Vous êtes sur la page 1sur 78

i

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CKD DAN ANEMIA RUANG BOUGENVILLE RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :

ADE IRAWAN

NIM : 2016. C. 08A. 0777

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus Ini Disusun Oleh:

Nama : Ade Irawan

NIM : 2016.C.08a.0777

Program : S1 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis CKD dan
Anemia di Ruang Bougenville RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

Telah melaksanakan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan I (PPK I) pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Penguji

Penguji Akademik Penguji Klinik

Lisnawati S.Kep, Ns Kemala, S.Kep.,Ns

Mengetahui,

Ketua Program S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Kasih dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Studi kasus berjudul “Asuhan Keperawatan Ny. R Dengan Diagnosa Medis CKD
dan Anemia Di Ruang Bougenville BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”.

Penulisan Laporan studi kasus ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spritual.
Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia,SP.d,.M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan memberi izin untuk
melaksanakan penelitian.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan di
STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan bantuan dalam proses
pembelajaran..
3. Lisnawati S.Kep, Ns selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya
membimbing penulisan dalam menyelesaikan Studi Kasus ini dengan ikhlas dan
sabar.
4. Kemala, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran
dan bimbingannya dalam menyelesaikan Studi Kasus ini.
5. Seluruh dosen dan staf yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing,
mendidik dan membantu selama ini.
6. Keluarga Tn. A yang telah memberikan informasi dengan penuh keterbukaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Semoga laporan studi kasus ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
Keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Berkat dan
KaruniaNya kepada kita semua. Palangka Raya, Mei 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar balakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan umum ............................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Definisi ...................................................................................................... 4
2.2. Definisi Kebutuhan Eliminasi Urine ......................................................... 4
2.3 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fecal ............................ 6
2.4 Fisiologi Proses Eliminasi Dalam Tubuh Anatomi Fisiologik & Hubungan
Saraf Pada Kandung Kemih ...................................................................... 7
2.5 Gangguan Eliminasi Urine ...................................................................... 13
2.6 Perubahan Pola Berkemih ....................................................................... 16
2.7 PATHWAY ............................................................................................. 18
2.8 Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi ............................................ 19
2.8.1 Pengkajian ............................................................................................... 19
2.7.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 23
2.7.5 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 29
2.7.7 Implementasi Keperawatan ..................................................................... 35
2.7.8 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 36
BAB 3 ................................................................................................................. 39
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 39
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 39
3.2 Analisa Data ............................................................................................ 57
3.2 Prioritas Masalah ..................................................................................... 59
3.3 Rencana Keperawatan ............................................................................. 60
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ............................................... 64
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 70
4.1 Pengkajian ............................................................................................... 70
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 71
4.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................... 72
4.3.1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi urine. ................. 72
4.3.2 Nyeri akut berhubungan akibat peradangan parenkim ginjal .................. 72
4.3.3 Defisit perawtan diri berhubngan ............................................................ 73
2.2 Implementasi ........................................................................................... 73
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 74
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 74
5.2 Saran ........................................................................................................ 74
5.2.1 Bagi mahasiswa ....................................................................................... 74

i
5.2.2 Bagi institusi ............................................................................................ 74
5.2.2 Bagi keluarga ........................................................................................... 75

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar balakang


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi
dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi
(refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa
juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya
miksi setelah bekerja, makan atau
bangun tidur. Normal miksi sehari adalah 5 kali. Defekasi adalah
pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang.
Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan
yang dapat dilakukan, di antaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal dengan
pispot pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri, melakukan
huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per-rektal, evakuasi feces
manual, memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan urinal, pada pasien yang
tidak mampu melakukan secara mandiri dan pemasangan kateter kondom.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila

1
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing
orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara
kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai
dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik
untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal. Untuk menangani masalah
eliminasi klien, perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-
faktor yang mempengaruhi eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung akan
menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.

1.2 Rumusan masalah


Masalah yang say angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan
pada pasien Ny. R dengan Gangguan Eliminasi

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatn dengan gagal
ginjal serta factor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny. R
dengan gangguan eliminasi
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Ny.R
dengan gangguan elimiasi
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny.
R dengan gangguan eliminasi

2
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Ny.R
dengan penyakit gangguan eliminasi
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny. R
dengan penyakit gaangguan eliminasi

1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mampu Memahami tentang Eliminasi
1.4.2 Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Elimiasi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic
tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah
bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua
karbondioksida dibawa keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui
pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat.

Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk


mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun.

Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,


yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi
sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

Untuk mengetahui konsep eliminasi sampah dan metabolisme tubuh Untuk


mengetahui fisiologi proses eliminasi dalam tubuh Untuk mengetahui gangguan
eliminasi urine dalam tubuh Untuk mengetahui masalah dalam eliminasi fecal
Untuk mangetahui proses keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pada proses eliminasi.

2.2. Definisi Kebutuhan Eliminasi Urine


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Kebutuhan eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal
(BAB/Alvi). Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme berupa urin. Miksi (Berkemih) Miksi adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu :

4
a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.

b. Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Refleks Berkemih Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi,


banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan
oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh
refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding
kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini
mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik
dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung
kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini. Ketika
kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara
spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi,
refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot
detrusor lebih kuat. Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “
menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan
mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada
impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan
peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang
dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat.
Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang
menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini
berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi. Jadi refleks berkemih adalah
suatu siklus tunggal lengkap dari :

a. Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif

5
b. Periode tekanan dipertahankan dan

c. Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.

Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan


kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan
terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks
berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks
berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat. Sekali refleks berkemih
menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui
nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini
lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna,
berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai
kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.

2.3 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fecal


Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme berupa feses. Susunan feses terdiri dari :

1) Bakteri yang umumnya sudah mati


2) Lepasan epitelium dari usus
3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4) Garam terutama kalsium fosfat
5) Sedikit zat besi dari selulosa
6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml) Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi fecal
- Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, control
- Diet
- Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
- Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat.
- Faktor psikologik
- Kebiasaan
- Posisi

6
- Nyeri
- Kehamilan : menekan rectum
- Operasi & anestesi
- Obat-obatan
- Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
- Kondisi patologis
- Iritan

2.4 Fisiologi Proses Eliminasi Dalam Tubuh Anatomi Fisiologik & Hubungan
Saraf Pada Kandung Kemih
a) Ginjal Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna
vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung
bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra
lumbalis ke-3. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari
ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran
12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal
terletak dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung
dengan proses eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang
kokoh dan di kelilingi oleh lapisan lemak.
b) Ureter Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang
memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa.
Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung
kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter
ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya
steril.
c) Kandung kemih Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang
terdiri dari dua bagian besar : Badan (corpus), merupakan bagian utama
kandung kemih dimana urin berkumpul dan, leher (kollum), merupakan
lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan
anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra.

