Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
dalam metodologi biokimia, telah diperiksa oleh mutagenesis lokasi spesfik PKC
membawa efek inhibisinya pada reseptor yang terdiri dari α1β1 atau β2 dan juga
subunit γ2L atau γ2S melalui fosforilasi Ser-409 dalam subunit β1, Ser-327 pada
kedua subunit γ2L dan γ2S dan Ser-343 dalam subunit γ2L. (77,98).
Efek fosforilasi berhubungan dalam inhibisi agnonis konsentrasi yang lebih besar
terlihat dalam konsentrasi GABA yang tinggi, dengan reseptor inkorporasi
subunit γ2L. Mutagenesis selektif menampilkan fosforilasi pada beberapa lokasi
pada subunit β1 atau γ2 cukup untuk menghasilkan modulasi negatf. Namun
demikian, fosforilasi pada Ser-343, yang terkandung dalam delapan asam amino
ekstra dalam subunit γ2L, menghasilkan efek terbesar berdasarkan bahwa lokasi
fosforilasi tidak ekuivalen secara fungsional (77).
Dalam hal efek amplitude GABA-evoked terbaru, PKC fosforlasi dari S409 dalam
subunit β1 memodulasi keempat desentisasi untuk reseptor yang terdiri dari
subunit α1 dan β1. Pengobatan dengan phorbal ester juga telah digunakan untuk
memerksa pengaturan reseptor GABAA oleh PKC dalam neuron. Respon dalam
neuron SCG diinhibisi oleh pengobatan phorbal ester namun tidak oleh α-
pherbol (77). Di lain pihak, GABA-induced klorida mengalir dari mikrosak
cerebellar dapat secara selektif menghambat activator PKC (96). Masuknya
inhibitor peptide spesfik PKCI dalam pipet perekaman meningkatkan potensial
postsinaps inhbitor mediasi GABAA (99). Berlawanan dengan hasil yang telah
digambarkan , dialysis intraselular tripsin aktivasi PKC menjadi sel L929 secara
cepat mengekspresikan reseptor GABAA yang terdiri dari subunit α1, β1 dan γ2L
telah dilaporkan meningkatkan fungsi reseptor (100). Peningkatan ini dapat
dihambat oleh peptide PKCI. Walaupun efek ni berdasarkan fosforilasi reseptor
langsung oleh PKC, namun belum terungkap.
Reseptor Glutamat
Eksitasi cepat neurotransmitter pada sistem saraf pusat mamalia dimediasi
sebagian besar oleh reseptor glutamat ionotropik. Peran untuk reseptor ini telah
diimplikasi dalam proses mulai dari proses sinaptogenesis, pembelajaran,
memori dan sensorimotor pada kondisi neuropatologis akut dan kronik (109-
113). Oleh karena itu, penjelasan mekanisme dimana fungsi reseptor dapat
memodulasi akan meningkatkan pemahaman plastisitas sinaptik dan juga
menunjukkan target terapeutik baru untuk perkembangan obat dalam penyakit
neurologis.
Lokasi fosforilase PKC dan CaMKII juga telah dilokalisasi pada kedua lengkung
M3-M4 dan regio terminal C. Reseptor GluR1 yang mengandung AMPA dapat
difosforilasi oleh aktivasi CaMKII atau PKC pada neuron hippokampal tikus
biakan sebagaimana otak sinaptosomes tikus invitro (135). Mutagenesis lokasi
langsung dan ekspresi reseptor rekombinan AMPA mengidentifikasi lokasi
mayor fosforilase GluR1 oleh CaMKII sebagai Ser-627, dalam lengkung m3-M4
(136) dan oleh PKC sebagai Ser-831, dalam regio C-terminal (133). Dalam hal ini,
Nakazawwa et all (136a) menggunakan antibodi fosfospesifik yang meningkatkan
lawanan lokasi putative PKC (Serine 696) dalam lengkung M3-M4 dari GluR2
untuk mendemonstrasikan fosforilasi lokasi ini pada subunit reseptor AMPA
dalam membran dendritik sel Purkinje pada sediaan potongan otak tikus.
Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa receptor NMDA dapat secara
fungsional memodulasi beberapa jenis protein kinase, termasuk PKC, PKA, dan
PTK. Menariknyaadalah data menunjukkan bahwa aktivasi PKC meregulasi
fungsi receptor. Pada sediaan potongan tipis medulla tikus, receptor NMDA
mediasi terbaru terekam dari neuron trigeminal spinal dipotensiasi oleh aktivasi
receptor μ-opioid, suatu efek menirukan oleh perfusi intracelular dari PKC
pemurnian melalui pipet tambalan (153). Rekaman dari neuron ini setelah
dissosiasi memperlihatkan bahwa potensiasi PKC didasarkan pada peningkatan
probabilitas pembukaan kanal receptor NMDA, sebagaimana penurunan Mg 2+
menghambat kanal-kanal ini (154). Efek PKC pada hambatan Mg 2+ (dikarenakan
komposisi subunit receptor NMDA) dapat berupa regio spesifik otak, karena
resptor NMDA mediasi terbaru terekam dari neuron disosiasi hippocampal
daopat dipotensiasi oleh perfusi PKC intracelular tanpa pengurangan hambatan
MG2+ (146;J.F.Macdonald personal communication). Pada potongan
hippocampal, aplikasi aktivator PKC seperti phorbol ester atau agonis receptor
metabotropik memberikan hasil yang berlawanan; hasil supresi terdahulu dan
potensiasi selanjutnya dari respon NMDA-evoked terbaru (155,156). Perbedaan
ini diperkirakan karena efek lainnya daripada aktivasi PKC, yang mana dapat
dimediasi oleh phorbol esters dan/atau agonis receptor metabotropik, atau efek
pre- atau polysinaptik tambahan dari obat-obat ini yang secara tidak langsung
mempengaruhi aktivasi receptor NMDA postsinaps. Jika tidak, efek bersih dari
aktivasi PKC pada receptor NMDA terbaru dapat tergantung pada riwayat
stimulasi afferen terdahulu, yang mana dengan sendirinya mempengaruhi
tingkatan fosforilasi receptor NMDA (157).
Beberapa data menunjukkan peran kritis untuk protein kinase dan fosfatase
dalam memediasi perubahan dalam kekuatan sinaps yang mendasari LTP dan
LTD di hippocampus. Induksi LTP hippocampal di regio CA 1 memperlihatkan
terlibatnya aktivasi PKC, CaMKII dan PTK (112,182,183). Hasil penelitian
elektrofisiologi memperlihatkan bahwa injeksi langsung inhibitor CaMKII dan
PKC ke dalam postsinaptik neuron CA 1 menghambat induksi, dan pada beberapa
kasus ekspresi, dari LTP (184-186). Lebih lanjut, potongan saraf hippocampual
yang terinfeksi virus yang mengandung bentuk aktif konstitutif CaMKII
mengjambat peningkatan transmisi sinaps dan penyumbatan LTP oleh protokol
estándar induksi (187). Serupa dengan itu, injeksi intraselular langsung kalsium
dan calmodulin postsinap memberikan hasil dalam potensiasi respon sinaptik
CA1 dan juga termasuk induksi LTP pada potongan hippocampal tikus 9103).
Inhibitor tirosin kinase diaplikasikan ekstra atau intraseluler ( ke dalam neuron
CA1) juga menghambat induksi LTP (188).
Di lain pihak, induksi hippocampal LTD terlihat disokong oleh aktivasi protein
fosfatase. Inhibitor protein fosfatase diaplikasikan pada ekstra dan intraselular
(ke dalam neuron CA1) memperlihatkan perbaikan atau eliminasi reseptor
NMDA yang tergantung LTD (194,195) dan pada beberapa kasus, untuk
meningkatkan paradigma independen dimana suatu protokol voltase teratur
digunakan untuk menginduksi potensiasi respon neuronal CA 1 pada potongan,
aplikasi rendaman atau injeksi intraselular dari protein kinase atau inhibitor
fosfatase mendemonstrasikan bahwa mediasi reseptor AMPA postsinaps terbaru
ditingkatkan oleh calsium sensitif kinase (seperti CaMKII) dan bahwa aktivasi
fosfatase merupakan antagonis efek ini (197). Namun demikian, berlawanan
dengan data-data ini, tikus transgenik lebih mengekspresikan suatu
keseimbangan dari bentuk autofosforilasi CaMKII mendemonstrasikan
pergeseran dukungan induksi LTD bahkan pada frekuensi yang biasanya dapat
menghasilkan LTP (198).
Karena induksi LTD dan LTP membutuhkan aliran kalsium postsinaps, ada suatu
teori populer bahwa perbedaan spatiotemporal pada akumulasi kalsium
postsinaps intraseluler, dalam respon pada frekuensi stimulasi aferen,
menjelaskan bahwa protein kinase spesifik versus fosfatase diaktivasi, dimana
sebaliknya memicu LTP versus LTD. Lebih mutakhir, meskipun demikian, suatu
penelitian menggunakan gambaran calcium menunjukkan bahwa tingkat calsium
dendrit menghasilkan protokol induksi LTP dan LTD yang serupa (199).
Meskipun sedikit berbeda pada distribusi spasial kalsium intaseluler dapat tetap
mencukupi untuk aktivasi selektif kinase dan fosfatase, serta faktor lain yang juga
terlibat.
