Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM SIFAT FISIK DAN INDERAWI

ACARA I
UJI AMBANG RANGSANGAN

OLEH

NAMA : AULA RAHMATIN


NIM : J1A016007
KELOMPOK : IX

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
ACARA I
UJI AMBANG RANGSANGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahan pangan merupakan suatu hal yang paling dibutuhkan oleh manusia,
terutama untuk memenuhi asupan gizi hariannya. Peranannya yang begitu penting
memungkinkan produsen pangan untuk mengolahnya menjadi suatu produk dan juga
mendistribusikannya. Pengolahan dapat menyebabkan terjadinya perubahan rasa pada
bahan pangan tersebut. Rasa yang dihasilkan tersebut nantinya akan mempengaruhi
mutu dari bahan pangan. Kaitannya dengan rasa yang dihasilkan, bahan pangan
sangat erat hubungannya dengan pengujian sensoris.
Analisis sensori adalah suatu proses identifikasi, dan intepretasi atribut-atribut
produk melalui lima panca indra manusia. meliputi indra pengelihatan, penciuman,
pencicipan, peraba, dan pendengaran. Analisis sensori juga melibatkan suatu
pengukuran yang dapat bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Analisa sensori
dilakukan untuk mengetahui kesan yang diperolah pancaindra terhadap suatu
rangsangan oleh suatu produk. Analisis sensori umumnya digunakan untuk mengenal
kualitas suatu produk dan berhubungan dengan pembedaan, deskripsi, dan kesukaan
atau penerimaan (Setyaningsih, 2010).
Analisis sensori khususnya uji threshold dalam bidang teknologi pangan
sangat penting untuk dilakukan. Hal ini karena pengujian threshold dapat dilakukan
untuk pemeriksaan mutu kualitas, pengendalian proses, dan pengembangan produk
sehingga konsumen akan mendapatkan makanan yang bermutu dan bergizi.
Pengujian pada bahan pangan juga tidak hanya dilihat dari aspek kimiawinya saja,
tetapi juga dilihat dari cita rasa dan aroma. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
pengujian tentang ambang rangsangan
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan ambang
rangsangan produk.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses


pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan
yang diterima alat indra (sensori), yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau efek yang di timbulkan karena adanya
rangsangan berupa sikap untuk medekati atau menjauhi, menyukai atau tidak
menyukai akan hal yang menyebabkan rangsangan. Presepsi rasa yang di hasilkan
sangat dipengaruhi oleh data-data yang diperoleh dari organ sensori yang lainnya.
Informasi-informasi seperti bau makanan, tekstur, suhu dan lain sebagainya dapat
mempengaruhi rasa dari suatu makanan. Salah satu bagian dari uji inderawi adalah uji
threshold (Martini dan Nath, 2009).
Metode threshold digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah
suatu substansi yang dapat dideteksi (absolute threshold) atau perubahan konsentrasi
terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya. Sisanya substansi yang
mau dikaji dilarutkan dalam air murni. Panelis diminta untuk menilai sampel mana
yang berbeda dengan air, dalam hal ini air murni juga disajikan sebagai pembanding.
Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk mengenal macam-macam
stimulusnya (recognition threshold), misalnya asin, manis, dan lain-lain. Metode ini
kadang-kadang juga digunakan untuk seleksi panelis, namun beberapa peneliti
menganggap cara ini kurang tepat dipakai, karena keberhasilan dalam menguji larutan
murni tidak dapat dipakai sebagai kriteria keberhasilan dalam menguji sampel yang
mengandung bermacam-macam zat dengan konsentrasi yang berbeda, selain itu ada
kelemahannya, yaitu pada penentuan threshold biasanya yang disajikan adalah
larutan satu macam substansi, sedangkan dalam makanan, rasa makanan merupakan
campuran berbagai rasa (Kartika, 1987).
Threshold atau ambang rangsangan adalah konsentrasi terkecil dari suatu
rangsangan yang mulai dapat menimbulkan kesan. Ambang rangsangan terdiri 3 dari
ambang mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (recognition threshold),
ambang perbedaan (difference threshold) dan (terminal threshold). Nilai threshold
yang ditentukan (absolute threshold), ditunjukan dengan melihat pada grafik jumlah
panelis yang menberikan respon beda harus sebanyak 50%. Penentuan pada tahap uji
ini didasarkan kepada respon beda atau pertama kali menimbulkan kesan berbeda
oleh 50% panelis terhadap konsentrasi substansi tertentu, maka disitulah letak titik
thresholdnya. Untuk menentukan konsentrasi sampel terbaik maka yang diambil
adalah konsentrasi substansi yang berada dibawah dari pada titik threshold yang telah
diketahui (Agustina, 2016).
Indra pencicip berfungsi untuk menilai cita rasa dari suatu makanan. Indra ini
terdapat di dalam rongga mulut, lidah dan langit-langit. Pada permukaan lidah
terdapat lapisan yang selalu basah dimana terdapat sel-sel yang peka. Sel ini
mengelompok membentuk papilla. Masing-masing jenis papilla peka terhadap rasa
tertentu. Urutan kepekaan rasa di lidah yaitu : depan (ujung) peka terhadap rasa
manis; tengah depan peka terhadap rasa asin; tengah belakang peka terhadap rasa
asam; dan pangkal lidah peka terhadap rasa pahit. Kepekaan manusia terhadap rasa
pahit jauh lebih tinggi dibandingkan rasa manis (Setyaningsih, 2010).
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari
kebutuhan pangan. Bahkan sekarang dipercaya metabolisme dalam tubuh manusia
dipengaruhi keseimbangan kadar garam dalam tubuh. Garam juga menjadi kebutuhan
esensial dalam kehidupan manusia dari masa ke masa. Walaupun Indonesia termasuk
Negara maritim namun usaha untuk meningkatkan produksi garam belum diminati,
termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Beberapa pihak juga membutuhan
garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak
diimpor dari luar negeri, terutama terutama dalam hal ini garam beryodium serta
garam industry (Fahmi, 2011).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 Maret 2019 di Laboratorium
Pengendalian Mutu Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram

Alat dan Bahan Pratikum


a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok kecil,
gelas, timbangan analitik, piring dan kertas label.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air mineral,
roti tawar, larutan gula dengan berbagai kode sampel (834, 728, 541, 231, 123)
dan larutan garam dengan berbagai kode sampel (981, 445, 673, 701, 512)

Prosedur Kerja
Disiapkan alat dan bahan

Diberi kode masing-masing gelas

Dituang larutan ±20 ml pada gelas

Disiapkan sendok untuk setiap gelas

Dicicipi sampel oleh panelis

Dicatat dan dihitung panelis yang merespon positif pada hasil pengamatan

Dibuat grafik ambang batas, ambang mutlak, ambang pembedaan berdasarkan


konsentrasi larutan
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Ambang Rangsangan Larutan Gula
No Nama Panelis Kode Sampel
834 728 541 231 123
1 Ade Irma Juliana 4 2 3 1 0
2 Amalia Firdaus 3 1 2 3 0
3 Annisa Safitri 4 2 2 3 0
4 Aula Rahmatin 3 2 1 1 0
5 Baiq Agustina 4 1 2 3 0
6 Baiq Idiya Safitri 1 1 1 0 0
7 Baiq Wulanda Dermawani 1 1 1 X 0
8 Baqiatussolihat 1 1 X 0 0
9 Dewi Fitri Nur’affuddin 4 1 1 1 0
10 Dhinalia Bhita Pratama 2 3 1 0 0
11 Dita Anggia Fitri 4 4 2 1 0
12 Elmia Kharisma Arsyi 2 1 1 X 0
13 Era Fazira 4 2 3 1 0
14 Eva Fatimah 2 1 1 X 0
15 Farah Nabila 2 3 2 0 0
16 Fatma Yuliana 1 3 1 1 0
17 Fitri Wulandari 2 1 1 0 0
18 Gita Rahayu Saputri 3 2 1 X 0
19 Herlina Yuliani 2 2 1 1 0
20 Icha Hartanti Dasrien 2 4 2 1 0
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji Ambang Rangsangan Larutan Gula Konversi
Kode Sampel
No Nama Panelis
834 728 541 231 123
1 Ade Irma Juliana 1 1 1 1 0
2 Amalia Firdaus 1 1 1 1 0
3 Annisa Safitri 1 1 1 1 0
4 Aula Rahmatin 1 1 1 1 0
5 Baiq Agustina 1 1 1 1 0
6 Baiq Idiya Safitri 1 1 1 0 0
7 Baiq Wulanda Dermawani 1 1 1 0,5 0
8 Baqiatussolihat 1 1 0,5 0 0
9 Dewi Fitri Nur’affuddin 1 1 1 1 0
10 Dhinalia Bhita Pratama 1 1 1 0 0
11 Dita Anggia Fitri 1 1 1 1 0
12 Elmia Kharisma Arsyi 1 1 1 0,5 0
13 Era Fazira 1 1 1 1 0
14 Eva Fatimah 1 1 1 0,5 0
15 Farah Nabila 1 1 1 0 0
16 Fatma Yuliana 1 1 1 1 0
17 Fitri Wulandari 1 1 1 0 0
18 Gita Rahayu Saputri 1 1 1 0,5 0
19 Herlina Yuliani 1 1 1 1 0
20 Icha Hartanti Dasrien 1 1 1 1 0
∑ Respon Positif 20 20 19,5 13 0
Persentase Respon Positif 100% 100% 97.5% 65% 0%
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Uji Ambang Rangsangan Larutan Garam
No Nama Panelis Kode Sampel
981 445 673 701 512
1 Ade Irma Juliana 4 3 2 1 X
2 Amalia Firdaus 4 3 2 1 X
3 Annisa Safitri 4 2 3 1 X
4 Aula Rahmatin 4 3 2 1 X
5 Baiq Agustina 4 3 2 1 0
