Vous êtes sur la page 1sur 11

Peran spesifik lokasi PKC dalam subunit reseptor defintif sebagaimana dijelaskan

dalam metodologi biokimia, telah diperiksa oleh mutagenesis lokasi spesfik PKC
membawa efek inhibisinya pada reseptor yang terdiri dari α1β1 atau β2 dan juga
subunit γ2L atau γ2S melalui fosforilasi Ser-409 dalam subunit β1, Ser-327 pada
kedua subunit γ2L dan γ2S dan Ser-343 dalam subunit γ2L. (77,98).

Efek fosforilasi berhubungan dalam inhibisi agnonis konsentrasi yang lebih besar
terlihat dalam konsentrasi GABA yang tinggi, dengan reseptor inkorporasi
subunit γ2L. Mutagenesis selektif menampilkan fosforilasi pada beberapa lokasi
pada subunit β1 atau γ2 cukup untuk menghasilkan modulasi negatf. Namun
demikian, fosforilasi pada Ser-343, yang terkandung dalam delapan asam amino
ekstra dalam subunit γ2L, menghasilkan efek terbesar berdasarkan bahwa lokasi
fosforilasi tidak ekuivalen secara fungsional (77).

Dalam hal efek amplitude GABA-evoked terbaru, PKC fosforlasi dari S409 dalam
subunit β1 memodulasi keempat desentisasi untuk reseptor yang terdiri dari
subunit α1 dan β1. Pengobatan dengan phorbal ester juga telah digunakan untuk
memerksa pengaturan reseptor GABAA oleh PKC dalam neuron. Respon dalam
neuron SCG diinhibisi oleh pengobatan phorbal ester namun tidak oleh α-
pherbol (77). Di lain pihak, GABA-induced klorida mengalir dari mikrosak
cerebellar dapat secara selektif menghambat activator PKC (96). Masuknya
inhibitor peptide spesfik PKCI dalam pipet perekaman meningkatkan potensial
postsinaps inhbitor mediasi GABAA (99). Berlawanan dengan hasil yang telah
digambarkan , dialysis intraselular tripsin aktivasi PKC menjadi sel L929 secara
cepat mengekspresikan reseptor GABAA yang terdiri dari subunit α1, β1 dan γ2L
telah dilaporkan meningkatkan fungsi reseptor (100). Peningkatan ini dapat
dihambat oleh peptide PKCI. Walaupun efek ni berdasarkan fosforilasi reseptor
langsung oleh PKC, namun belum terungkap.

Fosforilasi yang dimediasi PKG dan CaMKII


Efek fungsional PKG dan CaMKI pada fungsi reseptor GABA sangat sedikit
diketahui. Namun, mediasi GABAA terbaru dari nucleus di neuron traktus
solitarius pada tikus dihambat oleh cGMP (101). Ion Kalsium dapat menghambat
atau mengaktivasi mediasi GABAA terbaru dalam melawan populasi neuronal
(102). Peran CaMKII dalam aksi kalsium ini belum diketahui dengan pasti.
Namun penelitian-penelitian terbaru memperlihatkan bahwa CaMKII dapat
mengaktivasi semua sel mediasi GABA A terbaru dalam neuron medulla spinalis
tikus biakan (103). Walaupun efek in dimediasi oleh fosforilasi reseptor langsung
oleh CaMKII belum terungkapkan.

Fosforilasi yang dimediasi protein tirosin kinase


Efek fosforilasi mediasi Src pada properti fungsional reseptor GABA A yang terdiri
dari subunit α1β1 dan γ2L diekspresikan dalam sel HEK 293 telah dianalisa pada
tahun 1995. Fosforilasi tirosin Tyr-365 dan Tyr 367 pada subunit γ2L oleh Src
meningkatkan induksi GABA terbaru (78). Sesuai dengan hal ini, Valenzuela dkk
(71) telah memperlihatkan bahwa tirosin kinase mengurangi rekaman GABA
gated terbesar dari ookista Xenopus pengekspresi reseotor GABA A neuronal juga
dapat dimodulasi oleh fosforilasi tirosin. Seluruh sel dar neuron SCG terkultur
berkurang oleh paparan inhbitor tirosin kinase dan meningkatkan inhibitor
tirosin fosfatase (78). Lebih lanjut, mediasi GABA klorida mengalir dari mikrosak
otak diturunkan oleh inhbitor tirosin kinase (71). Hasil ini menunjukkan bahwa
fosforilasi tirosin dapat berarti meningkatkan atau mengatur fungsi reseptor
GABAA. Menariknya, fosforilas oleh kinase tak teridentifikasi (bukan PKA atau
PKC) atau “faktor fosforilasi” telah diimplikasi dalam mencegah penurunan atau
pembatasan respon reseptor GABAA dalam beberapa jenis tipe neuron.

Efek Multipel dari Aktivasi dan Inhibisi Reseptor Fosforilasi?


