Vous êtes sur la page 1sur 15

PENERAPAN SANKSI PIDANA PASAL 426 KITAB UNDANG-UNDANG

HUKUM PIDANA TERHADAP PETUGAS JAGA LEMBAGA


PEMASYARAKATAN KELAS II A KABUPATEN
BENGKALIS TERHADAP NARAPIDANA YANG
MELARIKAN DIRI
Oleh: Febrianton
Pembimbing 1 : Dr. Erdianto Effendi, SH., M.Hum.
Pembimbing 2 : Ledy Diana, SH., M.H.
Alamat: Jl. Penghijauan Nomor 9 Pekanbaru
Email: febrianton975@yahoo.com – Telepon: 082392918534

ABSTRACT

Disciplinary action to the watch officer Penitentiary Class II A Bengkalis not provide
a deterrent effect. It can be seen a second case of an escaped convict. It is appropriate duty
officer who had been negligent in charge of criminal sanctions Criminal Code Article 426
Penal Code, in order to provide a deterrent effect. The purpose of this thesis, Firstly, the
adoption of criminal sanctions Article 426 Book of Law Criminal Law against the duty officer
Penitentiary Class II A Bengkalis against an escaped convict, Second, obstacles encountered
in the implementation of Article 426 Book of Law Criminal Law, third, efforts are being made
to prevent the recurrence of escape.
This research is a sociological juridical research. This research was conducted at the
Penitentiary Class II A Bengkalis, while the sample population is a whole with regard to the
issues examined in this study, the data source used, primary data, secondary data, the
technique of collecting data in this study with the observation of interviews and literature
study.
From the research there are three main issues that can be inferred. First, the failure to
apply Article 426 Book of Law Criminal Law, Second, barriers do not apply Article 426 Book
of Law Criminal Law, namely the shortage of carers and to give fear to other officers to
guard prisoners. Third, efforts done Penitentiary Class II A Bengkalis in dealing with inmates
who escaped that limit the movement of inmates. Suggestions Author, First, apply Article 426
Book of Law Criminal Law, Second, increasing the number of guard, Third, complementary
facilities and infrastructure.

Keywords: Criminal Sanctions - Officer of the Watch - Inmates

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 1


BAB I penjaga sesuai dengan fungsi dan kegunaan
PENDAHULUAN tugas regu penjaga adalah:3
A. Latar Belakang Masalah a. Menjaga supaya jangan terjadi pelarian
Masriyanto alias Riyan Bin Masman, b. Menjaga supaya tidak terjadi kericuhan
narapidana kasus pencurian motor berhasil c. Menjaga tertibnya peri-kehidupan
kabur di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A penghuni LP
Kabupaten Bengkalis. Narapidana ini d. Menjaga utuhnya gedung dan seisinya,
berhasil kabur pada saat gotong royong yang terutama setelah tutup kantor
diadakan pihak Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan baik yang
kepada semua warga binaan dan Masriyanto lalai maupun yang disengaja telah diatur
bersama empat orang lainnya yang ditunjuk dengan rinci, adapaun pasal yang
untuk membuang sampah diluar lembaga menerangkan tentang penerapan sanksi
pemasyarakatan. Dua orang pulang terlebih pidana petugas jaga Lembaga
dahulu ke dalam lembaga pemasyarakatan. Pemasyarakatan terhadap narapidana yang
Pada saat membuang sampah di luar melarikan diri yaitu Pasal 426 Kitab Undang-
Lembaga Pemasyarakatan Masriyanto Undang Hukum Pidana
membohongi temannya yang bernama Sesuai dengan asas-asas yang
Thamrin untuk membeli obat di warung, lalu terdapat dalam hukum pidana maka sudah
Masriyanto tidak kembali lagi ke dalam sepatutnya terhadap pelaku yang lalai
lembaga pemasyarakatan dan melarikan diri.1 maupun yang sengaja sehingga
Bekerjanya sistem hukum termasuk menyebabkan narapidana melarikan diri,
pola penegakan hukum, betapun juga tidak pelaku dihukum dengan hukum yang
dapat dilepaskan hubungannya dengan berlaku. Namun dalam kenyataannya pasal
proses sosial yang terjadi, dinamika poliitk tersebut tidak digunakan. Dengan melihat
yang terus berlangsung serta perubahan nilai pada kenyataan diatas, inilah yang
dan norma masyarakat. Penegakan hukum mendorong penulis tertarik untuk memilih
juga mencerminkan dimensi fungsi hukum judul “Penerapan Sanksi Pidana Pasal 426
yang orientasinya dapat berbeda sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
situasi sosio historis tertentu.2 Terhadap Petugas Jaga Lembaga
Surat keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
Bina tuna Warga No.DP.3.3/18/14 Tanggal Bengkalis Terhadap Narapidana Yang
31 Desember 1974 tentang Peraturan Melarikan Diri”.
Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan
(PPLP), mengenai pembagian tugas tiap B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan sanksi pidana
Pasal 426 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana terhadap petugas jaga Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
Bengkalis terhadap narapidana yang
1
Wawancara dengan Bapak Afrizal Yusuf, Kepala melarikan diri berdasarkan Kitab Undang-
Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban, (KASI. Undang Hukum Pidana?
ADM KAMTIB), Hari Selasa, Tanggal 15 September, 2. Apakah hambatan dalam penerapan sanksi
2015, Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A pidana Pasal 426 Kitab Undang-Undang
Kabupaten Bengkalis.
2
Erdiansyah, 2010, “Kekerasan dalam Penyidikan
3
dalam Perspektif Hukum dan Keadilan”, Jurnal Ilmu Pasal 6 surat keputusan Direktur Jenderal Bina tuna
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi I, No. 1, Warga No.DP.3.3/18/14 Tanggal 31 Desember 1974
Agustus 2010, hlm. 91 tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 2


