Vous êtes sur la page 1sur 33

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam
Dosen Pembimbing:
DR. Abdul Wadud, Lc, MEI

Kelompok:

M. Abrori Faqih Alfam M. (E20172170)

Salma Azzahrah (E20172168)

Indriany Bulqis Syarahil (E20172153)

Kelas: Ekonomi Syariah 4

PRODI EKONOMI SYARIAH

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kebijakan
Moneter

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi susunan kaliat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kebijakan Moneter ini dapat
memberikan manfaat maupun pembelajaran kepada pembaca.

Jember, 24 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................iv

A. Latar Belakang .....................................................................................iv


B. Rumusan Masalah .................................................................................v
C. Tujuan ...................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................1

A. Pengertian Kebijakan Moneter..............................................................1


B. Macam-macam Kebijakan Moneter.......................................................2
C. Instrumen Kebijakan Moneter Dan Indikator kebijakan Moneter.........4
D. Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi Dan Pengaruhnya. .7
E. Tujuan Kebijakan Moneter..................................................................10
F. Kebijakan Moneter Menurut Prinsip Islam..........................................11
G. Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia..............................................15
H. Kebijakan Moneter Menurut Ekonomi Islam.......................................18

BAB III PENUTUP .......................................................................................17

A. Kesimpulan .........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Kuznets dan Sirojuzilam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
“Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai
dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukan”.
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi stabil
tidaklah pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan, ini ibaratnya mata uang 2
sisi, kadang dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi tidak stabil. Untuk
mencapai inilah diperlukan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter bertujuan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang
lebih baik dan atau diinginkan. Kondisi-kondisi tersebut diukur dengan
menggunakan indicator-indikator makro utama seperti terpeliharanya
pertumbuhan ekonomi yang baik, stabilitas harga umum yang terkendali, dan
menurunnya tingkat pengangguran.
Sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang
kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan, maka pemerintah
perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan
system perkreditan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur
potensi ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan.
Kebijakan moneter tujuannya adalah untuk mencapai stabilisasi ekonomi.
Berhasil tidaknya tujuan dari kebijakan moneter tersebut dipengaruhi oleh dua
4
faktor, pertama: kuat tidaknya hubungan kebijakan moneter dengan kegiatan
ekonomi tersebut, kedua: jangka waktu perubahan kebijakan moneter terhadap
kegiatan ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian kebijakan moneter ?
2. Bagaimana macam-macam kebijakan moneter ?
3. Apa sajakah instrumen kebijakan moneter dan indikator kebijakan moneter ?
4. Bagaimana kebijakan moneter dan siklus kegiatan ekonomi dan pengaruhnya?
5. Bagaimana tujuan kebijakan moneter ?
6. Bagaimana kebijakan moneter menurut prinsip islam ?
7. Apa contoh kebijakan moneter di Indonesia ?

C. TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang pengertian kebijakan moneter.
2. Ingin mengetahui tentang macam-macam kebijakan moneter.
3. Ingin mengetahui tentang instrumen kebijakan moneter dan indikator
kebijakan moneter.
4. Ingin mengetahui kebijakan moneter dan siklus kegiatan ekonomi dan
pengaruhnya.
5. Ingin mengetahui tujuan kebijakan moneter.
6. Ingin mengetahui kebijakan moneter menurut prinsip islam.
7. Ingin mengetahui contoh kebijakan moneter di Indonesia.

5
6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas


moneter dengan menggunakan perubahan jumlah uang beredar (money supply) dan
tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaa agregat
(aggregate demand) dan mengurangi ketidakstabilan didalam perekonomian. Dengan
kebijakan moneter, pemerintah juga dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah
uang beredar, kredit dan sistem perbankan. Dalam impelementasinya, kebijakan
moneter bisa bersifat ekspansioner yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui
peningkatan jumlah uang yang beredar (Ms) dan atau penurunan tingkat suku bunga
(i) dengan tujuan meningkatkan permintaan agregat di dalam perekonomian, ataupun
kontraksioner yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui pengurangan jumlah
uang yang beredar dan atau peningkatan bunga dengan tujuan untuk mengurangi
permintaan agregat didalam perekonomian.1 Dan untuk memudahkan, karena di
kebanyakan negara otoritas moneter adalah bank sentral

Pengertian lain kebijakan moneter adalah kebijakan dari otoritas moneter


(bank sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter (seperti uang beredar, uang
primer, atau kredit perbankan) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh
stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia.
Kebijakan moneter juga Dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset
standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain. Kebijakan Moneter ini umumnya terbagi menjadi dua yaitu
kebijakan moneter kualitatif dan kebijakan moneter kuantitatif2.

Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara


persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali dan dengan
1 Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005), 180.
2 Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro (Edisi 2), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 231.

7
mempengaruhi proses penciptaan uang, pemerintah bisa mempengaruhi jumlah
uang yang beredar . Dengan adanya upaya mempengaruhi jumlah uang yang
beredar maka pemerintah juga dapa bisa mempengaruhi tingkat bunga yang
berlaku di pasar uang. Sedangkan dapat kita simpulkan bahwasannya besarnya
uang ini dipengaruhi oleh empat faktor :

1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit).