Ada pengakuan umum bahwa reseptor GABA A merupakan substrat dan protein
kinasi multipel. Subunit β2 danγ2 terlihat merupakan substrat untuk fosforilasi
oleh PKA, PKC, PKG, CaMKII dan prototopik tirosin kinase Src, berdasarkan
kedua analisis in vitro dan in vivo. Penelitian rekombinan memperlihatkan
bahwa fosforilasi langsung oleh fungsi reseptor inhibisi PKA maupun PKC.
Fosforilasi PKA juga penting dalam reseptor bersama-sama. Regulasi yang
serupa dari reseptor neuronal oleh fosforilase PKA dan PKC juga telah
dilaporkan. Pada beberapa preparasi neuronal, sebaliknya, mediasi PKA
fosforilasi meningkatkan fungsi reseptor. Hambatan ini dapat dihubungkan
dengan perbedaan struktur reseptor atau untuk aktivasi jalur sinyal lainnya. Efek
fungsional dari fosforilasi PKC pada kedua reseptor neuronal dan rekombinan
paling istimewa menghambat saat PKC diaktivasi oleh pengobatan phorbol ester.
Namun demikian, penggunaan aktivasi PKC oleh tripsin memperlihatkan
aktivasi fungsi reseptor GABAA.

Di lain pihak, fosforilasi tirosin pada lokasi subunit γ2 memperlihatkan


peningkatan fungsi reseptor rekombinan yang terdiri dari subunit α1, β1, dan
γ2L. Modulasi serupa dari fungsi reseptor juga terlihat dalam neuron SCG kultur.
Hasil ini mendukung bahwa proses ini dapat penting dalam meningkatkan fungsi
reseptor. Penelitian terbaru dengan tirosin kinase juga penting dalam
menerangkan berbagai efek yang dilaporkan pada fungsi reseptor oleh PKC.
Sejumlah protein tirosin kinase homolog pada fokal adhesi kinase yang disebut
PYK2 atau CAKβ yang secara cepat diaktivasi oleh peningkatan kalsium
intraselular dan juga oleh PKC telah diidentifikasi (107,108). Kinase ini secara
luas diekspresikan melewati otak dan juga dalam sejumlah sel (108), telah
memperlihatkan fosforilasi dan regulasi pemurnian kanal kalium kedepan (107).
Dikarenakan fosforilasi tirosin meningkatkan fungsi reseptor (71,78), beberapa
efek variabel terlihat dalam fungsi reseptor GABA A pada aktivasi PKC yang dapat
dimediasi oleh tirosin kinase serupa PYK.

Reseptor Glutamat
Eksitasi cepat neurotransmitter pada sistem saraf pusat mamalia dimediasi
sebagian besar oleh reseptor glutamat ionotropik. Peran untuk reseptor ini telah
diimplikasi dalam proses mulai dari proses sinaptogenesis, pembelajaran,
memori dan sensorimotor pada kondisi neuropatologis akut dan kronik (109-
113). Oleh karena itu, penjelasan mekanisme dimana fungsi reseptor dapat
memodulasi akan meningkatkan pemahaman plastisitas sinaptik dan juga
menunjukkan target terapeutik baru untuk perkembangan obat dalam penyakit
neurologis.

Tiga kelas utama dari reseptor ionotropik glutamat – N-metil-D-aspartat


(NMDA), kainate dan α-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoxazol propionat (AMPA)
– telah dijelaskan dalam perangkat dasar fisiologis dan farmakologis (114,115).
AMPA dan reseptor kainate, juga dikenal sebagai reseptor “non-NMDA”,
mengaktivasi dan mendesentisasi secara cepat dalam merespon aplikasi glutamat
dan permeabel terutama pada kation monovalen, sehingga mediasi cepat,
depolarisasi yang tergantung pada membran postsinaps (116). Perangkat ini
kritis dalam pengaturan reseptor NMDA pada plastisitas sinaps,
menyebabkannya bertindak sebagai deteksi identik dan memicu kaskade sistem
pembawa pesan kedua.

Kloning terbaru dari 16 subunit berbeda dalam keluarga reseptor ionotropik


glutamat telah secara luas memfasilitasi penelitian dari struktur, fungsi dan
modulasi reseptor ini. Setiap subtipe reseptor glutamat telah diperlihatkan terdiri
dari kompleks oligomerik, pentamer serupa (lihat gambar 1A) dari subunit
homolog. Kombinasi dari NR1, melalui satu atau lebih subunit NR2A-D
pembentuk reseptor NMDA; Glu R5-7 dan KA1,2 pembentuk reseptor kainate
dan GluR1-4 (A-D) pembentuk reseptor AMPA (117-119). Dalam hal ini , variasi
dari subunit ini menghasilkan alternatif rangkaian exon-exon.