Hukum Pidana terhadap petugas jaga “tanggungjawab” yang berarti keadaan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A wajib menanggung segala sesuatu berupa
Kabupaten Bengkalis terhadap narapidana penuntutan, diperkarakan dan
yang melarikan diri? dipersalahkan sebagai akibat sikap sendiri
3. Apakah upaya yang dilakukan petugas atau pihak lain. Selain itu, kata “tanggung
jaga Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A jawab” merupakan kata benda abstrak
Kabupaten Bengkalis untuk mencegah yang bisa dipahami melalui sikap,
terjadinya narapidana yang melarikan tindakan dan perilaku. Setelah bentuk
diri? dasar, kata “tanggungjawab” mendapat
imbuhan awalan “per dan akhiran “an”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian menjadi “pertanggungjawaban” yang
1. Tujuan Penelitian berarti perbuatan bertanggungjawab atau
a. Untuk mengetahui penerapan sanksi sesuatu yang dipertanggungjawabkan.4
pidana Pasal 426 Kitab Undang- Mulyosuda rmomembagi pengertian
Undang Hukum Pidana terhadap pertanggungjawaban dalam dua aspek
petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan sebagai berikut:5
Kelas II A Kabupaten Bengkalis a. Aspek internal
terhadap narapidana yang melarikan b. Aspek eksternal
diri. Bentuk-bentuk pertanggungjawaban
b. Untuk mengetahui hambatan dalam hukum:
penerapan sanksi pidana Pasal 426 a. Pertanggungjawaban Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana b. Pertanggungjawaban Perdata
terhadap petugas jaga Lembaga c. Pertanggungjawaban Administrasi
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
Bengkalis tehadap narapidana yang 2. Teori Pemasyarakatan
melarikan diri. Yang dimaksud dengan
c. Untuk mengetahui upaya yang pemasyarakatan dalam Pasal 1 ayat (1)
dilakukan dalam mencegah terjadinya undang-undang nomor 12 tahun 1995
narapidana yang melarikan diri di tentang pemasyarakatan, adalah kegiatan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A untuk melakukan pembinaan warga
Kabupaten Bengkalis. binaan pemasyarakatan berdasarkan
2. Kegunaan Penelitian sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan
a. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang merupakan bagian akhir dari sistem
dan pemahaman penulis khususnya pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
mengenai masalah yang di teliti. Dalam Konferensi Lembang di
b. Bagi penulis penelitian ini dapat rumuskan prinsip-prinsip pokok yang
digunakan untuk instansi terkait. menyangkut perlakuan terhadap
c. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi narapidana dan anak didik, Keseluruh
para petugas di lembaga prinsip pemasyarakatan yang disepakati
pemasyarakatan Bengkalis agar tidak sebagai pedoman, pembinaan terhadap
terulang kembali kasus narapidana narapidana di Indonesia.6
yang melarikan diri.
4
D. Kerangka Teori W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
1. Teori Pertanggungjawaban Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 1205.
5
www.ilhamarisaputra.com/?p=126, diakses, tanggal,
Kata “Pertanggungjawaban” 14 desember 2015.
berasal dari bentuk dasar kata 6
A. Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, Op.Cit,
hlm. 26-27.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 3


3. Teori Kelalaian dengan sengaja ditimpakan negara pada
Kitab Undang-undang Hukum pembuat delik10
Pidana tidak memberikan penjelasan 4. Petugas jaga adalah petugas
tentang pengertian kealpaan (culpa), pemasyarakatan yang melaksanakan
sehingga secara formal tidak ada pengamanan narapidana dan anak didik
penjelasan mengenai apa yang dimaksud pemasyarakatan di Lembaga
11
dengan kealpaan. Oleh karena itu, Pemasyarakatan.
pengertian kealpaan harus dicari di dalam 5. Lembaga Pemasyarakatan yang
pendapat para ahli hukum pidana dan selanjutnya disebut LAPAS adalah
dijadikan sebagai dasar untuk membatasi tempat untuk melaksanakan pembinaan
apa itu kealpaan. Terdapat beberapa Narapidana dan Anak Didik
istilah yang digunakan untuk menunjuk Pemasyarakatan.12
pada kata kealpaan, seperti recklessnes, 6. Narapidana adalah Terpidana yang
neglience, sembrono, dan teledor. menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Simons menerangkan “kealpaan” LAPAS.13
tersebut sebagai berikut. “Umumnya
kealpaan itu terdiri atas dua bagian, yaitu F. Metode Penelitian
tidak berhati-hati melakukan suatu 1. Jenis Penelitian
perbuatan, di samping dapat menduga Jenis penelitian yang digunakan
akibat perbuatan melakukan suatu adalah penelitian hukum sosiologis yaitu
perbuatan, di samping dapat menduga penelitian yang dilakukan dengan cara
akibat perbuatan itu. Namun, meskipun mengadakan identifikasi hukum dan
suatu perbuatan dilakukan dengan hati- bagaimana efektifitas pelaksanaan hukum
hati, masih mungkin juga terjadi kealpaan berlaku di masyarakat.14
jika uang berbuat itu telah mengetahui
bahwa dari perbuatan itu mungkin akan 2. Lokasi Penelitian
timbul suatu akibat yang dilarang undang- Penelitian ini dilakukan di
undang.7 Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kabupaten Bengkalis.
E. Kerangka Konseptual
1. Penerapan adalah proses, cara, perbuatan
menerapkan.8
2. Sanksi adalah tanggungan, tindakan,
hukuman untuk memaksa orang menepati
perjanjian atau menaati ketentuan
Undang-Undang.9
3. Pidana adalah reaksi atas delik yang
banyak berwujud suatu nestapa yang 10
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 9.
11
Pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan.
7 12
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, Sinar Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 177. 1995 Tentang Pemasyarakatan.
8 13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Pasal 1 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hlm.1198. 1995 Tentang Pemasyarakatan.
9 14
Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Soerjono Soekanto, pengantar Penelitian Hukum,
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 782. UI Press, Jakarta, 1982, hlm. 33 .

