Vous êtes sur la page 1sur 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pelayanan rumah sakit sangat bergantung pada
pelayanan keperawatan profesional oleh tenaga keperawatan yang
professional. Pelayanan keperawatan yang profesional, memerlukan
perawat manajer atau administrator yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi pada semua aspek manajemen. Kondisi-
kondisi tersebut diperlukan upaya perubahan dalam manajemen
pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah sakit mampu
bersaing. Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat (Sitorus, 2011).
Sejalan dengan pengembangan dan perubahan pelayanan kesehatan
dibutuhkan pengelolaan perubahan, konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui pendekatan:
pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi permasalahan dan
perencanaan/rencana stategis (Nursalam, 2011).
Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari
pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien dalam waktu segera (imediately)
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Dalam hal ini
instalasi kesehatan menyelenggarakan pelayanan gawat darurat yang
disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit).
Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat yang
bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan pasien sebagai bentuk
pertolongan pertama. Instalasi/ Unit gawat darurat dalam pelaksanaannya
tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di
rumah sakit, namun sistem rumah sakit yang di anut oleh suatu negara
berbeda-beda, sehingga tiap rumah sakit memiliki kemampuan
mengelola IGD sendiri. Dalam mengelola IGD memang tidak mudah hal
ini dikarenakan IGD adalah salah satu dari unit kesehatan yang padat

1
modal, padat karya dan padat teknologi (Margaretha, 2013).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses yang dinamis pada


profesi keperawatan dimana perubahan dan perkembangan sebagai suatu
tuntutan profesi dan kebutuhan suatu masyarakat, untuk itu perawat sebagai
suatu profesi dalam pelayanan keperawatan dilaksanakan secara optimal
yaitu diterapkannya model praktik keperawatan profesional (MPKP). Sistim
MPKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan empat unsur yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistim MPKP
(Nursalam, 2015).
Keberadaan rumah sakit yang memiliki manajemen dan pelayanan
yang baik mulai menjadi pembicaraan di masyarakat, oleh karena pelayanan
yang diberikan tidak memuaskan dari para penyelenggara pelayanan
kesehatan, seperti adanya keluhan masyarakat terhadap pelayanan, tempat
dan tarif yang tinggi. Dari ketiga hal tersebut, aspek pelayananlah yang
paling banyak disoroti oleh masyarakat sebagai sesuatu hal yang mendasar
bagi para konsumen. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang
mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dimana kinerja
seorang perawat sangat menentukan keberhasilan rumah sakit dalam
menjalankan fungsi dan tugas yang diembannya (Hartanto, 2009).
Berbicara kinerja perawat berarti kita berbicara mengenai sumber
daya manusia yang sudah terampil, handal dan profesional. Oleh karena itu,
keterampilan, kehandalan, dan keprofesionalan kerja dari seorang perawat
akan mampu menciptakan iklim kinerja rumah sakit yang lebih baik
didukung manajemen rumah sakit itu sendiri serta unsur-unsur manajerial
yang melingkupinya (Pratiwi & Muhlisin, 2008). Pelayanan keperawatan
yang terorganisir, memerlukan perawat manajer atau administrator yang
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi pada semua aspek
manajemen. Kondisi-kondisi tersebut diperlukan upaya perubahan dalam

2
manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah sakit
mampu bersaing. Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat
(Sitorus, 2011). Sejalan dengan pengembangan dan perubahan pelayanan
kesehatan dibutuhkan pengelolaan perubahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi permasalahan
dan perencanaan/rencana stategis (Nursalam, 2011).
Berdasarkan hal di atas Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar melakukan suatu program
praktik dengan lingkup manajemen keperawatan di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir profesi mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
mengenal masalah-masalah kepemimpinan/manajemen keperawatan
dan mutu pelayanan keperawatan ditingkat ruang rawat, menerapkan
proses menajemen keperawatan serta menjadi role model dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah :
Melakukan menyelesaikan praktek profesi manajemen, mahasiswa
mampu :

a. Melakukan kajian terhadap penerapan fungsi manajemen


(perencanaan, pengorganisasoan, pengarahan, dan pengendalian)
oleh Kepala Ruanganm Clinical Care Manager, Perawat
Primer/Ketua Tim, dan Perawat Asosiet.
b. Melakukan kajian situasi layanan pelayanan keperawatan (man,
material, method) dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan
ditingkat ruang rawat dengan menggunakan survey.

3
c. Melakukan analisa Strength, Weaknees, Opportunity and Threat
(SWOT) berdasarkan hasil survey.
d. Mengidentifikasi masalah yang terkait pelayanan dengan asuhan
keperawatan ditingkat ruangan berdasarkan hasil survey.
e. Menyusun rencana penyelesaian masalah (plan of action/POA)
atau rekomendasi berdasarkan prioritas masalah yang telah
dirumuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
sumber daya yang ada diruang rawat. Penyusunan rekomendasi ini
dilakukan bersama-sama dengan penanggung jawab ruang rawat
f. Mengimplementasikan perencanaan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah disusun bersama dan menerapakan model
praktek keperawatan professional (MPKP) ditingkat ruang rawat.
Dalam penerapan MPKP, mahasiswa akan bermain peran (Role
Playing) sebagai kepala ruangan, perawat primer, dan perawat
pelaksana secara bergantian.
g. Mengevaluasi implementasi manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan ditingkat ruang rawat.

C. Manfaat Praktek
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk
mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah yang bersifat teknis
operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
UNHAS
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit.
3. Bagi Mahasiswa Praktik
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegrasikan ilmu-ilmu administrasi/manajemen keperwatan

4
langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit, sehingga timbul rasa percaya
diri.

D. Ruang Lingkup Kegiatan


1. Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan.
2. Pengelolaan dan evaluasi proses manajemen dan mutu pelayanan
keperawatan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
penawasan/pengontrolan.
3. Pengelolaan dan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

E. Tempat dan Waktu


1. Tempat
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar

2. Waktu
Pelaksanaan praktik berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 4 – 23
Februari 2019

F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Orientasi ruangan perawatan oleh Kepala Ruangan Instalasi Gawat
Darurat.
b. Diskusi dengan kepala ruangan dan staf.
c. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek
manajemen keperawatan yang akan dikaji.
2. Tahap identifikasi permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian.
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan penyebaran
kuesioner, perumusan masalah dan persentasi hasil quesioner.
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan prioritas masalah aspek kajian manajemen dari input
proses dan output yang telah disepakati bersama staff di ruangan,

5
yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif
pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan dicapai.
c. Pembuatan rencana kegiatan (plan of action) dengan
mempertimbangkan biaya, waktu, dan sarana dan kebijakan yang
tersedia di Rumah Sakit.
d. Persentasi dan sosialisasi kegiatan.
e. Tahap evaluasi.

4. Tahap pembuatan laporan dan persentasi hasil


a. Persentasi hasil awal dan akhir praktik
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Rumah Sakit dan
pembimbing PSIK-Unhas.

6
BAB II
TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

A. Sejarah dan perkembangan

Sejak awal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

mempergunakan Rumah Sakit Umum Labuang Baji, Rumah Sakit Stella Maris,

Rumah Sakit Pelamonia, Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawsi

Selatan dan menyusul Rumah Sakit Akademis sebagai tempat praktek

Mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk mencapai gelar Dokter.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan waktu, Rumah Sakit

Jiwa DADI di bangun di Kampus Universitas Hasanuddin yang baru yang

bernama Rumah Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo, dimana Rumah

Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo juga berfungsi sebagai pusat

rujukan di Kawasan Timur Indonesia. Sampai sekarang ini, kesemua rumah

sakit tersebut diatas, ditambah dengan Rumah Sakit Umum Islam Faisal

menjadi tempat praktek Mahasiswa yang akan menjadi dokter. Adapun Kelas

dan Kepemilikan rumah sakit tersebut berbeda-beda.

Berhubung dengan kepemilikan dan kelas yang berbeda-beda, maka

kebijakan pelayanan pendidikan dan penelitian dalam rumah sakit tersebut

bervariasi satu sama lainnya dan seringkali menimbulkan konflik atau

ketidakserasian antara pelayanan, pendidikan dan penelitian. Kondisi ini

tentunya menghambat proses pelayanan maupun proses pendidikan yang

berakibat ketidakpuasan pasien dan keterlambatan kelulusan bagi mahasiswa

Keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan suatu rumah sakit

7
khusus pendidikan yang dapat menjadi rujukan teknologi medis pendidikan

dan penelitian bagi mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Sehingga dianggap perlu untuk mengembangkan RS Pendidikan yang

bisa dijadikan sebagai laboratorium pendidikan tidak hanya untuk fakultas

Kedokteran Unhas namun juga untuk fakultas ilmu-ilmu kesehatan di Unhas

seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Fakultas Keperawatan yang

sesuai standar, oleh karena itu dibangunlah RS Pendidikan Universitas

Hasanuddin. Hal ini dapat tergambar pada struktur organisasi pengelola RS

UNHAS, dimana pengelolanya berasal dari berbagai fakultas di UNHAS

sesuai kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola RS Pendidikan.

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin atau Hasanuddin University

Hospital (HUH) ini , berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus

Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010 di

Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.M.Nuh. Rumah

Sakit ini terletak berdampingan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

bertujuan untuk efisiensi penggunaan sarana dan efisiensi pemanfaatan

sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat dikembangkan konsep saling

menguatkan dalam mengintegrasikan program pendidikan, penelitian dan

pemeliharaan kesehatan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS).

Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka

perkembangan wilayah kampus UNHAS Tamalanrea akan dikembangkan

menjadi Academic health Centre di Indonesia bagian Timur. Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin akan dikembangkan sebagai rumah sakit yang

environmental friendly, energy saving serta mengembangkan teknologi

8
informasi yang canggih dalam menjalankan pelayananannya. Pelayanan

kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi dini penyakit

melalui penggunaan teknologi canggih (Hi-Tech) seperti penggunaan

Biomolekuler serta pengembangan teknologi modern dan pengembangan

pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah sakit yang ada di

Sulawesi Selatan.

RS Universitas Hasanuddin mengembangkan pelayanan unggulan

sesuai dengan Memorandum of Understanding (MOU) RS Dr Wahidin

Sudirohusodo (RSWS) yaitu Eye Center, Trauma Center, Cancer Centre,

Fertility Endocrine Center dan Neurointervention Center. Dalam menjalankan

operasionalisasinya, RS Universitas Hasanuddin banyak bekerja sama dengan

RSWS dalam hal penggunaan layanan yang belum dimiliki oleh RSUH seperti

Instalasi Gizi dan Laundri, Layanan Laboratorium serta sebagai tempat

magang beberapa tenaga professional.