Berdasarkan skenario hidropobisitas dan analogi AchRs nikotinik, reseptor


ionotropik glutamat awalnya diajukan untuk memiliki 4 domain transmembran
(M1-M4) dan N-terminal ekstraselular besar dan regio ekstraselular C-terminal
kecil. Lengkung besar antara M3 dan M4 (merujuk di sini sebagai lengkung M3-
M4) dipikirkan merupakan intraselulat dan diperhatikan mengandung lokasi
konsensus untuk berbagai jenis protein kinase (120) (Gambar 1B). Beberapa
kejadian memperlihatkan model baru untuk topologi membran reseptor ini
(Gambar 1C). Penampilan yang terlihat termasuk terminasi C intraselular, suatu
regio M2 yang membentuk struktur hairpin dalam membran dan seluruh
lengking M3-M4 ekstraselulat (119,121-128). M2 telah memperlihatkan jalur
kanal ion dan domain pengikat agonis telah dilokalisasi menjadi 2 regio: 1 hanya
N terminal ke M1 dan lainnya dalam lengkung M3-M4 (118,119,129-131).
Penelitian kombinasi mutagenesis lokasi langsung dengan analisis
elektrofisiologis dan biokimia dan reseptor glutamat rekombinan telah
menyediakan kejadian yang kuat untuk fosforilasi langsung dan modulasi dari
reseptor ini oleh beberapa jenis protein kinase. Data-data ini akan dibahas
kemudian, bersama hasil dari penelitian yang menunjukkan peran protein ini
dalam mediasi plastisitas sinaps.

Fosforilasi Serine dan Tirosin Reseptor AMPA dan Kainate


Penelitian terkini mengindikasi bahwa reseptor AMPA dan Kainate dapat secara
langsung difosforilasi oleh kedua serin dan tirosin kinase. Oleh kombinasi
beberpaa jenis teknik biokimia dengan mutagenesis lokasi langsung, lokasi
fosforilasi oleh PKA,PKC,CaMKII dan PTK telah diidentifikasi. Pada kebanyakan
kasus, penelitian elektrofisiologikal mendukung peran untuk fosforilasi lokasi ini
dalam mengatur fungsi kanal ion, sebagaimana yang akan dibahas selanjutnya.

Fosforilasi induksi Forskolin PKA dari reseptor AMPA GluR1 telah


mendemonstrasikan pengubahan sel HEK293 dan pola neuro korteks tikus
biakan (132). Analisis pemetaan fosfopeptida dari 32P-label mutan dan wild-type
GluR1 diekspresikan dalam sel HEK 293 memperlihatkan bahwa lokasi utama
untuk fosforilasi PKA dari reseptor kainate GluR6 (134).

Lokasi fosforilase PKC dan CaMKII juga telah dilokalisasi pada kedua lengkung
M3-M4 dan regio terminal C. Reseptor GluR1 yang mengandung AMPA dapat
difosforilasi oleh aktivasi CaMKII atau PKC pada neuron hippokampal tikus
biakan sebagaimana otak sinaptosomes tikus invitro (135). Mutagenesis lokasi
langsung dan ekspresi reseptor rekombinan AMPA mengidentifikasi lokasi
mayor fosforilase GluR1 oleh CaMKII sebagai Ser-627, dalam lengkung m3-M4
(136) dan oleh PKC sebagai Ser-831, dalam regio C-terminal (133). Dalam hal ini,
Nakazawwa et all (136a) menggunakan antibodi fosfospesifik yang meningkatkan
lawanan lokasi putative PKC (Serine 696) dalam lengkung M3-M4 dari GluR2
untuk mendemonstrasikan fosforilasi lokasi ini pada subunit reseptor AMPA
dalam membran dendritik sel Purkinje pada sediaan potongan otak tikus.

Topologi Membran Reseptor AMPA/Kainate dan Lokalisasi Lokasi Fosforilasi

Sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya, model topologi membran


terbaru untuk reseptor glutamat ionotropik lengkung M3-M4 berlokasi
seluruhnya di ekstraseluler, yaitu regio C-terminal (Gambar 1C). Meskipun
beberapa lokasi fosforilasi telah dilokalisasi pada regio C-terminal GluR1 (Tabel
1) (133), beberapa lokasi dalam GluR1-4 dan GluR6 telah dilaporkan dalam
sebagian N-terminal lengkung M3-4, menunjukkan bahwa regio ini dapat diakses
oleh protein kinase pada sisi intraseluler membran (Gambar 1C dan tabel1). Satu
hipotesis alternatif adalah bahwa topologi lengkung M3-m4 dinamis, dan
faktanya akses intraseluler untuk lokasi fosforilasi lengkung M3-m4 dapat
tergantung pada agonis (atau pada penggunaan). Kemungkinan lain ini
membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Efek Fungsional Fosforilasi Reseptor AMPA dan Kainate


Fosforilasi yang dimediasi PKA

Bukti substansial yang telah terkumpul menunjukkan bahwa fungsi reseptor


kainate dan AMPA dapat dimodulasi oleh fosforilasi protein. Awalnya,
kebanyakan pekerjaan ini memusatkan pada pengaturan regulasi reseptor ini
oleh aktivasi PKA, karena dalam penelitian pendahuluannya, Dowling dan rekan-
rekan telah menggunakan teknik Patch-clamp seluruh sel untuk memperlihatkan
bahwa reseptor kainate retinol teleost dapat dipotensiasi oleh agonis reseptor
dopamin melalui aktivasi PKA 9137,138). Selanjutnya aktivasi PKA oleh dopamin
ditemukan pada potensiasi reseptor mediasi AMPA/Kainate terbaru pada sel
Mauthner ikan mas dan pada neuron motorik ayam (139,140). Lebih lanjut,
aplikasi ekstraselular aktivasi PKA atau perfusi intraselular dari PKA yang
dimurnikan meningkat akhir-akhir ini pada neuron hippocampal tikus biakan
(141,142). Pada kedua sel retinal teleost dan saraf hippocampal tikus peningkatan
frekuensi pembukaan kanal reseptor AMPA/kainate dan waktu pembukaan
ditemukan untuk mendasari potensiasi mediasi PKA(141,143).

