Vous êtes sur la page 1sur 10

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2011, hlm. 71-80 Vol. 16 No.

2
ISSN 0853 – 4217

REVITALISASI KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNA


MENINGKATKAN KESEHATAN DAN EKONOMI KELUARGA MANDIRI DI
DESA CONTOH LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR

(THE REVITALIZATION OF FAMILY MEDICINE PLANT (TOGA)


CONSERVATION FOR CREASE HEALTH AND ECONOMIC IN VILLAGE
EXEMPLARY IPB CAMPUS Darmaga BOGOR)

Agus Hikmat1), Ervizal A.M. Zuhud1), Siswoyo1), Edhi Sandra1), Rita Kartika Sari2)

ABSTRACT
Medicinal plants and traditional medicine for along ago are important role in the health care, stamina
maintain, and treat diseases. Therefore medicinal plants and traditional medicines have strong root in the part
of community up to now. Research on revitalization of family medicinal plant (TOGA) conservation done at
Kampong Pabuaran (Cibanteng village), and Kampong Gunung Leutik ( Benteng village), results indicated that
research locations have completely medicinal plants diversity for medicine all diseases of village communities
mentioned. Number of medicinal plants found at Gunung Leutik and Pabuaran Sawah Kampong (Cibanteng and
Benteng Villages) were 237 spesies, and 95 spesies often used by respondents mentioned villages. Species
number of medicinal plants have potential to expand based on use value of these species treat main diseases of
community villages Gunung Leutik and Pabuaran Sawah Villages (Benteng and Cibanteng) were 15 spesies, such
as: sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.F) Ness.), meniran (Phyllanthus niruri L.), takokak (Solanum
torvum L.), pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.), temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), jahe (Zingiber
officinale-purpurea Rosc.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm & Panz) Swingle), binahong (Anredera
cordifolia), mahkota dewa (Phaleria macrocarpus (Sheff). Boerl.), rosella (Hibiscus sabdariffa), pule pandak
(Rauvolfia serpentine (L.) Benth. ex. Kurz.), sangitan (Sambucus javanica Reinw.), sirih (Piper betle L.),
brotowali (Tinospora crispa), and kenikir (Cosmos caudatus).

Keywords: Medicinal plant, revitalization, conservation, biodiversity, kampong.

ABSTRAK
Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga
kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu tumbuhan obat dan obat
tradisional telah berakar kuat dalam kehidupan sebagian masyarakat hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan
untuk merevitalisasi potensi sumberdaya keanekaragaman hayati pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat
untuk mengembangkan konservasi dan budidaya Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA). Penelitian dilakukan di
Kampung Pabuaran (Desa Cibanteng), dan Kampung Gunung Leutik (Desa Benteng). Penelitian dilakukan dalam
beberapa tahap, yaitu kajian literatur, survey lapangan, pelatihan, pendampingan, pengolahan dan analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kampung yang menjadi tempat penelitian memiliki
keanekaragaman tumbuhan obat yang lengkap untuk obat semua macam penyakit yang diderita oleh
masyarakat kampung tersebut. Hanya saja pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku konservasi belum
terintegrasi dengan potensi tumbuhan obat kampung. Jumlah spesies tumbuhan obat yang ditemukan di
Kampung Gunung Leutik dan Pabuaran Sawah sebanyak 237 spesies, dan 95 spesies yang sering digunakan oleh
responden di kampung tersebut. Spesies tumbuhan obat yang potensial dikembangkan berdasarkan nilai
kegunaan untuk obat penyakit utama masyarakat Kampung Gunung Leutik dan Pabuaran Sawah sebanyak 15
spesies, meliputi: sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.F) Ness.), meniran (Phyllanthus niruri L.), takokak
(Solanum torvum L.), pegagan (Centella asiatica (L.)
1)
Dep. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Urban.), temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), jahe
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. (Zingiber officinale-purpurea Rosc.), jeruk nipis (Citrus
2)
Dep. Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian aurantifolia (Christm & Panz) Swingle), binahong
Bogor. (Anredera cordifolia), mahkota dewa (Phaleria
72 Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia

macrocarpus (Sheff). Boerl.), rosella (Hibiscus sabdariffa), pule pandak (Rauvolfia serpentine (L.) Benth. ex.
Kurz.), sangitan (Sambucus javanica Reinw.), sirih (Piper betle L.), brotowali (Tinospora crispa), dan kenikir
(Cosmos caudatus).

Kata kunci: Tumbuhan obat, revitalisasi, konservasi, keanekaragaman hayati, kampong.