Sebagai Rumah Sakit Umum Pendidikan, Rumah sakit Universitas

Hasanuddin berkomitmen untuk mengintegrasikan Pendidikan, Penelitian dan

Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan

kebutuhan masyarakat.

B. Gambaran Umum RS UH

Rumah sakit Universitas Hasanuddin merupakan Rumah Sakit Umum

Pendidikan milik DIKNAS yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan Km.11

Tamalanrea tepat di Pintu II Kampus Universitas Hasanuddin yang

berdampingan dengan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo milik

DEPKES. Dengan mempertimbangkan efisiensi dari penggunaan sarana,

9
efisiensi pemamfaatan SDM, dan rencana Pengembangan AKADEMIC

HEALTH AREA di wilayah kampus UNHAS.

Akademic Health Area terdiri atas Dinas Kesehatan Provinsi, Balai

Laboratorium Kesehatan , Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Unit Transfusi

Darah Provinsi, Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Rumah Sakit Gigi

Dan Mulut Halimah Daeng Sikati, Fakultas Keperawatan (Prodi Keperawatan,

Fisioterapi, Psikologi, Keperawatan Hewan) Fakultas Keperawatan Gigi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Fakultas Farmasi.

Posisi gedung yang strategis dan tepat berada di jalur utama kota

makassar sehingga memudahkan akses bagi seluruh masyarakat untuk

memanfaatkan semaksimal mungkin pelayanan kesehatan di RS. Universitas

Hasanuddin.

Rumah sakit Universitas Hasanuddin terdiri atas 6 gedung yang terpisah

dimana peruntukan masing masing meliputi :

1. Gedung A (14.813.04m2) : Sebagai pusat pendidikan, Manajemen Rumah

Sakit, Trauma Center, One Day Care, Home Care, dan Polikliknik Spesialis

2. Gedung B (18.560.16m2) : Sebagai Pusat ICU, COT dan Keperawatan

3. Gedung C (13.441.48m2): Sebagai Pusat Akademik

4. Gedung E serta F (28.000.00m2) Sebagai Pusat Pelayanan Cancer Center

(Oncologi)

C. Visi, Misi, dan Motto RS

1. Visi RS

“Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan Pendidikan, Penelitian

dan Pemeliharaan Kesehatan yang bertaraf internasional”

10
2. Misi RS

a. Menciptakan tenaga profesional yang berstandar international dalam

pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan.

b. Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung

pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan.

c. Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yang

unggul dan perbaikan mutu pelayanan berkesinambungan.

d. Memberikan pemeliharaan kesehatan secara terpadu dengan

pendidikan, penelitian yang berstandard international tanpa

melupakan fungsi sosial.

e. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain baik regional maupun

internasional.

3. Motto RS

“Tulus Melayani”

D. Organisasi RS

Rumah Sakit Umum Pendidikan Universitas Hasanuddin dipimpin oleh

seorang direktur utama dibawah bimbingan dewan pengawas dan tetap

dibawah asuhan Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu,MA, sebagai Rektor

UNHAS.

Dr. dr. Andi Fachruddin Benyamin, Sp.PD, KHOM, sebagai Direktur

Utama membawahi tiga komite yaitu 1. Komite medik, 2. Komite penjaminan

mutu & pengembangan organisasi, Komite Keperawatan, dan Satuan

pemeriksaan internal. Selain membawahi dua komite dan satu Satuan

pemeriksaan internal, Direktur Utama juga membawahi empat Direktorat yaitu

11
1. Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan, dengan dua kepala bidang

yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang Pelayanan

Keperawatan. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar

sembilan instalasi antara lain :

a. Instalasi Rawat jalan

b. Instalasi Rawat Inap

c. Instalasi UGD

d. Instalasi OK

e. Instalasi Rehab Medik

f. Instalasi Home Care

g. Rekam Medik

h. Instalasi Pemulasan Jenazah

2. Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian, dengan dua kepala bidang

yaitu

a. Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan

b. Kepala Bidang Penelitian.

Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar lima

bidang akademik antara lain :

1) Medik

2) Keperawatan

3) Kesehatan Masyarakat

4) Farmasi

5) Non Medik

12
3. Direktorat Pelayanan Penunjang Sarana Medik dan Kerjasama, dengan dua

kepala bidang yaitu: Kepala Bidang Pelayanan Penunjang Sarana Medik,

yang membawahi sekitar tujuh instalasi terkait antara lain :

a. Instalasi Farmasi

b. Instalasi Laboratorium

c. Instalasi Radiologi

d. Instalasi Gizi

e. Instalasi CSSD dan Laundry

f. Instalasi IPSRS

g. Instalasi Ambulance

h. Kepala Bidang Pemasaran dan Kerjasama.

4. Direktorat Administrasi umum, SDM dan Keuangan, dengan tiga kepala

bidang yaitu:

a. Kepala Bidang Administrasi umum dan SDM, yaitu membawahi antara

lain :

1) Tata Usaha

2) SDM

3) Hukum dan Organisasi

4) Logistik

5) Instalasi sanitarian (PAL & Inoinerator)

b. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yaitu membawahi antara lain

: Perencanaan dan Evaluasi, dan SIM

c. Kepala Bidang Keuangan, yaitu membawahi antara lain :

1) Akuntansi, Verifikasi

13
2) Keuangan Bendahara

3) Punchassing.

E. Sarana dan prasarana RS

Rencana pembangunan gedung Rumah sakit Universitas Hasanuddin,

terdiri dari enam gedung yaitu dari gedung A sampai Gedung F. Ada sepuluh

pelayanan unggulan yang telah dijalankan di RSUH ini yaitu :

1. Trauma Center

2. Cancer Center (Onkologi)

3. Eye Center (Ophthalmologi)

4. Diagnostic Center

5. Cerebral and vaskular intervention Center

6. Endocrine, Fertility and Reproduction Center

7. Research Center

8. Assesment Alternatif Medicine Center

9. Telemedicine and Education Center, dan

10. Fisioterapi dan Rehabilitation Center,

Sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap saat ini baru melayani sekitar

empat layanan unggulan yaitu meliputi kasus Bedah, kasus Anak, kasus

Interna, dan Kasus Neurologi, dari lima belas item pelayanan unggulan yang

direncanakan. Lima belas item tersebut antara lain tujuh sarana Instalasi poli

yaitu Instalasi Poli Obgyn, Instalasi Poli Anak, Instalasi Poli Saraf, Instalasi

Poli Fisotherapi, Instalasi Poli Interna, Instalasi Poli Bedah, Instalasi Poli

Bedah 2, Instalasi Poli THT, Instalasi Poli Mata; Sepuluh Instalasi Penunjang

Yaitu , Instalasi HCU, Instalasi RR, Instalasi Kemoterapi, Instalasi Apotek,

14
Instalasi CSSD, Instalasi IRD, Instalasi OK 1, Instalasi OK2, dan Instalasi

Radiologi; Terdapat juga satu Ruangan ntuk gudang ALKES; Serta Ruang

Perawatan Super VIP, VIP di Lantai tiga dan Ruang Perawatan Kelas I, II serta

III di Lantai empat.

F. Gambaran Umum Instalasi Gawat Darurat

Ruang pelayanan IGD RS Unhas berada di gedung B-C yang terdiri atas
ruang observasi 8 tempat tidur, ruang tindakan 6 tempat tidur, ruang rindakan
non bedah 6 tempat tidur dan ruang resusitas 3 tempat tidur. Adapun bentuk
Pertolongan gawat darurat medic dan bedah serta resusitasi dalam 24 jam,
meliputi :
1. Penyakit dalam
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru
4. Penyakit kulit dan kelamin
5. Bedah umum, orthopedic, bedah palstik, beda saraf, dan urologi
6. Kebidanan dan kandungan
7. Penyakit mata
8. Penyakit THT (telinga Hdung dan tenggorokan)
9. Anestesi
10. Kesehatan anak
Selain itu IGD RS Unhas Terdapat pula Ruang Transisi, Kamar Operasi
Emergency dengan pelayanan 24 jam, Apotik Depo Farmasi 24 jam, yang
melayani pasien umum, Asuransi kesehatan dan Pelayanan Ambulance.
Ruang Pelayanan IGD RS Unhas yang berada di lantai 1 Gedung B-C terdiri
dari 2 sayap, dimana sayap kiri terdiri dari Bed 1-6 dan di sayap kanan terdiri
dari Bed 7-12, namun pada keadaan tertentu dalam dalam satu tempat dapat
terdiri dari 2 bed misalnya 1A dan 1B. diantara sayap kanan dan kiri terdapat
ners station. Dibelakang sayap kanan antara bed 1-6 terdapat apotek 24 jam
ruang perawat, dan kamar Coas. Kamar mandi khusus petugas berjumlah 2
yaitu toilet laki-laki dan toilet perempuan, dan 1 toilet khusus pasien. terdapat

15
pula ruang spoel hock (tempat pembuangan urine dan pencucian pispot) dan
juga terdapat musholla dilengkapi dengan tempat wudhu.
Dalam sistem pelayanan IGD RS Unhas juga memiliki struktur organisasi,
adapun struktur organisasi IGD RS Unhas adalah :
Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat RS Unhas

Sedangkan sarana fasilitas yang dimiliki IGD RS Unhas cukup lengkap, terlihat

pada tabel berikut :

Tabel. 1
Alkes Ruang Perawatan Kelas 2&3 (Katinting)

No Fasilitas dan Alat Kesehatan Ketersediaan

1 Ners station 1
2 Nebulizer Tersedia
3 Triage 1
4 Ruang Resusitasi Neonatus 1
5 Inkubator Bayi 2
6 Bed Bayi 2
7 Monitor 4
8 Sungkup Neonatus 7
9 Selang Neo Puff 3
10 Neo Puff 1
11 Bulb Pump 1
12 Ruang Isolasi 2 Bed
13 Ruang Resusitasi 2 Bed

16
14 Tempat Tidur Pasien 18 Bed
15 Trolly Emergency 1
16 Timbangan Bayi 1
17 Timbangan Dewasa 3
18 Spignomanometer Dewasa 4
19 Spignomanometer Anak 1
20 Stetoskop Dewassa 2
21 Stetoskop Anak 1
22 Nasal Kanul Dewasa 2
23 Nasal Kanul Bayi/Anak 4
24 Simpel Mask Anak 6
25 Simpel Mask Bayi 5
26 Simpel Mask Dewasa 2
27 Rebreathing Mask 5
28 Non-Rebreathing Mask Dewasa 1
29 Non-Rebreathing Mask Anak 2
30 Kasa Gulung 3
31 Plester Gips 2
32 Tong Spatel Kayu Tersedia
33 Flow meter 7
34 O2 Transfer 3
35 APAR 4
36 Termometer 5
35 Pen Light 1
36 Trolly Alat 10
37 NGT Dewasa 4
38 Urine Bag 3
39 Transfusi Set 1
40 Spoit Tersedia
41 IV Cath Tersedia
42 Threee Way Tersedia
43 Suction Tersedia
44 Tabung Vacutainer Tersedia
45 Tempat Sampah Medis Tersedia
46 Tempat Sampah Non Medis Tersedia
47 Tempat Sampah Umum Tersedia
48 Tempat Sampah Botol Tersedia