Sehubungan dengan penelitian-penilitain respetor neuronal, berbagai jenis


penelitian rekombinan reseptor AMPA dan kainat pada sistrem ekspresi
heterolog telah mendemonstrasikan fungsi regulasi oleh fosforilasi. Mediasi
terbaru oleh GluR1 dan atau GluR3 terekspresikan pada ookista Xenopus yang
meningkatkan aplikasi ekstraselular berikutnya dari analog cAMP permeabel
membran (144). Lebih lanjut, pada rekaman patch-clamp seluruh sel dari sel-sel
HEK 293 tertransfeksi, saat ini respon mediasi oleh GluR6 dan GluR1
dipotensiasi oleh perfusi intraselular oleh PKA yang dimurnikan dan potensiasi
dihapuskan dalam rekaman dari reseptor mutan membatasi lokasi fosforilasi
PKA telah dibicarakan sebelumnya. (133,134,145). Memang, potensiasi terbaru
seluruh sel GluR6 oleh fosforilasi PKA dapat dimediasi oleh peningkatan
kemungkinan pembukaan kanal (Wohl P,Mott D, Traynelis SF:Abstr Soc
Neurosci 1996: 22:1540). Bersamaan dengan itu, hasil-hasil ini menunjukkan
bahwa aktivasi PKA melalui beberapa jenis reseptor neurotransmitter proteinG-
ganda pada neuron dapat meregulasi respon reseptor AMPA/Kainate.

Fosforilasi yang dimediasi CaMKII dan PKC


Data dari pertengahan tahun 1990an mengindikasikan bahwa fungsi reseptor
AMPA dapat dimodulasi oleh fosforilasi CaMKII dan PKC, dua protein kinase
yang terlibat dalam mekisme yang mendasari hippocampal LTP/LTD,
sebagaimana LTD cerebellar (untuk PKC) (potensiasi jangka panjang dan depresi
didiskusikan pada bagian terdahulu bab ringkasan). Perfusi intraselular daro
fragmen katalitik yang dimurnikan pada PKC atau autofosforilasi CaMKII selama
perekaman patch-clamp seluruh sel dari neuron hippocampal yang dikultur
memberikan hasil dalam potensiasi respon terbaru reseptor mediasi AMPA
(135,146,147). Mekanisme molekular dimana fosforilasi yang dimediasi CaMKII
atau PKC meregulasi reseptor mediasi AMPA terbaru belum terungkap. Namun
demikian, data yang mengindikasikan reseptor AMPA “diam” sebelumnya dapat
diaktivasi mengikuti induksi hippocampal LTP (148,149) menunjukkan bahwa
fosforilasi olej protein kinase ini mungkin, sebagian, memediasi pemasukan
membran atau redistribusi respetor AMPA.

Fosforilasi Serine dan Tyrosine Reseptor NMDA


Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa reseptor NMDA dapat
secara langsung difosforilasi olej PKC dan PTK. Penggunaan protein fusi-GST
dari domanin NR1 C-terminal (contohnya, dari ujung M4 ke terminus karboksi –
lihat gambar 1C), segmen ini telah memperlihatkan merupakan substrat terbaik
untuk fosforilasi oleh PKC (122). Hasil ini telah dikonfirmasi pada penelitian in
situ; imunopresipitasi oleh NR1 dari 32P-prelabel utama biakan neuron kortikal
tikus dan sel-sel HEK293 tertransfeksi NR1 mendemonstrasikan phorbol ester
menginduksi fosforilasi dari empat serine (889, 890, 896, 897) dalam sambatan
kaset C1 dari NR1 (122). Bukti biokimia dari fosforilasi langsung reseptor NMDA
oleh PTK juga kuat. Data dari tiga penelitian berbeda telah mendemonstrasikan
fosforilasi tirosin subunit NR2A dan/atau NR2B pada membran sinaptik
hippocampal tikus dan neuron otakdepan (150-152). Lebih lanjut, fosforilasi
tirosin terlihat spesifik untuk subunit NR2 dan tidak terjadi pada subunit NR1
(151).

