Vous êtes sur la page 1sur 16

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

SAP 10 dan 11 : ASPEK KEPERILAKUAN PADA PERSYARATAN


PELAPORAN

EKA 450 C2
Rabu, 14 November 2018

OLEH :

I Made Darmayoga (1607531070)

Gede Marco Pradana Dika Putra (1607531099)

K. Trianny Putri Mahadewi Lestariningrum T. (1607531133)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM REGULER/ S1 AKUNTANSI

SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019


1.1 SYARAT-SYARAT PELAPORAN
Pada era yang semakin berkembang ini, berbagai kegiatan penuh dengan
persyaratan untuk melaporkan informasi kepada orang lain. Hal-hal ini pada
umumnya sering disebut sebagai persyaratan pelaporan. Kebanyakan riset tentang
akuntansi keperilakuan mengenai dampak informasi telah memfokuskan pada
bagaimana penerima menggunakan informasi yang dilaporkan untuk membuat
penilaian ataupun keputusan. Istilah “pelapor dan pengirim” akan digunakan
secara bergantian dan mengacu pada individu, orgaisasi atau kelompok lain yang
diharuskan untuk melaporkan informasi.
Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang
memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan
pelaporan informasi menggunakan sumberdaya, biasanya pengumpulan dan
pelaporan informasi tersebut tidak dilakukan secara sukarela, kecuali pelapor
yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima informasi untuk berperilaku
seperti yang diharapkan oleh orang yang menyampaikan informasi. Iklan adalah
salah satu contoh dari informasi yang “dilaporkan perusahaan dengan sukarela
untuk mempengaruhi orang yang menerima informasi iklan tersebut agar membeli
produk-produk yang dipasarkan. Informasi yang dilaporkan adalah bagian yang
penting dari proses pengelolaan dan pengendalian informasi. Tanpa informasi,
manajer, kreditor dan pemilik tidak dapat mengatakan apakah segala sesuatu yang
direncanakan telah berjalan dengan tepat atau apakah tindakan korektif
diperlukan. Oleh karena itulah, merupakan hal yang sangat penting untuk
memahami dampak dari persyaratan pelaporan.
Persyaratan pelaporan digunakan dan dipaksakan oleh banyak orang dan
organisasi dengan cara yang beraneka ragam. Misalnya dalam suatu organisasi,
manajer biasanya memiliki hak untuk mengharuskan bawahannya melaporkan
aspek manapun yang diinginkan manajer atas kinerja pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahannya. Setiap orang yang terlibat dalam perancangan atau penggunaan
system informasi perlu memahami dampak yang mungkin timbul atas persyaratan
pelaporan terhadap pengirim informasi, serta bagaimana memprediksi dan
mengindentifikasi dampak tersebut.

1
1.2 PERSYARATAN PELAPORAN MEMPENGARUHI PERILAKU
Gagasan bahwa persyaratan pelaporan akan mempengaruhi perilaku pelapor
bukanlah sesuatu yang baru ataupun unik bagi manajemen dan akuntansi. Para
psikolog sangat menyadari bahwa seseorang dapat dapat memberikan respons atas
“tuntutan” dari situasi ekperimental dengan berperilaku secara berbeda pada apa
yang akan dilakukan dalam situasi lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengirim
informasi mungkin saja dengan sengaja melaporkan informasi palsu (berbohong
atas informasi yang disampaikan), atau mungkin saja bahwa pengirim informasi
melaporkan suatu informasi yang tidak akurat karena tidak adanya system
informasi yang memadai.
Untuk memastikan keandalan dari informasi yang dilaporkan merupakan
fungsi penting dari audit laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik
independen yang bersertifikasi. Suatu mekanisme untuk memastikan integritas
informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari desain atas
persayaratan pelaporan. Persyaratan pelaporan juga dapat memengaruhi perilaku
pelapor dalam berbagai cara.