2. Keadaan APBN (surplus atau defisit).

3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia.

4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.3

B. Macam-macam Kebijakan Moneter

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Kuantitatif

Kebijakan moneter kuantitatif adalah langkah-langkah bank sentral yang


tujuan utamanya adalah mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga
dalam perekonomian. Sedangkan kebijakan moneter kuantitatif dapat di bedakan
menjadi tiga jenis tindakan, yaitu :

a. Melakukan jual beli surat-surat berharga didalam pasar uang dan


pasaran modal. Langkah Ini dinamakan operasi terbuka. Untuk supaya operasi
terbuka ini berjalan dengan sukses dan memberikan efek yang di harapkan, dua
keadaan haruslah wujud dalam perekonomian. Keadaan-keadaan tersebut adalah4

3 Boediono, Ekonomi Makro, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2014), 96.


4 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 310.
8
1. Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan, apabila
kelebihan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank perdagangan yang
cukup besar, mereka dapat membeli surat-surat berharga yang dijual
bank sentral dengan menggunakan kelebihan cadangan tersebut.

2. Dalam ekonomi telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang


dapat diperjualbelikan operasi terbuka hanya akan mencapai tujuannya
apabila terdapat surat-surat yang dapat diperjual belikan untuk
melaksanakan kebijakan itu.

b. Membuat perubahan ke atas suku diskonto dan suku bunga yang harus
dibayar oleh bank-bank perdagangan. Yang dimaksud disini adalah apabila bank-
bank perdagangan menjual surat-surat berharga kepada bank sentral, maka
langkah iu dinamakan mendiskontokan surat-surat berharga. Didalam memberi
pinjaman, bank sentral akan menetapkan suku bunga yang harus di bayar oleh
bank-bank perdagangan atas pinjaman yang di terimanya. Juga bank sentral akan
menetapkan suku diskonto dari Sertifikat Bank Indonesia atau surat-surat
berharga lainnya yang mudah tunai yang dijual kepadea bank sentral. Tingkat
yang ditentukan oleh bank sentral tersebut dinamakan suku diskonto atau suku
bank (Bank Rate).

c. Membuat perubahan ke atas cadangan minimum yang harus di simpan


oleh bank-bank perdagangan. Maksudnya ialah kelebihan cadangan yang terdapat
di bank-bank perdagangan akan dapat di hapuskan dengan menaikkan tingkat
cadangan minimum tersebut. Sebagai contoh adalah misalkan cadangan minimum
yang di wajibkan adalah 20% , tetapi bank-bank perdagangan pada umumnya
mempunyai cadangan sebanyak 25%. Dalam keadaan seperti ini operasi pasaran
terbuka dan kebijakan mengubah tingkat bunga tidak akan memberi efek ke atas
jumlah penawaran uang. 5

5 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 311.

9
2. Kebijakan Moneter Kualitatif

Kebijakan moneter kualitatif adalah langkah-langkah bank sentral yang


bertujuan mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh
bank-bank perdagangan. Dengan perkataan lain, tujuan kebijakan ini bukanlah
untuk mengawasi perkembangan penawaran uang, tetapi untuk mempengaruhi
jenis-jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan. Ini memungkinkan bank
sentral menggallakkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang di harapkan.

Sedangkan kebijakan moneter kualitatif dapat di bedakan menjadi dua


jenis tindakan, yaitu :

a. Pengawalan pinjaman secara terpilih. Kebijakan ini dilakukan dengan


menentukan jenis-jenis pinjaman mana yang harus dikurangi atau digalakkan.
Beberapa contoh lain langkah-langkah bank sentral untuk mengendalikan
pinjaman bank-bank perdagangan adalah

1. Mengarahkan supaya bank-bank perdagangan memberikan pinjaman kepada


pembeli-pembeli rumah biaya murah dengan tingkat bunga yang rendah

2. Menggalakkan pemberian kepada pedagang-pedagang kecil.

3. Memberikan syarat yang lebih ringan untuk pinjaman kepada pedagang kecil
dan industri rumah tangga

b. Pembujukan moral. Dalam melaksanakan kebijakan ini bank sentral


mengadakan pertemuan langsung dengan bank-bank perdagangan untuk meminta
mereka melakukan langkah-langkah tertentu.6 Untuk lebih jelasnya akan di bahas
bab selanjutnya.

C. Instrumen Kebijakan Moneter Dan Indikator kebijakan Moneter

6 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 313.
10
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen
kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar


dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang,
maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan


memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga
bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib dan Minimum

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.

4. Pembujukan Moral (Moral Persuasion)

11
Pembujukan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi ataupun
melakukan pertemuan langung. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi
jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank
sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

5. Kredit Selektif Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara memperketat pemberian kredit

6. Rasio Likuiditas

Kadang untuk keperluan tertentu, bank sentral juga dapat mewajibkan


bank-bank, selain memelihara cadangan tertentu, memelihara surat berharga
tertentu atau valuta asing tertentu dengan proporsi yang ditetapkan. Biasanya
langkah ini dilakukan nuntuk membiayai anggran pemerintah melalui surat
berharga. Dengan rasio likuiditas tersebut secara otomatis bank-bank wajib
menyimpan surat-surat berharga sebagai cadangan.