Efek Fungsional Fosforilasi Reseptor NMDA


Fosforilasi dimediasi PKC

Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa receptor NMDA dapat secara
fungsional memodulasi beberapa jenis protein kinase, termasuk PKC, PKA, dan
PTK. Menariknyaadalah data menunjukkan bahwa aktivasi PKC meregulasi
fungsi receptor. Pada sediaan potongan tipis medulla tikus, receptor NMDA
mediasi terbaru terekam dari neuron trigeminal spinal dipotensiasi oleh aktivasi
receptor μ-opioid, suatu efek menirukan oleh perfusi intracelular dari PKC
pemurnian melalui pipet tambalan (153). Rekaman dari neuron ini setelah
dissosiasi memperlihatkan bahwa potensiasi PKC didasarkan pada peningkatan
probabilitas pembukaan kanal receptor NMDA, sebagaimana penurunan Mg 2+
menghambat kanal-kanal ini (154). Efek PKC pada hambatan Mg 2+ (dikarenakan
komposisi subunit receptor NMDA) dapat berupa regio spesifik otak, karena
resptor NMDA mediasi terbaru terekam dari neuron disosiasi hippocampal
daopat dipotensiasi oleh perfusi PKC intracelular tanpa pengurangan hambatan
MG2+ (146;J.F.Macdonald personal communication). Pada potongan
hippocampal, aplikasi aktivator PKC seperti phorbol ester atau agonis receptor
metabotropik memberikan hasil yang berlawanan; hasil supresi terdahulu dan
potensiasi selanjutnya dari respon NMDA-evoked terbaru (155,156). Perbedaan
ini diperkirakan karena efek lainnya daripada aktivasi PKC, yang mana dapat
dimediasi oleh phorbol esters dan/atau agonis receptor metabotropik, atau efek
pre- atau polysinaptik tambahan dari obat-obat ini yang secara tidak langsung
mempengaruhi aktivasi receptor NMDA postsinaps. Jika tidak, efek bersih dari
aktivasi PKC pada receptor NMDA terbaru dapat tergantung pada riwayat
stimulasi afferen terdahulu, yang mana dengan sendirinya mempengaruhi
tingkatan fosforilasi receptor NMDA (157).

Penelitian-penelitian yang menyelidiki sistem ekspresi secara seragam teleh


mendemonstrasikan potensiasi reseptor mediasi NMDA terbaru. Perfusi
intraselular dari PKC yang dimurnikan selama perekaman patch-clamp seluruh
sel dari sel-sel HEK 293 tertransfeksi NR 1A/NP2A memberikan hasil dalam 2
hingga 3 kali lipat potensiasi respon reseptor NMDA terbaru (158), dimana hasil
terbaru ini dipotensiasi hingga 20 kali lipat oleh aplikasi ekstraselular phorbol
ester terhadap ookista Xenopus pengekspresi rangkaian jenis tertentu dari
subunit NR1 sendiri atau kombinasi dengan NR2A atau NR2B (159-163). Apakah
efek ini didasarkan pada fosforilasi PKC langsung dari reseptor NMDA masih
belum terjelaskan.
Penelitian elektrofisiologis dari respetor NMDA rekombinan yang diekspresi
ookista telah mengindikasikan bahwa fosorilasi serin 889, 890, 896, dan 897
pada regio C-terminal NR1A (lihat bagian sebelumnya) tidak bertanggung jawab
untuk potensiasi mediasi phorbol ester dari reseptor NMDA terbaru pada
ookistat (164,165). Faktanya, tidak ada residu serin atau threonin dalam regio
terminal-C atau pada lengkung M3-M4 NR 1 memperlihatkan kontribusi untuk
efek ini (164,165). Di lain pihak, phorbol ester menginduksi potensiasi reseptor
heteromeric mediasi NMDA terbaru terekspresi pada ookista diamati untuk
reseptor yang terdirti dari subunit NR1 (ζ1) dalam kombinasi dengan subunit
NR2A atau NR2B (ε1 dan ε2) tetapi tidak dengan subunit NR2C (ε3)(163) dan
terlihat bergantung pada regio terminal-C subunit NR2 (166). Bersama-sama
dengan hasil penelitian yang akan dijelaskan selanjutnya, data-data ini
menunjukkan kemungkinan bahwa potensiasi mediasi-PKC dari reseptor NMDA
dapat berdasarkan fosforilasi interaksi protein daripada reseptornya sendiri.