1.2.1 Antisipasi pengguna informasi


Ketika persyaratan pelaporan digunakan, merupakan hal yang umum
bagi pengirim informasi untuk berfikir atupun bertanya terkait dengan “
Mengapa penerima menginginkan informasi ini? Bagaimana penerima akan
menggunakannya?”. Pengirim informasi ingin mengetahui apakah penerima
informasi akan mengambil suatu tindakan yang berkaitan dengan, atau
memiliki pendapat mengenai pengirim karena informasi yang dilaporkan
tersebut. Karena penerima menggunakan informasi yang dilaporkan sebagai
suatu dasar untuk evaluasi kinerja dan penilaian lainnya.
Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan untuk mengantisipasi
bagaimana penerima akan bereaksi terhadap informasi yang dilaporkan.
Karena seseorang pada umumnya bereaksi dengan cara yang berbeda dan
mengarah pada hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, pengirim informasi
mencoba untuk menyimpulkan bagaimana penerima informasi akan
menggunakan dan bereaksi terhadap informasi yang disampaikan. Jika

2
pengirim mengantisipasi adanya reaksi yang tidak menyenangkan terhadap
informasi mengenai perilakunya sekarang, pengirim informasi mungkin akan
memodifikasi perilakunya sedemikian rupa, sehingga informasi yang
dilaporkan akan menimbulkan reaksi yang lebih diinginkan.
Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku
pengirim ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai
prilaku pengirim, sesuatu yang dipengaruhi oleh pengirim atau sesuatu yang
menunjukkan bahwa pengirim informasi bertanggung jawab atas hal yang
disampaikannya. Bagaimana informasi yang dilaporkan berkaitan dengan
perilaku pengirim adalah penting? Semakin informasi yang dilaporkan
mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pengirim informasi,
maka semakin besar kemungkinan bahwa perilaku pengirim akan
dimodifikasi. Pengirim dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam
perilaku akan mengarah pada perubahan yang diinginkan dalam informasi
yang dilaporkan.

1.2.2 Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi oleh penerima


Kadangkala penerima informasi mengatakan dengan jelas bagaimana
penerims menginginkan pengirim informasi untuk berprilaku. Namun,
seringkali penerima informasi menginginkan banyak hal-hal yang sulit untuk
dicapai secara simultan, seperti laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan
jangka panjang yang baik atau citra publik yang bagus. Jika pengirim
informasi bertanggung jawab kepada penerima informasi. Apa yang
diharuskan untuk dilaporkan oleh pengirim adalah suatu tanda bagi pengirim
sebelum tindakan diambil, mengenai tindakan dan hasil yang penting bagi
penerima informasi.
Kadang seseorang juga merasa pasti mengenai bagaimana penerima akan
menggunakan informasi, namun pada waktu lain seseorang tidak merasa pasti
mengenai bagaimana informasi tersebut digunakan. Jika setiap orang selalu
jelas dan jujur mengenai bagaimana akan menggunakan informasi yang
dilaporkan, maka akan terdapat sedikit masalah, tetapi tetap masih ada
kemungkinan bahwa informasi tersebut kemudian disampaikan dengan cara-

3
cara yang tidak dimaksudkan ketika pertama kali informasi tersebut diminta.
Seringkali, orang yang meminta informasi tidak secara eksplisit
menyampaikan bagaimana informasi tersebut akan digunakan atau dengan
siapa informasi tersebut akan dibagi. Dalam kasus ini pengirim informasi
mempunyai pekerjaan yang sulit untuk menentukan kapan dan bagaimana
informasi tersebut dapat digunakan. Pengirim informasi kemungkinan besar
akan menggunakan perediksinya terkait dengan bagaimana informasi yang
dilaporkan digunakan berdasarkan situasi yang serupa jika pengirim informasi
yang berada dalam posisi penerima informasi, atau juga didasarkan pada
pengalaman yang dimiliki.

1.2.3 Insentif atau sanksi


Ketika pengirim telah membuat estimasi terbaiknya mengenai
bagaimana penerima akan menggunakan informasi yang diberikan, maka
pertanyaan berikutnya adalah, “Apa yang akan dilakukan oleh si penerima
terhadap informasi tersebut?” Dalam beberapa kasus seseorang mengetahui
bahwa si penerima tidak akan senang dengan informasi tersebut, tetapi tidak
ada yang dapat dilakukan mengenai hal itu. Faktanya orang yang mengiginkan
informasi tersebut bahkan tidak dapat memaksakan persyaratan pelaporan
ketika “pengirim” kemungkinan besar tidak akan mengirimkan informasi
tersebut. Tetapi, ketika penerima paling tidak memiliki cukup kekuasaan
langsung maupun tidak langsung untuk memaksakan persyaratan pelaporan,
maka penerima juga kemungkinan besar memiliki paling tidak suatu
kekuasaan atas tindakan si pengirim.
Kekuatan dan sifat dari kekuasaan penerima terhadap pengirim adalah
faktor penting menentukan mengenai seberapa besar kemungkinan bahwa si
pengirim akan mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada bagi si
penerima untuk memberikan penghargaan atau sanksi kepada si pengirim,
semakin hati-hati si pengirim akan bertindak dalam memastikan bahwa
informasi yang dilaporkan dapat diterima oleh si penerima. Misalnya saja,
mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas

4
tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingkan jika tidak meskipun
manfaat pembelajaran sama dalam kedua kasus.