7. Fasilitas Simpanan Bank Sentral

Simpanan bank sentral merupakan simpanan bank-bank pada bank sentral


untuk jangka waktu yamg sangat pendek. Simpanan ini bersifat sangat pendek,
misalnya satu hari, untuk menampung kelebihan likuiditas pada hari itu . Atas
simpanan itu, bank menerima bunga yang biasanya dibawah tingkat bunga pasar.
Bank Indonesia telah menggunkan fasilitas ini sejak krisis tahun 1997/1998, yang
dinamakan FASBI.7

8. Intervensi Valuta Asing (Foreign Exchange Intervention)

7 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya Di Indonesia, (Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2008), 55.
12
Intervensi valuta asing adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melaui jual beli valuta asing
atau cadangan devisa.

Selanjutnya adalah indikator kebijakan moneter, dalam proses pencapaian


sasaran kebiijakan moneter, sering dihadapkan dengan gejolak perkembangan
perekonomian yang menghambat sasaran yang ditetapkan. Sehubungan dengan
itu, diperlukan indikator (sasaran antara) yang dapat member petunjuk apakah
perkembangan moneter tetap terarah pada usaha pencapaian sasaran akhir yang
telah ditetapkan atau tidak.

Indikator tersebut umumnya dua hal, yakni suku bunga dan uang beredar.
Dengan demikian, kedua variable moneter tersebut mempunyai dua fungsi, yaitu
sebagai sasaran menengah dan indikator. Dalam perumusan kebijakan moneter,
kedua variable tersebut digunakan sebagai sasaran antara karena merupakan
variable yang akan dicapai terlebih dahulu agar sasaran kebijakan moneter dapat
dicapai, sedangkan dalam pelaksanaannya kedua variabel tersebut bertindak
sebagai indikator karena member petunjuk tentang arah perkembangan moneter

a. Tingkat suku bunga

Kebijakan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai sasaran antara


akan menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong kegiatan
investasi. Apabila suku bunga menunjukkan kenaikkan melampaui angka yang
diterapkan, bank sentral akan segera melakukan ekspansi moneter agar suku
bunga turun sampai pada tingkat yang ditetapkan tersebut.

b.Uang Beredar (monetary aggregate)

13
Kebijakan moneter yang menggunakan monetary aggregate atau uang
yang beredar sebagai sasaran menengah mempunyai dampak positif berupa
tingkat harga yang stabil. Apabila terjadi gejolak dalam jumlah besaran moneter,
yaitu melebihi atau kurang dan jumlah yang diterapkan, bank sentral akan
melakukan kontraksi atau ekspansi moneter sedemikian rupa sehingga besaran
moneter akan tetap pada suatu jumlah yang ditetapkan.8

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara


kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai
rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang
tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank
Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut
sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.

D. Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi Dan Pengaruhnya

Perkembangan ekonomi suatu negara tentu mengalami pasang surut


(siklus) yang pada periode tertentu perekonomian tumbuh pesat dan pada periode
lain tumbuh melambat. Untuk mengelola dan mempengaruhi perkembangan
perekonomian agar dapat berlangsung dengan baik dan stabil, pemerintah atau
otoritas moneter biasanya melakukan langkah-langkah yang dikenal dengan
kebijakan ekonomi makro. Inti dari kebijakan tersebut pada dasarnya adalah
pengelolaan sisi permintaan dan sisi penawaran suatu perekonomian agar
mengarah pada kondisi keseimbangan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

8 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 34.
14
berkesinambungan. Kebijakan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi
makro pada umumnya diterapkan sejalan dengan business cycle ‘siklus kegiatan
ekonomi’. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi dimana
perekonomian sedang mengalami boom perkembangan yang sangat pesat tentu
berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi dimana
perekonomian sedang mengalami depression atau slump ‘perkembangan yang
melambat’.

Dalam kajian literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu


kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan
moneter ekspansif atau dalam referensi lain bermaknakan kebijakan moneter
kualitatif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan
ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan jumlah uang beredar.
Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif atau dalam referensi lain bermaknakan
kebijakan moneter kuantitatif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan
jumlah uang beredar.9

Dalam pelaksanaannya, efektivitas kebijakan moneter tersebut tergantung


pada hubungan antara uang beredar dengan variabel ekonomi utama seperti
output dan inflasi. Dari sejumlah literatur, temuan utama yang menarik mengenai
hubungan antara uang beredar, inflasi, dan output adalah bahwa dalam jangka
panjang, hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan inflasi adalah sempurna,
sementara hubungan antara pertumbuhan uang atau inflasi dengan pertumbuhan
output riil mungkin mendekati nol. Temuan ini menunjukkan adanya suatu
konsensus bahwa dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya akan
berdampak pada inflasi, dan tidak banyak pengaruhnya terhadap kegiatan
ekonomi riil.