7
Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior
karena hubungannya dengan uretra. Otot polos kandung kemih disebut otot
detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi,
dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60
mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting
untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor
terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah
dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat
menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya,
sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera. Pada
dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung
kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah
dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju
leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung
kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan
melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat
membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung
kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati
1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan
diri ke dalam kandung kemih. Leher kandung kemih (uretra posterior)
panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya terdiri dari otot detrusor yang
bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini
disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher
kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu,
mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama
kandung kemih meningkat di atas ambang kritis. Setelah uretra posterior,
uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot
yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik
yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri
dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf
volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila
kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.

8
d) Uretra Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami
turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir
dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi
uretra.
e) Persarafan Kandung Kemih Persarafan utama kandung kemih ialah nervus
pelvikus, yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis,
terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan
melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf
motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung
kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan
terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan
pengosongan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar dalam nervus
pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang
terletak pada dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting
adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter
eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi
dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama
berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin
terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf
simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan
pada beberapa keadaan, rasa nyeri. Transpor urin dari ginjal melalui ureter
dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih
mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari
duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin
tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung

9
kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis,
meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian
mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan
kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari
pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos
dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-
neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang
ureter. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan
dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung kemih
menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya,
ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding
kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung
kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama
berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang
peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam
ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka
dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih. Pada
beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih
kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih
tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya,
sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter,
keadaan ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat
menyebabkan pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan
di kaliks renalis dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan
kerusakan daerah ini.
f) Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal. Ureter dipersarafi
secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh : oleh
batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan rasa
nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis
kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan

10
demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks
ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang
berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat. Anatomi Fisiologi
Saluran Pencernaan Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut,
dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan
adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal
dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya
sampai direabsorpsi di kolon. Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri
dari :
- Mulut Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut
pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong
gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus
bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.
- Esofagus Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid
yang berguna untuk perlindungan.
- Lambung Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi
terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan
usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah
spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat.
Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme.
Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata
waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan
adalah 2 sampai 6 jam.
- Usus kecil Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
a) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung 2) Jejenum
atau bagian tengah dan 3) Ileum

11
b) Usus besar (kolon) Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau
50 –60 inch, terdir dari :

1) Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

2) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.

3) Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch. Fisiologi usus besar yaitu bahwa


usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus
halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan
sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 –
20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di
rektum feses bersifat padat – lunak. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah
:

1) Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian


selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien,
elektrolit dan garam empedu.

2) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan


melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang
dihasilkan feses.

3) Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

- Anus / anal / orifisium eksternal Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch,


mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi Defekasi Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.
Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang
sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
 Refleks defekasi instrinsik Ketika feses masuk kedalam rektum,
pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar
melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada

12
kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus,
spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang
maka feses keluar.
 Refleks defekasi parasimpatis Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang,
signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis
ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus
internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus
individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan
sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan
diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan
feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi
paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi
diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses

2.5 Gangguan Eliminasi Urine


Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara
umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine. Gangguan eliminasi urine
kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003) Inkopenten outlet kandung kemih;
Penurunan kapasitas kandung kemih; Penurunan tonus otot kandung kemih;
Kelemahan otot dasar panggul. Beberapa masalah eliminasi urine yang sering
muncul, antara lain : Retensi Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan
kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan
sendiri. Kemungkinan penyebabnya :

a) Operasi pada daerah abdomen bawah.


b) Kerusakan ateren

13
c) Penyumbatan spinkter.
d) Tanda-tanda retensi urine :
e) Ketidak nyamanan daerah pubis.
f) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
g) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
h) Meningkatnya keinginan berkemih.
i) Enuresis Tinusis Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak
umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
j) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
k) Kandung kemih yang irritable
l) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
m) ISK atau perubahan fisik atau revolusi. Inkontinensia Inkontinesia Urine ialah
BAK yang tidak terkontrol. Jenis inkotinensis :
1) Inkontinensia Fungsional/urge Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana
individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak
mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih. Faktor Penyebab:
a. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
b. Penurunan tonur kandung kemih
c. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
d. Lingkungan
e. Lanjut usia.
2) Inkontinensia Stress Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu
mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra
abdomen. Faktor Penyebab :
a. Inkomplet outlet kandung kemih
b. Tingginya tekanan infra abdomen
c. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
d. Lanjut usia.
3) Inkontinensia Total Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu
mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab :
a. Penurunan Kapasitas kandung kemih.

14
b. Penurunan isyarat kandung kemih
c. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
d. Penurunan tonus kandung kemih
e. Kelemahan otot dasar panggul.
f. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
4) Inkontenensia Dorongan Adalah keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluarana urin tanpa sadar, terjadi setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih Penyebab:
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Infeksi saluran kemih
c. Minum alcohol atau kafein
d. Penigkatan cairan
e. Peningkatan konsentrasi urine
f. Distensi kandung kemih yang berlebihan.
g. Inkontenensia reflex Adalah keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dpat
di[perkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis) Tanda-tandanya :
1.Tidak ada dorongan utnuk berkemih
2.Merassa bahwa kandung kemih penuh
3.Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur.
Enuresis Adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna.
Enuresis terjadi pada anak-anak atau orang ngompol. Penyebab enuresis :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun
tidur untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung
urin dalam jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orant tua).

15
e. Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaanya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system perkemihan
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan
pemedas.
h. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

2.6 Perubahan Pola Berkemih


Frekuensi Yaitu meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya
cairan. Biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil. Urgency Yaitu
perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan
spinkter untuk mengontrol berkurang. Disuria Yaitu adanya rasa sakit atau
kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK, trauma, dan striktur uretra. Poliuria
Yaitu produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan
misalnya pada pasien DM. Urinari Suppresion Yaitu keadaan yang mendesak
dimana produksi urine sangat kurang. Keadaan dimana ginjal tidak dapat
memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria = Urin < 100 ml/24 jam Oliguria =
Urin 100 – 1500 ml/24 jam F. GANGGUAN ELIMINASI FECAL Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB
disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di
intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Penyebabnya :

1) Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan
lain-lain
2) Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
3) Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring
lama.
4) Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.

16
5) Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
6) Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor.
7) Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga


tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien
dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB,
anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum. Diare Diare merupakan buang
air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan buang air besar (BAB). Inkontinensia fecal Yaitu
suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi
spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat. Flatulens Yaitu menumpuknya gas pada lumen
intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan
kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-
hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang
kol. Hemoroid Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB

17
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.