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 4


3. Populasi dan Sampel b. Data Sekunder
Tabel I.1 Data Sekunder adalah data yang
Jumlah Populasi dan Sampel diperoleh dari undang-undang,
No Responden Populasi Sampel % literatur-literatur atau merupakan data
Kepala yang diperoleh melalui penelitian
Lembaga
1 perpustakaan antara lain berasal dari:
Pemasyaraka
1 1 100 % 1) Bahan hukum Primer
tan
Kepala Merupakan bahan yang bersumber
Kesatuan dari penelitian kepustakaan yang
Pengaman diperoleh dari undang-undang
2
Lembaga antara lain, Merupakan bahan yang
Pemasyaraka 1 1 100 %
tan bersumber dari penelitian
Kepala Seksi kepustakaan yang diperoleh dari
Administrasi undang-undang
Keamanan 2) Bahan Hukum Sekunder
dan Yaitu bahan-bahan penelitian yang
3
Ketertiban
Lembaga berasal dari literatur dan hasil
1 1 100 % penelitian para ahli sarjana yang
Pemasyaraka
tan berupa buku- buku yang berkaitan
Kepala Seksi dengan pokok pembahasan.
Pembinaan 3) Bahan Hukum Tersier
dan
4 Pendidikan
Yaitu bahan-bahan penelitian yang
1 1 100 % diperoleh melalui kamus,
Lembaga
Pemasyaraka ensiklopedi, dan sejenisnya yang
tan berfungsi untuk mendukung data
Petugas Jaga primer dan sekunder.
Lembaga
5
Pemasyaraka
22 6 26,3 % 5. Teknik Pengumpulan Data
tan a. Wawancara
Narapidana Wawancara, yaitu metode yang
6
yang
2 1 50 %
digunakan untuk memperoleh
melarikan Informasi tentang hal-hal yang tidak
diri
dapat diperoleh lewat pengamatan.
Jumlah
28 11 - Jenis wawancara yang digunakan
Sumber : Registrasi LAPAS Kelas II A adalah wawancara terstruktur. Teknik
Kabupaten Bengkalis Tahun 2015 pengumpulan data ini penulis lakukan
dengan menyiapkan daftar pertanyaan
4. Sumber Data terlebih dahulu kepada Informen di
a. Data Primer lapangan, Informen dalam wawancara
Data Primer yaitu data yang diperoleh ini adalah Petugas jaga Lembaga
dari masyarakat (lapangan) yang sesuai Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
dengan permasalahan. Yaitu berupa Bengkalis.
data tentang Penerapan sanksi pidana b. Studi Kepustakaan
terhadap petugas jaga Lembaga Mengkaji, menelaah dan menganalisis
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten berbagai literatur yang berhubungan
Bengkalis terhadap narapidana yang dengan permasalahan yang sedang
melarikan diri. diteliti.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 5


6. Analisis Data kekuasaan harus dipikirkan beban tanggung
Berdasarkan dengan rumusan jawab bagi setiap penerima kekuasaan.
permasalahan dan pembahasan atas Kesediaan untuk melaksanakan tanggung
permasalahan yang dipergunakan maka jawab harus secara inklusif sudah diterima
teknik analisis data penulis lakukan pada waktu menerima kekuasaan. Beban
dengan cara kualitatif. Dimana penulis tanggung jawab bentuknya ditentukan oleh
melakukan analisa data melalui “cara-cara kekuasaan itu diperoleh”.16
pengumpulan data dari observasi lokasi Suatu konsep terkait dengan konsep
yang terbatas dengan beberapa responden kewajiban hukum adalah konsep
yang diwawancarai, yang kemudian data tanggungjawab hukum (liability). Seseorang
tersebut penulis pahami dan penulis beri dikatakan secara hukum bertanggungjawab
makna untuk selanjutnya penulis jadikan untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa
tulisan dan keterangan yang dapat dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam
memberikan penjelasan atas rumusan kasus perbuatan yang berlawanan.
permasalahan yang penulis angkat. Normalnya, dalam kasus sanksi dikenakan
Setelah data terkumpul baik data primer terhadap deliquent adalah karena
maupun data sekunder dari lapangan perbuatannya sendiri yang membuat orang
selanjutnya diolah dengan cara tersebut harus bertanggungjawab.
mengelompok data menurut jenisnya, B. Pembinaan Narapidana dengan Sistem
kemudian dilakukan pembahasan dengan Pemasyarakatan
memperlihatkan teori-teori hukum, Istilah pemasyarakatann untuk
dokumen-dokumen dan data-data lainnya. pertama kalinya telah diucapkan Sahardjo
Sedangkan metode berpikir yang dalam pidato penerimaan gelar Doktor
digunakan oleh penulis yaitu deduktif Honouris Causa dalam ilmu hukum dari
yakni pengerucutan dari bagian umum Universitas Indonesia Jakarta pada tanggal 5
yang merupakan permasalahan umum Juli 1963, di mana di dalam pidatonya beliau
kepada permasalahan yang lebih khusus. antara lain telah mengemukakan sebagai
berikut, tujuan dari pidana penjara di
BAB II samping menimbulkan rasa derita pada
TINJAUAN PUSTAKA terpidana karena dihilangkannya
A. Tinjauan Umum Tentang kemerdakaan bergerak, membimbing
Pertanggungjawaban Hukum terpidana agar bertobat, mendidik supaya ia
Salah satu unsur penting dalam menjadi seorang anggota masyarakat sosialis
penyelenggaraan negara atau pemerintahan Indonesia yang berguna. Dengan singkat
adalah pertanggungjawaban dan tujuan pidana penjara adalah
pengawasan. Berkenan dengan tanggung pemasyarakatan.17
jawab itu, Suwoto Mulyosudarmo Mengacu kepada kurikulum
menyatakan pula bahwa dalam sistem pembinaan narapidana di Lembaga
pembagian kekuasaan berlaku suatu prinsip Pemasyarakatan, perlakuan terhadap mereka
bahwa setiap kekuasaan wajib dipertanggung memang mengacu kepda 10 butir konsep
jawabkan. 15 Karena itu setiap pemberian
15
Erdianto Effendi, 2009, “Pertanggungjawaban
Pidana Presiden Menurut UUD 1945 setelah
diamandemen”, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Riau, Volume II Nomor 2, November 2009, 16
Ibid.
hlm. 32. 17
P.A.F. Lamintang dan Theo, Op.cit, hlm. 165.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 6