17
49 Kursi Roda 4
50 EKG 1
51 Tandu Sekop 1
52 Hand Drup 20
53 Westafel 5
54 Spool Hook 3
55 Long Spine Board 1
56 Brangkar 4
57 Nierbekken Besar 1
58 Trolly Mandi 2
59 Pispot 1
60 Tiang Infus 20
61 Set GV 6
62 Ambu Bag Anak 1
63 Ambu Bag Dewasa 1
64 Ruang Logistik 1
65 Operating Theathre 1
66 Ruang Tindakan 1
67 Ruang Tindakan Gigi Mulut 1
68 Kamar Perawat 1

18
BAB III

PENDEKATAN PENGKAJIAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN

RUMAH SAKIT (PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN)

A. Pengumpulan Data
Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar oleh mahasiswa Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Unhas 2018 bertujuan untuk melakukan pengkajian
tentang struktur manajemen keperawatan yang berfokus pada fungsi-fungsi
manajemen, meliputi: Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
koordinasi (actuating) dan pengawasan (controlling) dan Struktur organisasi
yang meliputi: ketenagaan, sarana dan prasarana, model praktek pelayanan
profesional, timbang terima, sentralisasi obat, penerimaan pasien baru,
pendokumentasian keperawatan. Metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menilai fungsi dan struktur manajemen keperawatan di ruang IGD
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar yaitu melalui pembagian kuesioner,
wawancara, diskusi, observasi, kajian literatur serta tinjauan dokumen, dengan
melibatkan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

B. Hasil pengumpulan data dan Analisa data


Analisa dilaksanakan dengan metode distribusi frekuensi mengacu pada
data primer (tinjauan dokumen), hasil pengumpulan data (dari kuesioner yang
telah dibagikan kepada 14 perawat), observasi langsung serta wawancara
dengan kepala ruangan/staf di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin
Makassar.

19
1. Ketenagaan (Man/M1)
Jumlah ketenagaan di Ruang Instalasi Gawar Darurat (IGD) RS.
Universitas Hasanuddin Makassar berjumlah 23 orang perawat yaitu :

Tabel 2. Ketenagaan ruang Rawat Kelas 2&3

Ummi Sari, S.Kep.,Ns Kepala Ruangan

Misbahuddin, A.md.Kep Perawat Pelaksana

Husni, AMK Ketua Tim

Syamsudduha, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Fatmayati, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Rif’atunnisa, S.Kep., Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Darmiah Dalle S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Elmin Bora, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Musrifah Arifin, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Nurfitri, S.Kep.,Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Fadiah Izzati Salim, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Risnawati B, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Dederianti, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Erma Dewi Amriyati, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Susanti, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Imran, AMK Perawat Pelaksana

Sulfadly Fachri, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Nurhaidah, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Ruslan, S.Kep Perawat Pelaksana

Syahrul, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

20
Halimah Ayu Wandina, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Eva Yustilawati, S.Kep.,Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Wahida, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Data primer: 2019

Diagram 1.1
Struktur Organisasi- Ketenagakerjaan (M1) (n=14)
Struktur Organisasi yang telah Berjalan dan
Kesesuaian Kemampuan Perawat di Bidangnya

Struktur Organisasi
Sangat Cukup/Kadang-
Baik/Selalu Kadang
28,6% 28,6%

Baik/Sering
42,9%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.1 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, yaitu 81% (21 perawat)
mengatakan struktur organisasi di RSP UNHAS pada ruang
perawatan kelas II dan III sudah baik yang artinya kebanyakan
perawat sudah merasa puas dan sesuai dengan kemampuannya di
bidangnya.

21
Diagram 1.2
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=14)
Pembagian Tugas

Pembagian Tugas
Cukup/Kadang
-Kadang
21,4%
Sangat
Baik/Selalu
35,7%

Baik/Sering
42,9%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.2 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, yaitu 80% (20 perawat)
mengatakan baik. Arrtinya pembagian tugas sudah sesuai dengan
struktur organisasi di RSP UNHAS pada ruang perawatan kelas 2
&3.

Diagram 1.3
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)
Kinerja Perawat Primer/Ketua Tim

22
Baik Sangat Baik

48%
52%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.3 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, hampir semua responden
menjawab baik dan sangat baik terhadap kinerja perawat
primer/ketua tim di RSP UNHAS pada ruang perawatan kelas 2&3.

Diagram 1.4
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)
Kebutuhan Perawat Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja

Baik Sangat Baik

44%

56%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.4 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, hampir semua responden

23
menjawab baik dan sangat baik terhadap kebutuhan perawat untuk
meningkatkan kemampuan kerja.

Diagram 1.5
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)
Kebijaksanaan RS Dalam Memberikan Pelatihan

Sangat Kurang Cukup Baik

20% 24%

56%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.5 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 56% (14 perawat)
menjawab cukup terhadap kebijakan RS dalam memberikan
pelatihan. Namun ada sekitar 24% (6 orang) yang menjawab sangat
kurang.

Diagram 1.6
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)
Jumlah Pendapatan

Sangat Kurang Cukup Baik

4%

28%

68%

Sumber: Data Primer, 2017

24
Berdasarkan diagram 1.6 struktur manajemen keperawatan
diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 68% (17 orang)
menjawab cukup terhadap jumlah pendapatan yang diterima.

25
Diagram 1.7
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)

Beban Kerja Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien

Cukup Baik Sangat Baik

17%

20%
63%

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 1.77 struktur manajemen keperawatan


diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 63% (19 orang)
menjawab cukup terhadap beban kerja perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien.
Diagram 1.8
Struktur Manajemen Keperawatan- Ketenagakerjaan (M1) (n=25)
Kesesuaian Jumlah Perawat dengan Jumlah Pasien

Sangat Kurang Cukup

44%

56%

Sumber: Data Primer, 2017

26
Berdasarkan diagram 1.8 struktur manajemen keperawatan
diketahui bahwa dari 25 responden, sebanyak 56% (14 perawat)
menjawab cukup terhadap kesesuaian jumlah perawat dengan
jumlah pasien. Namun ada sebanyak 44% (11 perawat) menjawab
masih sangat kurang.
Analisis:

Dari 25 responden, didapatkan hasil bahwa struktur organisasi yang


telah berjalan di ruang perawatan kelas II dan III sudah sesuai dengan
kemampuan perawat di bidangnya. Beberapa perawat merasa masih
membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui
pelatihan agar bisa terus mengapdate ilmu keperawatan dan memperoleh
ilmu terbaru dari hasil pelatihan. Beberapa responden merasa masih sangat
kurang terhadap jumlah pendapatan plus insentif yang diterima. Adapun
untuk kesesuaian jumlah perawat dengan jumlah pasien, masih ada perawat
yang menjawab masih kurang. Hasil data didapatkan yaitu jumlah tempat
tidur ( 54 tempat tidur) dan jumlah tenaga perawat (28 orang) yang belum
sesuai kebutuhan.
2. Sarana dan prasarana (Material)
Diagram 2.1
Struktur Manajemen Keperawatan-Tata letak gedung ruangan

Tata letak gedung ruangan


sesuai dengan standar
12% Sangat kurang/tidak
pernah
36% Cukup/Kadang-kadang

52% Baik/Sering

Sangat baik/selalu

Sumber: Data Primer, 2017

27
Berdasarkan diagram 2.1 diketahui bahwa 52% perawat mengatakan

tata letak gedung ruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas

Hasanuddin sudah cukup memenuhi standar.

Permasalahan : Tidak ada masalah

Diagram 2.2
Struktur Manajemen Keperawatan- Kelengkapan Fasilitas Ruangan

Kelengkapan fasilitas
diruangan sudah sesuai
dengan standar
Sangat kurang/tidak
4% 8% pernah
16% Cukup/Kadang-
kadang
Baik/Sering
72%
Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 2.2 diketahui bahwa 72% perawat

mengatakan kelengkapan fasilitas di ruangan di ruang perawatan kelas 2&3

RS Universitas Hasanuddin sudah cukup memenuhi standar.

Permasalahan: Tidak ada masalah

Diagram 2.3
Struktur Manajemen Keperawatan- Kelengkapan Peralatan di Ruangan

Kelengkapan
peralatan kesehatan
diruanganSangat kurang/tidak
pernah
4% 4% Cukup/Kadang-
24%
kadang

68% Baik/Sering

Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

28
Berdasarkan diagram 2.3 diketahui bahwa 6% perawat mengatakan

peralatan kesehatan di ruangan di Ruang Perawatan Kelas 2&3 RS

Universitas Hasanuddin sudah cukup lengkap.

Permasalahan : Tidak ada masalah

Diagram 2.4
Struktur Manajemen Keperawatan-Alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien

Alat yang tersedia sesuai


dengan rasio pasien

4%
Sangat kurang/tidak
8% pernah

36% Cukup/Kadang-kadang
52%

Baik/Sering

Sangat baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan diagram 2.4 diketahui bahwa 52% perawat

mengatakan alat yang tersedia diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS

Universitas Hasanuddin telah cukup sesuai dengan rasio pasien.

Permasalahan : Tidak ada masalah

Diagram 2.5
Struktur Manajemen Keperawatan-perawat yang mengerti cara penggunaan alat
kesehatan

perawat yang mengerti


cara penggunaan alat
kesehatan
Sangat kurang/tidak
pernah
16% 4%
16% Cukup/Kadang-
kadang
Baik/Sering
64%
Sangat baik/Selalu
Sumber: Data Primer, 2017 29
Berdasarkan diagram 1.5 diketahui bahwa 64% perawat

mengatakan perawat diruangan di ruang perawatan kelas 2&3 RS

Universitas Hasanuddin telah cukup mengerti cara menggunakan

semua alat-alat perawatan.

Permasalahan : Tidak ada masalah

Diagram 2.6
Struktur Manajemen Keperawatan-Tersedianya consumable yang dibutuhkan pasien

Tersedianya
consumable yang
dibutuhkan pasien
Sangat kurang/tidak
8% 0% pernah
40% Cukup/Kadang-
kadang
52% Baik/Sering

Sangat baik/Selalu
Sumber: Data Primer,

Berdasarkan diagram 2.6 diketahui bahwa 52% perawat

mengatakan consumable yang dibutuhkan pasien diruangan di ruang

perawatan kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah tersedia dengan

baik.