6 Baiq Idiya Safitri 4 2 2 1 0
7 Baiq Wulanda Dermawani 4 3 2 1 0
8 Baqiatussolihat 4 3 2 2 0
9 Dewi Fitri Nur’affuddin 4 2 3 1 0
10 Dhinalia Bhita Pratama 4 3 3 3 0
11 Dita Anggia Fitri 4 2 3 1 0
12 Elmia Kharisma Arsyi 4 3 4 1 0
13 Era Fazira 4 3 4 2 0
14 Eva Fatimah 4 2 3 X 0
15 Farah Nabila 4 4 3 2 0
16 Fatma Yuliana 4 4 3 2 0
17 Fitri Wulandari 4 3 4 2 0
18 Gita Rahayu Saputri 4 2 3 1 0
19 Herlina Yuliani 4 3 4 2 0
20 Icha Hartanti Dasrien 4 3 3 2 0
Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Uji Ambang Rangsangan Larutan Garam Konversi
No Nama Panelis Kode Sampel
981 445 673 701 512
1 Ade Irma Juliana 1 1 1 1 0,5
2 Amalia Firdaus 1 1 1 1 0,5
3 Annisa Safitri 1 1 1 1 0,5
4 Aula Rahmatin 1 1 1 1 0,5
5 Baiq Agustina 1 1 1 1 0
6 Baiq Idiya Safitri 1 1 1 1 0
7 Baiq Wulanda Dermawani 1 1 1 1 0
8 Baqiatussolihat 1 1 1 1 0
9 Dewi Fitri Nur’affuddin 1 1 1 1 0
10 Dhinalia Bhita Pratama 1 1 1 1 0
11 Dita Anggia Fitri 1 1 1 1 0
12 Elmia Kharisma Arsyi 1 1 1 1 0
13 Era Fazira 1 1 1 1 0
14 Eva Fatimah 1 1 1 0,5 0
15 Farah Nabila 1 1 1 1 0
16 Fatma Yuliana 1 1 1 1 0
17 Fitri Wulandari 1 1 1 1 0
18 Gita Rahayu Saputri 1 1 1 1 0
19 Herlina Yuliani 1 1 1 1 0
20 Icha Hartanti Dasrien 1 1 1 1 0
∑ Respon Positif 20 20 20 19,5 2
Persentase Respon Positif 100% 100% 100% 97.5% 10%
Keterangan :
X : Berbeda dengan air tapi jenis rangsangannya belum diketahui (x =0,5)
0 : Tidak berasa apa-apa
+ : Rasa sudah dapat dikenali dengan
1 = Lemah
2 = Sedang
3 = Kuat
4 = Sangat Kuat

Hasil Perhitungan
1. Manis
a. Kode Sampel 834
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
20
= x 100 %
20
= 100%
b. Kode Sampel 728
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
20
= x 100 %
20
= 100%
c. Kode Sampel 541
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
19,5
= x 100 %
20
= 97.5%
d. Kode Sampel 231
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
13
= x 100 %
20

= 65%
e. Kode Sampel 123
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
0
= x 100 %
20
= 0%
2. Asin
a. Kode Sampel 981
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
20
= x 100 %
20
= 100%
b. Kode Sampel 445
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
20
= x 100 %
20
= 100%
c. Kode Sampel 673
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
20
= x 100 %
20
= 100%
d. Kode Sampel 701
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
19.5
= x 100 %
20
= 97.5%
e. Kode Sampel 512
 respon positif
% respon positif = x 100 %
 panelis
2
= x 100 %
20
= 10%
Grafik 1.1 Uji Ambang Rangsangan Larutan Gula