pemasyarakatan yang hingga saat ini masih pengertian ini pemidanaan bkan berarti
18
menjadi acuan yaitu: pengasingan dari masyarakat, mereka
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar secara bertahap dibimbing untuk menjadi
mereka dapat menjalani perannya sebagai bagian dari masyarakat dimana
warga masyarakat yang baik dan berguna. pembinaan.
Prinsip ini harus dimaknai bahwa bekal 6. Pekerjaan yang diberikan kepada
yang diberikan bagi narapidana dalam narapidana dan anak didik tidak boleh
menjalani kehidupannya pada dasarnya bersifat sekedar pengisi waktu, juga tidak
bukan berupa finansial atau materi semata boleh diberikan pekerjaan untuk
akan tetapi yang lebih penting adalah memenuhi kebutuhan dinas atau
bekal mental, fisik, keahlian, ketrampilan kepentingan negara sewaktu-waktu saja,
hinga orang mempunyai kemauan dan pekerjaan yang diberikan harus satu
kemampuan potensiil dan efektif untuk dengan pekerjaan dimasyarakat dan yang
menjadi warga yang baik, tidak melangar menunjang usaha peningkatan produksi.
hukum lagi dan berguna bagi masyarakat; 7. Bimbingan dan didikan yang diberikan
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas kepada narapidana dan anak didik harus
dendam Negara. Terhadap narapidana berdasarkan pancasila.
tidak boleh ada peniksaan baik berupa 8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-
tindakan, ucapan, cara perawatan ataupun orang yang tersesat adalah manusia dan
penempatan. Satu-satunya derita adalah mereka harus diperlakukan sebagai
dihilangkannya kemerdekaan. manusia. Proses dehumanisasi
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan sebagaimana menjadi kritik pada masa
agar mereka bertaubat. Kepada narapidana lalu tidak boleh lagi diperlakukan dalam
harus ditanamkan pengertian mengenai lembaga pemasyarakatan. Narapidana
norma-norma hidup dan kehidupan, serta hars diperlakukan sebagai manusia
diberi kesempatan untuk merenungi seutuhya.
perbuatannya pada masa lampau. 9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi
4. Negara tidak berhak membuat mereka pidana hilang kemerdekaan sebagai salah
menjadi lebih buruk atau jahat daripada satu derita yang dialaminya.
sebelum dijatuhi pidana. Prinsip ini 10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana
diartikan sebagai perlunya suatu kebijakan yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif
untuk memisahkan beberapa kualifikasi korektif dan edukatif dalam sistem
Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan: pemasyarakatan.
a. Residive dan bukan residive; C. Tinjauan umum tentang Kesalahan
b. Kualifikasi tindak pidana berat atau Selain sifat melawan hukum, unsur
ringan; kesalahan, yang dalam bahasa belanda
c. Jenis tindak pidana; disebut dengan “schuld” juga merupakan
d. Dewasa atau anak-anak unsur utama, yang berkaitan dengan
e. Jenis kelamin pertanggungjawaban pelaku terhadap
5. Selama hilang kemerdekaan bergerak para perbuatannya, termasuk perbuatan pidana
narapidana dan anak didik harus atau tindak pidana/delik. Unsur tersebut
dikenalkan dengan dan tidak boleh demikian pentingnya, sehingga ada
diasingkan dari masyarakat. Dalam adagium yagn terkenela, yaitu “tiada
pidana tanpa kesalahan” yang di dalam
18
Eva Achjani Zulfa dan Indriyanto Seno Adji, bahasa belanda adalah “geen straf zonder
Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung,
Bandung, 2011, hlm. 128-129.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 7


schuld” dan dalam bahasa jerman, “keine keadaan jiwa pelaku dan terwujudnya
19
strafe ohne schuld”. unsur-unsur delik karena perbuatannya.
Oleh karena karena kesalahan Kesalahan adalah pertanggungjawaban
merupakan unsur yang bersifat subjektif dalam hukum”.21
dari tindak pidana, maka kesalahan juga
memiliki dua segi, yaitu segi psikologis BAB III
dan segi yuridis. Ditinjau dari segi GAMBARAN UMUM LOKASI
psikologis kesalahan itu harus dicari di PENELITIAN
dalam batin pelaku, yaitu adanya A. Gambaran umum Kabupaten Bengkalis
hubungan batin dengan perbuatan yang Bengkalis ketika itu belumlah
dilakukan, sehingga ia dapat bernama Bengkalis, seperti halnya kejadian
dipertanggungjawabkan atas sebuah negeri Melayu dalam tradisi Melayu.
perbuatannya. Seorang gila yang Disebut orang Kuala Batanghari namanya.
melakukan perbuatan melawan hukum Di hulu Kuala Batanghari ini terdapat tanah
barangkali dapat dikatakan tidak memiliki busut di sebuah tasik kecil. Karena itu
hubungan batin antara dirinya dengan pulalah orang di daerah ini mengenal tanah
perbuatan yang dilakukan, sebab ia tidak tumpukan ini dengan sebutan ”Pulau
menyadari akibat dari perbuatan itu.20 Sembilan”.Adapun nama kayu ”beng”
Di bawah ini beberapa pendapat berasal dari nama kayu Bengkalis. Kayu itu
dari pakar hukum pidana tentang kesalah konon cuma ada hidup di tempat itu.
(schuld) yang pada hakikatnya adalah Batangnya hampir mirip dengan batang
pertanggungjawaban pidana. Metzger manggis, tetapi tidak berbuah. Dan begitu
“Kesalahan adalah keseluruhan syarat juga tentang nama Tanjung ”ja” itu artinya
yang memberi dasar untuk adanya Tanjung Jati letaknya di ujung pulau di
pencelaan pribadi terhadap pelaku hukum sebelah matahari turun.
pidana”. sedangkan menurut Simons: Setelah mendapat arti makna dan
“Kesalahan adaalah terdapatnya keadaan tunjuk-ajar dari Bunda Dalam, lalu Sultan
psikis tertentu pada seseorang yang Johor yang ketika itu dipegang oleh Raja
melakukan tindak pidana dan adanya Kecil, mengirim utusan ke Kuala Batanghari
hubungan antara keadaan tersebut dengan menyampaikan kepada Datuk Bandar Jamal
perbuatan yang dilakukan, yang bahwa sejak perutusan itu sampai memberi
sedemikian rupa hingga orang itu dapat khabar hendaklah berubah nama Kuala
dicela karena melakukan perbuatan tadi. Batanghari menjadi Bengkalis, di dalam
Berdasarkan pendapat ini dapat sungai itu ada hidup Ikan Bengkalis dan
disimpulkan adanya dua hal di samping ditepi sungai itu ada juga hidup batang
melakukan tindak pidana, yaitu: Bengkalis yang berasal dari sungai itu juga.
a. keadaan psikis tertentu Begitu juga nama pulau itu sekaligus diberi
b. hubungan tertentu antara keadaan pula nama selatnya dengan sebutan yang
psikis dengan perbuatan yang sama yaitu Pulau Bengkalis dan Selat
dilakukan hingga menimbulkan celaan. Bengkalis.
Van Hamel mengungkapkan: B. Gambaran umum Lembaga
“Kesalahan dalam suatu delik merupakan Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
pengertian psikologis, berhubungan antara Bengkalis
Lembaga Pemasyarakatan
19
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Bengkalis telah berdiri sejak zaman
Persada, Jakarta, 2010, hlm. 77.
20 21
Ibid. hlm. 78. Ibid. hlm. 78-79.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 8