2.7 Pathway

18
2.8 Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi
2.8.1 Pengkajian
a. Keluhan utama Keluhan utama

Pola berkemih pasien, Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan,
lamanya,Faktor yang memengaruhi berkemih dan usaha yang dilakukan selama
mengalami masalah eliminasi urine

b. Riwayat penyakit sekarang

Pola eliminasi: Sebelum sakit: pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari warnah urin
kuning jernih, bau khas.. Selama sakit pasien BAK 500cc dari jam 06.00-90.00,
aliran urin lancar, warnah agak kemerahan dan agak keruh terdapat sedikit stosel
terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan.

c. Riwayat penyakit dahulu.

Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami sakit apa sebelumnya dan apa
pernah masuk rumah saki.

d. Riwayat kesehatan keluarga. Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang


mengalami sakit seperti pasien sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah
mengalami penyakit seperti saat ini.

e. Riwayat kesehatan lingkungan klien Perlu dikaji penyimpanan makanan,


apakah pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

f. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan

 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2


kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya. Ø Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2) Perkembangan

19
 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud. Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa
(meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson. Autonomy vs Shame
and doundt. Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug).

g. Genogram Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota


keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum
pasien. Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal
serumah, yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit.

2.7.2 Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)

a. Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan

b.Pola Aktivitas Dan Latihan Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik
tangga, serta berikan keterangan skala dari 0 – 4 yaitu : 0 : Mandiri

1 : Di bantu sebagian

2 : Di bantu orang lain

3 : Di bantu orang dan peralatan

4 : Ketergantungan / tidak mampu Aktifitas 0 1 2 3 4 Makan √ Mandi √


Berpakaian √ Eliminasi √ Mobilisasi ditempat tidur √ Berpindah √ Ambulansi √
Naik tangga √

c. Pola Istirahat Tidur Ditanyakan :

- Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur


- Sonambolisme
- Kualitas dan kuantitas jam tidur

20
d. Pola Nutrisi - Metabolic Ditanyakan :

- Berapa kali makan sehari


- Makanan kesukaan
- Berat badan sebelum dan sesudah sakit
- Frekuensi dan kuantitas minum sehari

e.Pola Eliminasi

- Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari


- Nyeri
- Kuantitas

f. Pola Kognitif Perceptual Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca


Indra)

g. Pola Konsep Diri

- Gambaran diri
- Identitas diri
- Peran diri
- Ideal diri
- Harga diri h.

h. Pola Koping Cara pemecahan dan penyelesaian masalah

i. Pola Seksual – Reproduksi Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.

j. Pola Peran Hubungan

- Hubungan dengan anggota keluarga


- Dukungan keluarga
- Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.

k. Pola Nilai Dan Kepercayaan

- Persepsi keyakinan
- Tindakan berdasarkan keyakinan

2.7.3 PEMERIKSAAN FISIK

21
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. Keadaan umum : Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.


Tekanan darah mmHg, suhu tubuh …◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit
(regular), GCS :E=.. M=… Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum
Sakit ) ; tidak diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).

c. Kepala : Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih

d. Mata : Cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic


meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum

f. Sistem Pernafasan : Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis


metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .

h. Sistem integumen : Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat
> 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam
), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. Perlu dikaji :

- Pola berkemih : Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual.


- Frekuensi : Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine
setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk
berkemih pada malam hari.
- Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur,
sebelum tidur dan berkisar waktu makan.

22
- Volume : Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
- Usia Jumlah / hari : Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml Hari
ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml Hari kesepuluh – 2 bulan
kehidupan 250–400 ml Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml 1–3
tahun 500–600 ml 3–5 tahun 600–700 ml 5–8 tahun 700–1000 ml 8–14
tahun 800–1400 ml 14 tahun-dewasa 1500 ml Dewasa tua 1500 ml /
kurang Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24
jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.

j. Dampak hospitalisasi : Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

2.7.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium :

- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida


- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
a. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni TERAPI obat anti sekresi
: Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1
mg / kg BB/hari
b. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
c. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyert

23
24
2.7.5 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh


adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.
2. Nyeri akut berhubungan dengan akibat peradagan parenkim ginjal
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anoreksia.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan motivasi merawat diri

2.7.6 Rencana Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan


oleh adanya peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.

Tujuan : menurunkan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC

perabaan tidak hangat , tidak menggigil.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.

Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama keringat.

3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan paha.

29
Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau
menurunkan suhu secara evaporasi.

4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.

5) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

2. Nyeri akut berhubungan dengan akibat peradagan parenkim ginjal

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang,
ekspresi wajah rileks

Rencana Tindakan :

1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri

Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses


infeksi dan memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.

2) Beri posisi yang nyaman menurut klien

30
Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi
rasa nyeri.

3) Palpasi kandung kemih setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi

Rasional : Distensi yang terlalu lama pada kandung kemih mengakibatkan nyeri
kandung kemih.

4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri

5) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri

Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar sehingga


nyeri dapat berkurang

6) Anjurkan klien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra

7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan penozopyridine


(untuk meredakan iritasi saluran kemih)

Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran
kemih.

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya infeksi saluran


kemih

Tujuan : Perubahan pola eliminasi teratasi

31
Kriteria Hasil : Pola urine kembali normal 6 – 7 kali setiap hari, produksi
urine > 30 cc / menit, urine normal ; warna jernih, tidak ada darah, tidak ada
tekanan saat mengeluarkan urine

Rencana Tindakan :

1) Observasi perubahan urine : warna, jumlah, bau

Rasional : Untuk mendeteksi adanya infeksi lebih awal

2) Kaji keluhan tidak bisa berkemih, berkemih berdarah, tidak bisa menahan urine
tiba-tiba, berkemih pada malam hari

Rasional : Untuk mengetahui adanya peradangan pada kandung kemih

3) Beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Untuk membantu pengeluaran kuman dari kandung kemih melalui


berkemih atau menurunkan konsentrasi bakteri

4) Anjurkan klien berkemih tiap 3 – 4 jam

Rasional : Mencegah urine statis dan mencegah bertambahnya kuman pada


kandung kemih akibat urine yang terlalu lama tertahan.

5) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat berkemih

Rasional : Mengurangi rasa nyeri saat berkemih dan proses berkemih terasa
lampias.

6) Ajarkan klien untuk perawatan perineal yang benar dari depan ke belakang
setiap kali selesai berkemih dan defekasi

Rasional : Mencegah masuknya kuman pada urethra.

32
7) Kolaborasi dalam pemberian obat anti bakteri dengan tim medik

Rasional : Mengurangi pertumbuhan bakteri.

8) Pantau atau periksa urine kultur dan sensitifitasnya

Rasional : Menentukan penyebab infeksi saluran kemih dan mengevaluasi


efektifitas pengobatan.

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah, dan anorexia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh, keluhan mual
tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.