Persentasi respon positif


120

100 Ambang batas


Ambang pembeda
80

Ambang pengenal
60
Persentasi respon positif

40

20

0 Ambang mutlak
123 231 541 728 834

Grafik 1.2 Uji Ambang Rangsangan Larutan Garam

Persentasi respon positif


120

100 Ambang batas


Ambang pembeda

80

60
Persentasi respon positif

40

20
Ambang mutlak
0
512 701 673 445 981
PEMBAHASAN

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses


penginderaan atau suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat
indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera
(sensorik) yang berasal dari benda tersebut. Adapun dalam proses identifikasi, dan
intepretasi atribut-atribut produk digunakan melalui lima panca indra manusia.
Kelima panca indera yang dimaksud meliputi indra pengelihatan, penciuman,
pencicipan, peraba, dan pendengaran. Pengujian sensoris juga melibatkan suatu
pengukuran yang dapat bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kesan yang diperolah pancaindra terhadap suatu rangsangan oleh suatu
produk. Umumnya uji sensoris digunakan untuk mengenal kualitas suatu produk dan
berhubungan dengan pembedaan, deskripsi,dan kesukaan atau penerimaan
(Setyaningsih, 2010).
Threshold test merupakan katagori yang termasuk dalam tes analisis sensori
dengan fungsi yang spesifik yaitu untuk menentukan threshold. Threshold
didefiniskan sebagai konsentrasi terendah dimana suatu sensori dapat dideteksi. Ada
beberapa tipe dari threshold atau ambang yaitu absolute threshold atau ambang
mutlak yaitu jumlah rangsang terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan dengan
persentase positif sebesar 50%, recognition threshold atau ambang pengenalan yaitu
konsentrasi terkecil dimana konsentrasi dapat terdeteksi dengan persentase positif
sebesar 15%. Terminal Threshold atau ambang batas adalah tingkat rangsangan
terbesar yang masih dapat dirasakan dengan persentase positif sebesar 100%,
difference threshold atau ambang pembedaan adalah ambang dimana dapat
membedakan stimuli yang terdeteksi yaitu dengan persentase positif sebesar 75%. Uji
threshold digunakan untuk menentukan ada tidaknya komponen yang diinginkan atau
tidak diinginkan dalam pangan (Clark, 2009).
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan gula dan larutan
garam. Gula memiliki rasa yang manis sedangkan garam memiliki rasa yang asin.
Berdasarkan hasil pengujian organoleptik dari 20 panelis diperoleh hasil pengujian
rasa manis pada gula, didapatkan hasil yaitu untuk larutan gula dengan beberapa
konsentrasi dengan menggunakan sampel berturut-turut yakni 123, 231, 541, 728, dan
834 dengan . Pada kode sampel tersebut panelis mulai dapat mendeteksi rasa manis
sebesar 0%; 65%; 97.5%; 100%; dan 100%. Berdasarkan perolehan respon positif
tersebut dapat dilakukan penentuan ambang. Ambang mutlak dari uji ambang
rangsangan terhadap rasa manis tersebut adalah terletak pada sampel 123 dengan
daya deteksi 0%. Ambang pengenal pada uji ini terdapat pada sampel 231 dengan
daya deteksi 65%. Ambang pembeda pada uji ini terdapat pada sampel 541 dengan
daya deteksi 97.5 dan ambang batas pada uji ini terdapat pada sampel 728 dan 834
dengan daya deteksi masing-masing 100%.
Berdasarkan hasil pengujian organoleptik dari 20 panelis diperoleh hasil
pengujian rasa asin pada garam, didapatkan hasil yaitu untuk larutan garam dengan
beberapa konsentrasi dengan menggunakan sampel berturut-turut yakni 981, 445,
673, 701, dan 512. Pada kode sampel tersebut panelis mulai dapat mendeteksi rasa
asin sebesar 100%; 100%; 100%; 97.5%; dan 10%. Berdasarkan perolehan respon
positif tersebut dapat dilakukan penentuan ambang. Ambang mutlak dari uji ambang
rangsangan terhadap rasa asin tersebut adalah terletak pada sampel 512 dengan daya
deteksi 10%. Ambang pembeda pada uji ini terdapat pada sampel 701 dengan daya
deteksi 97.5%. Ambang pembatas dari uji ini terdapat pada sampel 673, 445 dan 981
dengan daya deteksi ketiga sampel tersebut yaitu 100%. Sedangkan ambang
pengenalan tidak dtemukan karena tidak terdapat daya deteksi yang mendekati. Hasil
persentase respon positif yang diperoleh sesuai dengan literatur. Menurut Agustina
(2016) menyatakan bahwa penentuan threshold adalah secara grafis (hubungan