Permasalahan : Tidak ada masalah

Diagram 2.7
Struktur Manajemen Keperawatan-Administrasi penunjang

Administrasi penunjang
yang memadai
0% Sangat kurang/tidak
pernah
44% Cukup/Kadang-kadang
56%
Baik/Sering 30

Sangat baik/Selalu
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan diagram 2.7 diketahui bahwa 56% perawat

mengatakan administrasi penunjang yang ada diruangan di ruang perawatan

kelas 2&3 RS Universitas Hasanuddin telah cukup memadai. Namun,

Administrasi penunjang di ruang perawatan kelas 2&3 RS Universitas

Hasanuddin belum memiliki Buku Timbang terima yang menjadi salah satu

persyaratan idealnya sebuah administrasi penunjang .

Permasalahan :

Tidak tersedianya Buku timbang terima

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi belum ada buku timbang terima yang baku.
Selama ini perawat hanya menggunakan selembar kertas untuk mencatat
kondisi pasien pada saat laporan timbang terima. Sehingga, Jika kertas
tersebut hilang maka tidak ada lagi catatan yang bisa menjadi
catatan/laporan berkesinambungan dalam pelaksaanaan asuhan
keperawatan pada pasien.

3. Model Praktek Pelayanan Profesional (Method)


a. Penerapan MPKP
Model praktek pelayanan keperawatan professional yang digunakan

yaitu model keperawatan MPKP/TIM Primer. Perawat memahami model

keperawatan yang digunakan saat ini. Pelaksanaan MPKP cocok digunakan

di ruangan karena menurut perawat di ruangan, pelaksanaan MPKP sesuai

dengan visi dan misi ruangan. Efektifitas dan efisiensi model keperawatan

31
MPKP bergantung dari kondisi pasien yang mempengaruhi lama rawat inap

pasien rerata 5-7 hari dan tidak menjadikan beban berat kerja bagi perawat.

Pelaksanaan model asuhan keperawatan tetap melakukan kolaborasi

dengan tim kesehatan lain dan terlaksananya komunikasi yang adekuat

antara perawat dan tim kesehatan lain dan segera dibicarakan bersama dan

secara kontunuitas. Mengenai tanggungjawab, dari 25 orang perawat, semua

responden perawat merasakan job description sudah jelas, serta mampu

mengenal kondisi pasien dengan baik.

Struktur organisasinya sebagai berikut :

KEPALA BAGIAN KEPALA INSTALASI RAWAT


KEPERAWATAN INAP

KEPALA RUANGAN

Indah Reski Amalia, S.Kep.,Ns


n
KETUA TIM A KETUA TIM B

Yanti Tindika, S.Kep.,Ns Selviani Ice, S.Kep., Ns


Muh. Bilal, S.Kep.,Ns

Mardiana, S.Kep

,
Syamsiah, S.Kep., Ns Meuthia, S.Kep

Syufitrisma Ishak, S.Kep., Ns Melinda T Pulung, S.Kep.,Ns

Muhaimin, Amd.Kep Nurhaidah, S.Kep

32
Irma YT, S.Kep Irma Baso, S.Kep., Ns

Besse Ellyatira, AMK Zulfahmi, S.Kep

Susi Susanti, Amd. Kep Hajerah Ilham, S.Kep., NS

Lely Jumriani, S.Kep., Ns Muh. Yusuf Bandu, S.Kep.,Ns

Arman, S.Kep Listanira Maddusa, S.Kep., Ns

Anugrahwati, S.Kep., Ns Nurlinda C. Cora, S.Kep., Ns

Misbahuddin, S.Kep., Ns Farhana Saida Bakri, S.Kep., Ns

Sri Wahidin, S.Kep., Ns Nuryani, S.Kep., Ns

33
Musrifah Arifin, S.Kep., Ns

Bagan 3. Struktur organisasi ruang Perawatan kelas 2&3 Lantai4 RSP UNHAS
Makassas
Permasalahan :
Tidak ada masalah
4. Timbang terima
Kegiatan timbang terima di ruang perawatan dilakukan 3 kali setiap
pergantian shift yaitu shift malam ke shift pagi, shift pagi ke shift sore, dan
shift sore ke shift malam. Kegiatan timbang terima dipimpin oleh Perawat
Primer dandihadiri oleh perawat yang berkepentingan (perawat associate).
Adapun persiapan sebelum timbang terima yaitu status pasien dan hal yang
harus disampaikan dalam pelaporan timbang terima yaitu keadaan pasien
dan keluhan pasien serta rencana intervensi, kegiatan dan pemeriksaan yang
akan dilakukan selanjutnya. Kemudian seluruh perawat dan kepala ruangan
bersama-sama melihat bed pasien kemudian melihat kondisi pasien dan
melaporkan hal-hal yang harus dilaporkan. Pelaksanaan kegiatan timbang
terima dilaksanakan sekitar 3-5 menit.
a. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu?
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa seluruh perawat
mengatakan pelaksanaan kegiatan timbang terima selalu dilaksanakan
tepat waktu.
b. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat?
Berdasarkan hasil pengolahan data, seluruh perawat mengatakan jika
pelaksanaan kagiatan timbang terima selalu dihadiri oleh seluruh
perawat yang berkepentingan.
c. Apakah ada buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima?

34
Diagram 4.1
Buku khusus timbang terima

Buku khusus timbang


terima
YES NO

64
36

Diagram 1
Sumber : data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan


mengenai buku timbang terima, didapatkan bahwa 9 orang perawat
(36%) mengatakan adanya buku khusus timbang terima dan 16 orang
perawat (64%) mengatakan bahwa tidak terdapat buku khusus
timbang terima.

d. Apakah ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang


terima?
Diagram 4.2
Pendokumentasian laporan timbang terima

Pendokumentasian laporan
timbang terima
YES NO
56
44

diagram 2

Sumber : data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan


mengenai kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang
terima, 11 orang perawat (44%) mengatakan bahwa mengalami

35
kesulitan dalam mendokumentasikan laporan hasil timbang terima
karena tidak ada buku, dan 14 orang perawat (56%) mengatakan
bahwa tidak mengalami kesulitan dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima.
e. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima sedang
berlangsung?

Diagram 4.3
Interaksi antar pasien dan perawat

Interaksi antara pasien dan


perawat
YES NO

96

Diagram 4

Sumber: data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan


mengenai interaksi dengan pasien saat kegiatan timbang terima
sedang berlangsung, yaitu 24 orang perawat (96%) mengatakan
bahwa ada interaksi antara pasien dan perawat saat kegiatan timbang
terima sedang berlangsung dan 1 orang perawat (4%) mengatakan
bahwa tidak ada interaksi antara pasien dan perawat ketika kegiatan
timbang terima sedang berlangsung.

f. Apakah kedua PP menandatangani laporan timbang terima segera


setelah timbang terima dilakukan?

36
Diagram 4.4
Pendatanganan laporan timbang terima

Penandatanganan laporan
timbang terima
YES NO
72

28

Diagram 4

Sumber: data primer, 2017.

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan


mengenai penandatanganan laporan kegiatan timbang terima oleh PP,
sebanyak 7 orang perawat (28%) mengatakan bahwa laporan hasil
kegiatan timbang terima ditandatangani oleh PP sedangkan 18 orang
perawat (72%) mengatakan bahwa laporan hasil kegiatan timbang terima
tidak ditandatangani oleh PP.
g. Apakah Anda (tim shift pengganti) dievauasi kesiapannya oleh kepal
ruangan?
Diagram 4.5
Evaluasi timbang terima oleh kepala ruangan

Evaluasi timbang terima oleh


kepala ruangan
YES NO

84

16

Diagram 5

Sumber: data primer, 2017.

37
Berdasarkan hasil olah data pada pertanyaan mengenai
evaluasi kegiatan timbang terima oleh kepala ruangan, didapatkan
bahwa sebanyak 21 orang perawat (84%) mengatakan bahwa kepala
ruangan mengevaluasi kesiapan tim shift pengganti. Sedangkan 4
orang perawat (16%) mengatakan bahwa kepala ruangan tidak
mengevaluasi kesiapa tim shift pengganti.
5. Ronde keperawatan
a. Frekuensi pelaksanaan Ronde Keperawatan
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan di Ruangan kelas 2 & 3 dilakukan
sekali sebulan atau 3 kali sebulan, tetapi saat ini jarang dilakukan karena
belum ada jadwal yang jelas tentang pelaksanaan ronde.
b. Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Diagram 5.1
Distribusi responden tentang Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Pelaksaan Ronde
Keperawatan
8%

92%

Ya Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan untuk pertanyaan


tentang pelaksanaan ronde kepewaratan diruangan sebanyak 23 (92%)
perawat mengatakan bahwa di ruang kelas 2 & 3 telah dilaksanakan ronde
keperawatan.

38
c. Pemahaman Perawatan tentang Ronde Keperawatan

Diagram 5.2.
Distribusi responden tentang pemahaman mengenai Ronde Keperawatan

Pemahaman tentang Ronde


Keperawatan

8%

92%

Ya Tidak

Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada pertanyaan


tentang pemahaman perawat tentang ronde keperawatan sebanyak 23 (92%)
perawat menjawab mengerti tentang ronde keperawatan.

d. Keoptimalan Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Diagram 5.3
Distribusi responden berdasarkan Keoptimalan Ronde Keperawatan

Keoptimalan Ronde Keperawatan

Tidak
40%

Ya
60%

Ya Tidak

Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada pertanyaan


tentang pelaksanaan ronde yang optimal sebanyak 15 perawat (60%)

39
menjawab optimal dan 10 (40%) perawat menjawab tidak optimal karena
jarang dilakukan.
e. Pengetahuan Keluarga Pasien terhadap Ronde Keperawatan

Diagram 5.4
Distribusi responden tentang Pengetahuan keluarga Pasien terhadap Ronde Keperawatan

Pengetahuan Keluarga pasien


terhadap Ronde Keperawatan

Tidak
48% Ya
52%

Ya Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Dalam melaksanakan ronde keperawatan pasien dan keluarga harus


berpartisipasi sebagai penerima asuhan keperawatan. Berdasarkan
pengolahan data yang dilakukan tentang pengetahuan keluarga klien
terhadap ronde keperawatan sebanyak 13 (52%) perawat menjawab bahwa
keluarga telah mengerti tentang ronde kepewaratan dan 12 (48%) perawat
menjawab bahwa keluarga belum mengetahui tentang ronde keperawatan.