1.2.4 Penentuan waktu


Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan
pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pengirim atau tidak.
Agar persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim mengubah
prilakunya, pengirim harus mengetahui persyaratan pelaporan tersebut
sebelum bertindak. Jika persyaratan pelaporan tersebut hanya terjadi setelah
pengirim bertindak, maka tidak ada peluang untuk mengubah prilaku masa
lalu. Tetapi, kebanyakan persyaratan palaporan bersifat repetitif dalam konteks
manajemen, sehingga bahkan jika persyaratan pelaporan yang pertama
digunakan setelah perilaku yang dilaporkan terjadi, pelapor akan mengetahui
di depan bahwa laporan berikutnya harus dibuat. Karena data biasanya tidak
dikumpulkan kecuali seseorang bermaksud menggunakanya, maka persyaratan
pelaporan yang baru sering kali memerlukan data baru dikumpulkan yang
memberikan peluang untuk mengubah prilaku sebelum pelaporan.

1.2.5 Strategi respons iterative


Orang dipengaruhi oleh banyak tuntutan, batasan, dan keinginan yang
saling bersaing satu sama lain. Perubahan apapun dalam perilaku
biasanya mempengaruhi lebih dari satu dimensi dan tidak selalu ke arah yang
diprediksikan atau diinginkan. Paling tidak, menghabiskan lebih banyak waktu
untuk suatu tugas dan akan menyebabkan menyisakan lebih sedikit waktu
yang tersedia untuk tugas lainya.
Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan, strategi yang paling
lumrah adalah untuk terus berperilaku seperti biasa, melaporkan sejujurnya
prilaku tersebut, dan menunggu respon dari si penerima. Jika tidak ada respon,
maka strategi tersebut dapat diteruskan. Umpan balik negatif dari penerima
merupakan suatu indikasi bahwa perilaku yang dilaporkan tidak diinginkan.
Oleh karna itu, kemungkinan pelapor mengubah perilakunya dalam

5
menanggapi persyaratan pelaporan paling tidak bergantung pada beberapa hal
dibawah ini:
1) Seberapa jelas, terkait dengan apa yang diinginkan oleh penerima
informasi agar terjadi.
2) Seberapa jelas untuk apa informasi yang dilaporkan tersebut akan
digunakan oleh penerima informasi.
3) Penghargaan atau sanksi apa yang dapat diberikan oleh penerima kepada
pengirim informasi.
4) Seberapa besar perubahan dalam prilaku pada suatu dimensi dapat
mempengaruhi kinerja pada dimensi-dimensi penting lainnya.

1.2.6 Pengarah perhatian


Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim mengubah
perilakunya, bahkan jika pengirim tidak mengharapkan penerima bereaksi
terhadap suatu informasi yang dilaporkan. Hal itu mungkin karena informasi
memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatiaan pada hal-hal yang dapat
mengarah pada perubahan perilaku. Meskipun dampak mengarahkan perhatian
mungkin kurang ampuh dan kurang rentan terhadap prediksi dibandingkan
dengan dampak antisipasi, dampak tersebut dapat mempengaruhi perilaku
dalam beberapa situasi. Dampak tersebut kemungkinan besar akan terjadi
dalam situasi dimana perilaku yang dilaporkan penting bagi si pengirim
karena beberapa alasan, dan dimana terdapat cukup banyak kelonggaran
(slack) dalam sistem yang memungkinkan si pengirim untuk mengubah
perilakuknya tanpa dampak negatif terhadap aspek-aspek lain dari kinerjanya.
Hal ini pada umumnya lebih lemah dibandingkan dengan dampak antisipasi.
Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari
pencatatan dan bukannya dampak dari pelaporan informasi karena dampak
tersebut timbul dari kepentingan pengirim itu sendiri dan tidak bergantung
pada informasi yang dilaporkan kepada siapapun. Tetapi, dampak tersebut
dipertimbangkan karena dampak tersebut dapat terjadi sebagai respons
terhadap persyaratan pelaporan dari luar meskipun hal tersebut juga dapat
terjadi tanpa adanya persyaratan tersebut.