pendudukan Hindia Belanda dibangun 2) terlaksananya sistem
sekitr tahun 1883 dikenal dengan sebutan pembinaan,pengamanan dan
penjara / jail terletak di Jalan Pahlawan pelayanan prima.
Bengkalis ( Penjara Lama), hingga kini 3) terbentuknya kerja sama yang
keberadaan gedung tersebut masih terawat harmonis dengan stakeholder dan
dengan baik dan dapat kita lihat bersama mitra kerja yang bersinergi antara
sebagai salah satu peninggalan sejarah instansi pemerintah maupun swasta.
peradaban masyarakat Bengkalis. Seiring
dengan perkembangan zaman konsep BAB IV
perlakuan terhadap terpidana penjara HASIL PENELITIAN DAN
mengalami pergeseran. Perlakuan yang PEMBAHASAN
paling mutakhir khususnya di Indonesia A. Penerapan sanksi pidana terhadap
adalah apa yang disebut dengan Re – petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan
integrasi Sosial. Maka istilah penjara pun Kelas II A Kabupaten Bengkalis terhadap
mengalami perubahan nama menjadi narapidana yang melarikan diri
Lembaga Pemasyarakatan (selanjutnya berdasarkan Kitab Undang – Undang
kita sebut LAPAS).22 Hukum Pidana
Lapas Bengkalis yang baru, Berdasarkan hasil wawancara penulis
dibangun ditanah seluas 2 (dua) Hektar dengan petugas pengamanan pintu utama
di Desa Senggoro Kecamatan Bengkalis yaitu bapak Hendi Rinaldi mengenai tugas-
pada tahun 1988 dengan luas gedung tugasnya yaitu:23
sekitar 1 (satu) hektar berkualifikasi Kelas a. Membuka / menutup pintu gerbang.
II.A berkapasitas 174. Lapas Bengkalis b. Mengenali lebih dahulu setiap orang baik
sebagai unit pelaksana teknis tamu, pegawai maupun penghuni yang
pemasyarakatan melaksanakan sebagian akan masuk LAPAS.
tugas pokok Kementrian Hukum dan Hk c. Menjaga jangan ada penghuni LAPAS
Asasi Manusia RI di bidang keluar dari LAPAS dengan tidak syah.
pemasyarakatan yang bertugas d. Menerima penghuni LAPAS yang masuk
melaksanakan pemasyarakatan narapidana dan menyerahkan kepada komandan jaga.
dan anak didik sesuai dengan organisasi e. Menjaga agar jumlah penghuni LAPAS
dan tat kerja Lembaa Pemasyaraktan. yang diterima diruang portir / pintu utama
2. Visi dan misi Lembaga Pemasyarakatan seimbang dengan kekuatan penjagaan
Kelas II A Kabupaten Bengkalis sebagai portir.
berikut: f. Menerima tamu baik pegawai maupun
a. Visi bagi penghuni LAPAS dan melaporkan
Terciptanya tata kelola yang baik kepada komandan jaga melarang tamu
dilingkungan Lembaga masuk membawa senjata supaya
Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis. dititipkan kepada komandan jaga.
b. Misi g. Memeriksa barang – barang bawaaan
1) terbentuknya sumber daya manusia tamu untuk penghuni dan menitipkan
pemasyarakatan yang berintegritas
dan profesional.
23
Wawancara dengan Bapak Hendi Rinaldi, Petugas
22
Pengamanan Pintu Utama (P2U), Hari Kamis, Hari
http://riau.kemenkumham.go.id/attachments/arti Kamis, Tanggal 11 Februari, 2016, Betempat di
cle/121/Profil%Lapas2020Bengkalis%20 13-1-2015.Pdf, Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
diakses, tanggal, 27 Februari 2016. Bengkalis.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 9


