Vous êtes sur la page 1sur 35

MAKALAH

SEMINAR PROMOSI KESEHATAN

MEDIA DAN METODE PEMBELAJARAN

KELOMPOK III
1. Nanik Sukristyaningsih NIM : G2A218096
2. Kristiyaningsih NIM : G2A218101
3. Khanifah Hidayanti NIM : G2A218103
4. Imam Budi Yuwono NIM : G2A218104
5. Farida Adi Rahayu NIM : G2A218107
6. Enwar Usti Sumadi NIM : G2A218108
7. Atik Fadhlun NIM : G2A218113
8. Ari Hendriyatno NIM : G2A218116

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
MEDIA DAN METODE PEMBELAJARAN
I. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Pengertian media pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan


untuk untuk membantu menyampaikan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar
sehingga memudahkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah
dirumuskan

Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang
berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa
Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga
pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan
informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat
diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses
penyajian informasi (AECT, 1977:162).

Media Pembelajaran diartikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk


merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah
audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia
pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf
“e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat
elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web
sebagai bahan ajar online.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media
Pembelajaran.

II. PERAN MEDIA PEMBELAJARAN

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah
satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai,
meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih
media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk
karakteristik siswa.

Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses


belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk
dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya
apabila media tersebut belum tersedia.Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang media pengajaran, yang meliputi : (Hamalik, 1994 : 6)

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;

c. Seluk-beluk proses belajar;

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;

e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;

f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan;

g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;

h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;

i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Secara umum, manfaat
media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus
ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan


b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

g. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja


dan kapan saja.
h. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
j. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton
tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang
lain.

Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi


sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak


sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-
sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan


terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
III. LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain
landasasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris.

A. Landasan filosofis

Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil
teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa
dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanusiaanya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana
pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap
siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan
memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain,maka baik menggunaka
media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap
menggunakan pendekatan humanis.

B. Landasan psikologis

Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan


pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan
keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut perlu:

Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa
serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya. Bahan pembelajaran yang akan
diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal
yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan continuum konkret-abstrak
dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan gambaran atau film ( iconic representation of experiment) kemudian ke
belajar dengan simbol , yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Hal
ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, bahwa
sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman
konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang
paling abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa
yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai
pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian
yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang
disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam
bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment).

C. Landasan Teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan,


penerapan, pengelolaan, pengenalan proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara
pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-
masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalahan dilakukan dalam bentuk:
kesatuan komponen-komponen system pembelajaran yang telah disusun dalm fungsi
desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
system pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik dan latar.

D. Landasan Empiris

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara


penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan
hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia
belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya
belajarnya. Siswa yang memilih tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan
bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau
film. Sementara siswa yang memilih tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan
media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan
menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-
visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus
mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar, karakteristik media
pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

IV. PRINSIP MEDIA PEMBELAJARAN

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada


setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk
mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Keberhasilan
penggunaan media pembelajaran tergantung dari beberapa faktor, seperti proses
kognitif dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu para ahli mengajukan prinsip-
prinsip kelayakan media pembelajaran sehingga menghasilkan media pembelajaran
yang efektif.

Prinsip-prinsip media pembelajaran itu menurut Dr. Nana Sudjana (1991: 104) adalah:

1 Menentukan jenis media dengan tepat; artinya memilih terlebih dahulu media
manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.

2 Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu


diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat
kematangan/kemampuan anak didik.

3 Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media
dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu
dan sarana yang ada.

4 Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang
tepat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran


adalah (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode
mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan
siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar); (2) untuk dapat memilih media
dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dari setiap media pembelajaran; (3)
pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya
pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa; (4) pemilihan media
harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media,
dan lingkungan fisik tempat siswa belajar; (5) menempatkan atau memperlihatkan
media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

Prinsip Psikologis dalam Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pemilihan dan penggunaan


media pembelajaran tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan harus mengikuti
prinsip-prinsip tertentu. Arsyad (2013: 71) mengemukakan dari segi teori belajar,
terdapat beberapa prinsip psikologis yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan
penggunaan media pembelajaran.