9 Perry Warjiyo dan Solikin, Kebijakan Moneter di Indonesia, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan, 2003), 3.
15
Salah satu contoh yang dapat dijelaskan di sini adalah situasi pada kurun
waktu atau fase kegiatan perekonomian sedang mengalami resesi (misalkan dari A
ke B
Pemerintah dapat memperpendek periode resesi dengan melakukan
kebijakan moneter yang ekspansif sehingga perekonomian dapat lebih cepat
mengalami recovery ‘pemulihan kembali’. Sebaliknya, dalam kondisi
perekonomian mengalami perkembangan yang sangat pesat pemerintah dapat
menghindari over heating ‘pemanasan kegiatanperekonomian’ dengan melakukan
kebijakan moneter yang kontraktif. Pola penerapan kebijakan moneter yang
secara aktif bersifat “memperlunak” perkembangan kegiatan ekonomi yang
cenderung menuju titik balik ekstrim tersebut dikenal dengan counter-cyclical
monetary policy. Secara sepintas, pola kebijakan moneter yang counter-cyclical
cukup tepat untuk diterapkan agar perekonomian dapat terhindar dari gejolak
struktural (shocks) atau fluktuasi siklus kegiatan ekonomi. Namun, permasalahan
mendasar yang muncul adalah berkaitan dengan sulitnya memprediksi siklus
kegiatan ekonomi, terutama menyangkut sampai sejauh mana perkembangan
suatu perekonomian mencapai posisi tertentu pada siklus yang terjadi. Kesalahan
dalam memprediksi siklus ekonomi yang terjadi dapat menimbulkan kesalahan
dalam menentukan respons kebijakan moneter. Adapun pengaruh kebijakan
moneter dan uraian tabel berikut menggambarkan dampak kebijakan moneter
pada berbagai bagian dari suatu sistem perekonomian10

TINGKAT DISKON EFEK ALASAN


Naik Uang sedkit Bank meminjam uang lebih
sedikit karena bunga yang
lebih tinggi

Lebih rendah Uang banyak Bank memiliki lebih banyak


uang dalam cadangan

10 Paulus Kurniawan, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2015), 157-
169.
16
Kebutuhan cadangan Efek Alasan

Naik Uang sedikit Bank wajib lebih banyak


mengurangi pinjaman untuk
peminjam
Lebih rendah Uang banyak Bank tetap kurang di
brankas dan meminjamkan
lebih kepada peminjam

Operasi pasar terbuka Efek Alasan

membeli Uang banyak Fed memberikan uang


kebank dalam pertukaran
untuk obligasi

Menjual Uang sedikit Fed mengambil uang dari


bank dalam pertukaran
untuk obligasi

E. Tujuan Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan ekonomi


moneter adalah untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :

a. Kesempatan kerja.

Dengan adanya kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka makin


besar dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi maka
dapat juga membantu masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar
gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.
Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini
berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan
karyawan.

17
b. Kestabilan harga

Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah, tiap
tahunnya harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk
mencegah harga yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga
sehingga harga tidak mengalami kenaikkan setiap tahunnya. Apabila kestablian
harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat
percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang
akan masa depan.

c. Neraca pembayaran internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi


ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka
pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

d.Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam


perekonomian.

e. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan


stabilitas tingkat harga.

f. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan


ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.

g. membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi


melalui sumber penerimaan yang normal.11

F. Kebijakan Moneter Menurut Prinsip Islam

11 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 34.
18
Kebijakan moneter atau politik moneter merupakan politik negara dalam
menentukan peraturan-peraturan dan tindakan-tindakan dalam lapangan keuangan
negara. Secara lebih khusus kebijakan moneter mempunyai pengertian sebagai
tindakan makro pemerintah melalui bank sentral dengan cara mempengarui
penciptaan uang. Dengan mempengaruhi proses penciptaan uang, pemerintah bisa
mempengaruhi jumlah uang beredar, yang selanjutnya pemerintah bisa
mempengaruhi pengeluaran investasi, kemudian mempengaruhi permintaan
agregeat dan akhirnya tingkat harga seehingga tercipta kondisi ekonomi
sebagaimana yang dikehendaki.

Kebijakan moneter dalam Islam berbijak pada prinsip-prinsip dasar


ekonomi Islam sebagai berikut

a. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allahlah pemilik yang absolut.

b. Manusia merupakan Pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan pemilik yang


sebenarnya.

c. Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin Allah,
dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaan yang dimiliki saudarasaudaranya yang lebih beruntung.

d. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.

e. Kekayaan harus diputar.

f. Menghilangkan jurang perbedaaan antara individu dalam perekonomian, dapat


menghapus konflik antar golongan.

g. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu,
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin. Dalam aspek teknis, kebijakan
moneter Islam harus bebas dari unsur riba dan bunga bak. Dalam Islam riba, yang
termasuk didalamnya bunga bank diharamkan secara tegas. Dengan adannya

19
pengharaman ini maka bunga bank yang dalam ekonomi kapitalis menjadi
instrument utama manajemen moneter menjadi tidak berlaku lagi. Menejement
moneter dalam Islam didasarkan pada prinsip bagi hasil.12

Adapun tujuan dari kebijakan moneter berdasarkan prinsip islami adalah


Kebijakan moneter dalam ekonomi Islam memiliki beberapa tujuan sebagaimana
dirumuskan oleh Iqbal dan Khan dalam Muhammad diantaranya:

1. Kesejahteraan ekonomi dengan kesempatan kerja penuh (Economic well-being


with full employment).