40
f. Pembentukan Tim Ronde Keperawatan

Diagram 5.5
Distribusi Responden berdasarakan Pembentukan Tim Ronde Keperawatan

Pembentukan Tim Ronde


Keperawatan

36%

64%

Ya Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan tentang


pembentukan tim ronde kepewatan sebanyak 16 (64%) perawat menjawab
bahwa tim ronde keperawatan telah dibentuk dan 9 (36%) perawat
menjawab tidak.

41
g. Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentuknya Tim Ronde
Keperawatan

Diagram 5.6
Distribusi Responden berdasarkan Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentukan
Tim Ronde Keperawatan

Keoptimalan Ronde Keperawatan


dengan dibentuknya tim Ronde
Keprawatan

36%

64%

Ya Tidak

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan tentang


Keoptimalan Ronde Keperawatan dengan dibentukanya tim ronde
keperawatan sebanyak 16 (64%) perawat menjawab tim ronde keperawatan
telah melaksanakan ronde keperawatan dengan optimal.

Masalah :

Pelaksanaan ronde keperawatan yang belum optimal.

Analisa Masalah :

Pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruangan tidak memiliki waktu yang


jelas dan pelaksanaannya tidak optimal karena tidak ada waktu.

42
6. Sentralisasi Obat
Diagram 6.1
Sentralisasi Obat

96%
88% 84% 84%
100% 80% 80%
90%
80%
70%
60%
50%
40% 20% 20% 16% 16%
30% 12%
20% 4%
10%
0%

YA TIDAK

Sumber: data primer, 2017.

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang


akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat. Seluruh perawat yang di berikan kuisioner mampu menjawab apa
yang mereka ketahui mengenai sentralisasi obat yakni tempat pengelolaan
obat. Dalam ruangan kelas 2 dan 3 di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin, terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat, yaitu depo
obat. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Berdasarkan hasil kusioner dari 25 orang perawat mengenai pengadaan
sentralisasi obat, terdapat 80% perawat yang telah diberikan wewenang
dalam urusan sentralisasi obat dan 20% lagi tidak.

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh


perawat, dan keluarga klien wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat. Adapun proses penerimaan obat dari pasien ke perawat
menurut jawaban para perawat di ruangan adalalah dari saat pasien
menerima resep obat dari dokter penanggung jawab, dan dibawa ke apotik

43
lalu obat yang telah diterima kemudian diserahkan kepada perawat untuk
diatur jadwal pemberiannya dan disimpan di ruangan obat. Mengenai format
persetujuan sentralisasi obat dari pasien atau keluarga pasien ke perawat ,
terdapat 80% perawat mengatakan ada format persetujuan namun 20%
perawat mengatakan tidak ada format, dengan alasan pernah ada namun
dihilangkan oleh bagian Rekam Medik.

7. Penerimaan pasien baru


a. Melakukan penjelasan saat penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil olah data mengenai mengenai hal-hal yang dijelaskan
saat menerima pasien baru,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat
menjelaskan saat menerima pasien baru (100%). Hal ini diperkuat
dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa Dengan
penjelasan yang diberikan orientasi ruangan, memberikan penjelasan
tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab, dan tata tertib ruang.
b. Cara yang dilakukan saat melakukan penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil olah data mengenai cara yang dilakukan untuk
memberikan orientasi baik secara lisan, tulisan, ataupun
keduanya,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat melakukan
secara lisan dan tulisan (100%).
c. Kesediaan melakukan PPB
Diagram 7.1
Kesediaan melakukan penerimaan pasien baru

Kesediaan Melakukan PPB

Ya
100.0%

Sumber : data primer, 2019.

44
Berdasarkan diagram diatas terkait dengan kesediaan
perawat melakukan Penerimaan Pasien Baru (PPB), didapatkan
hasil bahwa 14 perawat (100%) bersedia melakukan Penerimaan
Pasien Baru. Hal ini diperkuat dengan beberapa orang perawat di
ruang IGD mengatakan bahwa semua perawat di ruang IGD
bertanggung jawab dalam menerima pasien baru

d. Pembagian tugas tentang PPB


Diagram 7.2
Pembagian tugas penerimaan pasien baru

Pembagian Tugas Tentang PPB

Tidak
35.7%

Ya
64.3%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan pembagian tugas


dalam penerimaan pasien baru, didapatkan hasil 9 perawat (64,3%)
yang menyatakan bahwa ada pembagian tugas dalam penerimaan
pasien baru, sedangkan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak
ada pembagian tugas terkait dengan penerimaan pasien baru.
Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat
mengatakan bahwa ada pembagian tugas dalam penerimaan pasien
baru, Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang menyatakan
bahwa dalam menerima pasien baru ditentukan berdasarkan jumlah
pasien kelolaan di ruangan, perawat dengan jumlah pasien kelolaan
yang sedikit akan menerima pasien baru, namun beberapa perawat
juga mengatakan bahwa tidak ada pembagian tugas dalam menerima
pasien baru dalam hal ini merawat mengatakan bahwa penerimaan
pasien baru berdasarkan atas inisiatif perawat di ruangan sendiri.

45
e. Pemberian brosur/leaflet saat PPB
Diagram 7.3
Pemberian brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru

Pemberian Brosur Saat PPB

Ya
35.7%

Tidak
64.3%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan pemberian


brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru, ditemukan 9 perawat
(64,3%) menyatakan bahwa tidak ada pemberian brosur/leaflet saat
penerimaan pasien baru dan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak
ada pemberian brosur/leaflet saat PPB. Berdasarkan pernyataan
perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam penerimaan
pasien baru tidak ada pemberian brosur/leaflet hal ini diperkuat dengan
pernyataan perawat yang mengatakan bahwa ketika pasien baru datang
perawat hanya akan melakukan pengkajian dan juga melakukan TTV,
sedangkan beberapa perawat juga mengatakan bahwa dalam
penerimaan pasien baru ada pemberian brosur/leaflet, hal ini diperkuat
dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa ketika pasien baru
datang, dan jumlah pasien agak kurang dan waktu perawat senggang
perawat akan memberikan brosur/leaflet.

46
f. Melakukan pendokumentasian PPB
Diagram 7.4
Melakukan pendokumentasian penerimaan pasien baru

Pendokumentasian PPB

Ya
100.0%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan diagram diatas terkait pendokumentasian


perawat dalam penerimaan pasien baru didapatkan hasil bahwa
sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan melakukan
pendokumentasian PPB. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
perawat yang mengatakan bahwa setelah melakukan penerimaan
pasien baru, perawat akan melakukan pendokumentasian di lembar
pendokumentasian yang ada

8. Dokumentasi
a. Melakukan penjelasan saat penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil olah data mengenai mengenai hal-hal yang dijelaskan
saat menerima pasien baru,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat
menjelaskan saat menerima pasien baru (100%). Hal ini diperkuat
dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa Dengan
penjelasan yang diberikan orientasi ruangan, memberikan penjelasan
tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab, dan tata tertib ruang.
b. Format pendokumentasian yang baku

Diagram 9.1
Format pendokumentasian yang baku di ruang IGD

47
Format Baku Dokumentasi Keperawatan

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait format

pendokumentasian baku yang ada di ruang IGD didapatkan hasil

bahwa sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan bahwa terdapat

format pendokumentasian yang baku yang digunakan di ruang IGD.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan

bahwa untuk format pendokumentasian di ruangan telah disediakan

dan khusus digunakan untuk ruangan IGD dan format tersebut telah

direview berbagai pihak direksi RSPTN Universitas Hasanuddin.

c. Pemahaman perawat dalam mengisi format pendokumentasian


Diagram 9.1
Pemahaman cara pengisian format dokumentasi di ruang IGD

Pemahaman Pengisian Format


Dokumentasi Keperawatan

Ya
100.0%

48
Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman cara

pengisian format dokumentasi di ruang IGD didapatkan hasil bahwa

sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan bahwa perawat di ruang

IGD telah mengerti cara pengisian format dokumentasi. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa

perawat di ruangan sebelum masuk menjadi perawat di RSPTN

Universitas Hasanuddin telah melalui proses orientasi ruangan dan

telah melalui orientasi ruangan di IGD sehingga perawat di ruangan

telah mengerti terkait dengan pengisian format dokumentasi

keperawatan.

d. Kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian


Diagram 9.1
Kemudahan Perawat Menggunakan Format
Pendokumentasi dalam melakukan pengkajian di ruang IGD

Kemudahan Perawat Dalam Menggunakan


Format Pengkajian

Ya
100.0%

49
Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait kemudahan perawat

menggunakan format pendokumentasian di ruang IGD didapatkan

hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) dengan adanya format

pendokumentasian memudahkan perawat dalam melakukan

pengkajian ke pasien. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat

yang mengatakan bahwa dengan adanya format tersebut yang

dilengkapi dengan assesment pasien sangat membantu dan

meminimalisir waktu yang digunakan perawat dalam melakukan

pengkajian.

e. Ketepatan waktu pendokumentasian


Diagram 9.1
Ketepatan Waktu Pendokumentasian di ruang IGD

Ketepatan Waktu Pendokumentasian

Tidak
42.9%

Ya
57.1%

50
Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu

pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak

8 perawat (57,1%) telah melakukan pendokumentasian dengan tepat

waktu sedangkan 6 perawat (42,9%) menyatakan melakukan

pendokumentasian tidak tepat waktu. Sedangkan berdasarkan

pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam

pendokumentasian dilakukan tepat waktu yang diperkuat dengan

pernyataan perawat yang mengatakan bahwa dalam pengisian

pendokumentasian dapat dilakukan dengan tepat waktu dikarenakan

dalam shift tertentu ketika jumlah pasien di ruangan tidak terlalu

banyak sehingga perawat memiliki banyak waktu kosong untuk

mengisi pendokumentasian, namun beberapa perawat juga

mengatakan bahwa pendokumentasian tidak dilakukan tepat waktu

dikarenakan adakalanya pasien datang dengan jumlah yang banyak,

sedangkan tenaga yang ada diruangan terbatas dikarenakan alasan

tertentu.

f. Model Dokumentasi Menambah Beban Perawat


Diagram 9.1
Model Dokumentasi Menambah Beban
Perawat di ruang IGD

51
Model Dokumentasi Menambah Beban
Perawat

Tidak Ya
50.0% 50.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu

pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak

7 perawat (50%) menyatakan terbebani dengan model dokumentasi

yang ada, dan 7 perawat (50%) menyatakan tidak terbebani dengan

model dokumentasi yang ada. Sedangkan berdasarkan pernyataan

perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam

pendokumentasian terasa membenbani dikarenakan waktu yang

kurang dan kesibukan di ruangan sehingga dalam melakukan

pendokumentasian kadang dilakukan ketika waktu dinas telah

selesai bahkan terkadang ada pendokumentasian yang tidak

terselesaikan sehingga mendapat komplain dari ruang rawat inap,

namun beberapa perawat juga mengatakan bahwa

pendokumentasian tidak membebani perawat karena menurutnya

format telah direview dan terasa memudahkan.

g. Model Dokumentasi Menyita waktu perawat

52
Diagram 9.1
Model Dokumentasi Menyita Banyak Waktu
Perawat di ruang IGD

Model Dokumentasi Menyita Waktu


Perawat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait model dokumentasi

menyita waktu perawat kemudahan perawat menggunakan format

pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak

14 perawat (100%) menyatakan bahwa dengan adanya

pendokumentasian sangat menyita waktu perawat di ruang IGD. Hal

ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa

dengan adanya pendokumentasian dan dengan kesibukan perawat di

ruang IGD cukup menyita waktu perawat dikarenakan hanya dengan

kesibukan ke pasien sudah menyita waktu yang banyak ditambah

lagi dengan adanya pengisian pendokumentasian akan menambah

waktu yang tersita oleh perawat.