Prinsip-prinsip psikologis dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran


tersebut adalah:

a. Motivasi

Media pembelajaran yang dipilih dan digunakan hendaknya mampu


menumbuhkan motivasi atau minat dan keinginan belajar peserta didik. Proses
pembelajaran yang dialami siswa akan sangat baik jika memberikan kesan dan
pengalaman yang bermakna sehingga siswa mudah untuk mengingat dan memahami
materi pembelajaran yang diterima.

b. Perbedaan Individual

Siswa merupakan sebuah kelompok belajar yang heterogen. Ini berarti bahwa
siswa satu dengan siswa lain memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-
beda. Faktor intelegensi, tingkat pendidikan, kepribadian, gaya belajar, serta faktor lain
mempengaruhi bagaimana masing-masing siswa menerima pelajaran atau materi.
Media pembelajaran harus mampu menyelaraskan kemampuan masing-masing siswa
agar mampu menerima inti materi pembelajaran.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sangat mempengaruhi media pembelajaran yang dipilih.


Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan media yang dipilih mampu mempercepat
pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa juga harus mengetahui tujuan pembelajaran
sehingga mampu memanfaatkan media pembelajaran yang dipilih dengan baik dan
benar.

d. Organisasi Isi
Pembelajaran akan dapat dilakukan dengan benar jika isi dan segala sesuatu yang
mendukung pembelajaran diatur atau diorganisasikan menurut urutan yang baik.
Mendahulukan mana yang perlu diprioritaskan serta memisahkan berdasarkan tingkat
kesulitannya.

e. Persiapan Sebelum Belajar

Persiapan juga memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.


Persiapan yang baik tentu lebih memudahkan proses pembelajaran dilakukan.
Penggunaan media pembelajaran tertentu juga terkadang memerlukan persiapan
khusus agar mampu memahami dan menggunakan dengan baik. Namun bukan berarti
dengan persiapan yang baik lalu pembelajaran akan berjalan lancar begitu saja, proses
pembelajaran tetap harus juga diperhatikan dan diawasi dengan seksama.

f. Emosi

Media pembelajaran merupakan alat atau cara yang tepat untuk menghasilkan
respon emosional seperti faktor takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan.
Perhatian perlu ditujukan pada elemen rancangan media agar hasil maupun
mempengaruhi bukan hanya pengetahuan, namun juga sikap peserta didik.

g. Partisipasi

Pembelajaran dapat berlangsung dengan baik jika terjadi komunikasi secara 2


arah. Partisipasi aktif dari siswa tentu menunjukkan bagaimana penerimaan materi oleh
siswa. Interaksi baik dengan guru maupun media pembelajaran sangat baik
dibandingkan siswa hanya diam menerima informasi yang diberikan saja.

h. Umpan Balik

Hasil belajar mampu ditingkatkan apabila secara berkala siswa menerima


informasi mengenai kemajuan belajarnya. Umpan balik hasil atau kemampuan belajar
ini sangat mempengaruhi aspek motivasi dan keinginan belajar siswa yang
berkelanjutan.

i. Penguatan

Penguatan atau reinforcement sangat bermanfaat untuk keberlangsungan dan


keberlanjutan belajar siswa. Siswa mendapatkan dorongan sehingga mampu secara
positif mempengaruhi perilaku.
j. Latihan dan Pengulangan

Informasi atau materi akan dapat diterima secara keseluruhan oleh peserta didik
jika dilakukan pengujian dan pengulangan. Latihan dan pengulangan sangat berguna
agar siswa mampu lebih menguasai materi dan materi tersebut dapat dipahami siswa
bukan hanya pada saat dipelajari saja, namun juga untuk jangka panjang.

k. Penerapan

Media pembelajaran mampu membantu siswa untuk memahami konsep materi


pembelajaran. Namun bukan sebatas memahami saja, siswa juga harus mampu
menerapkan materi-materi yang dipelajari dalam berbagai kasus terutama keseharian.
Media pembelajaran juga mampu membantu peserta didik untuk melakukan analisis
terhadap sesuatu hal yang dapat mempengaruhi tingkat dan kemampuan berpikir
peserta didik.

V. KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN

MACAM-MACAM KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN

Klasifikasi media pembelajaran menurut Edgar Dale. Klasifikasi tersebut


kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan dianut
secara luas dalam menentukan media, alat bantu serta alat peraga yang paling sesuai
untuk pengalaman belajar. Sementara Edgar Dale mengadakan klasifikasi media
pembelajaran menurut tingkat dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak.