Rencana Tindakan :

1) Kaji pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit

Rasional : Mengetahui kebiasaan dan jenis makanan serta masukan makanan klien

2) Kaji adanya keluhan mual, muntah dan anorexia

Rasional : Untuk merencanakan tindakan selanjutnya

3) Pertahankan kebersihan mulut sebelum makan

Rasional : Mukosa mulut yang bersih meningkatkan selera makan

4) Beri makan dalam porsi kecil dan sering

33
Rasional : Meningkatkan asupan makanan

5) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : Mengurangi rasa mual

6) Anjurkan untuk makan biskuit atau roti atau makanan kesukaan sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan sekresi asam lambung dan mencegah rasa mual serta
meningkatkan asupan makanan

7) Kolaborasi dalam pemberian Antasida

Rasional : Antasida dapat menurunkan asam lambung dan mencegah rasa mual.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan motivasi merawat diri

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan yang


benar tentang infeksi saluran kemih.

Rencana Tindakan :

1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari
konsumsi kopi dan alkohol

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih

2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung kemih


secara sempurna setiap kali berkemih

Rasional : Mencegah distensi kandung kemih

34
3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan
defekasi, bersihkan dari depan ke belakang

Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus

4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan sampai
ke belakang

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme

5) Gunakan celana dalam dari bahan katun

Rasional : Menyerap cairan dan keringat

6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat

Rasional : Memperlancar aliran darah

7) Anjurkan untuk segera berkemih setelah melakukan hubungan sexual

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme di dalam kandung kemih


dan melalui berkemih dapat mengeluarkan kuman

8) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau sampai


habis

Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistens

2.7.7 Implementasi Keperawatan


Menurut (Nursalam, 2009), implementasi adalah pelaksanaan dari
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk

35
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.Dalam melaksanakan tindakan perawatan, selain
melaksanakannya secara mandiri, harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan
lainnya. Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang baru. Implementasi tindakan
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent (mandiri), interdependent
(bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli
gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent (bekerja
sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter).
Perawat juga harus selalu mengingat prinsip 6S setiap melakukan
tindakan, yaitu senyum, salam, sapa, sopan santun, sabar dan syukur. Selain itu,
dalam memberikan pelayanan, perawat harus melaksankannnya dengan displin,
inovatif (perawat harus berwawasan luas dan harus mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi), rasional, integrated
(perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan yang
lain, pasien, keluarga pasien berdasarkan azas kemitraan), mandiri, perawat harus
yakin dan percaya akan kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis
bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil (Zaidin, 2003: 84).
Yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu:
1) Tepat waktu.
2) Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan program terapi.
3) Dalam pelaksanaan tindakan privasi pasien harus dijaga.

2.7.8 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari prognosis keperawatan, rencana intervensi
dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
yang terjadi selama tahap pengkajian seperti analisis, perencanaan dan
implementasi intervensi. Tahap evaluasi diletakkan pada proses akhir keperawatan
tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang diobservasi. Evaluasi juga diperlukan

36
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif. (Nursalam, 2009).
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan denagn criteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap
evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu (Setiadi, 2012: 57).
2.7.9.1 Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera. Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian
format catatn perkembangan denagn berorientasi kepada masalah yang dialami
klien. Format yang dipakai adalah SOAP yaitu S: subjektif ddalah perkembangan
keadaan yang dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien; O: objektif
adalah perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain; A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan
hasil analisis yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi.(Setiadi, 2012: 70).

2.7.9.2 Evaluasi sumatif


Merupakan rekapitulasi dari hasil obsevasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.
Evaluasi ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Format yang dipakai adalah format SOAPIER yaitu S: subjektif ddalah
perkembangan keadaan yang dirasakan klien, dikeluhkan, dan dikemukakan klien;
O: objektif adalah perkembangan yang dapat diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain; A: analisis yaitu penilaian dari kedua jenis data apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran; P: perencanaan berdasarkan
hasil analisis yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi; I: implementasi yaitu tindakan yang dilakukan
berdasarkan rencana; E: evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana
tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi;

37
R:reassesment yaitu bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data
subjektif, objektif dan proses analisisnya.(Setiadi, 2012: 72 ).

38
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Ade Irawan

NIM : 2016.C.08a.0777

Ruang Praktek : BOUGENVILLE

Tanggal Praktek : 16 Juli 2018

Tanggal & Jam Pengkajian : 16 Juli 2018 Pukul 10:00 Wib

3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R

Umur : 46 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan :-

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Bukit Raya

Tgl MRS : 11 juli 2018

Diagnosa Medis : CKD dan ANEMIA

39
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama:

Klien mengatakan klien sakit saat BAK , dan juga nyeri seperti di remas-
remas, di area pingang,skala nyerinya 3,waktu timbul datang kurang lebih 5-
6 menit,klien jguga mengeluhkan sakit saat BAK

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Klien mengatakan dirujuk dari rumah sakit buntuk,dengan keluahn sakit ssat
BAK, dan nyeri pingang, masuk Rs dr. doris sylvanus masuk IGD diberi
penangan injeksi lisinopril 1x10 mg, injeksi amilodpin 1x10mg, dan
sucralfat 3x1 c, setelah dari IGD klien dianjurkan masuk ruang bogenville
untukmendapakanperawatan lebih lanjut.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi):

Pasien mengatakan pernah masuk rumah sakit dengan diagnosaasma,tidak


ada operasi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit.

GENOGRAM KELUARGA:

40
Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien (Nn.V)
= Hubungan Keluarga
= Tinggal Serumah

1. Keadaan Umum:

Sakit sedang, kesadaran compos mentis terpasang stoper di tangan


kiri, dan tampak lemah.

2. Status Mental :

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Ekspresi wajah : Tenang

c. Bentuk badan : Simetris

d. Cara berbaring/bergerak : Posisi semi fowler/bebas

e. Berbicara : Baik/Jelas

f. Suasana hati : tidak dikaji

g. Penampilan : Cukup rapi

h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Baik, pasien tau waktu pagi, siang,
dan malam.
 Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali anggota
keluarga.
 Orientasi tempat : Baik, pasien sadar berada di rumah
sakit.
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya .................

41
j. Proses berpikir : Blocking  Circumstansial Flight
oh ideas

k. Insight :Baik  Mengingkari  Menyalahkan


orang lain

m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif 


Maladaptif

n. Keluhan lainnya :

3. Tanda-tanda Vital :

a. Suhu/T : 36,4 0C  Axilla  Rektal  Oral

b. Nadi/HR : 79 x/m
c. Pernapasan/RR : 21 x/m
d. Tekanan Darah/BP : 120/80 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk Dada : Simetris

Kebiasaan merokok : tidak ada

 Batuk,

 Batuk darah, sejak


 Sputum, warna putih

 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya
 Sesak nafas  saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat
istirahat

Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut

 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot

 Lainnya

42
Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur

Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler

 Bronchial  Trakeal

Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchikering

 Ronchi basah (rales)  Lainnya…

Keluhan lainnya : tidak ada masalah keperawatan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)

 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat

Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis

Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan

Capillary refill  > 2 detik < 2 detik

 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas


 Anasarka  Ekstrimitas bawah

 Asites, lingkar perut cm


 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat  Meningkat

Suara jantung  Normal

 Ada kelainan

Keluhan lainnya : tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

43
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (Spontan)
V : 5 ( Orientasi baik)
M : 6 ( menurut perintah)
Total Nilai GCS : 15(Normal)
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent 
Delirium

 Apatis  Soporus 
Coma

Pupil :  Isokor  Anisokor

 Midriasis  Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan  Positif  Negatif

 Kiri  Positif  Negatif

 Nyeri, lokasi payudara kanan post operasi tumor mamae


 Vertigo  Gelisah  Aphasia 
Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Tremor
 Pelo
Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I :Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:


minyak kayu putih.