6
Banyak program “manajemen waktu” menggunakan dampak
mengarahkan perhatian untuk menghasilkan perubahan perilaku. Partisipan
diminta untuk menyimpan catatan yang terinci mengenai bagaimana partisipan
menghabiskan waktu, tetapi tidak diharuskan untuk menyampaikan informasi
tersebut kepada siapapun. Partisipan kemudian dapat menggunakan informasi
tersebut untuk menentukan apakah partisipan menghabiskan waktunya dengan
cara-cara yang mendukung pernyataan prioritasnya atau apakah banyak dari
waktunya justru “disia-siakan”.

1.3 DAMPAK DARI PERSYARATAN PELAPORAN


Persayratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku semua bidang
akuntansi: keuangan, perpajakan, manajerial, dan sosial. Kompleksitas dari
lingkungan akuntansi adalah penghalang terhadap penilaian dampak dari
persyaratan pelaporan. Terdapat begitu banyak hal yang terjadi pada waktu yang
bersamaan, sehingga sulit untuk mengatakan dengan pasti yang manakah yang
menyebabkan perilaku yang diamati. Bukti-bukti mengenai dampak persyaratan
pelaporan masih belum konklusif, tetapi pengetahuan yang lebih substantif dan
metodologi riset yang lebih baik sedang dikembangkan. Bagian-bagian berikut ini
membahas mengenai pemikiran sekarang di berbagai bidang.

1.3.1 Akuntansi Keuangan


Badan-badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan di Amerika
Serikat, termasuk Securities Exchange Commission (SEC), Financial
Accounting Standards Board (FASB), dan Financial Executif Research
Foundation (FERF) telah mengakui dampak potensial yang dimiliki oleh
persyaratan pelaporan terhadap perilaku korporat. FASB dan FERF baru-baru
ini mulai mendorong dan mendukung investigasi mengenai dampak semacam
itu dan mempertimbangkannya secara eksplisit dalam proses penetapan
standar.
Pada awal tahun 1969 diusulkan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum (generally accepted accounting standards-GAAP)
dapat mempengaruhi perilaku korporat. Hawkins membahas dampak-dampak
yang mungkin terjadi pada kebijakan operasi manajer mengenai prinsip-

7
prinsip akuntansi untuk pajak tangguhan, kredit, transaksi mata uang asing,
laba per saham, konsolidasi, laba atau rugi luar biasa, ekuivalen saham biasa,
dan sewa guna usaha. Ia menyatakan bahwa GAAP yang bagus secara
keprilakuan akan “menghambat manajer untuk mengambil tindakan operasi
yang tidak diinginkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternatif
akuntansi dan menghambat adopsi praktik akuntansi oleh korporasi yang
menciptakan ilusi kinerja”. Sayangnya, ia tidak melakukan investigasi apakah
dampak yang ia argumentasikan benar-benar terjadi atau tidak. Ia juga tidak
membahas “situasi hadirin” yang dapat memengaruhi kekuatan dari dampak
tersebut. Akan tetapi, sejak saat itu telah dilakukan perubahan dalam banyak
bidang GAAP yang dibahasnya.
Beberapa prinsip akuntansi kemudian diterapkan setelah diperdebatkan
terlebih dahulu mengenai dampak yang akan ditimbulkannya. Beberapa hal
yang kontroversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan
contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi perilaku.
Contoh-contoh tersebut meliputi: “Bagaimana perlakuan atas kerugian yang
secara signifikan dipengaruhi oleh melemahnya mata uang rupiah terhadap
dolar?”, dan “Bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran untuk
kontrak utang dalam mata uang asing?” Sebelum ditetapkan dan diakui
sebagai biaya atau dikapitulasi, hal-hal tersebut terlebih dahulu mengalami
proses perdebatan yang melibatkan berbagai kelompok (pemerintah, praktisi
bisnis, akademisi, dan akuntan praktisi). Hal tersebut melahirkan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No. 4 yang menginterpretasikan
paragraf 32 dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10
mengenai transaksi dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut
dinyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh tingkat inflasi yang luar
biasa (diatas 133%) dan melibatkan transaksi operasi mata uang dolar dapat
dikapitulasi oleh perusahaan.
Prinsip akuntansi yang kontroversial lainnya termasuk perlakuan atas
biaya penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi
atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan
keuangan. Demikian pula halnya dengan akuntansi minyak dan gas bumi.
Dalam akuntansi minyak dan gas bumi ini, pengakuan beban dengan metode-