Tujuan ini erat kaitannya dengan maqosid shar’iyah. Kesejahteraan


ekonomi mengambil bentuk terpenuhinya semua kebutuhan pokok manusia,
hapusnya semua sumber utama kesulitan dan peningkatan kwalitas hidup secara
moral dan material. Juga terciptanya suatu lingkungan ekonomi dimana kholifah
Allah mampu memanfaatkan waktu, kemampuan fisik dan mentalnya bagi
pengayaan diri, keluarga dan masyarakatnya. Kesejahteraan bukanlah
memaksimalkan kekayaan dan konsumsi untuk diri sendiri tanpa menghiraukan
orang lain, atau untuk kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok yang lain.
Manusia hidup didunia adalah sebagai kholifah Allah bersama manusia lain yang
juga kholifah Allah juga. Sumber daya yang tersedia adalah untuk semua
manusia. Karena itu pemanfaatan sumber daya oleh individu adalah syah, tetapi
dibatasi sedemikian rupa tidak membahayakan bagi kebahagiaan dan kebaikan
sosial. Bahkan mendatangkan kebaikan bagi lingkungan

sosialnya.

2. Keadilan Sosio Ekonomi dan Distribusi Pendapatan dan Kekayaan (Sosio-


economic justice and equitable distribution of income and wealth).

12 Amien Wahyudi,” Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam”, Justitia Islamica Vol. 10/No.
1, Juni 2013, 60.
20
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Konsep ini
mengandung dua unsur pengertian yakni

a. suatu bentuk keseimbangan dan perbandingan antara orang yang memiliki hak.

b. Hak seseorang hendaklah diberikan dan diserahkan dengan seksama. Nilai-nilai


keadilan berpijak pada prinsip persamaan dan persaudaraan.

Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk memperoleh kekayaan


dalam meningkatkan kesejahteraaan hidupnya tanpa membedakan ras dan
golongan dan perbedaan-perbedaan lainnya. Persaudaraan mempunyai pengertian
bahwa setiap individu adalah saudara. Mereka adalah makhluk Allah dan harus
saling menyayangi. Namun, keadilan bukan penyamarataan dalam distribusi
kekayaan. Hal ini karena setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan yang
memungkinkan terjadinya perolehan kekayaan. Juga bukan penguasaan kekayaan
yang maksimal dan mempertahankan kekayaan untuk diri sendiri sebagai refleksi
hak atas jerih payahnya.

3. Stabilitas Nilai Uang (Stability in the value of money).

Stabilitas nilai uang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan


perekonomian baik secara ediologi maupun praktek, karena uang menentukan
nilai dan harga suatu barang dan jasa. Ketidak menentuan uang mengakibatkan
kerusakan perekonomian, karena orde ekonomi didasarkan pada prinsip
penawaran sebelum permintaan, sehingga peramalan suatu harga dengan tapat
menjadi sulit dilakukan. Ketidak menentuan nilai uang yang lebih berbentuk
inflasi dari pada deflasi, menunjukkan bahwa uang tidak dapat berfungsi sebagai
suatu satuan hitung yang adil dan benar, dan menyebabkan pelaku ekonomi
berlaku tidak adil pula terhadap pelaku lain dengan tidak disadarinya, dengan
memerosotkan aset-aset moneter tanpa sepengetahuannya.

21
Stabilitas nilai uang adalah prioritas utama dalam kegiatan manajemen
moneter Islam. Stabilitas nilai uang yang tercermin dalam stabilitas tingkat harga
sangat berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi
suatu negara seperti, pemenuhan kebutuhan pokok, pemerataan distribusi
pendapatan dan kekayaan, tingkat pertumbuhan ekonomi riil yang optimum
perluasan kesempatan kerja dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa keadilan sosial-ekonomi dan pemerataan distribusi
pendapatan dan kesejahteraan merupakan tujuan yang penting dalam kerangka
Islam. Sementara tujuan pertama dan ketiga sebenarnya sama dengan tujuan yang
dirumuskan oleh ekonom konvensional. Hanya saja, dalam ekonomi konvensional
tidak menekankan adanya keadilan sosial-ekonomi dan pemerataan distribusi
pendapatan dan kesejahteraan. Sebuah pertanyaan menarik untuk dikaji, dapatkah
manajemen moneter

syari’ah dapat diterapkan di Indonesia? Menurut saya, manajemen moneter


syari’ah dimungkinkan untuk diterapkan di Indonesia, karena berdasarkan UU
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah bahwa perbankan syari’ah dapat
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah dan berdasarkan UU
No. 3 Tahun 2004 Jo. 23 Tahun 1999 Bank Indonesia dapat melaksanakan
kebijakan moneter berdasarkan prinsip syari’ah. Seiring dengan itu, BI sebagai
bank sentral telah mengeluarkan informasi tentang Peraturan Bank Indonesia bagi
Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil, yaitu tentang Giro Wajib Minimum
(GWM), kliring, Pasar Uang antar bank berdasarkan prinsip syari’ah, Sertifikat
Investasi Mudharabah antar Bank Syari’ah (Sertifikat IMA) dan Sertifikat
Wadi’ah Bank indonesia atau SWBI Inilah yang sekarang menjadi instrumen
moneter bank sentral di Indonesia.13