Efek Fosfatase dan Fosforilasi mediasi PKA dan PTK


PKA, protein fosfatase dan PTK memainkan peran penting dalam modulasi
fungsi reseptor NMDA. Suatu penelitian menunjukkan bahwa reseptor NMDA
sinaptik pada keadaan istirahat (tidak adanya transmitter) dapat difosforilasi
oleh PKA, dan kemudian didefosoforilasi selama aktivitas sinaptik dibawah
aktivasi kalsium dependent serin/threonin fosfatase calcineurin oleh reseptor
mediasi NMDA aliran kalsium. Fosforilasi PKA pada reseptor terlihat
berhubungan dengan penurunan kecepatan inaktivasi reseptor selama transmisi
sinaps (157). Yang utama dari penelitian ini, calcineurin terlihat menginhibisi
fungsi reseptor pada tambalan luar rekaman dari neuron hippocampal tikus
biakan dan pada sel granul dentata tikus dewasa yang berdissosiasi akut
(167,168). Dalam hal ini, paparan tambaklan luar neuronal hippokampal
terhadap fosfatase 1 dan 2ª telah terlihat menurunkan kemungkinan pembukaan
kanal reseptor NMDA (169). Akhirnya, peran untuk modulasi fungsi kanal
reseptor NMDA oleh PTK telah terbukti. Pada rekaman seluruh sel dari neuron
spinal dorsal, inhibitor dari protein tirosin kinase disupresi, dimana aplikasi
intraselular PTK pp60 c-src atau inhibitor protein tirosin fosfatase ditingkatkan,
reseptor NMDA terbaru (142). Menyadari banyaknya neurotransmitter, faktor
pertumbuhan dan reseptor hormon dapat mengatur aktivitas PKA, PKC, PTK dan
protein fosfatase, pengaturan perbedaan yang tinggi dari jalur pensinyalan dapat
dimasukkan dalam modulasi mediasi fosforilasi dari fungsi reseptor NMDA.

Interaksi Protein Cytoskeletal dan Fosforilasi Reseptor NMDA


Data menunjukkan bahwa reseptor NMDA berinteraksi dengan protein
sitoskeletal dan bahwa interaksi ini dapat diregulasi oleh fosforilasi reseptor.
Satu penelitian menunjukkan bahwa subunit NR1 yang diekspresikan di jalur sel
mamalia menghambit sekelompok distribusi pada membran plasma. Rangkaian
kaset C1 ditunjukkan dibutuhkan untuk pengelompokan, dan fosforilasi PKC dari
serin 890 dalam kaset ini menghasilkan dispersi dari kelompok ini (170,171).

Fosforilasi Protein dan Plastisitas Sinaps


Diantara contoh-contoh penelitian terbaik plastisitas sinaps dalam otak mamalia
ditemukan perubahan jangka panjang pada kekuatan sinaps yang dikodekan oleh
frekuensi stimulus pada sinaps neuron glutamatergic Schaeffer collateral-CA 1 di
hippocampus. Peningkatan rensposivitas sinaps diamati selama beberapa jam
meningikuti frekuensi tinggi (50-100 Hz, 1-2 s) rangkaian stimulus, dimana
supresi persisten terlihat setelah ~ 10 menit pada stimulasi frekuensi rendah (1-
2Hz); kondisi awalnya diketahui sebagai potensiasi jangka panjang (long term
potentiation – LTP) dan yang belakangan sebagai depresi jangka panjang (long
term deppresion – LTD) (172,173). Kedua proses ini membutuhkan aktivasi
reseptor NMDA dan aliran kalsium (172,173) dan ekspresi terlihat untuk
berkembang, setidaknya sebagian, suatu perubahan pada responsivitas reseptor
glutamat postsinaps (174-181). Hasil ini menunjukkan bahwa proses yang
meregulasi fungsi reseptor glutamat dapat berkontribusi secara penting untuk
mekasnisme plastisitas sinaps yang mendasarinya.

Beberapa data menunjukkan peran kritis untuk protein kinase dan fosfatase
dalam memediasi perubahan dalam kekuatan sinaps yang mendasari LTP dan
LTD di hippocampus. Induksi LTP hippocampal di regio CA 1 memperlihatkan
terlibatnya aktivasi PKC, CaMKII dan PTK (112,182,183). Hasil penelitian
elektrofisiologi memperlihatkan bahwa injeksi langsung inhibitor CaMKII dan
PKC ke dalam postsinaptik neuron CA 1 menghambat induksi, dan pada beberapa
kasus ekspresi, dari LTP (184-186). Lebih lanjut, potongan saraf hippocampual
yang terinfeksi virus yang mengandung bentuk aktif konstitutif CaMKII
mengjambat peningkatan transmisi sinaps dan penyumbatan LTP oleh protokol
estándar induksi (187). Serupa dengan itu, injeksi intraselular langsung kalsium
dan calmodulin postsinap memberikan hasil dalam potensiasi respon sinaptik
CA1 dan juga termasuk induksi LTP pada potongan hippocampal tikus 9103).
Inhibitor tirosin kinase diaplikasikan ekstra atau intraseluler ( ke dalam neuron
CA1) juga menghambat induksi LTP (188).

Sehubungan dengan penelitian elektrofisiologis ini, data-data biokimia


mendukung peran PKC dalam ekspresi LTP. Suatu penelitian
mendemonstrasikan aktivasi persisten dari PKC selama fase pemeliharaan LTP
(189), dimana penelitian lainnya menunjukkan bahwa ekspresi LTP
berhubungan dengan tingginya tingkat konstitutif PKCζ aktif (190). Ditambah
lagi, induksi LTP oleh protokol estándar pada Schaeffer collateral-CA, sinaps
diperbaiki dengan berat pada tikus transgenik yang kekurangan PKCγ,α-CaMKII,
atau tirosin kinase fyn, menyediakan bukti lanjutan bahwa aktivasi kinase ini
dibutuhkan untuk peningkatan jangka panjang kekuatan sinaptik pada
paradigma ini (191-193).

