Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
EKA 450 C2
Rabu, 14 November 2018
OLEH :
1
1.2 PERSYARATAN PELAPORAN MEMPENGARUHI PERILAKU
Gagasan bahwa persyaratan pelaporan akan mempengaruhi perilaku pelapor
bukanlah sesuatu yang baru ataupun unik bagi manajemen dan akuntansi. Para
psikolog sangat menyadari bahwa seseorang dapat dapat memberikan respons atas
“tuntutan” dari situasi ekperimental dengan berperilaku secara berbeda pada apa
yang akan dilakukan dalam situasi lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengirim
informasi mungkin saja dengan sengaja melaporkan informasi palsu (berbohong
atas informasi yang disampaikan), atau mungkin saja bahwa pengirim informasi
melaporkan suatu informasi yang tidak akurat karena tidak adanya system
informasi yang memadai.
Untuk memastikan keandalan dari informasi yang dilaporkan merupakan
fungsi penting dari audit laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik
independen yang bersertifikasi. Suatu mekanisme untuk memastikan integritas
informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari desain atas
persayaratan pelaporan. Persyaratan pelaporan juga dapat memengaruhi perilaku
pelapor dalam berbagai cara.
2
pengirim mengantisipasi adanya reaksi yang tidak menyenangkan terhadap
informasi mengenai perilakunya sekarang, pengirim informasi mungkin akan
memodifikasi perilakunya sedemikian rupa, sehingga informasi yang
dilaporkan akan menimbulkan reaksi yang lebih diinginkan.
Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku
pengirim ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai
prilaku pengirim, sesuatu yang dipengaruhi oleh pengirim atau sesuatu yang
menunjukkan bahwa pengirim informasi bertanggung jawab atas hal yang
disampaikannya. Bagaimana informasi yang dilaporkan berkaitan dengan
perilaku pengirim adalah penting? Semakin informasi yang dilaporkan
mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pengirim informasi,
maka semakin besar kemungkinan bahwa perilaku pengirim akan
dimodifikasi. Pengirim dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam
perilaku akan mengarah pada perubahan yang diinginkan dalam informasi
yang dilaporkan.
3
cara yang tidak dimaksudkan ketika pertama kali informasi tersebut diminta.
Seringkali, orang yang meminta informasi tidak secara eksplisit
menyampaikan bagaimana informasi tersebut akan digunakan atau dengan
siapa informasi tersebut akan dibagi. Dalam kasus ini pengirim informasi
mempunyai pekerjaan yang sulit untuk menentukan kapan dan bagaimana
informasi tersebut dapat digunakan. Pengirim informasi kemungkinan besar
akan menggunakan perediksinya terkait dengan bagaimana informasi yang
dilaporkan digunakan berdasarkan situasi yang serupa jika pengirim informasi
yang berada dalam posisi penerima informasi, atau juga didasarkan pada
pengalaman yang dimiliki.
4
tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingkan jika tidak meskipun
manfaat pembelajaran sama dalam kedua kasus.
5
menanggapi persyaratan pelaporan paling tidak bergantung pada beberapa hal
dibawah ini:
1) Seberapa jelas, terkait dengan apa yang diinginkan oleh penerima
informasi agar terjadi.
2) Seberapa jelas untuk apa informasi yang dilaporkan tersebut akan
digunakan oleh penerima informasi.
3) Penghargaan atau sanksi apa yang dapat diberikan oleh penerima kepada
pengirim informasi.
4) Seberapa besar perubahan dalam prilaku pada suatu dimensi dapat
mempengaruhi kinerja pada dimensi-dimensi penting lainnya.
6
Banyak program “manajemen waktu” menggunakan dampak
mengarahkan perhatian untuk menghasilkan perubahan perilaku. Partisipan
diminta untuk menyimpan catatan yang terinci mengenai bagaimana partisipan
menghabiskan waktu, tetapi tidak diharuskan untuk menyampaikan informasi
tersebut kepada siapapun. Partisipan kemudian dapat menggunakan informasi
tersebut untuk menentukan apakah partisipan menghabiskan waktunya dengan
cara-cara yang mendukung pernyataan prioritasnya atau apakah banyak dari
waktunya justru “disia-siakan”.