53
Tabel 1
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

a. Metode a. Berdasarkan a. Sebaiknya


dokumentasi hasil sistem
menekankan fokus wawancara pendokumentasi
pada pasien dan an dilaksanakan
idealnya anggota observasi di dalam bentuk
kesehatan ruang IGD penginputan
berkontribusi didapatkan komputer agar
terhadap satu bahwa catatn memudahkan
daftar masalah perkembang perawat, dan
pasien, adapun an pasien dokumen mudah
format masih dalam didapatkan
dokumentasi bentuk paper
terintegrasi harus sehingga
mencakup rentan
formulir hilang,
pengkajian dan tercecer,
sumber data, memerlukan
perencanaan, tempat
catatan penyimpana
perkembangan n yang luas,
dan perawatan dan
berkelanjutan. menyulitkan
Metode pada saat
dokumentasi pencarian.
sebaiknya
menggunakan
system
penginputan
computer untuk
memudahkan
dalam
pelaksanaannya.
Sedangkan
Kekurangan
dokumen
terintegrasi
berbasis paper
yaitu sering
terjadinya rebutan
rekam medis
untuk
mendokumentasik
an dapat

54
menimbulkan
kebingungan
Karena setiap
informasi yang
masuk dicatat
dalam daftar
masalah sehingga
mungkin terjadi
duplikasi pada
perencanaan
tindakan
(Lasmani, Gofhur,
2013)

Permasalahan:
a. Pelaksanaan supervisi menggunakan sistem paper

Analisa:

Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan pendokumentasian


diruangan sebaiknya menggunakan sistem penginputan komputer untuk
memudahkan perawat dalam pendokumentasian ke pasien.

9. Supervisi
a. Pemahaman tentang supervisi ruangan

Diagram 10.1
Pemahaman Tentang Supervisi ruangan

Pemahaman Tentang Supervisi

Sumber : Data primer, 2019 Ya


100.0%

Sumber : Data primer, 2019


Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman perawat

tentang supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat

55
(100%) menyatakan bahwa semua perawat mengerti terkait supervisi.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa

sebelumnya telah dilakukan supervisi sebelum masuk di ruang IGD

karena sebagian perawat di ruang IGD ditransfer dari ruangan

perawatan.

b. Pelaksanaan supervisi diruangan

Diagram 10.1
Supervisi ruangan

Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan

Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi


ruangan didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%)
menyatakan telah dilakukan supervisi ruangan dan sebanyak 3
perawat (21,4%) menyatakan tidak pernah dilakukan supervisi di
ruangan. Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa
perawat mengatakan bahwa supervisi telah dilakukan di ruangan
yang diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan
sebelumnya telah dilakukan supervisi terkait pendokumentasian di
ruangan, namun beberapa perawat juga mengatakan bahwa belum
dilakukan di ruangan dikarenakan untuk supervisi baru akan
direncanakan dalam bulan februari ini namun belum ada kejelasan

56
kedepannya, dan beberapa perawat di ruangan tergolong perawat
baru di ruangan.

c. Format baku supervisi


Diagram 10.2
Format baku supervisi

Format Baku Supervisi

Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : data primer. 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi


ruangan didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%)
menyatakan telah ada format supervisi yang baku di ruangan dan
sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak ada format baku
supervisi di ruangan. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa
perawat mengatakan bahwa telah ada format baku supervisi, dimana
format supervisi telah disiapkan oleh pihak direksi RSPTN Unhas.
Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku merupakan
perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah
dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait
hal tersebut.

57
d. Format supervisi sesuai standar
Diagram 10.3
Format supervisi sesuai standar

Kesesuaian Format Supervisi Dengan


Standar
Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019


Berdasarkan diagram diatas terkait kesesuaian format supervisi
dengan standar didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%)
menyatakan format supervisi sudah sesuai dengan standar yang baku di
ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan format supervisi
tidak sesuai dengan standar. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa
perawat yang mengatakan bahwa telah format supervisi telah sesuai
standar dikarenakan menurutnya format tersebut telah direview oleh
pihak direksi RSPTN Unhas. Sedangkan yang mengatakan tidak ada
format baku merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan
belum pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang
mengetahui terkait hal tersebut.

58
e. Instrumen supervisi
Diagram 10.4
Instrumen supervisi

Ketersediaan Alat Saat Supervisi


Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketersediaan alat saat


supervisi didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%)
menyatakan bahwa alat tersedia dan sebanyak 3 perawat (21,4%)
menyatakan tidak tersedia alat saat supervisi. Berdasarkan pernyataan
perawat, beberapa perawat yang mengatakan bahwa alat saat supervisi
telah tersedia. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku
merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum
pernah dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui
terkait hal tersebut.

59
f. Hasil supervisi
Diagram 10.5
Hasil supervisi

Penyampaian Hasil Supervisi

Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait penyampaian hasil supervisi


didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan
bahwa ada penyampaian hasil supervisi dan sebanyak 3 perawat
(21,4%) menyatakan tidak ada penyampaian hasil supervisi.
Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan saat
selesai supervisi disampaikan hasil supervisi. Sedangkan yang
mengatakan tidak ada penyampaian hasil supervisi merupakan perawat
yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan
supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

g. Feedback supervisi
Diagram 10.5
Feedback supervisi

Feedback Supervisior
Ya
21.4% 60
Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait feedback supervisi didapatkan


hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa ada feedback
supervisi dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak ada feedback
supervisi. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan
ada feedback supervisi disampaikan hasil supervisi sehingga perawat
mengetahui apa yang perlu ditingkatkan untuk pengembangan dirinya.
Sedangkan yang mengatakan tidak ada feedback merupakan perawat yang
baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di
ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

Tabel 1
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

b. Supervisi b. Berdasarkan b. Pelaksanaan


merupakan hasil supervisi
suatu bentuk wawancara di keperawatan
dari kegiatan ruang IGD yang jarang
manajemen beberapa dilaksanakan di
keperawatan perawat ruangan
yang bertujuan mengatakan c. Perawat
pada pemenuhan bahwa diruangan
dan peningkatan supervisi baru beberapa belum
pelayanan pada dilaksanakan 1 mendapatkan
klien yang kali, dan supervisi
berfokus pada beberapa pula keperawatan
kebutuhan, mengatakan dikarenakan
keterampilan, belum pernah beberapa
dan kemampuan diadakan perawat
perawat dalam supervisi merupakan
melaksanakan keperawatan perawat

61
tugas. Supervisi sejak bekerja di pindahan dari
yang berhasil ruangan ruangan lain
guna dan tersebut. dan perawat
berdaya guna baru
tidak dapat
terjadi begitu
saja, tetapi
memerlukan
praktik dan
evaluasi
penampilan agar
dapat dijalankan
dengan tepat.
Kegagalan
supervisi dapat
menimbulkan
kesenjangan
dalam pelayanan
keperawatan
(Nursalam,
2015).
Frekuensi dari
sesi supervisi
sesuai dengan
kebutuhan
spesifik dari
kelompok.
Kelompok
supervisi harus
diadakan
setidaknya
sekali dalam
sebulan, dalam
kasus pelayanan
berdasarkan
frekuensi harus
ditingkatkan
shift kerja
(Lynch et al,
2008)

Permasalahan:
b. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang jarang dilaksanakan di
ruangan

62
c. Perawat diruangan beberapa belum mendapatkan supervisi keperawatan
dikarenakan beberapa perawat merupakan perawat pindahan dari
ruangan lain dan perawat baru

Analisa:

Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan supervisi


keperawatan di ruang Instalasi gawat darurat (IGD) masih belum sesuai
dengan teori yang ada. Berdasarkan teori pelaksanaan supervisi jarang
dilaksanakan dan beberapa perawat belum mendapatkan supervisi
keperawatan.

10. Fungsi Manajemen


Diagram 11.1
Perencanaan

PERENCANAAN
30

25

20

15
16 Ya
10 Tidak
11

5 7
5
0
0
Rencana Harian Rencana Rencana Mengerti Visi Mengetahui
Bulanan Tahunan dan Misi Kebijakan RSP
Falsafah RSP Terupdate

Sumber: Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen di


perencaanaan. Dari 25 perawat didapatkan 20 perawat telah menyusun rencana
harian dalam bentuk softcopy. Dari 25 perawat didapatkan 14 perawat
menjawab telah menyusun rencana bulanan dalam model softcopy. Dari 25
perawat didapatkan 16 perawat tidak melakukan penyusunan rencana bulanan
karena telah ada Kepala Ruangan yang menyusun rencana tahunan.

63
Seluruh perawat kelas 2 dan 3 menjawab telah mengerti visi dan misi
Rumah Sakit. Ketika diberi pertanyaan tentang kebijakan terbaru Rumah Sakit,
masih ada 7 orang perawat yang tidak mengetahui karena tidak ada sosialisasi.

Diagram 11.2
Pengorganisasian

PENGORGANISASIAN
YA TIDAK

25 25 25
21

4
0 0 0

Paham Tentang Daftar Dinas diBuat Dinas Dibuat Secara Tersedia Daftar Pasien
Struktur Organisasi Secara Bulanan Tahunan Di Ruangan

Sumber: Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen


di pengorganisasian. Dari 25 perawat didapatkan 21 perawat paham
terhadap struktur organisasi. Dalam pembuatan daftar dinas seluruh perawat
ruangan lebih memilih untuk dibuat secara bulanan karena memudahkan
untuk mengatur waktu. Seluruh perawat menjawab ya ketika diberi
pertanyaan mengenai daftar pasien meski dalam observasi daftar pasien
yang dibuat dalam bentuk kecil.