PENDAHULUAN untuk kegiatan ini dipilih 2 desa untuk dijadikan


percontohan di desa Benteng dan Desa Cikarawang,
Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak yaitu desa yang berada di sekitar lingkar kampus.
zaman dahulu memainkan peranan penting dalam
menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan
mengobati penyakit. Oleh karena itu tumbuhan obat BAHAN DAN METODE
dan obat tradisional telah berakar kuat dalam
kehidupan sebagian masyarakat hingga saat ini. Kegiatan pembangunan konservasi TOGA guna
Krisis ekonomi yang berlarut-larut saat ini, meningkatkan kesehatan dan ekonomi mandiri
berubahnya pola hidup termasuk kebiasaan makan, keluarga dilaksanakan di desa contoh yang berada di
menimbulkan banyak penyakit dan membuat lingkar kampus IPB Darmaga, yaitu Desa Benteng.
kesehatan menjadi barang yang mahal. Mahalnya Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini,
harga obat-obatan modern menyebabkan tingkat antara lain: Bibit berbagai spesies tumbuhan obat,
kesehatan masyarakat mengalami penurunan yang modul dan buku praktis paket teknologi tumbuhan
pada gilirannya akan mempengaruhi aspek obat, dan bahan untuk budidaya, pemanenan, dan
kesejahteraan masyarakat umum dan akan pasca panen.
berdampak negatif pada ketahanan dan kinerja Metode penelitian yang dilakukan meliputi:
bangsa. studi literatur, survey lapangan, wawancara,
Lemahnya daya beli masyarakat dan pelatihan, pendampingan, pengolahan data dan
melambungnya harga obat-obatan modern memaksa analisis data.
masyarakat dan pemerintah mencari upaya
mengatasi keadaan yang memprihatinkan ini dengan
cara menoleh kembali ke alam seperti negara-negara HASIL DAN PEMBAHASAN
maju yang secara luas telah menggunakan obat-
obatan modern akhir-akhir ini menunjukkan indikasi A. Potensi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan
lebih menyukai obat dari bahan alami dari pada obat- Obat
obatan sintetik. Salah satu faktor penyebabnya Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi
adalah pemanfaatan obat-obat dari bahan alami menunjukkan bahwa di Kampung Gunung Leutik,
relatif lebih aman dari pada pemakaian obat sintetis. Desa Benteng dan Kampung Pabuaran Sawah, Desa
Kecenderungan ini telah meluas ke berbagai negara Cibanteng ditemukan jumlah spesies tumbuhan obat
di seluruh dunia dan dikenal sebagai "gelombang sebanyak 237 spesies dan 82 famili.
hijau baru" (new green wave) atau trend "gaya hidup
kembali ke alam". 1. Kekayaan Jenis Tumbuhan Obat
Sampai saat ini potensi keanekaragaman Berdasarkan Famili
tumbuhan liar di hutan maupun di pedesaan dan Berdasarkan kelompok familinya, spesies-
perkampungan masyarakat yang bermanfaat obat- spesies tumbuhan obat yang ada di Kampung
obatan masih banyak diabaikan dan belum Gunung Leutik, Desa Benteng dan Kampung
dimanfaatkan dan belum dikembangkan untuk bahan Pabuaran Sawah, Desa Cibanteng dapat
obat-obatan dan bahkan berpotensi menjadi komoditi dikelompokkan kedalam 82 macam famili, dimana
ekonomi. Hal ini terjadi antara lain karena jumlah spesies tumbuhan obat yang terbanyak
pengetahuan dan teknologi yang rendah yang dimiliki termasuk dalam famili euphorbiaceae (16 jenis) dan
masyarakat. Pemerintah telah lama mencanangkan asteraceae (14 spesies). Hal tersebut menunjukkan
program Tumbuhan/Taman Obat Keluarga (TOGA), bahwa famili Euphorbiaceae memiliki
untuk menjaga kesehatan keluarga yang murah dan keanekaragaman spesies tertinggi dibanding dengan
mandiri, namun dalam perjalanannya makin banyak famili lainnya. Daftar beberapa famili yang memiliki
dilupakan. Sehingga permasalahan ini perlu diatasi jumlah jenis tumbuhan obat tertinggi disajikan pada
melalui suatu kegiatan revitalisasi konservasi TOGA, Tabel 1.
Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia 73