7
prinsip akuntansi untuk pajak tangguhan, kredit, transaksi mata uang asing,
laba per saham, konsolidasi, laba atau rugi luar biasa, ekuivalen saham biasa,
dan sewa guna usaha. Ia menyatakan bahwa GAAP yang bagus secara
keprilakuan akan “menghambat manajer untuk mengambil tindakan operasi
yang tidak diinginkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternatif
akuntansi dan menghambat adopsi praktik akuntansi oleh korporasi yang
menciptakan ilusi kinerja”. Sayangnya, ia tidak melakukan investigasi apakah
dampak yang ia argumentasikan benar-benar terjadi atau tidak. Ia juga tidak
membahas “situasi hadirin” yang dapat memengaruhi kekuatan dari dampak
tersebut. Akan tetapi, sejak saat itu telah dilakukan perubahan dalam banyak
bidang GAAP yang dibahasnya.
Beberapa prinsip akuntansi kemudian diterapkan setelah diperdebatkan
terlebih dahulu mengenai dampak yang akan ditimbulkannya. Beberapa hal
yang kontroversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan
contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi perilaku.
Contoh-contoh tersebut meliputi: “Bagaimana perlakuan atas kerugian yang
secara signifikan dipengaruhi oleh melemahnya mata uang rupiah terhadap
dolar?”, dan “Bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran untuk
kontrak utang dalam mata uang asing?” Sebelum ditetapkan dan diakui
sebagai biaya atau dikapitulasi, hal-hal tersebut terlebih dahulu mengalami
proses perdebatan yang melibatkan berbagai kelompok (pemerintah, praktisi
bisnis, akademisi, dan akuntan praktisi). Hal tersebut melahirkan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No. 4 yang menginterpretasikan
paragraf 32 dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10
mengenai transaksi dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut
dinyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh tingkat inflasi yang luar
biasa (diatas 133%) dan melibatkan transaksi operasi mata uang dolar dapat
dikapitulasi oleh perusahaan.
Prinsip akuntansi yang kontroversial lainnya termasuk perlakuan atas
biaya penelitian dan pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi
atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan
keuangan. Demikian pula halnya dengan akuntansi minyak dan gas bumi.
Dalam akuntansi minyak dan gas bumi ini, pengakuan beban dengan metode-
8
metode yang diperbolehkan menunjukkan adanya negosiasi antar kelompok
yang kompetensi dan terlibat dengan penggunaan akuntansi minyak dan gas
bumi tersebut. Dalam akuntansi tersebut dinyatakan bahwa penggunaan
perhitungan biaya penuh (full costing-FC) dan usaha yang berhasil
(sucsessfull effort-SE) merupakan dua metode yang disetujui. Kedua metode
tersebut muncul tidak bersamaan melainkan bertahap. Karena penggunaan
metode SE dapat mengakibatkan kerugian yang besar yang harus ditampilkan
dalam laporan laba rugi, maka baik pihak penyusutan laporan maupun
penerima laporan memiliki suatu kekhawatiran yang serius atas pandangan
negatif terhadap informasi keuangan uang yang dilaporkan itu. Rasa khawatir
itu diwujudkan lewat pengajuan usulan metode yang lain, yaitu metode FC.
1.3.2 Akuntansi Perpajakan
Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang relatif masih
belum dieksplorasi. Akan tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan bidang
yang sensitif dalam kaitannya dengan persyaratan pelaporan. Beberapa orang,
bahkan percaya bahwa persyaratan pelaporan pajak yang sekarang melanggar
hak konstituasional. Umunya dipandang bahwa persyaratan pelaporan pajak
rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak.
Beberapa persyaratan pelaporan telah dikenakan tidak hanyak kepada
pembayaran pajak, tetapi juga pada pihak lain, seperti karyawan, dengan
maksud untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi. Pengetahuan bahwa
informasi tersebut akan dilaporkan kepada kantor pajak oleh orang lain
diharapkan akan membuat pembayaran pajak kemungkinan kecil akan
mencoba untuk menghindari pajak. Perhatikan bahwa pajak tidak berubah;
persyaratan pelaporan menurunkan peluang untuk berbuat curang tanpa
mendapatkan permakluman.