13 Anita Rahmawaty, “Uang Dan Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Volume 1,
No.2, Desember 2013, 197-198.
22
G. Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa contoh kebijakan moneter yang pernah di


terapkan di Indonesia.

1. Periode 1945 – 1952

Pada awal kemerdekaan, untuk pertama kalinya pemerintah Indonesia


mengambil keputusan untuk mendirikan bank sirkulasi berbentuk bank milik
negara, dan dalam pelaksanaannya berupa pendirian Bank Negara Indonesia
(BNI) dan Bank rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 1946. Kedua bank milik
negara tersebut dan beberapa bank swasta yang ditunjuk pemerintah
melaksanakan penukaran mata uang Hindia Belanda dan Jepang dengan mata
uang Republik Indonesia (ORI) yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia.
Tujuan pengeluaran atau pengedaran ORI tersebut adalah untuk menggantikan
peranan mata uang Hindia Belanda dan Jepang dalam perekonomian Indonesia.
Dalam perjalanannya, penggunaan ORI hanya mencapai usia 3 tahun 5 bulan,
sebelum akhirnya ditarik dari peredaran dan diganti dengan uang De Javasche
Bank. De Javasche Bank akhirnya diputuskan sebagai bank sentral pada
penyerahan kedaulatan Indonesia pada pemerintah Republik Indonesia Serikat.
Beberapa waktu setelah pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dilakukan nasionalisasi terhadap De Javasche Bank melalui Undang-
Undang Nasionalisasi De Javasche Bank pada tanggal 6 Desember 1951.

2. Periode pertumbuhan ekonomi dengan hasil minyak (1973 – 1982)

23
Peningkatan kegiatan perekonomian nasional kemudian mengalami
dorongan lebih lanjut dengan hasil minyak yang meningkat khususnya pada awal
dekade 1970-an. Ditemukannya ladang-ladang minyak di Indonesia telah
memberikan sisi positif dan negatif. Di satu sisi, hasil minyak telah memberikan
limpahan rezeki bagi penerimaan negara sehingga dapat dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan di sisi fiskal.
Dengan peran aktif dan cenderung dominan oleh pemerintah, kebijakan fiskal
telah memungkinkan untuk mendorong kegiatan ekonomi riil. Namun, di sisi lain
peningkatan penerimaan devisa hasil minyak dan pengeluaran pemerintah telah
menyebabkan ekspansi jumlah uang beredar dari sisi fiskal. Kondisi ini
mengharuskan kebijakan moneter untuk melakukan penyerapan ekspansi moneter
dari sisi fiskal tersebut agar tidak menimbulkan kelebihan likuiditas dalam
perekonomian yang dapat meningkatkan laju inflasi. Dengan latar belakang
tersebut, pada tahun 1974 Pemerintah mulai menempuh kebijakan kredit selektif
dari sisi moneter.

Tujuannya adalah agar jumlah uang beredar tetap terkendali sehingga laju
inflasi dapat tetap terjaga. Hal ini terutama dilakukan dengan pengaturan terhadap
besarnya ekspansi kredit yang diperbolehkan oleh perbankan, atau yang sering
dikenal dengan pagu ekspansi aktiva neto. Jadi, setiap tahun Bank Indonesia
menyusun rencana ekspansi kredit secara nasional dengan menghitung berapa
jumlah uang beredar yang sesuai dengan perkiraan laju inflasi dan pertumbuhan
output. Kemudian bank-bank diminta untuk menyampaikan rencana kredit kepada
Bank Indonesia untuk kemudian ditetapkan pagu kredit setahun ke depan untuk
masing-masing bank. Pagu individual bank tersebut pada akhirnya akan menjadi
dasar untuk penyaluran kredit likuiditas yang disediakan Bank Indonesia sesuai
dengan sektor atau program yang sudah ditetapkan.

Telah di jelaskan di atas dua perbandingan kebijakan moneter pada tahun


1945 dan pada tahun 1973, jika pada tahun 1945 Indonesia masih mendirikan

24
bank dan mengeluarkan jenis mata uang maka dengan seiring nya waktu
kebijakan moneter dalam pengembangan ekonomi di Indonesia semakin pesat
seperti pada tahun 1973 yang dimana indonesia mendapatkan dan
menyeimbangkan ekonomi dengan adanya penghasilan dari sektor minyak bumi.14

H. Kebijakan Moneter Menurut Ekonomi Islam

Seperti yang telah dijelaskan di atas pengertian kebijakan moneter adalah


kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui
pengaturan jumlah uang beredar. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang hingga
kini masih terus berlangsung, disamping harus menata sektor riil, yang tidak kalah
penting adalah meluruskan kembali sejumlah kekeliruan pandangan di seputar
masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi yang melanda Indonesia, juga
belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab utama, yang semuanya
terkait dengan masalah uang.