Tabel 1. Daftar beberapa famili tumbuhan obat Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa di ekosistem
Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng perkampungan ini jumlah spesies tertinggi terdapat
dan Kampung Pabuaran Sawah, Desa pada kelompok habitus herba (70 spesies), jumlah
Cibanteng. spesies terendah terdapat pada habitus bambu (1
spesies). Adanya keanekaragaman bentuk hidup
No Famili Jumlah Jenis
tumbuhan di Kp. Gunung Leutik dan Kp, Pabuaran
1 Euphorbiaceae 16 Sawah, Desa Cibanteng menunjukkan kealamian dan
2 Asteraceae 14 mendukung kelestarian plasma nutfah sumberdaya
3 Zingiberaceae 10 yang terkandung di dalamnya.
4 Solanaceae 8
5 Rutaceae 8 3. Kekayaan Jenis Tumbuhan Obat
6 Moraceae 7 Berdasarkan Kelompok Penyakit/
7 Fabaceae 7 Penggunaan
8 Araceae 7 Berdasarkan kelompok penyakit/
9 Alangiaceae 7 penggunaannya, jenis-jenis tumbuhan obat yang
10 Poaceae 6 ditemukan di kampung Gunung Leutik dan Kampung
11 Piperaceae 6 Pabuaran Sawah dapat dikelompokkan kedalam 26
12 Malvaceae 6 kelompok penyakit/penggunaan. Potensi tumbuhan
13 Acanthaceae 6 obat di kedua kampung tersebut paling banyak
merupakan tumbuhan obat untuk kelompok penyakit
saluran pencernaan, sedangkan paling sedikit adalah
kelompok keluarga berencana dan penyakit tulang,
2. Kekayaan Jenis Tumbuhan Obat seperti disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan Habitus
Dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies Jenis-jenis Penyakit yang Banyak Diderita
tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Masyarakat
Benteng dan Kampung Pabuaran Sawah, Desa Berdasarkan data dari UPTD Puskesmas
Cibanteng dapat dikelompokkan 7 (tujuh) macam Kecamatan Ciampea Tahun 2007 menunjukkan
habitus, yaitu bambu, terna, herba, liana, perdu, bahwa dari sepuluh besar penyakit yang banyak
pohon, dan semak. Informasi tentang habitus diderita oleh pasien, gasteritis merupakan penyakit
masing-masing spesies tumbuhan berguna secara yang banyak diderita oleh pasien (775 orang) dan
rinci disajikan pada Lampiran 6, sedangkan paling sedikit diderita oleh pasien adalah myalgia
rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan obat (261 orang). Daftar Sepuluh Besar Penyakit yang
bermanfaat di Kampung Gunuing Leutik, Desa Banyak Diderita Masyarakat pada Kelompok Umur
Benteng dan Kampung Pabuaran Sawah, Desa 15-44 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Cibanteng berdasarkan habitusnya tersaji pada Kecamatan Ciampea Tahun 2007 disajikan pada
Tabel 2. Tabel 4.
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah spesies tumbuhan jumlah jenis penyakit yang pernah diderita responden
obat di Kampung Gunung Leutik, Desa sebanyak 22 macam penyakit. Jumlah penderita
Benteng dan Kampung Pabuaran Sawah, terbanyak ditemukan pada penyakit maag (14
Desa Cibanteng berdasarkan nama orang), sedangkan paling sedikit ditemukan pada
habitus. penyakit alergi (gatal-gatal), amandel, batuk
berdarah, bisul, darah rendah, diabetes, kanker, sakit
No Habitus Jumlah Spesies gigi, sembelit dan typhus (masing-masing sebanyak 1
1 Bambu 1 orang), seperti disajikan pada Tabel 5.
2 Terna 25
3 Herba 70 B. Pembentukan Kelompok Kader
4 Liana 3 Konservasi TOGA
5 Perdu 47 Pemilihan kader TOGA ini didasarkan pada
6 Pohon 51 minat responden yang diwawancarai terhadap TOGA.
7 Semak 40 Semakin tinggi minatnya, maka dipilih menjadi kader
Total 237 TOGA. Pada awal pembentukan kelompok, kader
TOGA dibagi kedalam kelompok budidaya dan
74 Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia

pengolahan produk-produk obat tradisional, akan mendapatkan pengetahuan dari mulai budidaya
tetapi seiring dengan perkembangannya kader TOGA sampai dengan pengolahan produk-produk obat
menginginkan tidak dilakukan pembagian kelompok tradisional, sehingga kader TOGA bisa memanfaatkan
dengan alasan tiap kelompok kader TOGA ingin potensi yang ada di desanya.

Tabel 3. Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dan Kampung Pabuaran Sawah (Desa
Cibanteng) berdasarkan kelompok penyakit/Penggunaa.
Kelompok ∑ spesies
No Khasiat/macam penyakit/Penggunaan
penyakit/Penggunaan TO
1 Gangguan peredaran Kurang darah, darah kotor, kanker darah, pembersih darah, penambah darah,
16
darah kurang darah pada ibu hamil, dll yang berhubungan dengan darah.
2 Pencegah kehamilan, KB, membatasi kelahiran, mandul, menjarangkan kehamilan,
Keluarga berencana 4
dll
3 Penyakit tulang Patah tulang 4
4 Penawar racun Penawar racub binatang, digigit serangga, keracunan makanan 14
5 Pengobatan luka Luka, luka bakar, luka lainnya 30
6 Penyakit diabetes Kencing manis, diabetes 21
7 Penyakit gigi Gusi bengkak, gigi berlubang, dan infeksi 13
8 Penyakit ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, dan kencing batu 17
9 Penyakit jantung dan Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi, hipertensi, 30
pembuluh darah
10 Penyakit kelamin Kencing nanah, sipilis, raja sinsa, gonorrhoe 14
11 Penyakit kepala dan Sakit kepala, pusing, pening, demam pada orang tua, demam pada anak 45
demam
12 Penyakit khusus wanita Keputihan, terlambat haid, darah haid terlalu banyak, tidak dating haid, kanker 35
payudara, nyeri haid, sakit leher rahim, dll yang berhubungan dengan penyakit
wanita.
13 Penyakit kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksyim, cacar, campak, borok, gatal-gatal, 70
bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dll
14 Penyakit kuning Liver, sakit kuning, penyakit hati, hati bengkak, dll 15
15 Penyakit malaria Malaria, demam malaria, demam menggigil 7
16 Penyakit mata Mata meraqh, infeksi mata. 18
17 Penyakit mulut Sariawan, mulut bau, dan mengelupas 36
18 Penyakit otot dan Kejang, kejang perut, kejang-kejang, nyeri otot, reumatik, sakit pinggang, sakit 35
persendian otot, keseleo, encok dll yang berhubungan dengan otot
19 Penyakit saluran Susah kencing, sembelit, wasir, sakit saluran kemih, diuretik, susah buang air 86
pembuangan besar, ambeien, kencing darah, peluruh keringat, kencing malam
20 Penyakit saluran Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, peluruhb kentut, 109
pencernaan karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak
darah, berak lender, usus buntu, typus
21 Penyakit saluran Batuk, TBC, pilek, asma, sesak nafas, tenggorokan sakit, gondongan, mimisan, 62
pernafasan / THT paru-paru
22 Perawatan kehamilan dan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan, nifas, penyubur kandungan, 35
persalinan payudara bengkak, memperlancar ASI, dll yang berhubungan dengan hamil dan
melahirkan
23 Perawatan rambut, muka Penyubur rambut, penghalus kulit, jerawat, menghilangkan ketombe, bau rambut, 17
dan kulit (kosmetik) perawatan muka
24 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, 30
meningkatkan enzim, pencernaan, astringen/pengelat.
25 Kanker Tumor dan Kanker 4
26 Penyakit lainnya Kaki gajah, menurunkan berat badan, susah tidur, sakit telinga, limpa bengkak, 40
beri-beri, sakit kuku, mematikan jentik nyamuk, anti nyamuk perangsang syaraf, dll
yang tidak tercantum di atas
Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia 75