Usaha pada tahun 1985 untuk mengharuskan catatan rinci atas
pengurangan beban bisnis mungkin adalah contoh yang paling baru dan
kontroversial mengenai dampak keperilakuan dari persyaratan pelaporan
pajak. Telah dibantah bahwa orang-orang bisnis akan mengeluarkan lebih
sedikit dan dengan demikian mengklaim lebih sedikit pengurangan
dibandingkan dengan persyaratan pembukuan yang sekarang. Faktanya,
catatan yang lebih rinci itu sendiri tidak perlu dilaporkan, tetapi pembayar
9
pajak dan penyusutan laporan pajak diharuskan untuk melaporkan bahwa
catatan semacam itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.
1.3.3 Akuntansi Sosial
Hanya sedikit saja yang diketahui dampak dari akuntansi sosial terhadap
pengirim informasi. Masih terdapat relatif sedikit akuntansi sosial bagi publik,
dan kebanyakan riset mengenai hal itu berkaitan dengan dampak terhadap
penerima dari informasi yang dilaporkan. Karena akuntansi sosial eksternal
masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat dampak apapun terhadap
persyaratan pelaporan, meskipun masih terdapat dampak terhadap pelaporan
secara sukarela. Karena akuntansi sosial merupakan bidang perhatian yang
relatif baru dan sering kali mengalami konflik dengan kriteria yang sudah
lebih mapan, maka terutama sangat penting untuk menggabungkan
persyaratan pelaporan dengan pedoman keperilakuan dan sanksi
ketidakpatuhan yang sangan eksplisit. Polusi dan keamanan produk adalah
bidang sensitif lainnya dari akuntansi sosial.
1.3.4 Akuntansi Manajemen
Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun
yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan secara internal
dapat bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi. Akan
tetapi, hanya terdapat sedikit data akuntansi menajemen yang tersedia bagi
publik karena data tersebut jarang dilaporkan di luar organisasi. Sangat sulit
juga untuk digeneralisasi karena setiap organisasi memiliki sistem akuntansi
manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional
yang unik.
Kombinasi dari hasil riset dalam bidang ini menunjukkan proses yang
sangat kompleks dimana persyaratan pelaporan berinteraksi dengan sejumlah
variabel dan proses organisasional lainnya. Kesimpulan yang paling masuk
akal yang dapat ditarik dari hasil riset yang tersedia bahwa kadang kala,
persyaratan pelaporan menghasilkan dampak yang dapat diamati terhadap
perilaku pelapor dan kadang kala tidak. Keanekaragaman faktor-faktor yang
mungkin yang harus dipertimbangkan membuatnya menjadi sangat sulit untuk
memprediksikan kapan dan dampak apa yang akan terjadi.
10
V.T. Ridgeway (1956) adalah salah satu orang pertama yang menarik
perhatia pada apa yang ia sebut sebagai “konsekuensi disfungsional dari
ukuran kinerja”. Ia memperingatkan bahwa satu ukuran numerik tunggal
biasanya tidak dapat mencakup segala sesuatu yang penting mengenai suatu
operasi. Peringatan tersebut sama relevannya pada hari ini seperti pada saat
itu. Ia membahas mengenai badan tenaga kerja publik yang menggunakan
jumlah wawancara yang dilakukan sebagai ukuran keberhasilan si
pewawancara dan bukannya menggunakan penempatan kerja yang benar-
benar dibuat. Dalam sistem pelaporan itu, pewawancara mencoba untuk
memaksimalkan jumlah wawancara yang mereka lakukan dan bukannya
melokasikan pekerjaan, bahkan tujuan yang dinyatakan dari badan tersebut
adalah menempatkan klien dalam pekerjaan.