Berkenaan dengan mata uang, Islam memiliki pandangan yang khas.


Abdul Qodim Zallum mengatakan bahwa sistem moneter atau keuangan adalah
sekumpulan kaidah pengadaan dan pengaturan keuangan dalam suatu negara.
Yang paling penting dalam setiap sistem keuangan adalah penentuan satuan dasar
keuangan (al-wahdatu al-naqdiyatu alasasiyah) dimana kepada satuan itu
dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain. Apabila satuan dasar
keuangan itu adalah emas, maka sistem keuangan/moneternya dinamakan sistem
uang emas. Apabila satuan dasarnya perak, dinamakan sistem uang perak. Bila
satuan dasarnya terdiri dari dua satuan mata uang (emas dan perak), dinamakan
sistem dua logam.

Sistem uang dua logam inilah yang diadopsi oleh Rasulullah SAW. Ketika
itu kendati menggunakan sistem uang dua logam, Rasulullah SAW memang tidak
mencetak dinar dan dirham emas sendiri, tapi menggunakan dinar Romawi dan
14 Perry Warjiyo dan Solikin, Kebijakan Moneter di Indonesia, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan, 2003), 35.
25
dirham Persia (ini juga menunjukkan bahwa sistem uang dua logam tidak
eksklusif hanya dilakukan oleh ummat Islam). Demikian seterusnya, sistem dua
logam itu diterapkan oleh para khalifah hingga masa Khalifah Abdul Malik bin
Marwan (79H). Baru di masa itulah dicetak dinar dan dirham khusus dengan
corak Islam yang khas. Dengan cara itu, nilai nominal dan nilai intrinsik dari mata
uang dinar dan dirham akan menyatu. Artinya, nilai nominal mata uang yang
berlaku akan dijaga oleh nilai instrinsiknya (nilai uang itu sebagai barang, yaitu
emas atau perak itu sendiri), bukan oleh daya tukar terhadap mata uang lain. Yang
membedakan dengan moneter konvensional dengan islam terletak pada
instrumennya.

Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak
dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam
memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi
moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa instrumen bebas
bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk meningkatkan atau
menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat untuk
mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam


ekonomi Islam, antara lain:

1. Reserve Ratio

Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang


harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin
mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 persen

26
menjadi 20 %, yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi
lebih sedikit, begitu sebaliknya.

2. Moral Suassion

Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk


meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi
berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan maka uang dapat
dipompa ke dalam ekonomi.

3. Lending Ratio

Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan), lending


ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).

4. Refinance Ratio

Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance


ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance
ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk
memberikan pinjaman.

5. Profit Sharing Ratio

Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum


memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio
sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan
jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.

6. Islamic Sukuk

Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah


akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank

27
sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas
untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.

7. Government Investment Certificate

Penjualan atau pembelian sertifikat bank sentral dalam kerangka


komersial, disebut sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri
Keuangan dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam
jangka pendek dan berbunga meskipun kecil. TreasuryBills ini tidak bisa di
terima dalam Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan pemerintah dengan
sistem bebas bunga, yang disebut GIC: Government Instrument Certificate.

Beberapa mazhab instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara


lain :

1. Mazhab pertama (Iqtishaduna)

Pada masa awal islam tidak diperlukan suatu kebijakan moneter karena
system perbankan hampir tidak ada dan penggunaan uang sangat minim. Jadi,
tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap
penawaran akan uang melalui diskresioner. Tambahan pula, kredit tidak memiliki
peran dalam penciptaan uang karena kredit hanya digunakan diantara para
pedagang. Selain itu, peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promissory
notes) dan instrument negosiasi (negotiable instruments) dirancang sedemikin
sehingga tidak memungkinkan penciptaan uang.

Promissory notes atau bill exchange dapat diterbitkan untuk membeli


barang dan jasa atau mendapatkan sejumlah dana segar, namun tidak dapat
dimanfaatkan untuk tujuan kredit. Aturan-aturan tersebut mempengaruhi
keseimbangan antara pasar barang dan pasar uang berdasarkan transaksi tunai.
Dalam nasi’a atau aturan transaksi lainnya, uang yang dibayarkan atau diterima
bertujuan mendapatkan komoditas atau jasa.

28
Instrument lain yang pada saat ini digunakan untuk mengatur jumlah
peredaran uang serta mengatur tingkat suku bunga jangka pendek adalah OMO
(jual-beli surat berharga pemerintah) yang belum dikenal pada masa awal
pemerintahan islam. Selain itu, tindakan menaikkan atau menurunkan tingkat
suku bunga bertentangan dengan ajaran islam yang melarang praktek riba.