Di lain pihak, induksi hippocampal LTD terlihat disokong oleh aktivasi protein
fosfatase. Inhibitor protein fosfatase diaplikasikan pada ekstra dan intraselular
(ke dalam neuron CA1) memperlihatkan perbaikan atau eliminasi reseptor
NMDA yang tergantung LTD (194,195) dan pada beberapa kasus, untuk
meningkatkan paradigma independen dimana suatu protokol voltase teratur
digunakan untuk menginduksi potensiasi respon neuronal CA 1 pada potongan,
aplikasi rendaman atau injeksi intraselular dari protein kinase atau inhibitor
fosfatase mendemonstrasikan bahwa mediasi reseptor AMPA postsinaps terbaru
ditingkatkan oleh calsium sensitif kinase (seperti CaMKII) dan bahwa aktivasi
fosfatase merupakan antagonis efek ini (197). Namun demikian, berlawanan
dengan data-data ini, tikus transgenik lebih mengekspresikan suatu
keseimbangan dari bentuk autofosforilasi CaMKII mendemonstrasikan
pergeseran dukungan induksi LTD bahkan pada frekuensi yang biasanya dapat
menghasilkan LTP (198).

Karena induksi LTD dan LTP membutuhkan aliran kalsium postsinaps, ada suatu
teori populer bahwa perbedaan spatiotemporal pada akumulasi kalsium
postsinaps intraseluler, dalam respon pada frekuensi stimulasi aferen,
menjelaskan bahwa protein kinase spesifik versus fosfatase diaktivasi, dimana
sebaliknya memicu LTP versus LTD. Lebih mutakhir, meskipun demikian, suatu
penelitian menggunakan gambaran calcium menunjukkan bahwa tingkat calsium
dendrit menghasilkan protokol induksi LTP dan LTD yang serupa (199).
Meskipun sedikit berbeda pada distribusi spasial kalsium intaseluler dapat tetap
mencukupi untuk aktivasi selektif kinase dan fosfatase, serta faktor lain yang juga
terlibat.

Plastisitas sinaps dalam merespon pola spesifik stimulasi aferen juga telah
dijelaskan pada regio otak di luar hippocampus. Suatu penelitian mencontohkan
depresi jangka panjang pada serat paralel (paralel fiber-PF) – sinaps sel Purkinje
(Purkinje cell-PC) di serebellum, diinduksi oleh stimulasi serupa dari serat aferen
paralel dan mendaki (climbing fiber – CF) pada PC (200). Penurunan
responsivitas sinaps PF-PC berdasarkan inhibisi reseptor mediasi AMPA terbaru,
dan aktivasi PKA dibutuhkan untuk induksi LTD, menunjukkan bahwa fosforilasi
PKC dan modulasi reseptor AMPA berperan dalam mekanisme yang mendasari
proses ini (201).

Data yang medasari di sini dengan kuat menunjukkan bahwa plastisitas pada
setiap paradigma ini berdasarkan, setidaknya sebagian, pada perubahan
responsivitas postsinaps sebagai hasil fosforilasi dan modulasi fungsional
reseptor glutamat ionotropik. Uji langsung dari hipotesis ini sulit dilakukan pada
potongan otak. Namun demikian, dikarenakan lokasi spesifik fosforilasi oleh
berbagai jenis protein kinase telah diidentifikasi dalam reseptor glutamat,
antibodi fosfos[esifik untuk lokasi ini dapat dikembangkan. Peralatan ini dapat
diaplikasikan untuk paradigma eksperimental yang memproduksi perubahan
jangka panjang pada keberhasilan potongan otak untuk membantu menunjukkan
peran fosforilasi GluRs dalam mediasi berbagai bentuk plastisitas sinaps di otak.

Kesimpulan

Penelitian yang didiskusikan pada pembahasan ini mendemonstrasikan bahwa


fosforilasi merupakan mekanisme penting dalam pengaturan kanal ion ligad-
gated. Secara struktural, kanal ion ligand-gated merupakan protein heteromerik
yang dibandingkan dari subunit homolog. Untuk kedua reseptor AchR dan
GABAA, setiap subunit memiliki domain N-terminal ekstraseluler besar, empat
domain transmembran, lengkung intraselular besar antara domain
transmembran M3 dan M4, dan domain C-terminal ekstraselular. (Gambar 1B).
Seluruh lokasi fosforilasi pada reseptor ini telah dipetakan pada lengkung
intraselular mayor antara M3 dan M4 (tabel 1). Sebaliknya, reseptor glutamat
terlihat memiliki domain N-terminal ekstraselular yang sangat besar, satu
membran lengkung hairpin, tiga domain transmembran, lengkung ekstraselular
antara domain transmembran M3 dan m4, dan domain C-terminal intraselular
(Gambar 1C). Kebanyakan lokasi fosforilasi pada reseptor glutamat telah terlihat
berupa domain C-terminal intraselular, meskipun beberapa ditunjukkan sebagai
lengkung ekstraselular putatif antara M3 dan M4 (Tabel 1).