Tabel 4. Daftar sepuluh besar penyakit yang C. Pelatihan Konservasi TOGA (Budidaya,
banyak diderita masyarakat pada Pasca Panen, dan Pembuatan Produk)
kelompok umur 15-44 tahun wilayah Kerja Semua kader TOGA yang terpilih diikut
UPTD puskesmas kecamatan ciampea sertakan dalam sosialisasi program TOGA yang
tahun 2007. bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
semangat dalam mengembangkan pemanfaatan
Penderita
No Jenis Penyakit TOGA secara mandiri.
Jumlah % Setelah mengikuti pelatihan TOGA, beberapa
1 Gasteritis 775 10 kader TOGA merasakan manfaat dan semangat untuk
2 Pilek (Commond cold) 711 9 mengembangkan TOGA, salah satu cara yang dipilih
3 Penyakit Pulpa 684 9 oleh pak Endang (kader TOGA Pabuaran Sawah)
adalah dengan cara menambah koleksi tumbuhan
4 Batuk 671 9
obat yang ada di halaman rumahnya supaya bisa
5 Gangguan penyakit kulit 618 8
menjadi tempat koleksi tumbuhan obat yang dapat
6 Sakit Kepala 485 6 meningkatkan pengetahuan masyarakat. Sementara
7 ISPA 420 5 kader TOGA yang lainya memulai untuk membuat
8 Demam 342 4 produk tumbuhan obat berupa simplisia dan instan
9 Myalgia 261 3 tumbuhan obat.
Untuk menunjang pembuatan produk pasca
10 Penyakit lainnya 2.899
panen yang sudah mulai dikembangkan, pengadaan
alat-alat dan bahan sangat diperlukan untuk
menunjang kualitas produk. Sehingga program TOGA
Tabel 5. Daftar Jenis Penyakit yang pernah Diderita memberikan bahan dan peralatan kepada tiap
Responden di Kampung Gunung Leutik, kelompok kader TOGA berupa peralatan sederhana
Desa Benteng dan Kampung Pabuaran dalam pembuatan produk tumbuhan obat skala home
Sawah Desa Cibanteng. industri, yang diharapkan nantinya produk yang
No Jenis Penyakit Jumlah Responden yang dibuat dapat meningkatkan kesehatan dan ekonomi
Menderita (orang) masyarakat. Selain itu juga untuk menunjang
1 Alergi (gatal-gatal) 1 pengetahuan dalam pembuatan ramuan maka tiap
2 kelompok TOGA dibekali dengan buku-buku
Amandel 1
tumbuhan obat.
3 Asam urat 2 Salah satu hal yang penting dalam
4 Asma 2 pengembangan program TOGA adalah pemahaman
5 Batuk berdarah 1 dalam membudidayakan TOGA. Budidaya TOGA
6 Batuk biasa 3 sangat dibutuhkan untuk menunjang keberlanjutan
7 Bisul 1 pemanfaatan TOGA. Untuk menunjang tujuan
8
tersebut maka dibagikan lebih dari 500 tumbuhan
Darah rendah 1
obat kepada 1 kelompok kader TOGA. Harapannya
9 Darah tinggi 3 dari bibit tumbuhan obat yang diberikan ini bisa
10 Demam 3 menjadi pengawet plasma nutfah dan bisa
11 Diabetes 1 dikembang-biakan untuk menjadi bibit baru.
12 Diare 2
13 Ginjal D. Tumbuhan Obat Berpotensi Di Desa Benteng
2
Berdasarkan pada hasil survei di kedua
14 Kanker 1
kampung menunjukkan bahwa terdapat 15 spesies
15 Maag 14 tumbuhan obat yang berpotensi untuk dikembangkan
16 Paru-paru 2 menjadi TOGA, seperti disajikan pada Tabel 6.
17 Rhematik 3
18 Sakit gigi 1 E. Persepsi Responden terhadap Pengetahuan,
19 Sakit kepala Pemanfaatan dan Budidaya TOGA
13
20 Sakit pinggang 4 1. Persepsi terhadap TOGA
21 Sembelit 1 Persepsi responden sebagai sampel penenlitian
22 Typhus 1 ini dapat dikatakan hampir keseluruhan responden
76 Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia

yang diwawancarai berpendapat baik/positif terhadap Tabel 7. Tindakan berobat yang dilakukan oleh
TOGA dan berpendapat TOGA memberikan manfaat responden jika sakit.
karena TOGA sudah menjadi suatu tradisi (kebiasaan)
Jumlah Responden
keluarga secara turun temurun, sebagai pengobatan
tradisional, murah dan mudah memperolehnya, No Tindakan Pengobatan Kp. Kp.
Pabuaran % Gunung %
sudah terpercaya khasiatnya dan merupakan
Sawah Leutik
pengobatan alami yang tidak berbahaya, aman 1 Membuat obat sendiri
dikonsumsi, serta tidak ada efek samping. Namun, secara tradisional dari
tidak semua responden ikut memanfaatkan 6 30 9 45
pekarangan/kebun/
tumbuhan obat dari TOGA sebagai sarana hutan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, karena 2 Membeli obat ke
7 35 6 30
sebagian lebih cenderung menggunakan obat-obatan warung
modern dengan alasan lebih praktis, tidak repot 3 Berobat ke
7 35 5 25
seperti obat tradisional, lebih mudah puskesmas/ klinik
menggunakannya karena sudah jelas dosis dan Jumlah 100 100
aturan pakainya meskipun sebagian dari responden
menyadari bahwa obat-obatan modern mempunyai Berdasarkan Tabel 7 tersebut, disebutkan ada
efek samping. Hasil wawancara tentang tindakan tiga jenis tindakan pengobatan atau alternatif pilihan
pengobatan responden seperti tersaji pada Tabel 7. berobat berdasarkan kebiasaan yang dilakukan
responden dalam pengobatan dam pemeliharaan
Tabel 6. Daftar jenis tumbuhan obat yang berpotensi kesehatan. Responden yang membuat obat sendiri
dikembangkan menjadi TOGA di Desa secara tradisional dari pekarangan/kebun/hutan
Benteng. menunjukkan sebanyak 30% responden di Kampung
Pabuaran dan 45% responden di Kampung Gunung
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Leutik. Sedangkan responden yang melakukan
1 Sambiloto Andrographis Acanthaceae tindakan pengobatannya ke puskesmas/klinik sebesar
paniculata (Burm.F) 35 % di Kampung Pabuaran dan 30% di Kampung
Ness. Gunung Leutik. Dengan demikian, responden yang
2 Meniran Phyllanthus niruri L. Euphorbiacea memanfaatkan TOGA hampir sama dengan yang
3 Takokak Solanum torvum L. Solanaceae berobat ke Puskesmas.
4 Pegagan Centella asiatica (L.) Apiaceae Sebagian responden masih menggunakan jamu
Urban. dan obat tradisional dengan membuat sendiri dengan
5 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae bahan baku dari TOGA yang ada di pekarangan.
Roxb. Alasan mereka menggunakan obat tradisional
6 Jahe Zingiber officinale- Zingiberaceae
umumnya karena percaya khasiatnya yang dapat
purpurea Rosc.
menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit.
7 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia Rutaceae
(Christm & Panz) Responden umumnya menanam tumbuhan obat
Swingle sebagai TOGA di lahan pekarangan karena kesadaran
8 Binahong Anredera cordifolia Euphorbiaceae pentingnya apotek hidup di pekarangan rumah
9 Mahkota Phaleria macrocarpus Thymelaeaceae berdasarkan informasi yang diperoleh dari sebagian
Dewa (Sheff). Boerl. responden. Beberapa responden menyatakan
10 Rosella Hibiscus sabdariffa Malvaceae pemeliharaan dan pengobatan alami sudah biasa
11 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae dilakukan sebagai pengobatan awal sebelum terpaksa
membeli obat ke warung dan pergi ke puskesmas
12 Sangitan Sambucus javanica Caprifoliaceae
Reinw atau dokter.
13 Sirih Piper betle L. Piperaceae
2. Pengetahuan tentang TOGA
14 Brotowali Tinospora crispa Menispermaceae
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan
15 Kenikir Cosmos caudatus Asteraceae
sebagian besar responden (50%) mempunyai
Keterangan: pengetahuan yang kurang terhadap tumbuhan obat,
obat-obatan warung (kimia) yang dibeli oleh responden: dan hanya 5% yang mempunyai pengetahuan yang
Rheumacyl, Oskadon sp, Oskadon biasa, konidin, bintang tujuh sangat baik. Tingkat pengetahuan responden
puyer, minyak angin mamo, waisan, neo entrostop, bodrex, terhadap tumbuhan obat seperti tersaji pada
mixagrip, paramex, bodrexin, promag, inza, procold, neo Gambar 1.
nafasin, bodrex flu, Mylanta.
Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia 77

sebanyak 1-3 spesies. Sedangkan sebanyak 16%


membudidayakan 7-10 spesies tumbuhan obat,
sebagaimana tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah spesies tumbuhan obat yang


dibudidayakan.