Nervus Kranial II :Pasien dapat melihat dengan jelas

Nervus NervusKranial III:Pupil pasien dapat berkontraksi saat melihat


cahaya.

Nervus Kranial IV :Pasien dapat menggerakkan bola matanya


ke atas dan ke bawah.

Nervus Kranial V :Pasien dapat mengunyah makanan: seperti


nasi, kue, buah.

44
Nervus Kranial VI :Pasien dapat melihat ke samping.

Nervus Kranial VII :Pasien dapat tersenyum.

Nervus Kranial VIII :Pasien dapat mendengar perkataan Dokter


dan perawat

Nervus Kranial IX :Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.

Nervus Kranial X Pasie dapat berbicara dengan jelas.

Nervus Kranial XI :Pasien dapat mengangkat bahunya.

Nervus Kranial XII :Pasien dapat mengatur posisi lidahnya ke atas


dan ke bawah.

Uji Koordinasi :Ekstrimitas Atas :

Jari ke jari  Positif  Negatif

Jari ke hidung  Positif  Negatif

Ekstrimitas Bawah :

Tumit ke jempul kaki  Positif  Negatif

Tumit ke jempol kaki  Positif  Negatif

Uji Kestabilan Tubuh :  Positif  Negatif

Refleks :

Bisep :  Kanan +/-  Kiri +/-


Skala………….

Trisep :  Kanan +/- Kiri+/-


Skala…………. Brakioradialis: Kanan +/-
 Kiri +/- Skala…………. Patella
:  Kanan +/-  Kiri +/-
Skala…………. Akhiles :
Kanan +/-  Kiri +/- Skala…………. Refleks
Babinski  Kanan +/-  Kiri +/-

45
Refleks lainnya :

Uji sensasi : tidak di kaji tidak ada keluhan dan tidak ada
masalah dalam pergerakan atau mental

Keluhan lainnya :

Masalah Keperawatan :

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine :600 ml/6 jam
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
 Tidak ada masalah/lancer  Menetes 
Inkotinen

 Oliguri  Nyeri 
Retensi

 Poliuri  Panas 
Hematuri

 Dysuri  Nocturi

 Kateter  Cystostomi

Keluhan Lainnya : tidak ada

Masalah Keperawatan : gangguan eliminasi urine

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : Baik, tampak kering

Gigi : Baik/lengkap

Gusi : Tampak merah muda

Lidah : Bersih, tidak ada jaringan parut

46
Mukosa : tampak kering

Tonsil : Tidak ada pembesaran tonsil

Rectum :

Haemoroid : Tidak

BAB : 1 x/hari Warna : Kuning Konsistensi : Lunak

Tidak ada masalah  Diare Konstipasi  Kembung

 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar 


Lavement
Bising usus : tidak ada

Nyeri tekan, lokasi : tidak ada

Benjolan, lokasi : tidak ada

Keluhan lainnya :tidak ada

Masalah Keperawatan :tidak ada

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakan sendi  Bebas Terbatas

Parese, kelemahan pada bagian satu atau dua lebih sisi tubuh

 Paralise, lokasi tidak ada

 Hemiparese, lokasi tidak ada

 Krepitasi, lokasi tidak ada

 Nyeri, lokasi Pinggang

 Bengkak, lokasoi kaki

 Kekakuan, lokasi tidak ada

 Flasiditas, lokasi tidak ada

 Spastisitas, lokasi tidak ada

47
Ukuran otot  Simetris

 Atropi

 Hipertropi

 Kontraktur

 Malposisi

Uji kekuatan otot : 5/5 Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas bawah

 Deformitas tulang, tidak ada

 Peradangan, lokasi tidak ada

 Perlukaan, tidak ada

 Patah tulang, tidakada

Tulang belakang  Normal  Skoliosis

 Kifosis  Lordosis

Keluhan Lainnya :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Riwayat alergi  Obat

 Makanan, ikan

 Kosmetik

 Lainnya

Suhu kulit  Hangat  Panas 


Dingin

Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru 


Ikterik/kuning

 Putih/ pucat Coklat


tua/hyperpigmentasi

48
Turgor  Baik  Cukup 
Kurang

Tekstur  Halus  Kasar

Lesi :  Macula, lokasi

 Pustula, lokasi

 Nodula, lokasi

 Vesikula, lokasi

 Papula, lokasi

 Ulcus, lokasi

Jaringan parut lokasi

Tekstur rambut

Distribusi rambut

Bentuk kuku  Simetris  Irreguler

 Clubbing Finger  Lainnya

Keluhan Lainnya :

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

11. SISTEM PENGINDERAAN :


a. Mata/Penglihatan

Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur

 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam

 Bergerak spontan/nistagmus

Visus : Mata Kanan (VOD) :

49
Mata kiri (VOS) :

Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus 


Merah/hifema Konjunctiva  Merah muda 
Pucat/anemic

Kornea  Bening  Keruh

Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak 


Lainnya

Nyeri :

Keluhan lain :

b. Telinga / Pendengaran :

Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung 


Tuli

c. Hidung / Penciuman:

Bentuk :  Simetris  Asimetris

 Lesi
 Patensi
 Obstruksi
 Nyeri tekan sinus
 Transluminasi
Cavum Nasal Warna Integritas

Septum nasal  Deviasi  Perforasi 


Peradarahan

 Sekresi, warna

 Polip  Kanan  Kiri  Kanan


dan Kiri

Keluhan Lainnya :

50
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa  Ya  Tidak

Jaringan Parut  Ya  Tidak

Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba

Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba

Mobilitas leher  Bebas  Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi

Gatal-gatal, Lokasi

Gland Penis

Maetus Uretra
Tidak dikaji
Discharge, warna

Srotum

Hernia

Kelainan

Keluhan lain

a. Reproduksi Wanita

Kemerahan, tidak ada

Gatal-gatal, tidak ada

Perdarahan, tidak ada

Flour Albus

51
Clitoris

Labis

Uretra

Kebersihan :  Baik  Cukup  Kurang

Kehamilan :

Tafsiran partus :

Keluhan lain

 Simetris  Asimetris

 Sear  Lesi

 Pembengkakan  Nyeri tekan

Puting :  Menonjol  Datar  Lecet 


Mastitis

Warna areola

ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar

Keluhan lainnya :

Masalah Keperawatan :

C. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit

Klien mengatakan bahwa yakin bisa sembuh dengan waktu yang tidak
lama.