Klasifikasi media pembelajaran menurut pakar :

1. Klasifikasi media pembelajaran menurut Azhar Arshad

Klasifikasi sumber belajar tidak jauh berbeda dengan bentuknya. Klasifikasi sumber
belajar menurut Degeng dalam Azhar Arshad (2006) adalah sebagai berikut:

a. Pesan (Apa informasi yang ditransmisikan?)

b. Orang (Siapa/Apakah yang melakukan transmisi?)

c. Bahan (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?)

d. Alat (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?)

e. Teknik (Bagaimana informasi itu ditransmisikan?)


f. Lingkungan/Latar (Di mana ditransmisikan?)

2. Klasifikasi media pembelajaran menurut Rudy Bretz

Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu


suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz
membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording).
Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8
kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio
semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7)
media audio, dan 8) media cetak.

3. Klasifikasi media pembelajaran menurut Sudjana dan Ahmad Rifa’i

Sudjana dan Ahmad Rifa’i membedakan atau mengklasifikasikan media ke dalam


empat kelompok, yaitu media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan
grafik. Media tiga dimensi, misalnya model susun dan model kerja. Media proyeksi,
misalnya OHP dan media lingkungan (alam).

4. Klasifikasi media pembelajaran menurut R. Murry Thomas

Menurut R. Murry Thomas media diklasifikasikan berdasarkan jenjang pengalaman ,


yaitu: (1) Pengalaman dari benda asli (reliefe experience), misalnya bola. (2)
Pengalaman dari benda tiruan (sudstitude of reliefe experience) misalnya gambar dan
foto. (3) Pengalaman dari kata-kata (word only), misalnya buku dan program radio.

5. Klasifikasi media pembelajaran menurut Soeparno

a. Klasifikasi media berdasarkan karakteristiknya, dibedakan menjadi: (a) media


yang memiliki karakteristik tunggal, misalnya radio. (b) media yang memiliki
karakteristik ganda, misalnya film dan TV.

b. Klasifikasi media berdasarkan dimensi presentasi, yang dibedakan menjadi: (a)


Lama presentasi yaitu presentasi sekilas, misalnya TV, dan presentasi tak
sekilas, misalnya OHP. (b) sifat presentasi yaitu presentasi kontinyu, misalnya
TV, dan presentasi tak kontinyu, misalnya OHP.

c. Klasifikasi media berdasarkan pemakainya, dapat dibedakan menjadi (a)


berdasarkan jumlah pemakai, yaitu media untuk kelas besar, kelas kecil, dan
belajar individual, (b) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemakai, yaitu
media untuk TK, SD, SMP, SMU, dan PT.
VI. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Jenis – jenis pembelajaran menurut para ahli dan contohnya :
1. Menurut (Djamarah, 2002:140)
a. Media auditif, yaitu media yang mengandalkan kemampuan suara saja (radio,
kaset rekorder).
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan
karena hanya menampilkan gambar diam (film, bingkai, foto, gambar, atau
lukisan).
c. Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik.
2. Menurut Sadiman, (2008:28)
a. Media Grafis (media visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart,
grafik, kartun, poster, peta, dan globe.
b. Media Audio yang berkaitan dengan indera pendengaran (radio, alat perekam
piata magnetik, piringan laboratorium bahasa).
c. Media Proyeksi Diam (film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media
transparan, film, televisi, video).
3. Menurut Heinich (dalam Widyastuti dan Nurhidayati, 2010)
a. Media cetak/teks
b. Media pameran/display
c. Media audio
d. Gambar bergerak/motion pictures
e. Multimedia
f. Media berbasis web atau internet
4. Menurut Rudy Bretz (1971)
a. Media audio
b. Media cetak
c. Media visual diam
d. Media visual gerak
e. Media audio semi gerak
f. Media visual semi gerak
g. Media audio visual diam
h. Media audio visual gerak