tingkatan formulasi sampel dengan presentase respon dari panelis) termasuk statistik
non-parametrik. Nilai threshold yang ditentukan (absolute threshold), ditunjukan
dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang menberikan respon beda harus
sebanyak 50%. Penentuan pada tahap uji ini didasarkan kepada respon beda.
Penetuan uji ini juga pertama kali akan menimbulkan kesan berbeda oleh 50% panelis
terhadap konsentrasi substansi tertentu, maka disitulah letak titik thresholdnya. Untuk
menentukan konsentrasi sampel terbaik maka yang diambil adalah konsentrasi
substansi yang berada dibawah dari pada titik threshold yang telah diketahui.
Faktor-faktor internal yaitu faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi
indera terutama perasa dan pembauan panelis, kondisi fisiologis, efek kontras,
motivasi dan sugesti. Faktor-faktor eksternal diantaranya pemilihan sampel awal,
kesalahan teknis, kebersihan sendok atau media untuk mengambil sampel yang akan
dicoba, air penetral tercampur, dan waktu yang disediakan. Pemilihan awal sampel
yang kurang tepat dapat mencampuri rasa dari sampel lain. Apabila panelis
mengambil sampel awal dengan konsetrasi tinggi, kemungkinan sampel yang tidak
mempunyai rasa akan memilki rasa akibat konsentrasi tinggi masih meninggalkan
rasa (after taste).
Pengujian sensori (uji panel) berperan penting dalam pengembangan produk
dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan keputusan. Umumnya pada industri
pangan, pengujian organoleptik mutlak dilakukan untuk keperluan perbaikan produk
terbaik. Hal tersebut untuk mendukung pemasaran dari produk tersebut karena
konsumen hanya ingin produk terbaik saja. Oleh karena itu suatu industri akan
memperoleh keuntungan dari penjualan produk. Evaluasi sensori juga dapat
digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki
dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk
pengembangan, menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk. Penerimaan dan kesukaan
atau preferensi konsumen, serta korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau
fisik dapat juga diperoleh dengan eveluasi sensori (Setyaningsih, 2010).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji threshold atau ambang rangsangan adalah suatu konsentrasi bahan terendah
yang mulai mendapatkan kesan yang wajar.
2. Ambang rangsangan terdiri dari 4 macam yaitu ambang mutlak, ambang
pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas.
3. Pada pengujian rasa manis, ambang mutlak terdapat pada sampel 123 dengan
daya deteksi 0%, ambang pengenalan terdapat pada sampel 231 sebesar 65%,
ambang pembeda terdapat pada sampel 541 dengan daya deteksi 97.5% dan
ambang batas terdapat pada sampel 728 dan 834 dengan daya deteksi 100%.
4. Pada pengujian rasa asin, ambang mutlak terdapat pada sampel 512 dengan daya
deteksi 10%, ambang pembeda terdapat pada sampel 701 sebesar 97.5%, dan
ambang batas terdapat pada sampel 673, 445 dan 981 dengan daya deteksi 100%,
sedangkan untuk ambang pengenal tidak terdapat daya deteksi yang mendekati.
5. Intensitas kesan yang ditimbulkan oleh panelis dipengaruhi faktor internal (faktor-
faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa dan pembauan
panelis, kondisi fisiologis, efek kontras, motivasi dan sugesti) dan eksternal
(pemilihan sampel awal, kesalahan teknis, kebersihan sendok atau media untuk
mengambil sampel yang akan dicoba, air penetral tercampur, dan waktu yang
disediakan).
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., Udiantoro, dan Suhandriyanto, 2016. Penentuan Formulasi Bahan


Tambahan Sebagai Bahan Baku Substitusi Produksi Tempe Menggunakan Uji
Ambang Batas (Threshold) Dan Uji Kesukaan (Hedonik). Jurnal Ziraa’ah,
41(2) : 212-221.
Clark, S., 2009. The Sensory Evaluation of Dairy Products. Springer Science and
Business Media. New York.
Fahmi, A., 2011. Evaluasi Sensoris. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Kartika, B., 2009. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi
UGM. Yogyakarta.
Setyaningsih, Dwi. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB
Press. Bogor.
Martini, F. H., dan J. L. Nath, 2009. Fundamentals of Anatomy and Physiology
8th Edition. Benjamin Cummings. San Francisco.

Vous aimerez peut-être aussi