Persentasi
Jumlah
No Kategori Responden Contoh Spesies
spesies
(%)
1 Kurang 1-3 70 Javasom, katuk,
Gambar 1. Tingkat pengetahuan responden salam, belimbing
wuluh, brotowali
terhadap jenis tumbuhan obat.
2 Sedang 4-6 14 Saga, sereh, jahe,
sembung, jarak,
pepaya rante
3. Pemanfaatan TOGA
3 Banyak 7-10 16 Kunyit, sirih, dadap,
Pemanfaatan tumbuhan obat sudah dilakukan sereh, lempuyang,
oleh nenek moyang kita dari beribu-ribu tahun yang mahkota dewa
lalu. Pemanfaatan tumbuhan obat ini dilakukan
secara turun-temurun begitu juga dengan
masyarakat Kampung Gunung Leutik. Berdasarkan F. Pendampingan
wawancara yang telah dilakukan terhadap responden Kegiatan pendampingan yang telah dilakukan
terdapat 95 spesies tumbuhan obat yang intensitas adalah (1) pengenalan berbagai spesies TOGA desa
penggunaanya sangat sering, yaitu hampir setiap kepada kader, secara langsung di lapangan, baik
hari, seperti disajikan pada Tabel 8. berupa ciri dan kegunaan; (2) teknik budidaya
berbagai spesies tumbuhan obat, mulai berupa pohon
sampai tumbuhan bawah atau herba; (3) teknik
Tabel 8. Spesies tumbuhan obat yang sering pasca panen tumbuhan obat, berupa pemanenan,
digunakan dalam pengobatan kampung pencucian, pengeringan dan penyimpanan; dan (4)
Gunung Leutik. teknik pembuatan produk obat tradisional, berupa
instant, bubuk dan teh. Metoda kegiatan
Klasifikasi Jumlah Jumlah
No Contoh spesies pendampingan yang dilakukan pendamping bersifat
Pengguna spesies
tidak pro-aktif, tetapi para kaderlah yang dituntut
1 Banyak 13 Kunyit, sirih, kumis
yang pro-aktif, sehingga diharapkan terbangun
(>7 orang) kucing, dadap serep,
alang-alang, ciplukan, persepsi, sikap dan perilaku yang benar-benar
mandiri yang datang dari pribadi-pribadi kader TOGA.
2 Sedang 13 Saga, daun sendokan,
(4-6 orang) kembang telang, salam, Pendamping dari KSH-IPB membangun motivasi,
jahe suji, pegagan semangat, menyediakan waktu dan tenaga dan siap
3 Kurang 69 Jarak, jeruk nipis, kaca
didatangi dan diganggu kapan saja oleh kader TOGA
(1-3 orang) piring, karuk, katuk, untuk konsultasi dan tukar pengalaman di kampus.
asam jawa Dalam pendampingan ini kelompok TOGA telah
di bekali untuk meningkatkan kemampuan kognitif
masyarakat dengan menyediakan buku-buku modul:
4. Budidaya TOGA (1) Tumbuhan Obat & Khasiatnya sebanyak 3 jilid;
Budidaya merupakan salah satu hal yang (2) Pembuatan Berbagai Produk Obat Tradisional;
penting dalam menjaga kelestarian dan dan (3) Pedoman Kader “Pemanfaatan Tanaman
keberlangsungan manfaat dari suatu spesies Obat untuk Kesehatan Keluarga. Kepada anggota
tumbuhan. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok diminta bekerja secara pro-aktif dan
masyarakat kampung Gunung Leutik dalam mandiri, kelompok menyusun program TOGA agar
melestarikan tumbuhan obat yang banyak digunakan terbangun sikap dan perilaku dari, oleh dan untuk
dalam kehidupannya. Dalam budidaya tentunya mereka.
banyak faktor yang melatar belakanginya. Pendampingan yang dilakukan kepada kader
Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar (70%) TOGA dilakukan dengan pendekatan pengembangan
masyarakat membudidayakan tumbuhan obat konsep Tri Stimulus AMAR (Alam, MAnfaat, Rela)
78 Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia

Pro Konservasi, yaitu 3 kelompok stimulus akan bagi membangun sikap dan perilaku konservasi
mendorong () sikap dan mendorong () perilaku TOGA.
konservasi TOGA, seperti dapat dilihat pada skema Kelompok nilai-nilai stimulus rela adalah nilai-
Gambar 2 (Zuhud, 2007). nilai yg menjamin tumbuh kerelaan masyarakat
Pendampingan yang dilakukan kepada untuk konservasi TOGA, misalnya adanya jaminan
kelompok kader TOGA yang kampung Gunung Leutik setiap anggota masyarakat punya hak akses untuk
dan kampung Pabauran Sawah dilakukan dengan manfaat TOGA secara legal, ada sistem insentif dan
membangkitkan nilai-nilai di dalam masyarakat yang disinsentif dalam kelompok masyarakat. Dihidup-
dapat menjadi stimulus untuk membangun sikap dan kembangkannya nilai-nilai religious seperti pahala
perilaku konservasi (pelestarian pemanfaatan) TOGA. dan dosa yang dapat menjadi stimulus rela
Kelompok nilai-nilai stimulus alam adalah masyarakat untuk bersikap dan berperilaku
semua pengetahuan yang berkaitan dengan sifat dan konservasi TOGA. Begitu juga kelompok free rider
karakteristik bio-ekologi setiap spesies tumbuhan tidak boleh diberi kesempatan berkembang di dalam
obat, yaitu seperti pengetahuan cara membuat bibit kelompok dan masyarakat, sehingga terbangun rasa
yang baik, cara menanam, penetapan habitat atau kebersamaan dan kenyamanan dalam masyarakat.
lokasi yang sesuai bagi kehidupan optimal spesies. Diharapkan stimulus rela ini terwujud dan
Kader didorong belajar sendiri di lapangan langsung berkembang menjadi pendorong sikap dan perilaku
untuk mengenal dan mempelajari perilaku hidup konservasi TOGA.
setiap spesies TOGA yang penting yang terdapat di
sekitar halaman rumah atau kampung mereka. G. Monitoring dan Evaluasi
Diharapkan kader dapat bersikap dan berperilaku Beberapa hasil monitoring dan evaluasi secara
yang sesuai dengan keinginan hidup setiap spesies kualitatif yang dianggap penting adalah adanya
TOGA yang diunggulkan, sehingga terwujud persepsi masyarakat kader memandang program
konservasi TOGA di lapangan. Nilai-nilai ini adalah TOGA sama dengan proyek-proyek yang dilakukan
yang berkaitan dengan kepentingan spesies TOGA IPB terdahulu di desa, yaitu mereka memandang
untuk hidup dan berkembang secara lestari. sebagai proyek dan mendapatkan uang langsung
Kelompok nilai-nilai stimulus manfaat sebagai insentif keikutsertaan dalam proyek,
adalah semua pengetahuan tentang manfaat atau sehingga persepsi ini sedikit menjadi kendala di
khasiat setiap spesies TOGA untuk kesehatan atau dalam membangun motivasi dan pembentukan
untuk mengobati penyakit tertentu. Nilai-nilai ini kelompok kader TOGA yang kompak dan tangguh.
adalah berkaitan dengan kepentingan atau manfaat Program TOGA dilakukan sepenuhnya dengan
untuk manusia. Diharapkan setiap kader memahami pendekatan memberi kail bukan memberi ikan
kegunaan utama dari setiap spesies TOGA unggulan kepada masyarakat, sehingga secara alami akan
dan selanjutnya diharapan akan menjadi stimulus teruji setiap anggota kader TOGA akan terus maju

Tri Stimulus AMAR Pro-Konservasi TOGA


 Stimulus Alam Sikap Konservasi
 Nilai-nilai alamiah TOGA sbg prasyarat
keberlanjutan konservasinya, masyarakat Cognitive
harus memahami budidaya yg sesuai dengan persepi, pengetahuan,
karakteristk bioekologi setiap spesies pengalaman, Konservasi
tumbuhan obat. pandangan, keyakinan TOGA
 Stimulus Manfaat Perilaku Aksi (pemanfaatan
 Nilai-nilai manfaat untuk pengobatan penyakit Affective Konservasi berkelanjuta)Ja
dan nilai financial dan ekonomi lainnya. emosi, suka-tak suka, TOGA di Kenyataan di
 Stimulus Rela senang- benci, dendam, lapangan
Nilai-nilai yg menjamin tumbuh kerelaan sayang, cinta dll
masyarakat untuk konservasi TOGA, mis.
punya hak akses untuk manfaat TOGA secara Overt actions
legal, ada sistem insentif dan disinsentif dalam kecenderungan
kelompok masyarakat, free rider tidak diberi bertindak
kesempatan, dll

Gambar 2. Diagram alir “tri-stimulus amar pro-konservasi”: stimulus, sikap dan perilaku aksi konservasi TOGA.
Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia 79