2. Nutrisida Metabolisme

TB : 155 Cm

52
BB sekarang : 43 Kg

BB Sebelum sakit : 43 Kg

Diet :

 Biasa  Cair  Saring  Lunak

Diet Khusus :

 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP

 Rendah Lemak  Rendah Purin 


Lainnya…

 Mual

 Muntah x/hari

Kesukaran menelan  Ya  Tidak

Rasa haus  Ya  Tidak

Keluhan lainnya :

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari

Porsi 1-3 Porsi 1-3 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi, sayur, ayam Nasi, sayur,


ayam

Jenis Minuman Air putih Teh, air putih

Jumlah minuman/cc/24 jam 900 cc 1200 cc

Kebiasaan makan Pagi, Siang, Malam Pagi, Siang,


Malam

Keluhan/masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

53
Masalah Keperawatan:

3. Pola istirahat dan tidur


Sebelum Sakit Siang: 1-3 Jam Malam : 6-7 Jam

Sesudah Sakit Sakit : 1-3 Jam Malam: 5 -6

Masalah Keperawatan:Tidak Ada Masalah

4. Kognitif
Saat dijelaskan tentang perawatan selama di Bougenville dan kenapa
harus dilakukan tindakan tersebut, klien kooperatif.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. Konsep diri
Klien menyadari perannya sekarang sebagai seorang anak.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

6. Aktivitas Sehari-hari
Lebih banyak beristirahat.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

7. Koping –Toleransi terhadap Stress


Saat ada masalah, pasien selalu bercerita dengan ibunya.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

8. Nilai-Pola Keyakinan
Selama dirawat diruang Bougenville, tindakan maupun perawatan
yang diberikan tidak ada yang bertentangan dengan pola keyakinan
yang dianut klien.

Masalah Keperawatan: tidak masalah keperawatan

D. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi

Dapat berkomunikasi dengan baik saat ditanya oleh perawat.

54
2. Bahasa sehari-hari

Klien lebih sering menggunakan bahasa Dayak/ bahasa Indonesia.

3. Hubungan dengan keluarga

Baik, terlihat selama perawatan banyak keluarga yang secara


bergantian untuk menjengguk klien maupun menunggu klien selama
perawatan di Bougenville.

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain


Baik, terlihat keluarga sesekali bercakap-cakap dengan perawat saat
dilakukannya pemeriksaan/observasi.

5. Orang berarti/terdekat
Orang yang sangat berarti bagi klien adalah suami dan anaknya.

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang


Sebelum sakit berkumpul bersama keluarga, selebihnya digunakan
untuk beristirahat.

7. Kegiatan beribadah
Klien selalu berharap dan berdoa agar cepat sembuh.

E. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM,


PENUNJANG LAINNYA)

a. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
1. WBC 8.12x10^3/ul 4.00-10.00
2. RBC 4,41 x10^6/ul 3.50-5.50
3. HBG 11.9 g/dl 11.0-16.0
4. PLT 399x10^3/ul 150-400
5. Natrium (Na) 135 mmol/L 135-148
6. Kalium (K) 4,3 mmol/L 3,3-5,3
7. Calcium (Ca) 1.09 mmol/L 0.98-1.2

55
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi Kegunaan
Stoper Memudahkan injeksi obat
Injeksi IV perinfus Sebagai obat anti bakteri dan anti protozoa
Antrain 2x20 mg
Injeksi IV perinfus Mengatasi gangguan pencernaan
lanzoprazole 1x1 g

Injeksi IV perinfus Sebagai obat anti bakteri dan anti protozoa


cefotaxime 3x 1 gm
Lisinopril 1x 10 mg Mengatasi tekanan darah tinggi

Amilodipin 1x10 Mengatasi tekanan darah tinggi


mg

Palangka Raya, 16 Juli 2018


Mahasiswa

( )

56
3.2 Analisa Data
Obyektif dan Data Subyektif
(Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)
DS : pasien mengatakan terasa Jaringan Parut Gangguan
panas saat BAK eliminasi urine
DO : Penyempitan uretra dan
1. Urine berwarna merah vesica urinaria
2. Urine keluar sedikit 600 ml
3. Panas saat mengeluarkan urine Menyumbat saluran
4. TTV: kemih
- TD =120/80 mmhg
- N =79 */m Kesultan berkemih
- RR = 21 */m
- S =36,4 C Infeksi urin

DS : klien mengatakan nyeri Kalekrein Nyeri akut


P = Nyeri
Q = diremas-remas
R = Pingang Akibat peradangan

S = 3 ( sedang ) parenkim ginjal

T = 5-6 menit

Nyeri
DO :
1. Klien tampak meringis
2. Klien tampak gelisah
3. TTV :
- TD =120/80 mmhg
- N =79 */m
- RR = 21 */m
- S =36,4 C

57
DS : Ikterus ektrapatik Defisit
DO : perawatan diri
1. Pasien tampak kotor
2. Rambut pasien tampak Nyeri akut

kering
3. Mulut bau
Sulit beraktivitas
4. Bibir tampak kering
5. Kuku panjang
6. Penampilankurang rapi
Menurunya motivasi
merawat diri

58
3.2 Prioritas Masalah
1) Gangguan eliminasi urine b.d infeksi urine
2) Nyeri akut b.d akibat peradangan parenkim ginjal
3) Defisit perawatan diri b.d menurunya motivasi perawatan diri

59
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN (KRITERIA
HASIL)
1. Gangguaneliminasi urine b.d Setelah dilakukan 1. Obsevasi perubahan urine 1. Untuk Mendeteksi
infeksi urine tindakan perawatan 2. Mengkaji keluhan apabila adanya bakteri
1x24 jam diharapkan ingin berkemih 2. Untuk mengetahui
ssat BAK tidak terasa 3. Pantau dan periksa urine adanya peradagan kemih
panas lagi dengan 4. Observasi TTV 3. Mengetahui penyebab
Kriteria Hasil: 5. Kaloborasi dengan dokter infeksi saluran kemih
- Saat BAK tidak dalm pemberian obat anti 4. Medikasi pemeriksaan
panas lagi bakteri selanjutnya
- Warna kembali 5. Menguranggi
normal pertumbuhan bakteri
- TTV batas normal
TD = 120/80

