Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK III
1. Nanik Sukristyaningsih NIM : G2A218096
2. Kristiyaningsih NIM : G2A218101
3. Khanifah Hidayanti NIM : G2A218103
4. Imam Budi Yuwono NIM : G2A218104
5. Farida Adi Rahayu NIM : G2A218107
6. Enwar Usti Sumadi NIM : G2A218108
7. Atik Fadhlun NIM : G2A218113
8. Ari Hendriyatno NIM : G2A218116
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang
berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa
Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga
pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan
informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat
diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses
penyajian informasi (AECT, 1977:162).
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah
audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia
pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf
“e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran berupa alat
elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web
sebagai bahan ajar online.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media
Pembelajaran.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah
satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai,
meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih
media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk
karakteristik siswa.
Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk
dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya
apabila media tersebut belum tersedia.Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang media pengajaran, yang meliputi : (Hamalik, 1994 : 6)
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Secara umum, manfaat
media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus
ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain
landasasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris.
A. Landasan filosofis
Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil
teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa
dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang sesuai dengan
karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanusiaanya diberi
kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan
kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana
pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap
siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan
memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain,maka baik menggunaka
media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap
menggunakan pendekatan humanis.
B. Landasan psikologis
Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa
serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya. Bahan pembelajaran yang akan
diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal
yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan continuum konkret-abstrak
dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari
belajar dengan gambaran atau film ( iconic representation of experiment) kemudian ke
belajar dengan simbol , yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Hal
ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, bahwa
sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman
konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang
paling abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa
yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai
pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian
yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang
disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam
bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment).
C. Landasan Teknologis
D. Landasan Empiris
Prinsip-prinsip media pembelajaran itu menurut Dr. Nana Sudjana (1991: 104) adalah:
1 Menentukan jenis media dengan tepat; artinya memilih terlebih dahulu media
manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
3 Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media
dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu
dan sarana yang ada.
4 Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang
tepat.
a. Motivasi
b. Perbedaan Individual
Siswa merupakan sebuah kelompok belajar yang heterogen. Ini berarti bahwa
siswa satu dengan siswa lain memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-
beda. Faktor intelegensi, tingkat pendidikan, kepribadian, gaya belajar, serta faktor lain
mempengaruhi bagaimana masing-masing siswa menerima pelajaran atau materi.
Media pembelajaran harus mampu menyelaraskan kemampuan masing-masing siswa
agar mampu menerima inti materi pembelajaran.
c. Tujuan Pembelajaran
d. Organisasi Isi
Pembelajaran akan dapat dilakukan dengan benar jika isi dan segala sesuatu yang
mendukung pembelajaran diatur atau diorganisasikan menurut urutan yang baik.
Mendahulukan mana yang perlu diprioritaskan serta memisahkan berdasarkan tingkat
kesulitannya.
f. Emosi
Media pembelajaran merupakan alat atau cara yang tepat untuk menghasilkan
respon emosional seperti faktor takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan.
Perhatian perlu ditujukan pada elemen rancangan media agar hasil maupun
mempengaruhi bukan hanya pengetahuan, namun juga sikap peserta didik.
g. Partisipasi
h. Umpan Balik
i. Penguatan
Informasi atau materi akan dapat diterima secara keseluruhan oleh peserta didik
jika dilakukan pengujian dan pengulangan. Latihan dan pengulangan sangat berguna
agar siswa mampu lebih menguasai materi dan materi tersebut dapat dipahami siswa
bukan hanya pada saat dipelajari saja, namun juga untuk jangka panjang.
k. Penerapan
Klasifikasi sumber belajar tidak jauh berbeda dengan bentuknya. Klasifikasi sumber
belajar menurut Degeng dalam Azhar Arshad (2006) adalah sebagai berikut:
2. Media Visual
Menurut Dr. Richardus Eko Indrajit (2004) secara garis besar, ada tiga periode
atau era perkembangan system informasi, yang dimulai dari pertama kali ditemukannya
computer hingga saat ini. Ketiga era tersebut yaitu era komputerisasi, era teknologi
informasi, dan era globalisasi informasi
Media selanjutnya yang sangat merakyat adalah media internet. Sebagian besar
masyarakat mengetahui apa itu internet. Dalam pendidikan, internet sudah menjadi
media yang sangat diperlukan untuk pembelajaran. Karena internet merupakan suatu
jendela dunia dan sudah dianggap perpustakan dunia yang melalui media online.
Perkembangan teknologi dengan media internet dalam pembelajaran memiliki manfaat
yang utuh dan menyeluruh, seperti Menjadi jawaban bagi kelemahan-kelemahan
proses belajar-mengajar konvensional,meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar,meningkatkan kadar interaksi pembelajaran,memungkinkan terjadinya
interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja, menjangkau peserta didik dalam
cakupan yang luas,mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran, sebagai tempat pencarian materi untuk pembelajaran karena ada
beberapa aplikasi internet yang memberi kemudahan dalam proses pembelajaran
1. Metode Ceramah
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
3. Metode Demonstrasi
5. Metode Resitasi
6. Metode Eksperimental
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan
meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek
kajian.
Keterbatasannya adalah :
a. Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
b. Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali
c. Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan
prasangka pada keluarga lainnya
2. Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana
di
sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh
masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :
Kekurangan / keterbatasannya :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan
tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).