64
Diagram 11.3
Pengarahan

PENGARAHAN
YA TIDAK

24 25 25 24 24 25 24
23
21 21
17 16 17
1213 13
11
8 9 8
4 4
2 1 1 1 1
0 0 0

Sumber : Data primer, 2017

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen


di Pengarahan. Dari 25 perawat didapatkan 23 perawat menjawab
memberikan motivasi pada sesama perawat diruangan. Sebanyak 24
perawat memberikan memberikan reinforcement positif kepada perawat
saat mereka menyelesaikan tugas dengan baik. Sebelum melakukan operan
rutin seluruh perawat menjawab selalu berdoa. Dari 25 perawat didapatkan
17 perawat menjawab ya dan 8 menajwab tidak dalam memanggil staf

65
secara periodic untuk diberikan feedback. Dalam hal komunikasi menurut
21 orang perawat komunikasi yang terjadi sudah efektif. Sebanyak 24
perawat menjawab ya ketika tentang kepala ruangan yang selalu mengecek
kedisiplinan. Sebanyak 21 perawat menjawab ya tentang adanya
punishment dalam bekerja di ruangan dengan bentuk di denda.
Sebanyak 16 orang perawat menjawab kepala ruangan tidak
melakukan pengawasan langsung terhadap pengelolaan pasien. Dalam
penerapan manajemen konflik 13 perawat tidak mengetahui adanya hal
tersebut. Sebanyak 24 perawat menjawab ya ketika diberi pertanyaan
tentang pendelegasian secara rutin dan berkala. Ketika kepala ruangan
cuti/libur maka perawat mendelegasikan tugasnya kepada perawat yang
ditunjuk. Sebanyak 13 responden menjawab ya tentang supervise yang
dilakukan secara berkala di ruangan. Sebanyak 24 perawaat di kelas 2 dan
3 melaksanakan pre dan post conference. Dalam hal manajemen sumber
daya ruangan diserahkan pada Karu dan Katim.

Diagram 11.4
Pengendalian

PENGENDALIAN
30
25
20
15 18 18
10 12 13
10
5 YA
6 6 1 6
0 TIDAK

Sumber: Data Primer, 2017

66
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada Fungsi Manajemen
di Pengendalian. Dalam hal perhitungan BOR, ALOS, dan TOI di Ruangan
Kelas 2 dan 3 dilakukan oleh Kepala Ruangan. Sebanyak 16 perawat
menjawab ya tentang audit dokumentasi yang rutin dilakukan. Sebanyak 19
perawat menjawab Ya tentang pelaksanaan survey masalah keperawatan.
Dalam hal penilaian cedera sebanyak 15 responden menjawab dilakukan
setiap bulan. Sebanyak 24 perawat menjawab ya tentang survey kepuasan
pasien. Suvery kepuasan pasien dilakukan ketika pasien pulang.

Untuk peninalain kepuasan perawat dan kinerja dilakukan oleh


Bidang SDM RS UH tetapi hasil penilaian tidak di sampaikan ke ruangan.

C. Identifikasi Masalah
Hasil pendataan dilakukan identifikasi guna penyelesaian masalah melalui
alternatif pemecahan masalah sesuai dengan permasalahan, sebagai berikut:

Tabel. 3
Identifikasi masalah
NO Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

Mendiskusikan tentang pengadaan buku timbang terima dengan


bagian sarana dan prasarana RSUH.
Sarana dan Prasarana:
1. Buku timbang terima tidak
Indikator keberhasilan:
tersedia
Tersedianya buku timbang terima

Timbang terima: Mendiskusikan tentang pengadaan buku timbang terima dengan


Tidak tersedianya buku bagian sarana dan prasarana RSUH.
timbang terima
2.
Indikator keberhasilan:

Tersedianya buku timbang terima

Ronde Keperawatan: Bekerja sama dengan Karu untuk mengusulkan pelaksanaan Ronde
Keperawatan di ruangan
3. Pelaksanaan ronde
keperaawatan yang belum
optimal

67
Pengetahuan tentang Mengadakan pelatihan/workshop mengenai Dokumentasi
4 Dokumentasi Keperawatan Keperawatan
yang belum optimal

5 Supervisi keperawatan. a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervise


b. Membuat format supervisi
c. Melaksanakan supervisi keperawatan

D. Analisis SWOT
Hasil pendataan kemudian dilakukan analisa, sebagai berikut :

Tabel 4. Analisa SWOT

NO. Indikator Analisis SWOT RATING BOBOT TOTAL

1. Ketenagaan Strength
(M1) 1. Terdapatnya struktur 3 0,4 1,2
organisasi yang
berjalan sesuai
fungsinya
3 0,3 0,9
2. Jenis ketenagaan:
a. Tenaga
Keperawatan :
25 orang
b. Ners
: 18 orang
c. S1 perawat
: 4 orang
d. DIII Perawat
Umum : 3 orang 4 0,3 1,2
3. Adanya pelatihan Total:3,1
perawat.

Weakness 3 0,3 0,9


1. Kurangnya
kebijaksanaan RS
dalam memberikan
beasiswa atau
3 0,3 0,9
pelatihan pendidikan
keperawatan

68
2. Masih ada perawat
yang beranggapan
bahwa masih sangat
kurang terhadap
2 0,4 0,8
jumlah pendapatan
yang diterima plus Total: 2,6
insentif
3. Ketidaksesuain
jumlah perawat
dengan jumlah pasien 2 0.2 0.4

Opportunity
1. Adanya kesempatan
melanjutkan
3 0.3 0.9
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi
2. Adanya program
akreditasi RS dari 3 0.3 0.9
pemerintah di mana
MAKP merupakan
salah satu penilaian.
2 0.2 0.4
3. Adanya kerjasama
yang baik antar Total:2,6
mahasiswa fakultas
keperawatan dengan
perawat klinik
4. Adanya kebijakan 2 0,2 0,4
pemererintah tentang
profesionalisasi
perawat
3 0,2 0,4
Threatened
1. Adanya tuntutan
tinggi dari 2 0,3 0,6
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional
2. Makin tingginya
1 0,3 0,3
kesadaran
masyarakat akan Total:1,7
hukum
3. Makin tingginya
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
4. Persaingan RS yang
semakin kuat.

69
2. Sarana dan Internal factor
prasarana Strength
1. RSUH sebagai rumah 4 0,2 0,8
sakit pendidikan dan
rujukan
2. Terdapat
3 0,2 0,6
administrasi
penunjang (buku
injeksi, sop, buku
konsul keluar, buku
visite, buku observasi
, buku observasi suhu
dan nadi, buku
pengambilan sampel
4 0,3 1,2
darah)
3. Tersedianya nurse
station 4 0,3 1,2
4. Pemeliharaan dan Total: 3,8
perawatan dari sarana
dan prasarana
penunjang kesehatan 2
sudah ada
4 0,5
Weakness
1. Sarana prasarana
(fasilitisas dan 2
peralatan kesehatan ) 4 0,5 Total: 4
masih kurang
2. Tidak tersedianya
buku timbang terima 2,4
Opportunity
4 0,6
1. Adanya proses
perbaikan sarana
prasarana yang rusak
dari bagian 1,2
pengadaan barang 3 0,4 Total:3,6
2. Adanya catatan
timbang terima yang
dimodifiksi perawat

Treathened 1
2 0,5
1. Ada tuntutan tinggi
dari masyarakat 1,5
untuk melengkapi
3 0,5 Total: 2,5
sarana dan
prasarana.

70
2. Adanya
kemungkinan
hilangnya catatan
(kertas) yang
digunakan oleh
perawat mencatat
keadaan pasien.
3 Metode Inernal factor
Pelaksanaan Strength
Keperawatan 1. RS memiliki visi, 4 0,15 0,6
Professional misi, dan moto
(M3-1) sebagai acuan
melaksanakan
kegiatan
pelayanan 3 0,10 0,30
2. Ruangan telah
menerapkan model
MPKP Tim 3 0,15 0,45
3. Terjadi
peningkatan
kepercayaan
pasien terhadap
ruangan dengan
model 4 0,15 0,6
keperawatan yang
diterapkan
4. Model 4 0,15 0,6
keperawatan saat
ini tidak
memberatkan
pembiayaan
5. Terlaksananya
komunikasi yang 4 0,15 0,6
adekuat antara
perawat dan tim 4 0,15 0,6
kesehatana
Total:
lainnya.
6. Perawat 3,75
memahami
mengenai model
yang diterapkan 1 1
diruangan 1
7. Telah ada Total: 1
tanggung jawab
dan pembagian
tugas berdasarkan
model
keperawatan

71
Weakness

1. Pelaksanaan 4 0,33
model MPKP
sudah 1,32
dilaksanakan
dengan maksimal
dan masih
memerlukan 4 0,34
sosialisasi kepada 1,36
semua tim masih
kurang
Eksternal Faktor
Opportunity 4 0,33
1. Adanya mahasiswa 1,32
S1 keperawatan Total:4
yang melakukan
praktik manajemen 1 0,33
keperawatan 1,32
2. Ada kebijakan
pemerintah tentang
1 0,34
profesionalisme
perawat 1,36
3. Adanya kebijakan
RS tentang
pelaksanaan MPKP
Treathened

1. Persaingan dengan
rumah sakit swasta 1 0,33
yang semakin 1,32
ketat Total: 4
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap
peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih professional.
3. Bebasnya pers
yang dapat
langsung
menyebarkan
informasi dengan
cepat

72
4 Timbang Internal factor
terima (M3-
2) Strength

1. timbang terima 3 0,3 0,9


dipimpin oleh
perawat
penanggung jawab
pasien (PP) dan
dihadiri oleh
perawat yang
berkepentingan
4 0,4 1,6
(perawat
associate).
2. timbang terima
dilaksanakan 3 0,3 0,9
setiap kali
pergantian shift Total: 3,4
dengan tepat
waktu
3. kepala ruangan
melakukan 4 0,5 2
evaluasi kegiatan
timbang terima
Weakness
4 0,5 2
1. tidak adanya buku
laporan pencatatan Total: 4
hasil kegiatan
timbang terima
2. kedua PP tidak
menandatangai
laporan hasil
pelaksanaan
kegiatan timbang 2 0,5 1
terima
Eksternal factor

Opportunity

1. adanya mahasiswa 3 0,5 1,5


Profesi Ners yang
sedang mengikuti Total: 2,5
praktek
manajemen
keperawatan
2. adanya kebijakan 3 1 3
rumah sakit

73
tentang timbang Total:3
terima

Threat

adanya tuntutan yang


lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan
keperawatan yang
professional

5. Ronde Ronde keperawatan


Keperawatan
Internal factor
(M3-3) Strength
1. Kepala ruangan
mendukung
3 0.4 1,2
diadakannya
ronde
keperawatan
2. Banyaknya kasus 3 0,3 0,9
yang memerlukan
perhatian khusus. 4 0,3 1,2
3. Ronde
keperawatan Total:3,3
dilaksanakan
dalam setiap
pergantian shift.

