahaan yang bonafide dan kompetitif.
5. Membangun jaringan informasi bisnis, seperti memberikan berbagai penjelasanin
formasi kepada warga Muhammadiyah tentang bagaimana bisnis obat, bahan tekstil,
bahan kimia, rumah makan dan lain-lain. Informasi ini juga meliputi bagaimana
pandangan melakukan kegiatan produksi, pemasaran jaringannya, tataniaganya dan
lain-lain.
6. Membangun jaringan kerja sama bisnis dengan semua pengusaha dan koperasi
Muhammadiyah untuk saling membantu, baik dari segi informasi, kiat bisnis maupun
pendanaan. Misalnya, dengan mendirikan bermacam-macam asosiasi bisnis, seperti
asosiasi tekstil Muhammadiyah, asosiasi pengusaha tahu tempe Muhammadiyah,
asosiasi perusahaan wisata Muhammadiyah.
7. Melakukan pendidikan ketrampilan tentang pengusaha teknologi produksi,
pengemasan, manajemen, pemasaran, dan pengembangan sampai kepadaekspor-
impor.

D. Muhammadiyah dan Politik

Sikap politik Muhammadiyah telah jelas, bahwa Muhammadiyah tidak berpolitik praktis,
namun dalam kondisi tertentu mengambil sikap politik yang jelas. Dari perspektif normatise-
teologis, sejatinya sikap Muhammadiyah dalam mendudukkan domain dakwah dan politik
ataupun relasi antar keduanya memiliki pijakan yang tepat dan jelas. Terbaca dalam Sirah
Nabawiyah, tentang bagaimana Rosulullah SAW bersikap terhadap berbagai tawaran
masyarakat Quraisy, termasuk diantaranya beliau diminta secara aklamasi untuk
menjadi pemimpin bangsa Arab, tawaran politik tersebut disikapi dengan sangat cerdas, dan
bahkan dengan bahasa yang puitis. Intinya bahwa Rosulullah SAW menolak tawaran politis
bergengsi masyarakat Quraisy dan lebih memilih untuk terus berdakwah secara kultural di
tengah-tengah masyarakat mekkah yang kemudian kita kenal sebagai gerakan dakwah
sirriyah dah jahriyah.

E. Muhammadiyah dan Tantangan Ghazwul Fikr

1. Ghazwul Fikri : Mitos atau Realita?

Di kalangan Islam terdapat perbedaan dalam menyikapi istilah Ghazwul Fikri. Sebagian
mengatakan bahwa Ghazwul Fikri adalah mitos belaka, karena perbedaan pemikiran adalah
sesuatu yang lumrah terjadi yang tidak perlu dipersoalkan, sehingga terjadinya saling
mempengaruhi antara pemikiran yang satu dengan yang lain merupakan hal yang biasa,
karena semua pemikiran manusia memiliki kesamaan dan kesetaraan. Istilah Ghazwul Fikri
hanya muncul dari orang-orang yang ketakutan menghadapi realitas plural pemikiran
manusia. Dan hal itu hanya muncul dari orang-orang yang berpikir sempit dalam menghadapi
hidup ini. Sementara di pihak lain, menyikapi istilah Ghazwul Fikri adalah benar adanya.
Hal itu disebabkan oleh sebuah pandangan bahwa pemikiran seseorang tidak bisa lepas dari
pandangan hidupnya. Pandangan hidup adalah refleksi kehidupan manusia
yang bersumber dari kultur, agama, kepercayaan, filsafat, ras dan sebagainya.
Dengan pandangan tersebut, seorang Muslim memiliki pandangan hidup (worldview)
yang berbeda dengan pandangan hidup lain, misalnya pandangan hidup Barat-Sekular.
Muhammadiyah adalah merupakan gerakan Islam yang memandang bahwa Dinul Islam
adalah satu-satunya agama yang diterima oleh Allah, satu-satunya jalan hidup
yang wajib diikuti oleh umat manusia untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat. “Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul,
sebagai hidayah daan rahmah Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup matrial dan spiritual, duniawi-ukhrawi.

Agama Islam, yakni agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad sebagai Nabi
akhir jaman, ialah agama yang diturunkan Allah yang tercantum dalam Al-quran dan sunnah
Nabi yang Shahih (Sunnah Maqbulah), berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan
petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia danakhirat. Ajaran Islam
bersifat kaffah, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah pisahkan, meliputi bidang-
bidang akidah, akhlak, ibadah dan muamalah dunyawiyyah.

Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah, agama
semua Nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk
manisia, mengatur hablun minnallah wa hablun minan-nas. Agama rahmah bagi semesta
alam, dan merupakan satu-satunya agama yang diridhai Allah, agama yang sempurna.
(QS.Ali Imran: 19, 112).

Dengan beragama Islam, setiap muslim memiliki landasan tauhidullah, dan menjalankan
peran dalam hidup berupa ibadah (pengabdian vertikal) dan khilafah (pengabdian horisontal)
dan bertujuan meraih ridha dan karunia Allah. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi
kenyataan dalam kehidupan duniawi, apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati dan
diamalkan oleh seluruh muslimin secara totalitas (kaffah). (QS. Al-Fath: 29, Al-Baqarah:
208)

Dengan pengamalan Islam yang sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan


melahirkan manusia yang memiliki kepribadian Muslim, kepribadian Mukmin, kepribadian
Muhsin dan kepribadian MuttaFin. Setiap muslimin yang memiliki kepribadian di atas
dituntut memiliki akidah berdasarkan al-tauhid al-khalis (tauhid yang bersih) dan istikamah,
terhindar dari kemusyrikan, bid’ah dan khurafat. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa dalam
pandangan Muhammadiyah
realitas plural pemikiran dan pandangan hidup manusia meniscayakan terjadinya ghazwu
fikri, karena Muhammadiyah Islam dinyatakan oleh Allah sebagai satu-satunya jalan hidup
yang diterima dan diridhai Allah. Dan Syari’at Islam yang dibawa oleh Rasul
terakhir, Muhammad SAW merupakan sistem yang telah disempurnakan, menggantikan
segala syari’at yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu. Selain Islam,
tiada lagi selain kesesatan. Fama ba’da al-Haqqi illa al- Dhalal .
Kenyataan ghazwul Fikri, juga diakui oleh para pemikir Barat, seperti
Huntington dengan istilah Clash of Civilization (benturan peradaban), Peter Berger dengan
Collision of consciousness (tabrakan persepsi). (Zarkasyi, Hamid Fahmi 2005).

Gambaran tentang ghzwul fikri, atau benturan peradaban merupakan scenario yang tidak
menyenangkan banyak pihak, namun ia memiliki unsur-unsur kebenaran yang dapat
dimengerti. Realitas menunjukkan bahwa umat manusia terkotak-kotak oleh bangsa-
bangsa dan peradaban. Karena masing-masing peradaban memiliki karakter yang berbeda-
beda, sudah tentu cara berpikir manusai dalam masing-masing perbedaan itu pun berbeda
pula. Jika cara berpikir, cara pandang terhadap
sesuatu, moralitas dan sebagainya suatu peradaban dimpor oleh atau diekspor kepada
peradaban lain, maka dijamin pasti akan mengakibatkan
pergolakan pada salah satunya. Pada tingkat social akan mengakibatkan kekagetan budaya
(culture shock ) dan pergolakan pemikiran, pada tingkat individu akan mengakibatkan
kerancuan dan kebingungan (confusion) konseptual. Dan pada
tingkat peradaban akan mengakibatkan clash of civilization atau lebih tepatnya
clash of worldview. (Zarkasyi, ibid)

2. Benturan Peradaban Barat dan +slam

Skenarion clash of civilization dari Samuel Huntington merupakan matarantai dari upaya
hegemoni peradaban dan pandangan hidup Barat atas peradaban
Timur, termasuk dan terutama Islam. Semakin menguatkan hegemoni Barat tersebut pada
abad ini, menunjukkan bahwa yang terjadi saat ini adalah
perang pemikiran antara peradaban Islam dan kebudayaan Barat, atau pandangan hidup
Islam dan worldview Barat. Tesis dan skenario Huntington adalah merupakan pengakuan dan
legitimasi bahwa antara peradaban Barat dan Islam terdapat perbedaan. Jadi perbedaan yang
diasumsikan mengakibatkan ketegangan, benturan, konflik, atau pun peperangan di
masa depan, sebenarnya telah terjadi dimasa lalu dan masa kini. Ia bukan sekedar ramalan
dan khayalan, tetapi realitas konkret yang perlu diantisipasi atau setidaknya direduksi
dampaknya. @ksposisi$untington yang mengatakan bahwa kon lik yang terjadi bukanlah
kon lik agamadan ideology, tetapi kon lik kultur dan peradaban. Akan tetapi, harus
disadari bahwa kon lik peradaban adalah kon lik pandangan hidup <world)iew=. Makaistil
ah gha wul ikri adalah lebih rele)an, karena saat ini peradaban %arat dengan

Vous aimerez peut-être aussi