Sejumlah faktor ekstraselular dan sinyal kaskade transduksi intraseluler terlibat


dalam regulasi fosforilasi kanal ion ligand-gated ini (Gambar 2). Sekali lagi, AchR
pada celah neuromuskular merupakan sistem yang sangat dipahami. Fosforilasi
AchR oleh PKA distimulasi secara sinaptik oleh neuropeptida CGRP dan pada
ragam autokrin oleh adenosin yang dilepaskan dari otot dalam merespon
acethylcholin. Dalam hal ini, acetylcholin, melalui aliran calcium melewati AchR,
terlihat mengaktivasi kinase calsium-dependen termasuk PKC unruk
menstimulasi fosforilasi serin pada reseptor. Saat ini, agrin merupakan satu-
satunya faktor ekstraselular yang diketahui menstimulasi fosforilasi AchR pada
residu tirosin. Untuk reseptor glutamat, fosforilasi reseptor non-NMDA oleh PKA
distimulasi oleh dopamin, dimana fosforilasi reseptor NMDA oleh PKA dan PKC
dapat diinduksi melalui aktivasi reseptor β-adrenergik, dan glutamat
metabotropik atau reseptor opioid berturut-turut. Ditambah lagi, aliran Ca 2+
melalui reseptor NMDA telah terlihat mengaktivasi PKC, CaMKII, dan
calcineurin, memberikan hasil pada fosforilasi reseptor AMPA (oleh CaMKII)
dan inaktivasi reseptor NMDA (setidaknya pada sebagian melewati calcineurin).
Berlawanan dengan reseptor AchR dan glutamat, tidak ada informasi yang
tersedia untuk mengenal fosforilasi reseptor GABA A. Pastinya, penelitian di masa
yang akan datang akan bertujuan lebih lanjut menjelaskan mekanisme molekular
diaman reseptor sentral diregulasi.

Pemahaman saat ini mengenai efek fungsional dari fosforilasi kanal ion ligand-
gated masih berbeda-beda. Pada celah neuromuskular, regulasi kecepatan
desentisasi AchR oleh fosforilasi serin dan tirosin telah didemonstrasikan.
Ditambah lagi, fosforilasi tirosin oleh AchR dan komponen sinaptik lainnya
terlihat berperan dalam pengelompokan AchR selama sinaptogenesis. Untuk
reseptor GABAA, data yang ada kompleks. Aktivasi dan inhibisi reseptor GABA A
terbaru sebagai hasil fosforilasi PKA dan PKC telah dilaporkan, dimana
fosforilasi PTK meningkatkan fungsi. Efek predominan fosforilasi glutamat oleh
berbagai kinasi merupakan potensiasi puncak respon terbaru. Namun demikian,
PKC juga memodulasi pengelompolan reseptor NMDA. Kompleksitas ini dalam
pengaturan regulasi kanal ion ligang-gated oleh fosforilasi menyediakan berbagai
mekanisme untuk mediasi plastisitas sinaps. Faktanya, akumulasi bukti
pendukung keterlibatan fosforilasi protein dan defosforilasi reseptor AMPA pada
LTP dan LTD berurutan.
Ada peningkatan dramatis dalam pemahaman kita pada alam dimana fosforilasi
mengatur kanal ion ligand-gated. Namun demikian, beberapa pertanyaan tetap
belum terjawab. Belum ada kejelasan apakah perubahan intramolekular terjadi
dibawah fosforilasi dari reseptor dan bagaimana perubahan ini memodulasi
perangkat kanal. Juga belum dipahami bagaimana fosforilasi meregulasi agregasi
reseptor dan densitas membran postsinaps untuk memdiasi sinaptogenesis dan
kemungkinan plastisitas sinaps. Lebih lanjut, transduksi sinyal yang
dipergunakan untuk meregulasi pengelompokan reseptor, eksresi dan perangkat
kanal perlu dijelaskan. Namun demikian, suatu gambaran muncul dimana
fosforilasi memerankan peran yang sangat penting dalam regulasi dinamik kanal
ion ligand-gated menghasilkan perubahan jangka pendek dan jangka panjang
dalam transmisi sinaptik.

Gambar 2. Regualsi kanal ion ligand-gated oleh fosforilasi protein. Sejumlah faktor
ekstraselular seperti neurotransmitter (glutamat dan dopamin), neuropeptida (substansi P,
CGRP, VIP dan opioid), protein matriks ekstraselular (agrin) dan faktor pertumbuhan
(FGF) mengaktivasi berbagai protein kinase, seperti CaM-KII, PKC dan PKA, dan PTK,
atau protein fosfatase, seperti calcineurin (PP2B). enzim-enzim ini dapat kemudian
meregulasi keadaan kanal ion ligand-gated pada membran postsipatik. Hasil perubahan
pada fungsi reseptor dapat tergantung pada komposisi subunit spesifik reseptor dan
sambungan alternatif subunit reseptor.

Vous aimerez peut-être aussi