8
metode yang diperbolehkan menunjukkan adanya negosiasi antar kelompok
yang kompetensi dan terlibat dengan penggunaan akuntansi minyak dan gas
bumi tersebut. Dalam akuntansi tersebut dinyatakan bahwa penggunaan
perhitungan biaya penuh (full costing-FC) dan usaha yang berhasil
(sucsessfull effort-SE) merupakan dua metode yang disetujui. Kedua metode
tersebut muncul tidak bersamaan melainkan bertahap. Karena penggunaan
metode SE dapat mengakibatkan kerugian yang besar yang harus ditampilkan
dalam laporan laba rugi, maka baik pihak penyusutan laporan maupun
penerima laporan memiliki suatu kekhawatiran yang serius atas pandangan
negatif terhadap informasi keuangan uang yang dilaporkan itu. Rasa khawatir
itu diwujudkan lewat pengajuan usulan metode yang lain, yaitu metode FC.
1.3.2 Akuntansi Perpajakan
Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang relatif masih
belum dieksplorasi. Akan tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan bidang
yang sensitif dalam kaitannya dengan persyaratan pelaporan. Beberapa orang,
bahkan percaya bahwa persyaratan pelaporan pajak yang sekarang melanggar
hak konstituasional. Umunya dipandang bahwa persyaratan pelaporan pajak
rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak.
Beberapa persyaratan pelaporan telah dikenakan tidak hanyak kepada
pembayaran pajak, tetapi juga pada pihak lain, seperti karyawan, dengan
maksud untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi. Pengetahuan bahwa
informasi tersebut akan dilaporkan kepada kantor pajak oleh orang lain
diharapkan akan membuat pembayaran pajak kemungkinan kecil akan
mencoba untuk menghindari pajak. Perhatikan bahwa pajak tidak berubah;
persyaratan pelaporan menurunkan peluang untuk berbuat curang tanpa
mendapatkan permakluman.
Usaha pada tahun 1985 untuk mengharuskan catatan rinci atas
pengurangan beban bisnis mungkin adalah contoh yang paling baru dan
kontroversial mengenai dampak keperilakuan dari persyaratan pelaporan
pajak. Telah dibantah bahwa orang-orang bisnis akan mengeluarkan lebih
sedikit dan dengan demikian mengklaim lebih sedikit pengurangan
dibandingkan dengan persyaratan pembukuan yang sekarang. Faktanya,
catatan yang lebih rinci itu sendiri tidak perlu dilaporkan, tetapi pembayar

9
pajak dan penyusutan laporan pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa
catatan semacam itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.
1.3.3 Akuntansi Sosial
Hanya sedikit saja yang diketahui dampak dari akuntansi sosial terhadap
pengirim informasi. Masih terdapat relatif sedikit akuntansi sosial bagi publik,
dan kebanyakan riset mengenai hal itu berkaitan dengan dampak terhadap
penerima dari informasi yang dilaporkan. Karena akuntansi sosial eksternal
masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat dampak apapun terhadap
persyaratan pelaporan, meskipun masih terdapat dampak terhadap pelaporan
secara sukarela. Karena akuntansi sosial merupakan bidang perhatian yang
relatif baru dan sering kali mengalami konflik dengan kriteria yang sudah
lebih mapan, maka terutama sangat penting untuk menggabungkan
persyaratan pelaporan dengan pedoman keperilakuan dan sanksi
ketidakpatuhan yang sangan eksplisit. Polusi dan keamanan produk adalah
bidang sensitif lainnya dari akuntansi sosial.
1.3.4 Akuntansi Manajemen
Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun
yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan secara internal
dapat bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi. Akan
tetapi, hanya terdapat sedikit data akuntansi menajemen yang tersedia bagi
publik karena data tersebut jarang dilaporkan di luar organisasi. Sangat sulit
juga untuk digeneralisasi karena setiap organisasi memiliki sistem akuntansi
manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional
yang unik.
Kombinasi dari hasil riset dalam bidang ini menunjukkan proses yang
sangat kompleks dimana persyaratan pelaporan berinteraksi dengan sejumlah
variabel dan proses organisasional lainnya. Kesimpulan yang paling masuk
akal yang dapat ditarik dari hasil riset yang tersedia bahwa kadang kala,
persyaratan pelaporan menghasilkan dampak yang dapat diamati terhadap
perilaku pelapor dan kadang kala tidak. Keanekaragaman faktor-faktor yang
mungkin yang harus dipertimbangkan membuatnya menjadi sangat sulit untuk
memprediksikan kapan dan dampak apa yang akan terjadi.