5. Menurut Kemp dan Dayton dalam kemendikbud (2013:3)


a. Media cetak
b. Media yang dipamerkan (displayed media)
c. Overhead transparency (OHP)
d. Rekaman suara
e. Slide suara dan film strip
f. Presentasi multi gambar
g. Video dan film
h. Pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction)
6. Menurut Anderson (1976)
a. Audio (Kaset audio, siaran radio, CD, telepon)
b. Cetak (buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar)
c. Audio-cetak (kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis)
d. Proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
e. Proyeksi audio visual diam (film bingkai slide bersuara)
f. Visual gerak (film bisu)
g. Audio visual gerak (film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi)
h. Objek fisik (Benda nyata, model, spesimen)
i. Manusia dan lingkungan (guru, pustakawan, laboran)
j. Komputer (CAI)
7. Menurut Henrich, dkk
a. Media yang tidak diproyeksikan
b. Media yang diproyeksikan
c. Media audio
d. Media video
e. Media berbasis komputer
f. Multi media kit
8.Menurut Azhar Arsyad (2011:54)
a. Media tradisional
 visual diam yang diproyeksikan seperti proyeksi opaque, proyeksi
overhead, slides, filmstrips.
 visual yang tak diproyeksikan seperti gambar, poster, foto, charts, grafik,
diagram, pameran, papan info, papan-bulu
 audio seperti rekaman piringan, pita kaset
 penyajian multimedia seperti slide plus suara (tape), multi-image
 visual dinamis yang diproyeksikan seperti film, televisi dan video
 cetak seperti buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas
(hand-out)
 permainan seperti teka-teki, simulasi, permainan papan.
 realita seperti model, specimen (contoh) dan manipulatif.
b. Media Teknologi Mutakhir
 media berbasis telekomunikasi seperti telekonferen, kuliah jarak jauh
 media berbasis mikropocessor seperti computer-assisted instruction,
perrmainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia,
compact (video) disc.
9. Menurut Leshin et al (1992)
a. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan
kelompok, field-trip).
b. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan
lembaran lepas).
c. Media berbasis visual (buku, charta, grafik, peta, gambar, transparansi, slide).
d. Media berbasis audio-visual (video, film, program slide tape, televisi).
e. Media berbasis komputer (pengajaran dengan berbantuan komputer, video
interaktif, hypertext).
10. Menurut Syaiful Bahri Djamaroh dan S. Aswan Zain
a. Dilihat dari jenisnya :
 Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
seperti: radio, cassette recorder, piringan hitam.
 Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.
 Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsure
gambar.
b. Dilihat dari daya liputnya, media oleh Syaiful Bahri,dkk. dalam buku Strategi
Belajar Mengajar, dibedakan:
 Media dengan daya liput yang luas dan serentak
 Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.
 Media untuk pengajaran individual
c. Dilihat dari bahan pembuatannya media dibagi dalam:
 Media sederhana adalah media yang bahan dan alat pembuatannya mudah
diperoleh dan harganya murah. Cara pembuatannya mudah dan
penggunaannya tidak sulit.
 Media kompleks adalah bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta
mahal harganya, dan penggunaannya pun memerlukan ketrampilan yang
memadai.
11. Menurut Seels dan Glasgow
a. Pilihan Media Tradisional
 Visual diam yang diproyeksikan
 Visual yang tak diproyeksikan
 Audio
 Penyajian Multimedia
 Visual dinamis yang diproyeksikan
 Cetak
 Permainan
 Realita
b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
 Media berbasis telekomunikasi
 Media berbasis mikroprosesor
Contoh media pembelajaran
Dengan melihat jenis jenis media pembelajaran menurut para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam media pembelajaran seperti berikut ini
:
1. Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber


pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal
(bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan
vokalisasi).Contoh media : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.

2. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra


penglihatan. Media visual menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi
atau proyektor, karena melalui media ini perangkat lunak (software) yang melengkapi
alat proyeksi ini akan dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan
materi yang diinginkan.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk


visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk
dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual.
Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media
visual gerak :
 Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan dan
potongan gambar, film bingkai, film rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram,
poster, peta, dan lain- lain.
 Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti
film bisu dan sebagainya.
3. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan
gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi
2 yaitu media audio visual diam, dan media audio visual gerak.
 Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara,
halaman bersuara, buku bersuara.
 Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara, gambar
bersuara, dll.
4. Media Serbaneka
Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu
daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pengajaran.
Contoh media serbaneka di antaranya adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita,
dan sumber belajar pada masyarakat.
 Papan (board) yang termasuk dalam media ini diantaranya : papan tulis,
papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan
paku.
 Media tiga dimensi diantaranya : model, mock up, dan diorama.
 Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya . contoh
pemanfaatan realita misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau
dengan mengajak siswanya langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan
sekolah.
 Sumber belajar pada masyarakat diantaranya dengan karya wisata dan
berkemah