2. Mazhab Kedua (Mainstream)

Tujuan kebijakan moneter pemerintah adalah maksimisasi alokasi sumber


daya untuk kegiatan ekonomi produktif. Alquran melarang praktek penumpukan
uang (money hoarding) karena membuat uang tersebut tidak memberikan manfaat
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, mazhab ini
merancang sebuah instrument kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi
besar kecilnya permintaan akan uang (MD) agar dapat dialikasikan pada
peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.

Permintaan dalam islam dikelompokkan dalam dua motif yaitu motif


transaksi (transaction motive) dan motif berjaga-jaga (precautionary motive).
Semakin banyak uang yang menganggur (iddle) berarti permintaan akan uang
untuk berjaga-jaga (MDprec) semakin besar, sedangkan semakin tinggi pajak yang
dikenakan terhadap uang yang menganggur berbanding terbalik dengan
permintaaan akan uang untuk berjaga-jaga.Dues of iddle fund adalah instrument
kebijakan yang dikenakan pada semua asset produktif yang menganggur.

3. Mazhab ketiga (alternative)

System kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah


syuratiq process yaitu kebijakan yang diambil berdasarkan musyawarah bersama
otoritas sector riil. Menurut pemikiran mazhab ini, kebijakan moneter
adalah repeated games in game theory. Dalam hal ini, bentuk kurva penawaran

29
dan permintaan akan uang mirip tambang yang melilit dengan kemiringan (slope)
positif akibat knowledge induced processI daninformant sharing yang baik. 15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita mengerti bahwaanny kebijakan moneter adalah suatu kebijakan


yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur perekonomian yakni tentang jumlah
uang yang beredar di masyarakat dengan cara yakni dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga bank dengan insrumennya adalah bank sentral. Adapun
macam dari kebijakan moneter dibagi 2 yakni kebijakan moneter kualitatif yakni
kebijkan yang sifatnya nonintervensi dan lebih banyak menekankan pada
kesadaran pihak pebankan pada umumnya sedangkan kebijakan moneter
kuantitatif adalah kebijakan yang sifatnya mempengaruhi penawaran uang dan
tingkat bunga perekonomian. Adapun instrumen kebijaka moneter meliputi;
operasi pasar terbuka, Rasio cadangan wajib dan minimum, pembujukan moral
(moral persuasion) kredit selektif politik bank sentral, Rasio Likuiditas, fasilitas
simpanan Bank Sentral, intervensi valuta asing (Foreign Exchange Intervention).

15 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islami, (Jakarta: Salemba Empat, 2002),
67.
30
Adapun indikator adanya kebijakan moneter adalah tingkat suku bunga dan uang
beredar (monetary aggregate)

Adapun ujuan dari kebijkan moneter adalah kesempatan kerja, kestabilan


harga, neraca pembayaran internasional, mengedarkan mata uang sebagai alat
pertukaran, mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas
perekonomian dan stabilitas tingkat harga, distribusi likuiditas yang optimal,
membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi
melalui sumber penerimaan yang normal. Sedangkan menurut prinsip islami
tujuan moneter adalah

1. Kesejahteraan ekonomi dengan kesempatan kerja penuh (Economic well-being


with full employment).

2. Keadilan Sosio Ekonomi dan Distribusi Pendapatan dan Kekayaan (Sosio-


economic justice and equitable distribution of income and wealth).

3. Stabilitas Nilai Uang (Stability in the value of money)

Dan telah di jelaskan di atas dua perbandingan kebijakan moneter pada


tahun 1945 dan pada tahun 1973, jika pada tahun 1945 Indonesia masih
mendirikan bank dan mengeluarkan jenis mata uang maka dengan seiring nya
waktu kebijakan moneter dalam pengembangan ekonomi di Indonesia semakin
pesat seperti pada tahun 1973 yang dimana indonesia mendapatkan dan
menyeimbangkan ekonomi dengan adanya penghasilan dari sektor minyak bumi.

Kemudian kebijakan moneter dalam ekonomi islam perbedaan dengan


konvensional adalah terletak pada instrumen yang dipakai dalam menerapkan
kebijakannya, adapun kebijakan dalam ekonomi islam adalah moneter adalah

1. Reserve Ratio

31
2. Moral Suassion

3. Lending Ratio

4. Refinance Ratio

5. Profit Sharing Ratio

6. Islamic Sukuk

7. Government Investment Certificate

Dan juga didalam ekonomi islam terdapat beberapa madzhab dalam


ekonomi islam yakni :

1. Mazhab pertama (Iqtishaduna)

2. Mazhab Kedua (Mainstream)

3. Mazhab ketiga (alternative)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 2014. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Kurniawan, Paulus. 2015. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Yogyakarta:


CV Andi Offset.

Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islami,


Jakarta: Salemba Empat.
32
Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.

Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya Di


Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro (Edisi 2), Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Rahmawaty, Anita. 2013 “Uang Dan Kebijakan Moneter Dalam Perspektif


Ekonomi Islam”: Volume 1 No.2 (hlm. 197-198).

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Warjiyo, Perry dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.

Wahyudi, Amien. 2013. ” Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-Prinsip Islam”:


Justitia Islamica Vol. 10/No. 1 (hlm. 60)

33

Vous aimerez peut-être aussi