10
V.T. Ridgeway (1956) adalah salah satu orang pertama yang menarik
perhatia pada apa yang ia sebut sebagai “konsekuensi disfungsional dari
ukuran kinerja”. Ia memperingatkan bahwa satu ukuran numerik tunggal
biasanya tidak dapat mencakup segala sesuatu yang penting mengenai suatu
operasi. Peringatan tersebut sama relevannya pada hari ini seperti pada saat
itu. Ia membahas mengenai badan tenaga kerja publik yang menggunakan
jumlah wawancara yang dilakukan sebagai ukuran keberhasilan si
pewawancara dan bukannya menggunakan penempatan kerja yang benar-
benar dibuat. Dalam sistem pelaporan itu, pewawancara mencoba untuk
memaksimalkan jumlah wawancara yang mereka lakukan dan bukannya
melokasikan pekerjaan, bahkan tujuan yang dinyatakan dari badan tersebut
adalah menempatkan klien dalam pekerjaan.

1.4 PENILAIAN DAMPAK TERHADAP PENGIRIMAN INFORMASI


Terdapat banyak cara untuk menilai dampak dari persyaratan pelaoran
terhadap pengirim informasi. Hal yang paling tersedia adalah pengambilan
keputusa deduktif yang melibatkan keputusan secra hati-hati mengenai bagaiman
persyaratan pelaporan akan berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan
multifungsional lainya guna membentuk prilaku manajer. Teknik ini sebaiknya
selalu digunakan sebelum memberlakukan persyartan pelaporan. Coba tempakan
diri anda pada posisi si pengirim dan tanyakan pada diri anda sendiri, “apa yang
akan saya lakukan jika ada pada posisinya dan harus melaporkan informasi
tersebut?” berguna untuk bertanya kepada orang lain dengan latar belakang dan
porspektif yang berbeda untuk melakukan hal yang sama karna mereka mungkin
melihat sesuatu dengan cara yang tidak pernah anda pikirkan. Ini adalah cara yng
sederhana dan murah, dan cepat untuk mencoba memprediksikan dampak dari
persyaratn pelaporan, sebelum persyaratan tersebut diterapkan.
Metode lain adalah dengan menanyakan kepada pelapor mengenai prilaku
mereka, suatu cara formal untuk melakukan hal ini adalah denngan melkukan
survei, yang terdiri atas pertanyanaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan
tanggapan yang ditentukan atau pertanyaan-pertanyaan yang luas dengan
kemungkinan jawaban yang terbuka, atau atas gabungan keduanya. Survei