60
N = 80 */m
RR = 20 */m
S = 36,6 C

61
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville
NO DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL)
2 Nyeri akut b.d akibat Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menghitung tingkat nyeri
peradangan parenkim tindakan keperawatan 2. Mengajarkan teknik nafas dalam 2. Mengurangi rasa nyeri
ginjal selama 2x24 jam, maka 3. Observasi TTV 3. Sebagai medikasi
diharapkan nyeri 4. Kaloborasi dengan dokter pemeriksaan selanjutnya
berkurang dengan dalampemberian obat analgesik 4. Mendapatkan penangan yang
kriteria hasil: tepat
1) Nyeri hilang
2) Pasien tidak
meringis lagi
3) Tidak gelisah
4) Ttv batas normal
TD = 120/80
N = 80 */m
RR = 20 */m
S = 36,6 C

62
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville

NO DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL)
3 Defisit perawatan diri b.d Setelah di lakukan 1. Jelaskan pada klien dan keluarga 1. Keterlibatan keluarga dapat
menurunya motivasi tindakan keperawatan perawatan diri yang benar berarti dalam merawat klien
merawat diri selama 2x24 jam, maka 2. Tingkatkan harga diri klien dan 2. Dengan mengetahui apayang
diharapkan kilen dapat penentuan diri klian diingikan klien dapat
merawat dirinya dengan 3. Hilangkan dan bersihkan bau dengan memberikan perawatan yang
kriteria hasil: cara merawat diri baik
1. Klien dan keuarga 4. Cegah terfjadinya infeksi dan 3. Dalam perawatan diri dapat
dapat merawat diri perahankan daerah vulva bersihkan dan hilangkan bau
2. Klien tidak 4. Untukmencegah terjadinya
3. Ada bau dan kotor infeksi saluran kemih
lagi

63
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville

Hari/Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Jam
Senin , 16 Juli 1. Gangguaneliminasi urine b.d 1. Obsevasi perubahan urine S: klien mengatakan terasa panas saat
2018 infeksi urine 2. Mengkaji keluhan apabila ingin BAK
Pukul: 10:00 berkemih O: - TTV:
3. Pantau dan periksa urine TD: 120/80 mmhg
4. Observasi TTV RR: 21 x/menit
5. Kaloborasi dengan dokter dalm S : 36,4oc
pemberian obat anti bakteri N : 79x/ Menit
- Urine tampak warna merah
- Urine keluar sedikit 600 ml
- Terasa panas saat BAK
A: Masalah liminasi urine belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi

64
S: klien mengatakan masih panas saat
BAK
1. Obsevasi perubahan urine O:
2. Mengkaji keluhan apabila ingin - TTV:
berkemih TD: 120/80 mmhg
3. Pantau dan periksa urine RR: 19 x/menit
Selasa , 17 Juli 4. Observasi TTV S : 36,6oc
2018 5. Kaloborasi dengan dokter dalm N : 880 x/ Menit
Pukul: pemberian obat anti bakteri - Urine tampak masih merah
10:00WIB 6. Pemberian antipiretik. - Urine sudah banyak keluar 1200 ml
- Masih terasa panas saat BAK
A: Masalah eliminasi urine teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi

65
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville

Hari/Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Jam
Senin,16 Juli Nyeri akut b.d akibat peradangan 1. Kaji tingkat nyeri S : klien mengatakan nyeri
2018 parenkim ginjal 2. Mengajarkan teknik nafas dalam O:
Pukul: 10:00 3. Observasi TTV - P = Nyeri
WIB 4. Kaloborasi dengan dokter Q = Diremas remah
dalampemberian obat analgesik R = Perut
S = 3 (sedang)
T = 5-6 menit
- Klien Tampak lemas
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
A : Masalah nyeri Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

1 Kaji tingkat nyeri S : klien mengatakan nyeri sudah

66
Selasa , 17Juli 2 Mengajarkan teknik nafas dalam berkurang
2018 3 Observasi TTV O:
Pukul: 10:00 4 Kaloborasi dengan dokter - P = Nyeri
WIB dalampemberian obat analgesik Q = Diremas remah
R = Perut
S = 1 (sedang)
T = 1-2 menit
- Klien Tampak lemas
- Klien tampak meringis
A : Masalah nyeri sudah Teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

67
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Bougenville

Hari/Tanggal/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Jam
Senin,16 Juli Defisit perawatan diri b.d 1 Jelaskan pada klien dan keluarga S : klien mengatakan malas melakukan
2018 menurunya motivasi merawat diri perawatan diri yang benar apa pun
Pukul: 10:00 2 Tingkatkan harga diri klien dan O :
WIB penentuan diri klian - Pasien tampak kotor
3 Hilangkan dan bersihkan bau dengan - Rambut tampak kering
cara merawat diri - Mulut bau
4 Cegah terfjadinya infeksi dan - Bibir kering
perahankan daerah vulva - Kuku panjang
- Penampilan kurang rapi
A : Masalahperawatan diri Belum
Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

S : klien mengatakan malas melakukan

68
Selasa , 17 Juli apa pun
2018 1 Jelaskan pada klien dan keluarga O :
Pukul: 10:00 perawatan diri yang benar - Pasien tidak tampak kotor lagi
WIB 2 Tingkatkan harga diri klien dan - Rambut tidak lag tampak kering
penentuan diri klian - Mulut tidak bau lagi
3 Hilangkan dan bersihkan bau dengan - Bibir kering
cara merawat diri - Kuku panjangkuku sudah pendek
4 Cegah terfjadinya infeksi dan - Penampilan sudah lumayan rapi
perahankan daerah vulva A : Masalah perawatan diri
sudahteratasi
P : pertahankan Intervensi

69
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori mengenai
asuhan keperawatan pasien dengan Apendiksitis pada kliien asuhan keperawatan
Tn. A dengan Gangguan Eliminasi diruang Bougenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek


keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat
mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam
2001).

4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang pasien. Menurut Potter dan Perry (2005).

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber,
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2001).

Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada klien dengan
Gangguan Eliminasi ditemukan data-data klien merasakan panas saat BAK,serasa
tidak enak di pubis, urine keluar sedikit dan nyeri didaerah perut.

Pada kasus Ny. R didapatkan data seperti klien Klien mengatakan sebelum
masuk rumah sakit mengeluh nyeri di bagian perut sakit saat berkemih kurang
lebih 2 hari , kesadaran Ny. R Compos Menthis, Ny. R terlihat lemah aktivitas
klien dibantu oleh keluarga, ekspersi wajah meringis klien tidak rapi. Hasil
pemeriksaan TTV yaitu suhu diukur menggunakan thermometer axila pada tangan
kiri dan didapatkan hasil 36,4°C, Respirasi : 21 x/menit, Nadi x/79menit, Tekanan

70
Darah : 120/80 mmHg. Feaces klien berwarna coklat dan kosistensi lunak, bising
usus klien hipoaktif.

Dari data hasil pengkajian antara kasus dan teori Ny. R ditemukan
kesenjangan yaitu menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada
klien dengan Apendiksitis ditemukan data-data klien merasakan panas saat
BAK,serasa tidak enak di pubis, urine keluar sedikit dan nyeri didaerah perut.

Namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga
tidak bisa BAK,warna urine berubah,terasa nyeri saat berkemih.

Sedangkan fakta pada kasus Ny. R pada saat dilakukan pengkajian seperti
ditemukan diteori, tetapi ada persamaan antara teori dan kasus mengenai
ditemukannya klien mengeluh nyeri di bagian perut dan panas saat BAK .

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dan individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2009).

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual


ataupun potensial pasien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai ijin
dan kompeten untuk mengatasinya.(Potter dan Perry 2005).Diagnosa yang
mungkin muncul dengan kasus ganguan eliminasi urine berdasarkan diagnosa
menurut Nanda 2015 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yang ada

1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh


adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan malaise.

2. Nyeri akut berhubungan dengan akibat peradagan parenkim ginjal


3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya infeksi saluran kemih
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anoreksia.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan motivasi merawat diri

71
Pada kasus Ny. R Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya infeksi
saluran kemih Diagnosa tersebut merupakan diagnosa pertama karena berdasarkan
data pasien yaitu di tandai dengan terasa panas saat BAK, TTV: S: 36,4 oC, N: 79
x/menit, RR: 19 x/menit, TD: 120/80 mmHg. Diagnosa kedua yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan akibat peradagan parenkim ginjal, didukung oleh data pasien
yaitu klien tampak meingis dan gelisah dsakit daerah perut , TTV: S: 36,4 oC, N:
79 x/menit, RR: 19 x/menit, TD: 120/80 mmHg. Diagnosa ketiga yaitu Defisit
perawatan diri berhubungan dengan motivasi merawat diri di tandai dengan klien
ketidak bersihan tempat pasien

Mengenai diagnosa yang lain tidak diangkat karena tidak ditemukan gejala
dan data-data yang mendukung diagnosa tersebut dan keadaan klien sudah mulai
membaik.

4.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doengoes,
2000). Perencanaan tindakan terdahap pasien Ny. R, disusun berdasarkan prioritas
masalah, konsep dan teori yang telah disusun disesuaikan dengan literature yang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. Pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada pasien Ny. R adalah :

4.3.1 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi urine.


Perencanaan untuk diagnosa pertama yaitu sesuai dengan teori adalah Untuk
Mendeteksi adanya bakteri,Untuk mengetahui adanya peradagan kemih,
Mengetahui penyebab infeksi saluran kemih ,Medikasi pemeriksaan selanjutnya
Menguranggi pertumbuhan bakteri Sedangkan pada kasus Tn. A Obsevasi
perubahan urine, Mengkaji keluhan apabila ingin berkemih,Pantau dan periksa
urine, Observasi TTV, Kaloborasi dengan dokter dalm pemberian obat anti
bakteri.
4.3.2 Nyeri akut berhubungan akibat peradangan parenkim ginjal
Perencanaan untuk diagnosa pertama yaitu sesuai dengan teori adalah Kaji
tingkat nyeri , Mengajarkan teknik nafas dalam, Observasi TTV, Kaloborasi
dengan dokter dalampemberian obat analgesik

72
Faktanya pada Ny. R rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat dan
akan dilakukan sama dengan teori. Alasanya mengapa ada kesamaan antara teori
dan fakta karena apa yang kita kemukakan dalam rencana keperawatan haruslah
berdasarkan teori yang jelas dan menggunakan bukti dan sumber yang ada
sehingga tidak ditemukan perbedaan antara teori dan fakta rencana tindakan
keperawatan pada pasien.

4.3.3 Defisit perawtan diri berhubngan


Perencanaan untuk diagnosa pertama yaitu sesuai dengan teori adalah
Jelaskan pada klien dan keluarga perawatan diri yang benar, tingkatkan harga diri
klien dan penentuan diri klian, Hilangkan dan bersihkan bau dengan cara merawat
diri, Cegah terfjadinya infeksi dan perahankan daerah vulva

Sedangkan pada kasus Ny. R perencanaan yang diberikan yaitu Keterlibatan


keluarga dapat berarti dalam merawat klien, Dengan mengetahui apayang
diingikan klien dapat memberikan perawatan yang baik, Dalam perawatan diri
dapat bersihkan dan hilangkan bau, Untukmencegah terjadinya infeksi saluran
kemih.

2.2 Implementasi
Menurut Doengoes, (2009) implementasi keperawatan merupakan
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-
tindakan yang mengacu kepada perencanaan yang telah disusun sebelumnya oleh
perawat.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik tahap ini merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan oleh
karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala
urgent dan non urgent. Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui
yaitu : persiapan, perencanaan, dan pendokumentasian (Nursalam 2001).

73
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan merupakan bagian dari pemeliharaan kesehatan. Asuhan
keperawatan medical pada Ny.R dengan Ganguan eliminasi dalam pemberian
asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan
intervensi dan implementasi ditetapkan bersama pasien.. Dimana masalah Ny. R
dengan diagnosa Gangguan eliminasi urine b.d infeksi urine,Nyeri akut b.d akibat
perad angan parenkim ginjal, dan Defisit perawatan diri b.d menurunya motivasi
perawatan diri . Dimana dalam setiap masalah yang diangkat berbanding lurus
dengan teori yang baki dalam tahap pengkajian, masalah diagnosa keperawatan
yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan
setelah semua kegiatan intervensi diimplementasikan dengan hasil masalah,
sehingga pasien masih harus mendapatkan perawatan baik dirumah sakit maupun
selama dirumah dan dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga
keehatan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi mahasiswa
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sindrom
Nefrotik terlebih dahulu mahasiswa harus memahami konsep dari Sindrom
Nefrotik itu sendiri sehinga pada saat pemberian askep sesuai dan tepat dengan
masalah dan kondisi pasien
5.2.2 Bagi institusi
Untuk mencapai hasil yang diinginkan terutama dalam memberikan
Asuhan Keperawatan medical, pembimbing diharapkan lebih spesifik
menjelaskan dan memberi bimbingan kepada mahasiswa/mahasiswi yang
dibimbingnya. Dengan Asuhan Keperawatan medical yang telah dilakukan oleh
penulis dapat kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dari pendidikan
dalam mencetak ners yang profesional dalam bidangnya.

74
5.2.2 Bagi keluarga
Diharapkan setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan melalui
pendekakatan biopsikososialspiritual dalam pemberian Asuhan Keperawatan dan
penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat dan mengontrol
kondisi pasien sehingga mengetahui apa yang dilakukan apabila masalah
kesehatan yang terjadi dapat segera diketahui dan dibawa kepelayanan kesehatan.

75
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2007. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal


Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan),


alih bahasa: Monica Ester. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan:


Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta: EGC.

Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Suryadi,dkk, (2001), Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung
Seto: Jakarta

76
77

Vous aimerez peut-être aussi