VII. TRENDS MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Dr. Richardus Eko Indrajit (2004) secara garis besar, ada tiga periode
atau era perkembangan system informasi, yang dimulai dari pertama kali ditemukannya
computer hingga saat ini. Ketiga era tersebut yaitu era komputerisasi, era teknologi
informasi, dan era globalisasi informasi

Media yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pembelajaran


salah satunya adalah radio. Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat
digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan actual,bahkan informasi dari
radio lebih cepat menyebar dibanding televisi karena radio hanya menggunakan sarana
audio, sehingga tidak harus mengedit gambar terlebih dahulu. Dengan menggunakan
radio yang berbasis audio seorang guru tidak harus mengulang-ulang
pembelajarannya, karena dengan radio secara langsung siswa dapat memutar kembali
pelajaran yang belum dipahaminya secara berulang-ulang. Proses inilah yang lama-
kelamaan akan merangsang tata bahasa anak dan akan merangsang kreatifitas serta
imajinasi anak.

Media yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pembelajaran


selanjutnya adalah media televisi. Televisi sebagai media dalam pembelajaran
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar,
sehingga diharapkan anak-anak mampu mengembangkan kreatifitas dan daya nalarnya.
Orang tua harus tekun memilihkan acara yang cocok untuk masa perkembangan
anaknya. Dengan demikian maka hal positif dari media televisi sebagai media
pembelajaran dapat diperoleh dari mulai anak-anak sampai orang dewasa.

Kemudian salah satu contoh komponen software media adalah multimedia


pembelajaran interaktif (MPI). MPI ini sangat cocok digunakan untuk media
pembelajaran dan dapat masuk dalam semua jenjang pendidikan. Multimedia
Pembelajaran Interaktif (MPI) adalah media pembelajaran dari gabungan unsur-unsur
media yang terdiri dari teks, grafis,foto, animasi, video dan suara yang dikemas dalam
bentuk interaktif yang menarik dan berseni.
MPI memiliki peran penting dalam pembelajaran. Sebagai media yang
menggabungkan berbagai media dalam satu kemasan yang tentunya dapat
mempermudah dalam pembelajaran. Media dibuat berdasarkan tingkat jenjang
pendidikan, karena psikologi anak TK tidaklah sama dengan psikologi anak di jenjang
SMA. Pembelajaran menggunakan MPI lebih efektif disbanding pembelajaran yang
menggunakan system satu arah. Dengan desain yang dikemas secara kreatif, dapat
menarik minat siswa dalam belajar. Pelajar juga dapat mengulang kembali materi yang
belum dimengerti secara bebas, tanpa harus merepotkan orang lain.

Media selanjutnya yang sangat merakyat adalah media internet. Sebagian besar
masyarakat mengetahui apa itu internet. Dalam pendidikan, internet sudah menjadi
media yang sangat diperlukan untuk pembelajaran. Karena internet merupakan suatu
jendela dunia dan sudah dianggap perpustakan dunia yang melalui media online.
Perkembangan teknologi dengan media internet dalam pembelajaran memiliki manfaat
yang utuh dan menyeluruh, seperti Menjadi jawaban bagi kelemahan-kelemahan
proses belajar-mengajar konvensional,meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar,meningkatkan kadar interaksi pembelajaran,memungkinkan terjadinya
interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja, menjangkau peserta didik dalam
cakupan yang luas,mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran, sebagai tempat pencarian materi untuk pembelajaran karena ada
beberapa aplikasi internet yang memberi kemudahan dalam proses pembelajaran

VIII. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN

1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan


pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),
melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.Gage dan Berliner (1981:457),
menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-
ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi
dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode


ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga
metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari
pada metode diskusi.

3. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang


sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana
proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana
seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang
siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

4. Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang


menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan
dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a.Metode ceramah plus Tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan


mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode Resitasi adalah
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,
bertanggung jawab dan
c. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya
meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan
sendiri.
d. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
e. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6. Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan


pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

7. Metode Study Tour (Karya wisata)


Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan
hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar


dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta
didik.

9. Metode Pengajaran Beregu


Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana
pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya
salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik
membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus
langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut

10. Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar


metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba
mengeluarkan pendapatnya.

12. Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan
meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek
kajian.

13. Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan


sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat
lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya

14. Metode Global (ganze method)


Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau
ambil intisari dari materi.