11
tersebut dapat ditanyakan secra langsung “apakah persyaratan pelaporan ini
menyebabkan anda mengubah prilaku anda ?,” atau lebih tidak langsung mencoba
untuk memperoleh hal yang sama. Survei tersebut dapat dilakukan secara pribadi,
lewat telpon atau leawat kuisioner yang dikirim melaui pos. Metode ini hanya
memberikan apa yang rela dan mampu untuk diberikan oleh pelapor kepada anda
mengenai persepsi mereka sendiri atas prilaku dan reaksinya terhadap persyarata
pelaporan. Sayangnya, respon ini tidak terlalu mencerminkan prilaku mereka
secara akurat. Pelapor dapat dengan sengaja berbohong, tetapi mereka juga dapat
memiliki persepsi yang tidak akurat atas prilaku mereka. Kesalahan yang mungkin
ini dapat terjadi untuk kedua kemungkinan. Pelapor dapat berfikir bahwa mereka
telah mengubah prilaku mereka dengan cara-cara atau jumlah sebenarnya tidak
mereka lakukan, atau seblaiknya.
Cara untuk memastikan apakah persyaratn pelaporan mengubah prilaku
prilaku pelaporan adalah dengan mengamati prilaku dengan dan tanpa persyaratan
pelaporan. Hal ini sebaiknya dilakukan dalam eksperimen terkendali dimana satu-
satunya hal yang dapat berubah adalah persyaratan pelaporan. Tetapi, agar hasinya
berguna, penting bahwa kondisi eksperimen cukup serupa dengan kondisi alamiah
diman persyaratan pelaporan ada. Hal ini tida selalu mudah untuk dilakukan.
Beraneka ragam pendekatan dapat diambil untuk mengukur prilaku dalam
kondisi alamiah itu sendiri. Ketika terdapat akses langsung ke pelapor dan paling
tidak beberapa variable relevan yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi,
gunakan “studi lapangan yang bersifat eksperimen semu” yang merusak suatu
kompromi atara kepastian dan relavansi. Metode tersebut adalah metode yang
paling mendekati eksperimen laboratorium dalam hal pengendalian dan oleh
karena itu memberikan suatu pengujian tas kausalitas. Ketika pengirim hanya
dapat diamati (yaitu tidak ada variable yang relevan yang dapat dikendalikan atau
dimanipulasi), maka hal ini merupakan study kasus dalam beberapa konteks
akuntansi, terutama keuangan, tidak ada pengendalian yang tersedia, sehingga
seseorang harus menggunakan data apa pun yang tersedia mengenai prilaku dari
pengirim. Hal ini disebut dengan “analisis post hoc atas data sekunder”.
Masalah dalam kondisi alamiah adalah bahwa banyak hal-hal lain yang
kemungkinan akan berubah pada saat yang bersamaan sengan persyartan

12
pelaporan. Hal ini menyulitkan untuk menentukan apakah penyebab dari prilaku
yang diamati adalah karena persyartan pelporan atau karena satu atau lebih faktor
lainnya. Juga, terutama ketika analisis post hoc terhadap data sekunder digunakan,
ukuran ukuran langsung dari prilaku yang diamati mungkin tidak tersedia.
Meskipun terdapat kesulitan-kesulitan tersebut, penting untuk mencoba
menentukan bagaimana persyratan pelaporan telah, mempengaruhi prilaku
pelapor dalam cara yang menguntungkan atau tidak mnguntungkan dan dapat
diprediksi atau tidak, sebagaimana dengan kebanyakan tugas evaluasi kinerja,
kombinasi dari beberapa metode penilaian kemungkinan besar akan memberikan
hasil yang paling andal.

SIMPULAN

Persyaratan pelaporan mampu mempengaruhi perilaku disemua bidang


akuntansi, baik itu akuntansi keuangan, perpajakan, sosial, maupun manajemen.
Sebagaimana dipahami bersama, masalah pokok dari proses akuntansi adalah

13
implikasi komunikasi informasi mengenai keuangan dan manajemen. Namum
bukan hanya pihak pelapor informasi saja yang memiliki harapan, pihak penerima
informasi juga memiliki harapannya sendiri lewat perilaku yang ditunjukkan pada
informasi tersebut. Kedua belah pihak masing–masing memiliki perilaku berbeda
terhadap informasi yang sama. Dengan demikian, untuk mencapai efektivitas
komunikasi pihak penerima informasi harus menyadari perilaku dari pihak
pengirim informasi karena pihak pengirim informasi dapat bertindak
disfungsional terhadap informasi, oleh karena itu bentuk laporan yang menjadi
bagian dari rangkaian komunikasi perlu ditinjau ketika membawa dampak negatif
bagi proses komunikasi informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Annis.2015. Keperilakuan pada Persyaratan Pelaporan


https://www.academia.edu/7110473/Aspek_Keperilakuan_pada_Persyaratan
_Pelaporan (diakses pada 9 November 2018)

14
Anonim.2014. Aspek Keperilakuan pada Persyaratan.
http://gratiscatanku.blogspot.co.id/2014/07/aspek-keperilakuan-pada-
persyaratan.html (diakses pada 9 November 2018)

Anonim. 2016. Aspek-aspek Keperilakuan pada Persyaratan.


http://mohayworld.blogspot.co.id/2016/12/aspek-keperilakuan-pada-
persyaratan.html
(diakses pada 9 November 2018)

Yanto. 2007. Konsep-konsep Akuntansi Keperilakuan.


https://yantoumm.wordpress.com/2007/11/28/akuntansi-
keperilakuankonsep-dasar dampaknya/ (diakses pada 9 November 2018)

15

Vous aimerez peut-être aussi