handphone kepada petugas pengamanan Mengenai tugas-tugasnya yaitu:26
pintu utama. a) Menjaga warga binaan/narapidana agar
Dari uraian tugas-tugas petugas tidak keluar tanpa izin dari petugas
pengamanan pintu utama masih terdapat blok kamar yang telah ditetapkan.
kelemahan-kelemahan petugas jaga saat b) Menjaga ketertiban setiap blok kamar
bertugas dalam pengamanan pintu utama hunian yang dijaga.
adalah tidak diperlengkapi dengan senjata. c) Memeriksa setiap warga
Senjata setiap petugas diletakkan di Portir binaan/narapidana yang akan keluar
yang dijaga oleh komandan jaga. dari blok kamar hunian.
Meningkatkan profesionalisme aparat d) Memeriksa setiap warga
penegak hukum perlu ditumbuhkembangkan binaan/narapidana yang memasuki
untuk mengantisipasi perkembangan zaman blok kamar hunian.
yang semakin modern dan semakin Dari uraian tugas-tugas petugas blok
tumbuhnya teknologi canggih.24 kamar hunian diatas sangatlah berat karena
Berdasarkan hasil wawancara penulis jumlah petugas tidak sesuai dengan jumlah
dengan petugas pengamanan komandan regu penghuni di LAPAS dan tidak dilengkapi
jaga yaitu bapak M. Maksum mengenai dengan senjata saat bertugas pengamanan
tugas-tugasnya yaitu:25 blok.
a. Meneliti dan mengamati setiap Berdasarkan hasil penelitian penulis
pengunjung yang akan/telah selesai di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
berkunjung. Kabupaten Bengkalis, mengenai penerapan
b. Mengarahkan pengunjung ke ruang sanksi pidana terhadap petugas jaga
kunjungan. Lembaga Pemasyarakatan kelas II A
c. Menerima dan meneliti keabsahan surat Kabupaten Bengkalis, kepada petugas jaga
pengunjung. yang bersangkutan hanya dikenakan sanksi
d. Mencatat warga binaan yang dikunjungi. administrasi atau yang dikenal dengan
e. Menjaga/menyimpan senjata api setiap hukuman disiplin.27
petugas pengamanan di ruangan Portir. Namun jika melihat kepada kasus
Berdasarkan hasil wawancara penulis yang terjadi Tanggal 25 April 2014 dan
dengan petugas pengamanan blok hunian Tanggal 05 Oktober 2014, karena kelalaian
yaitu: dari petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan
1) Bapak Hari Sucayo yang bertugas mengakibatkan 2 orang narapidana
pengamanan blok kamar hunian laki-laki melarikan diri, kedua narapidana tersebut
yaitu blok A. berhasil melarikan diri setelah memanfaatkan
2) Bapak M. Yusuf Rasid yang bertugas kelalaian dari petugas jaga.
pengamanan blok kamar hunian laki-laki Dari uraian kronologis terjadinya
yaitu blok D. pelarian narapidana tersebut sudah
3) Bapak Agus Mulia yang bertugas
pengamanan blok kamar hunian laki-laki 26
Wawancara dengan Bapak Hari Sucayo, Bapak M.
yaitu blok B. Yusuf Rasid, Bapak Agus Mulia, Petugas Blok Hunian,
Hari Selasa, Hari Kamis, Tanggal 11 Februari, 2016,
24
Andi Hamzah, Delik-Delik tertentu (Speciale Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Delicten) di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Kabupaten Bengkalis.
27
hal. 16. Wawancara dengan Bapak Afrizal Yusuf. Kepala
25
Wawancara dengan Bapak M. Maksum, Komandan Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban, (KASI.
Regu Jaga (Portir), Hari Kamis, Tanggal 11 Februari, ADM KAMTIB), Hari Selasa, Tanggal 15 September,
2016, Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A 2015, Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kabupaten Bengkalis. Kabupaten Bengkalis.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 10


selayaknya kepada petugas jaga yang Pemasyarakatan, Bapak Bawon penyebabnya
bersangkutan dikenakan sanksi pidana, adalah:28
karena mengenai penerapan sanksi pidana a. Kurangnya jumlah petugas jaga pada saat
terhadap petugas jaga Lembaga terjadinya pelarian tersebut
Pemasyarakatan baik yang lalai maupun b. Tidak terbuktinya para petugas yang
yang disengaja telah diatur dengan rinci, bersangkutan membantu pelarian
adapaun pasal yang menerangkan tentang c. Kasus-kasus yang terjadi sangat wajar
penerapan sanksi pidana petugas jaga karena fasilitas penjagaan yang sangat
Lembaga Pemasyarakatan terhadap terbatas, sehingga tidak mampu mencegah
narapidana yang melarikan diri yaitu Pasal apabila terjadi pemberontakan dari pihak
426 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terpidana
yang berbunyi: d. Tidak sesuai jumlah personil dengan
1. Pegawai negeri yang diwajibkan narapidana
menjaga orang yang ditahan menurut e. Keterbatasan daya tampung Lembaga
perintah kekuasaan umum atau Pemasyarakatan
keputusan atau perintah hakim f. Jumlah senjata yang terbatas
dengan sengaja membiarkan orang itu Selain alasan – alasan tersebut diatas
melarikan dirinya atau dengan yang menyebabkan tidak dikenakannya pasal
sengaja melepaskan orang itu, atau dalam KUHP kepada petugas yang
dengan sengaja menolong orang itu bersangkutan ialah Peraturan Pemerintah
dilepaskan atau melepaskan dirinya, Nomor 52 Tahun 2010 Tentang Disiplin
dihukum penjara selama-lamnya Pegawai Negeri Sipil Pasal 7 yang berbunyi:
empat tahun. (1)Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
2. Jika orang itu lari, terlepas atau a. Hukuman disiplin ringan
melepaskan dirinya karena kelalaian b. Hukuman disiplin sedang dan
pegawai negeri itu, maka pegawai c. Hukuman disiplin berat
negeri itu dihukum kurungan selama- (2)Jenis hukuman disiplin ringan
lamnya dua bulan atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,_ huruf a terdiri dari:
Dari uraian pasal diatas jelas a. Teguran lisan
mengenai penerapan sanksi pidana terhadap b. Teguran tertulis, dan
petugas sudah diatur sebelumnya. KUHP c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
telah mengatur dengan rinci tentang (3)Jenis hukuman disiplin sedang
perbuatan tersebut, sesuai dengan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
legalitas Pasal 1 ayat 1 KUHP yang huruf b terdiri dari:
menegaskan “Tiada suatu perbuatan bolelh a. Penundaan kenaikan gaji berkala
dihukum, melainkan atas kekuatan pidana selama 1 (satu) tahun
dalam undang-undang, yang ada terdahulu b. Penundaan kenaikan pangkat selama
dari pada perbuatan itu”. (Nullum Delictum 1 (satu) tahun dan
Nulla Poena Sine Praveia Lege Poenale). c. Penundaan pangkat setingkat lebih
Adapun penyebab tidak rendah selama 1 (satu) tahun.
digunakannya pasal yang terdapat dalam
KUHP terhadap petugas jaga yang 28
bersangkutan, berdasarkan wawancara Wawancara dengan Bapak Bawon, Kepala
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
penulis kepada Kepala Lembaga Bengkalis, (Kalapas), Hari Kamis, Tanggal 11 Februari,
2016, Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kabupaten Bengkalis.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 11