Weakness 3 0,5 1,5


1. Pelaksanaan ronde
keperawatan di
ruangan belum
dilaksanakan 3 0,5 1,5
secara efektif.
2. Jumlah tenaga Total:3
perawat yang
belum seimbang
dengan jumlah
tingkat
ketergantungan
pasien.
4 0,4 1,6
Eksternal factor

74
Opportunity
1. Adanya pelatihan
dan seminar 3 0,6 1,8
tentang
manajemen Total: 2,4
keperawatan.
2. Adanya
kesempatan dari
kepala ruangan
untuk
mengadakan
ronde 3 0,6 1,8
keperawatan pada
perawat dan
mahasiswa
praktik.
2 0,4 0,8
Treathened
Total:2,6
1. Adanya tuntutan
dari pengguna jasa
kesehatan untuk
mendapatkan
pelayanan yang
optimal
2. Persaingan anatara
rumah sakit
semakin kuat
dalam pemberian
pelayanan.

6 Sentralisasi Sentralisasi Obat


obat
Internal factor
(M3-4)
Strength

1. Semua perawat 3 0,3 0,9


mengemukakan
jawaban mengerti
tentang sentralisasi
2. Di ruangan tersebut
ada sentralisasi obat,
dibuktikan dengan 4 0,3 1,2
adanya ruang khusus
obat (depo obat)

75
3. Alur penerimaan obat 4 0,3 1,2
di ruangan sudah tepat
4. Adanya buku 4 0,1 0,4
injeksi/buku obat
(KPO) Total:3,7

Weekness
1. Pelaksanaan 3 0,4 1,2
sentralisasi obat belum
optimal (sarana dan
prasarana belum
memadai dan ruangan
yang sentralisasi yang 4 0,4 1,6
sempit)
2. Obat yang tersedia
jumlahnya masih
terbatas, yang
terkadang membuat
pasien/keluarga pasien 4 0,2 0,8
harus mencari sendiri
di tempat lain. Total:3,6
3. Tidak ada format
persetujuan
sentralisasi obat untuk
pasien

4 1 4
Eksternal factor
Total:4
Opportunity
1. Keamanan obat
terjamin dan
pemberian obat
kepada pasien sudah
sesuai dengan prinsip 3 0,5 1,5
7B

Treathened 2 0,5 1
1. Banyaknya tuntutan
Total:2,5
dari pasien / keluarga
pasien untuk
mendapatkan

76
pelayanan yang
professional
2. Persaingan antara
rumah sakit untuk
memberikan
pelayanan yang lebih
baik.
7. Penerimaan Internal factor
pasien baru Strength
1. Perawat bersedia
(M3-5) melakukan PPB
3 0,3 0,9
2. Setiap melakukan
PPB perawat 4 0,5 2
melakukan
pendokumentasian
3. Sudah ada
pembagian tugas 3 0,2 0,6
tentang PPB
Total :3,5

Weakness
4 1 4
1. Perawat dalam
melakukan PPB
Total : 4
masih kurang
dalam penjelasan
tentang
pengenalan tenaga
kesehatan,
peraturan Rumah
Sakit,penyakit,
termasuk
sentralisasi obat.

Eksternal factor
3 1 3
Opportunity
1. Adanya program Total : 3
pelatihan melalui
FGD tentang tata
cara penerimaan
pasien baru.
Treathened
3 0,5 1,5
1. Adanya tuntutan
yang lebih tinggi
dari masyarakat
untuk

77
mendapatkan 3 0,5 1,5
pelayanan yang
professional. Total: 3
2. Persaingan anatara
rumah sakit
semakin kuat
dalam pemberian
pelayanan.

8. Discharge Internal factor


Planning
Strength
(M3-6) 1. Perawat
memahami 4 0,6 2,4
mengenai
Discharge
Planning
3 0,4 1,2
2. Perawat tidak
mengalami Total:3,6
kesulitan dalam
memahami bahasa
pasien
4 0,75 3
Weakness

1. Belum ada
pemberian
brosur/leaflet saat
Discharge 3 0,25 0,75,
Planning
2. Kurangnya Total:
kemauan untuk 3,75
memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
pasien/keluarga 4 0,75
3
Ekternal Faktor
Opportunity
1. Discharge 3 0,25
planning 0,75
dilakukan secara
lisan dan tertulis Total:3,75
2. Adanya
mahasiswa S1 4 1
Keperawatan yang
melakukan 4

78
praktek
keperawatan.

Treathened

Adanya tuntutan yang


lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
yang professional.

9. Dokumentasi Internal factor


keperawatan
Strength
(M3-7) 1. Tersedianya sarana
dan prasarana 2 0,1 0,2
dokumentasi
(sarana
administrasi
penunjang).
2. Sistem 4 0,1 0,4
pendokumentasian
keperawatan
terintegrasi.
3. Kesadaran perawat
tentang tanggung
jawab dan 3 0,3 0,9
tanggung gugat.
4. Format
pendokumentasian
yang digunakan 3 0,2 0,6
memudahkan
pengkajian 3 0,3 0,9
5. Perawat melakukan
Total:3
pendokumentasian
tepat waktu
Weakness
4 1 4
1. Perawat belum
memahami model
pendokumentasian
keperawatan
Ekternal Faktor

Opportunity 4

79
1. Peluang perawat 1 4
untuk
meningkatkan
pendidikan
(pengembangan 4
SDM)
2. Adanya mahasiswa 1 4
profesi
Total:8
keperawatan yang
praktek manajemen
untuk
mengembangkan 3
sistem dokumentasi
1 3
Treathened
Total:3
Tuntutan pasien dan
keluarga untuk
mendapatkan perawatan
yang professional

10 Supervisi Supervisi
(M3-8)
Internal factor
Strength
1. Kepala ruangan
mendukung untuk
4 0,75 3
pelaksaan
supervisi yang
rutin dan terjadwal
2. Perawat mengerti 3 0.25 0,75
memahami
supervise Total:3,75

Weakness
4 0,5 2
1. Supervisi belum
terstruktur dan
belum terjadwal
secara terstruktur 3 0,25 0,75
2. Belum ada
dokumentasi
supervisi yang
3 0,25 0.75
jelas
3. Belum ada format Total:3.5
baku untuk

80
supervisi setiap
tindakan

Eksternal Faktor
3 0,15 0,45
Opportunity
1. Adanya
mahasiswa S1
4 0,35 1,5
keperawatan yang
praktek
manajemen untuk
mengembangkan
system
dokumentasi
2. Adanya reward
dalam bentuk 3 0,2 0,6
pelatihan, sekolah,
maupun jasa bagi
yang
melaksanakan
pekerjaan dengan
baik 4 0,3 1,2
3. Adanya teguran
Total:3,75
dari kepala
ruangan bagi
perawat yang tidak
melaksanakan
pekerjaan dengan
baik
4. Hasil supervise
dapat dilakukan 3 0,3 0,9
sebagai pedoman
untuk daftar
penilaian prestasi
pegawai 4 0,5 2

Treathened

1. Tingkat kesadaran
(pasien dan 3 0,2 0,6
keluarga) akan
Total:3,5
tanggung jawab
dan tanggung
gugat
2. Tuntutan pasien
untuk
mendapatkan

81
pelayanan yang
prima dan
profesional
3. Persaingan rumah
sakit dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan

E. Perencanaan (Planning of Action)

Tabel 4. Planning of Action (POA)

NO MASALAH TUJUAN RENCANA TINDAKAN SASARAN WAKTU P. JAWAB

1 Sarana dan Untuk Mengusulkan pengadaan Kayan, ketua Desy


prasarana rumah menyelenggarak buku timbang terima. tim dan Sukmawati
sakit sudah an pelayanan perawat
cukup memadai asuhan pelaksana Ayu nengsi
namun belum keperawatan ruang Tarra
tersedianya yang perawatan
buku timbang berkesinambung Lantai 4
terima an serta Perawatan
meningkatkan kelas 2&3
pelayanan RSUH
kesehatan yang
optimal.

2 Tidak adanya Untuk Pengadaan buku catatan hasil Kepala Milka


buku pencatatan memudahkan timbang terima ruangan dan Maramba,
hasil laporan perawat dalam perawat
timbang terima pendokumentasi Rusnayanti
an hasil laporan
timbang terima

82
3 Discharge Sebagai bahan a. Telaah discharge planning perawat Yulianti M
planning, pertimbangan b. Membuat rencana pelaksana Yunus,
format dalam discharge planning ruang
c. Membuat leaflet Syahraeni
discharge pembuatan perawatan
d. Memberikan konseling Abdullah
planning telah Discharge kolaborasi perawat Kelas 2 & 3
ada namun planning e. Memberikan pendidikan
waktu keperawatan kesehatan sesuai dengan
pengisiannya kondisi pasien
belum tepat f. Menyediakan format
discharge planning
g. Mendokumentasikan
discharge planning

4 Dokumentasi Mampu a. Telaah dokumentasi yang Katim dan Dian


keperawatan melaksanakan sudah dilakukan perawat Ekawati
dokumentasi b. Telaah lembar pelaksana Uspa,
dokumentasi terintegrasi
keperawatan
c. Perbandingan macam- Nur Aisyah
sesuai format macam pendokumentasian
yang baik d. Telaah tata cara pengisisan
pendokumentasian
keperawatan
5 Supervisi Mampu a. Mengajukan proposal Kepala Ruang Reni
keperawatan menjalankan pelaksanaan supervisi Perawatan Handayani,
belum efektif, supervisi secara b. Membuat format supervisi Ardiya
belum ada optimal c. Melaksanakan supervisi Nikmat
format baku keperawatan
supervisi serta
belum ada
instrument
supervisi yang
lengkap .
6 Ronde Ronde Bekerja sama Karu, Ka. Tim Karu, perawat LM Suyatno
keperawatan keperawatan dan perawat ruangan untuk pelaksana
belum terlaksana menerapkan pelaksanaan
dilaksanakan dengan optimal ronde keperawatan pada
dengan baik sesuai prosedur ruangan Kelas 2 dan 3
meliputi:

a. Menentukan pasien untuk


ronde keperawatan (Pra-
Ronde)
b. Mempersiapkan ronde
keperawatan
c. Melaksanakan ronde
keperawatan (stategi dan
materi (Ronde)
d. Dokumentasi ronde (Pasca
Ronde)

83
84

Vous aimerez peut-être aussi