IX. METODE PROMOSI KESEHATAN

A. Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang
dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan
diskusi
pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain
b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran.
Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara
lain :
Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan
lain-lain
c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum,
pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak
lainnya, Pemutaran film, dll

3. Berdasarkan Indera Penerima


a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN.
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran
dinding,
Pemutaran Film
b. Metode PENDENGARAN.
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya :
Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “KOMBINASI”.
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium,
diraba dan dicoba)
B. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
1. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh
dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun
ditempat biasa mereka
berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sana, anjang karya,
dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
a) Ada maksud dan tujuan tertentu
b) Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
c) Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk
menghemat waktu
d) Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
e) Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau
bila metode-metode lainnya tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
a) Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian, Biarkan keluarga
sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong
pembicaraannya Bicara bila keluarga sasaran itu ingin
mendengarkannya
b) Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
c) Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan
suasana
menyenangkan
d) Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
e) Jangan memperpanjang / mempersilat lidah
f) Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang
baik
g) Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
h) Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
i) Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
j) Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada
keluarga sasaran.
Kelebihan metode ini adalah :
a. Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
b. Membina persahabatan
c. Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya
diterima
d. Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
e. Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi
kurang
f. Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
g. Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih
tinggi

Keterbatasannya adalah :
a. Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
b. Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali
c. Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan
prasangka pada keluarga lainnya

2. Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana
di
sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh
masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :

 Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait


 Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara
sementara
 Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
 Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.

Hal-hal perlu diperhatikan :


 Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan
penerangan dan udara yang segar
 Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
 Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
 Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
 Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan
memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari
pertengkaran pendapat
 Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
 Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong
kegiatan
 Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
 Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
 Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
 Berikan selebaran sesuai dengan materi yang didiskusikan

Kelebihan metode ini adalah :


 Banyak orang yang dicapai
 Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
 Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
 Segala macam topik/judul dapat diajukan
 Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
 Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
 Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
 Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir
adalah campuran
 Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat
mengurangi jumlah kehadiran

3. Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus ) / FGD


Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih
sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi
yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk
menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail
serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan.
Keberhasilan
pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :

 Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta


 Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
 Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
 Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun
saran-saran yang diajukan
 Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai
pada kesimpulan yang tepat.
4. Demonstrasi cara atau percontohan

Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu


kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode
ini lebih menekankan pada bagaimana, cara melakukannya suatu
perilaku kesehatan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang
bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah
berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini
mengajarkan suatu ketrampilan yang baru.
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang
diperlukan, seperti Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa
peralatan dan bahan yang

 Diperlukan Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta


dapat melihatnya dan ikut dalam diskusi
 Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya-tanya
 Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan
perilaku yang baru.
 Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan
dengan demonstrasi itu
Anjuran :
 Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
 Demonstrasi dilakukan tepat masanya
 Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
 Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
 Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
 Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat

Kelebihan / keuntungan metode ini :

 Cara mengajar ketrampilan yang efektif


 Merangsang kegiatan
 Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

Kekurangan / keterbatasannya :

 Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan


 Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang
buruk

X. MACAM MACAM METODE PENDIDIKAN KESEHATAN


Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar
atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung
pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap
kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan
hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu
masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari
siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut,
dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk
memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota
masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan
dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya
persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk
arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh
menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga
merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman
Susilo” di Televisi.
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah
juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

XI. SASARAN YANG DICAPAI DALAM PROMOSI KESEHATAN


Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga)
jenis sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan
tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Sasaran Sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik


pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-
lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut
serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) dengan
cara: Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang –undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS
dan kesehatan masyarakat.

XII. CARA PENYAMPAIAN PROMOSI KESEHATAN


Menyampaikan Pesan dalam Promosi Kesehatan menggunakan Alat bantu lihat
(visual aids). Alat bantu ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu :

1. Alat yang diproyeksikan (misalnya, slide, OHP, dan film strip)


2. Alat-alat yang tidak diproyeksikan (misalnya, 2 dimensi, gambar peta, dan bagan)
termasuk alat bantu cetak atau tulis, misalnya leafet, poster, lembar balik, dan
buklet. Termasuk tiga dimensi seperti bola dunia dan boneka).
Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/bahan pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, tape, dan CD. Alat
bantu dengar dan lihat, seperti TV, film dan video.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi


Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku,Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta. 2004

Vous aimerez peut-être aussi