(4)Jenis hukuan disiplin berat Salah satu kelemahan dalam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaan penerapan sanksi pidana
huruf c terdiri dari: terhadap petugas jaga adalah Jumlah
a. Penurunan pangkat setingkat lebih petugas penjagaan di Lembaga
rendah selama 3 (tiga) tahun Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten
b. Pemindahan dalam rangka penuruan Bengkalis tidak sebanding dengan
jabatan setingkat lebih rendah narapidana yang dijaga. Selain bertugas
c. Pembebasan dari jabatan membina narapidana, menjaga keamanan
d. Pemberhentian dengan hormat tidak Lembaga Pemasyarakatan agar narapidana
atas permintaan sendiri sebagai tidak melarikan diri dari lingkungan
PNS, dan Lembaga Pemasyarakatan.
e. Pemberhentian tidak dengan hormat Adapun yang menjadi tugas dan
sebagai PNS. tanggungjawab dari petugas jaga
Dari uraian pasal diatas sangat jelas Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai
tidak ada memberi efek jera kepada petugas berikut, yang menjadi tugas regu penjaga
jaga yang telah lalai bertugas. Pasal tersebut adalah:31
hanya memberi sanksi tindakan. Perbedaan a. Menjaga supaya jangan terjadi pelarian
prinsip antara sanksi pidana dengan sanski b. Menjaga supaya tidak terjadi kericuhan
tindakan terletak pada ada tidaknya unsur c. Menjaga tertibnya peri-kehidupan
pencelaan, bukan pada ada tidaknya unsur penghuni LP
penderitaan. Sedangkan sanksi tindakan d. Menjaga utuhnya gedung dan seisinya,
tujuannya lebih bersifat mendidik. Jika terutama setelah tutup kantor
ditinjau dari sudut teori-teori pemidanaan.29 Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan tersebut, maka petugas jaga
B. Hambatan dalam penerapan sanksi harus memadai, disamping harus sesuai
pidana terhadap petugas jaga Lembaga dengan formasi yang dibutuhkan serta
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten didasari dengan bekal pengetahuan yang
Bengkalis terhadap narapidana yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
melarikan diri tugas pembinaan sehingga mencegah
Dalam melaksanakan sistem kemungkinan narapidana melarikan diri.
pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan Sedangkan untuk meningkatkan
dalam hal pengawasan narapidana adalah profesionalitas profesi dapat ditempuh
petugas jaga. Berdasarkan hasil wawancara melalui pendidikan khusus, diskusi,
penulis dengan Bapak Bawon mengenai mengikuti seminar, membaca buku-buku
hambatan dalam penerapan sanksi pidana ilmah yang menyangkut bidang tugasnya
terhadap petugas jaga Lembaga dan pengalaman praktik dalam bidang
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten penegakan hukum.32
Bengkalis terhadap narapidana yang
melarikan diri yaitu:30
1. Kurangnya jumlah petugas penjagaan
29
M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum
31
Pidana, PT RajaGrafindo Perdasa, Jakarta, hlm. 33. Pasal 6 Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga
30
Wawancara dengan Bapak Bawon, Kepala Lembaga Departemen Kehakiman, Nomor: DP.3.3/17/1, Tanggal
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Bengkalis, 27 Januari 1975, tentang Peraturan Penjagaan Lembaga
(Kalapas), Hari Kamis, Tanggal 11 Februari, 2016, Pemasyarakatan.
Betempat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A 32 Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan
Kabupaten Bengkalis. Pidana, Swadaya Group, Depok, 2012, hal 12.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 12


Tabel IV.1 Berdasarkan data dari tabel
Jumlah staf atau Pegawai Kepala diatas, di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
Pengaman Lembaga Pemasyarakatan II A Kabupaten Bengkalis terjadi over
Kelas II A Kabupaten Bengkalis tahun capacity sebanyak 1051 orang. Kondisi
2016 tersebut membuat petugas jaga kesulitan
Pegawai Laki-
Perempuan Jumlah dalam hal penjagaan dan membuat
KPLP Laki narapidana tidak merasa nyaman karena
Staf KPLP 2 Tidak ada 2
berdesak-desakan dengan penghuni
Pengamanan
pintu utama
4 Tidak ada 4 lainnya.
Regu Jaga I 6 Tidak ada 6 BAB V
Regu Jaga II 6 Tidak ada 6 PENUTUP
Regu Jaga
5 Tidak ada 5
A. Kesimpulan
III 1. Penerapan sanksi pidana Pasal 426
Regu Jaga Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
5 Tidak ada 5
IV
Total 28
terhadap petugas jaga Lembaga
Sumber : Registrasi LAPAS Kelas II A Pemasyarakatan kelas II A Kabuapten
Kabupaten Bengkalis Tahun 2015 Bengkalis terhadap narapidana yang
Dari tabel diatas dapat diketahui melarikan diri tidak diterapkan,
bahwa jumlah Pegawai Kepala Pengaman melainkan hanya dikenakan sanksi
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A hukuman disiplin seperti yang diatur
Kabupaten Bengkalis ada sebanyak 28 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53
orang. Untuk petugas jaga sebanyak 22 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
orang yang terdiri dari 4 regu penjagaan Negeri Sipil. Seharusnya diberikan
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A sanksi pidana sesuai dengan Kitab
Kabupaten Bengkalis. Undang-Undang Hukum Pidana
2. Over capacity Indonesia pada Pasal 426 yang memuat
Tabel IV.2 unsur-unsur kesengajaan atau
Jumlah penghuni Lembaga kelalaian.
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten 2. Hambatan yang muncul dalam
Bengkalis berdasarkan status di Tahun melaksanakan penerapan sanksi pidana
2016 Pasal 426 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana terhadap petugas jaga
Keterangan Jumlah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kabupaten Bengkalis terhadap
narapidana yang melarikan diri
Jumlah narapidana 925 disebabkan karena beberapa faktor
yaitu: Kurangnya jumlah penjaga tidak
Jumlah tahanan 300 sebanding dengan warga binaan yang
akan dijaga, Jika sanksi pidana
diberikan kepada petugas yang telah
Daya tampung 174 lalai bertugas akan memberi dampak
LAPAS
yang lebih besar lagi. Seperti, memberi
ketakutan kepada petugas yang lain
Kelebihan daya 1051 untuk menjaga warga binaan dan
tampung semakin berkurangnya jumlah penjaga
narapidana.