Plastisitas sinaps dalam merespon pola spesifik stimulasi aferen juga telah
dijelaskan pada regio otak di luar hippocampus. Suatu penelitian mencontohkan
depresi jangka panjang pada serat paralel (paralel fiber-PF) – sinaps sel Purkinje
(Purkinje cell-PC) di serebellum, diinduksi oleh stimulasi serupa dari serat aferen
paralel dan mendaki (climbing fiber – CF) pada PC (200). Penurunan
responsivitas sinaps PF-PC berdasarkan inhibisi reseptor mediasi AMPA terbaru,
dan aktivasi PKA dibutuhkan untuk induksi LTD, menunjukkan bahwa fosforilasi
PKC dan modulasi reseptor AMPA berperan dalam mekanisme yang mendasari
proses ini (201).
Data yang medasari di sini dengan kuat menunjukkan bahwa plastisitas pada
setiap paradigma ini berdasarkan, setidaknya sebagian, pada perubahan
responsivitas postsinaps sebagai hasil fosforilasi dan modulasi fungsional
reseptor glutamat ionotropik. Uji langsung dari hipotesis ini sulit dilakukan pada
potongan otak. Namun demikian, dikarenakan lokasi spesifik fosforilasi oleh
berbagai jenis protein kinase telah diidentifikasi dalam reseptor glutamat,
antibodi fosfos[esifik untuk lokasi ini dapat dikembangkan. Peralatan ini dapat
diaplikasikan untuk paradigma eksperimental yang memproduksi perubahan
jangka panjang pada keberhasilan potongan otak untuk membantu menunjukkan
peran fosforilasi GluRs dalam mediasi berbagai bentuk plastisitas sinaps di otak.
Kesimpulan
Pemahaman saat ini mengenai efek fungsional dari fosforilasi kanal ion ligand-
gated masih berbeda-beda. Pada celah neuromuskular, regulasi kecepatan
desentisasi AchR oleh fosforilasi serin dan tirosin telah didemonstrasikan.
Ditambah lagi, fosforilasi tirosin oleh AchR dan komponen sinaptik lainnya
terlihat berperan dalam pengelompokan AchR selama sinaptogenesis. Untuk
reseptor GABAA, data yang ada kompleks. Aktivasi dan inhibisi reseptor GABA A
terbaru sebagai hasil fosforilasi PKA dan PKC telah dilaporkan, dimana
fosforilasi PTK meningkatkan fungsi. Efek predominan fosforilasi glutamat oleh
berbagai kinasi merupakan potensiasi puncak respon terbaru. Namun demikian,
PKC juga memodulasi pengelompolan reseptor NMDA. Kompleksitas ini dalam
pengaturan regulasi kanal ion ligang-gated oleh fosforilasi menyediakan berbagai
mekanisme untuk mediasi plastisitas sinaps. Faktanya, akumulasi bukti
pendukung keterlibatan fosforilasi protein dan defosforilasi reseptor AMPA pada
LTP dan LTD berurutan.
Ada peningkatan dramatis dalam pemahaman kita pada alam dimana fosforilasi
mengatur kanal ion ligand-gated. Namun demikian, beberapa pertanyaan tetap
belum terjawab. Belum ada kejelasan apakah perubahan intramolekular terjadi
dibawah fosforilasi dari reseptor dan bagaimana perubahan ini memodulasi
perangkat kanal. Juga belum dipahami bagaimana fosforilasi meregulasi agregasi
reseptor dan densitas membran postsinaps untuk memdiasi sinaptogenesis dan
kemungkinan plastisitas sinaps. Lebih lanjut, transduksi sinyal yang
dipergunakan untuk meregulasi pengelompokan reseptor, eksresi dan perangkat
kanal perlu dijelaskan. Namun demikian, suatu gambaran muncul dimana
fosforilasi memerankan peran yang sangat penting dalam regulasi dinamik kanal
ion ligand-gated menghasilkan perubahan jangka pendek dan jangka panjang
dalam transmisi sinaptik.
Gambar 2. Regualsi kanal ion ligand-gated oleh fosforilasi protein. Sejumlah faktor
ekstraselular seperti neurotransmitter (glutamat dan dopamin), neuropeptida (substansi P,
CGRP, VIP dan opioid), protein matriks ekstraselular (agrin) dan faktor pertumbuhan
(FGF) mengaktivasi berbagai protein kinase, seperti CaM-KII, PKC dan PKA, dan PTK,
atau protein fosfatase, seperti calcineurin (PP2B). enzim-enzim ini dapat kemudian
meregulasi keadaan kanal ion ligand-gated pada membran postsipatik. Hasil perubahan
pada fungsi reseptor dapat tergantung pada komposisi subunit spesifik reseptor dan
sambungan alternatif subunit reseptor.