11
tersebut dapat ditanyakan secra langsung “apakah persyaratan pelaporan ini
menyebabkan anda mengubah prilaku anda ?,” atau lebih tidak langsung mencoba
untuk memperoleh hal yang sama. Survei tersebut dapat dilakukan secara pribadi,
lewat telpon atau leawat kuisioner yang dikirim melaui pos. Metode ini hanya
memberikan apa yang rela dan mampu untuk diberikan oleh pelapor kepada anda
mengenai persepsi mereka sendiri atas prilaku dan reaksinya terhadap persyarata
pelaporan. Sayangnya, respon ini tidak terlalu mencerminkan prilaku mereka
secara akurat. Pelapor dapat dengan sengaja berbohong, tetapi mereka juga dapat
memiliki persepsi yang tidak akurat atas prilaku mereka. Kesalahan yang mungkin
ini dapat terjadi untuk kedua kemungkinan. Pelapor dapat berfikir bahwa mereka
telah mengubah prilaku mereka dengan cara-cara atau jumlah sebenarnya tidak
mereka lakukan, atau seblaiknya.
Cara untuk memastikan apakah persyaratn pelaporan mengubah prilaku
prilaku pelaporan adalah dengan mengamati prilaku dengan dan tanpa persyaratan
pelaporan. Hal ini sebaiknya dilakukan dalam eksperimen terkendali dimana satu-
satunya hal yang dapat berubah adalah persyaratan pelaporan. Tetapi, agar hasinya
berguna, penting bahwa kondisi eksperimen cukup serupa dengan kondisi alamiah
diman persyaratan pelaporan ada. Hal ini tida selalu mudah untuk dilakukan.
Beraneka ragam pendekatan dapat diambil untuk mengukur prilaku dalam
kondisi alamiah itu sendiri. Ketika terdapat akses langsung ke pelapor dan paling
tidak beberapa variable relevan yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi,
gunakan “studi lapangan yang bersifat eksperimen semu” yang merusak suatu
kompromi atara kepastian dan relavansi. Metode tersebut adalah metode yang
paling mendekati eksperimen laboratorium dalam hal pengendalian dan oleh
karena itu memberikan suatu pengujian tas kausalitas. Ketika pengirim hanya
dapat diamati (yaitu tidak ada variable yang relevan yang dapat dikendalikan atau
dimanipulasi), maka hal ini merupakan study kasus dalam beberapa konteks
akuntansi, terutama keuangan, tidak ada pengendalian yang tersedia, sehingga
seseorang harus menggunakan data apa pun yang tersedia mengenai prilaku dari
pengirim. Hal ini disebut dengan “analisis post hoc atas data sekunder”.
Masalah dalam kondisi alamiah adalah bahwa banyak hal-hal lain yang
kemungkinan akan berubah pada saat yang bersamaan sengan persyartan
12
pelaporan. Hal ini menyulitkan untuk menentukan apakah penyebab dari prilaku
yang diamati adalah karena persyartan pelporan atau karena satu atau lebih faktor
lainnya. Juga, terutama ketika analisis post hoc terhadap data sekunder digunakan,
ukuran ukuran langsung dari prilaku yang diamati mungkin tidak tersedia.
Meskipun terdapat kesulitan-kesulitan tersebut, penting untuk mencoba
menentukan bagaimana persyratan pelaporan telah, mempengaruhi prilaku
pelapor dalam cara yang menguntungkan atau tidak mnguntungkan dan dapat
diprediksi atau tidak, sebagaimana dengan kebanyakan tugas evaluasi kinerja,
kombinasi dari beberapa metode penilaian kemungkinan besar akan memberikan
hasil yang paling andal.
SIMPULAN
13
implikasi komunikasi informasi mengenai keuangan dan manajemen. Namum
bukan hanya pihak pelapor informasi saja yang memiliki harapan, pihak penerima
informasi juga memiliki harapannya sendiri lewat perilaku yang ditunjukkan pada
informasi tersebut. Kedua belah pihak masing–masing memiliki perilaku berbeda
terhadap informasi yang sama. Dengan demikian, untuk mencapai efektivitas
komunikasi pihak penerima informasi harus menyadari perilaku dari pihak
pengirim informasi karena pihak pengirim informasi dapat bertindak
disfungsional terhadap informasi, oleh karena itu bentuk laporan yang menjadi
bagian dari rangkaian komunikasi perlu ditinjau ketika membawa dampak negatif
bagi proses komunikasi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
14
Anonim.2014. Aspek Keperilakuan pada Persyaratan.
http://gratiscatanku.blogspot.co.id/2014/07/aspek-keperilakuan-pada-
persyaratan.html (diakses pada 9 November 2018)
15