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 13


3. Upaya yang dilakukan Lembaga Hukum Pidana dalam
Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Penanggulangan Kejahatan,
Bengkalis dalam mengatasi narapidana Kharisma Putra Utama, Jakarta.
yang melarikan diri yaitu: tidak Ashofa, Burhan, 2010, Metode Penelitian
mengijinkan narapidana keluar dari Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
dalam Lembaga Pemasyarakatan. Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa’at, 2012,
B. Saran Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
1. Menerapkan sanksi pidana berdasakan Konstitusi Press, Jakarta.
Peraturan perundang-undangan yang Atmasasmita, Romli, 2010, Sistem Pidana
berlaku yaitu mengikuti peraturan yang Kontemporer, Kencana Prenada
ada di dalam Pasal 426 Kitab Undang- Media Group, Jakarta.
Undang Hukum Pidana terhadap Effendi, Erdianto, 2012, Hukum Pidana
petugas jaga Lembaga Pemasyarakatan Dalam Dinamika, UR Press,
kelas II A Kabupaten Bengkalis yang Pekanbaru.
lalai dalam menjalankan tugasnya _______________, 2011, Hukum Pidana
sehingga mengakibatkan narapidana Indonesia-Suatu Pengantar, PT
melarikan diri. Refika Aditama, Pekanbaru.
2. Diharapkan dengan adanya sanksi Effendi, Tolib, 2013, Sistem Peradilan
dapat membuat petugas jaga Lembaga Pidana, Yustisia, Yogyakarta.
Pemasyarakatan kelas II A Kabupaten Farid, Abidin, Zainal, Hukum Pidana, Sinar
Bengkalis lebih berhati-hati lagi dalam Grafika, Jakarta.
pengawasan narapidana agar tidak Harsono, 1995, 2007, Sistem Baru
terulangnya narapidana melarikan diri. Pembinaan Narapidana, Djambatan,
3. Meminta kepada Kementrian Hukum Jakarta.
dan Hak Asasi Manusia bekerja sama Huda, Nurul, Muhammad, 2012, Hukum
dengan Kementrian Keuangan agar Pidana, UIR Press, Pekanbaru.
menambah anggaran terhadap Lamintang dan Theo Lamintang, 2012,
Lembaga Pemasyarakatan untuk Hukum Penintensier Indonesia, Sinar
menambah jumlah Petugas Lembaga Grafika, Jakarta.
Pemasyarakatan serta melengkapi Mahfud, Moh danSF, Marbun, 2006, Pokok-
sarana dan prasarana. Pokok Hukum Administrasi Negara,
Liberty, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Marpaung, Leden, 2005, Azas Teori Praktik
A. Buku Hukum Pidana, Sinar Grafika,
Adji, Seno, Indriyanto dan Eva Achjani Jakarta.
Zulfa, 2011, Pergeseran Paradigma Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum
Pemidanaan, Lubuk Agung, Perdata Indonesia, PT Citra Aditya
Bandung. Bakti, Bandung.
Ali, Mahrus, 2011, Dasar-dasar Hukum Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana,
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, 2010, PT
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Anggriani, Jum, 2012, Hukum Administrasi Priyatno, Dwidja, 2006, Sistem Pelaksanaan
Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta. Pidana Penjara Di Indonesia, PT
Arif, Nawawi, Barda, 2010, Masalah Refika Aditama, Bandung.
Penegakan Hukum dan Kebijakan

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 14


Sholehuddin, M,Sistem Sanksi Dalam Sipil,Lembaran Negara Republik
Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Indonesia Tahun 2010 Nomor 74.
Perdasa, Jakarta. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Simon R, A. Josias dan Thomas Sunaryo, Manusia Republik Indonesia Nomor
2011, Studi Kebudayaan Lembaga 6 tahun 2013 Tentang Tata Tertib
Pemasyarakatan di Indonesia, Lubuk Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Agung, Bandung. Tahanan Negara, Berita Negara
Soekanto, Soerjono, 1982, Pengantar Republik Indonesia Nomor 356
Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Tahun 2013.
Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Peraturan Menteri hukum dan hak asasi
Sinar Grafika, Jakarta, manusia Republik Indonesia Nomor
B. Jurnal/Kamus 21 tahun 2013 Tentang syarat dan
Departement Pendidikan Nasional, 1989. tata cara pemberian remisi, asimilasi,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, cuti mengunjungi keluarga,
Balai Pustaka, Jakarta. pembebabasan bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan cuti bersyarat,
W.J.S. Poerwadarminta, 2003, Kamus Besar Berita Negara Republik Indonesia
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Tahun 2013 Nomor 832.
Jakarta. D. Website
Erdiansyah, 2010, “Kekerasan dalam www.ilhamarisaputra.com/?p=126,diakses,
Penyidikan dalam Perspektif Hukum tanggal 14 desember 2015.
dan Keadilan”, Jurnal Ilmu Hukum, http://riau.kemenkumham.go.id/attachments/
Fakultas Hukum Universitas Riau, article/121/Profil%Lapas20Bengkalis
Edisi I, No. 1, Agustus 2010. %2013-1-2015.Pdf, diakses, tanggal
Erdianto Effendi, 2009, 27 Februari 2016
“Pertanggungjawaban Pidana http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanj
Presiden Menurut UUD 1945 setelah ungpinang/2015/02/10/sejarah-
diamandemen”,Jurnal Ilmu Hukum, bengkalis/, diakses, tanggal 13 April
Fakultas Hukum Universitas Riau, 2016.
Volume II Nomor 2, November 2009. http://www.bengkaliskab.go.id diakses,
C. Peraturan Perundang-undangan tanggal 13 April 2016.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Nomor 1 Tahun 1946. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 127. Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1660.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BurgelijkWetboek).
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3614.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri

JOM Fakultas Hukum Volume III nomor 2, Oktober 2016 Page 15

Vous aimerez peut-être aussi