dan meluruskan motivasi dan semangat kader dan Revitalisasi konservasi TOGA bukanlah hanya
masyarakat. sekedar budidaya dan perlindungan tumbuahan obat,
Ada beberapa anggota yang keluar, karena tetapi juga merupakan rekayasa psikologi sosial,
merasa program ini tidak memberi mereka uang terutama pembangunan sikap dan perilaku
secara langsung. Namun sebaliknya banyak juga masyarakat yang membutuhkan waktu panjang yang
anggota kader yang menyadari dan telah merasakan bersifat tahunan, tidak cukup 1 tahun . Hal ini akan
manfaat langsung dari program TOGA ini. Mereka berhasil pra-syarat utamanya apabila masyarakat
merasakan penambahan pengetahuan dan secara nyata mendapat dan merasa manfaat dari
pengalaman tentang TOGA, karena telah menjadi TOGA tersebut, baik untuk menjaga kesehatan
wadah dalam tukar menukar pengetahuan dan mandiri secara murah maupun manfaat sosial dan
pengalaman disamping meningkatnya hubungan finansial bagi meningkatkan kesejahteraan
silaturrahim. masyarakat secara bersama-sama, sehingga dengan
terbangunnya stimulus manfaat akan menggerakkan
stimulus alam dan stimulus rela pada setiap individu,
KESIMPULAN yang selanjutnya merupakan pendorong
terbangunnya sikap dan perilaku konservasi TOGA
Jumlah spesies tumbuhan obat yang masyarakat.
ditemukan di Kampung di Kampung Gunung Leutik
dan Pabuaran Sawah (Desa Cibanteng dan Benteng)
sebanyak 237 spesies, dan 95 spesies yang sering DAFTAR PUSTAKA
digunakan oleh responden di kampung tersebut.
Jumlah spesies tumbuhan obat yang Dalimartha, S.. 1999. Atlas Tumbuhan Obat
diunggulkan untuk dikembangkan berdasarkan nilai Indonesia jilid 1. Trubus Agriwidya: Jakarta.
kegunaan untuk obat penyakit utama masyarakat
___________. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
Kampung Gunung Leutik dan Pabuaran Sawah dipilih
Jilid 2. Trubus Agriwidya: Jakarta.
sebanyak 15 spesies, meliputi : sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.F) Ness.), meniran ___________. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
(Phyllanthus niruri L.), takokak (Solanum torvum L.), Jilid 4. Puspa Swara: Jakarta.
pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.), temulawak
___________. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.), jahe (Zingiber
Jilid 2. Pustaka Bunda: Jakarta.
officinale-purpurea Rosc.), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (Christm & Panz) Swingle), binahong ___________. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia
(Anredera cordifolia), mahkota dewa (Phaleria Jilid 2. Pustaka Bunda: Jakarta.
macrocarpus (Sheff). Boerl.), rosella (Hibiscus
Hariana, H. Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan
sabdariffa), sirsak (Annona muricata L.), sangitan
Khasiatnya Seri 1. Penebar swadaya: Jakarta.
(Sambucus javanica Reinw.), sirih (Piper betle L.),
brotowali (Tinospora crispa), dan kenikir (Cosmos _____________. 2008. Arief. Tumbuhan Obat dan
caudatus). Khasiatnya Seri 2. Penebar swadaya: Jakarta.
Adanya program TOGA memberikan wadah
_____________. 2009. Tumbuhan Obat dan
penelitian, tukar menukar informasi dan
Khasiatnya Seri 3. Penebar swadaya: Jakarta.
pembelajaran bersama antara peneliti IPB dengan
masyarakat kampung dan antar sesama masyarakat Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna indonesia Jilid I-
kampung untuk mencari alternatif obat dari IV (terjemahan). Balai Penelitian dan
tumbuhan setempat, melalui dorongan kepada Pengembangan Kehutanan. Departemen
masyarakat untuk menggunakan tumbuhan obat Kehutanan. Jakarta.
setempat yang sudah diteliti khasiatnya baik secara
Kalangie, N.S. 1994. Pendekatan Pelayanan
uji-khasiat maupun secara empiris untuk digunakan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan
mengobati berbagai macam penyakit mereka secara
Sosiobudaya. PT. Kesaint Blanc Indah Corp.
mandiri dan murah. Salah satunya hasil dari proses
Jakarta.
pembelajaran ini yaitu adanya pengalaman empiris
masyarakat kader yang berpotensi menjadi produk Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Kompas: Jakarta.
obat tradisional unggulan, yaitu buah tekokak untuk
Kintoko. 2006. Prosfek Pengembangan Tanaman
obat penyakit gangguan prostat dan sirsak untuk anti
Obat. Prosiding Persidangan Antarabangsa
kanker.
Pembangunan Aceh. UKM Bangi: Aceh.
80 Vol. 16 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia

Kusumaatmadja, S. 1995. Sumbangan Kearifan Tukiman. 2004. Pemanfaatan TumbuhanObat


Tradisional Terhadap Upaya Pelestarian Keluarga (TOGA) untuk Kesehatan Keluarga.
Lingkungan Hidup: Sebuah Pengantar. Jurnal: Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kebudayaan Kearifan Tradisional dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Pelestarian Lingkungan. Centre for Strategic Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id.
and Internationl Studies: Jakarta.
Zein, U. 2006. Pemanfaatan tumbuhan obat dalam
Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. 2007. Peraturan upaya pemeliharaan kesehatan. Divisi penyakit
Daerah Kabupaten Luwu Utara No 7 tahun trofika dan infeksi bagian ilmu penyakit dalam
2007 Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan fakultas kedokteran Universitas Sumatera
Desa. Utara. http://library.usu.ac.id.
Pujiasmoro. 2009. Stategi Pengembangan Budidaya Zuhud, E.A.M. dan Haryanto. 1994. Pelestarian
Tumbuhan Obat dalam Menujang Pertanian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan
Berkelanjutan. Disampaikan pada Sidang Senat Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama
Terbuka Universitas Sebelas Maret. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB dan
http://pustaka.uns.ac.id. Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).
Bogor.
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. 2006. Laporan
Akhir Analisis Pangsa Pasar Domestik dan Zuhud, E.A.M. dan Siswoyo.2001. Rencana Strategis
Ekspor Obat Asli Indonesia . IPB: Bogor. Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia.
Kerjasama Proyek Pengelolaan dan Pemulihan
Pusat Studi Biofarmaka IPB. 2006. Pasar Domestik
Kerusakan Lingkungan BAPEDAL dan Fahutan
dan Ekspor Produk Tanaman
IPB. Bogor.
Obat(Biofarmaka).
http://seafast.ipb.ac.id/seafast.info/informasigr Zuhud, E.A.M. 2007. Sikap Masyarakat dan
atis/ PASAR DOMESTIK DAN EKSPOR PRODUK Konservasi: Suatu Analisis Kedawung (Parkia
TANAMAN OBAT.pdf. timoriana (DC) Merr.) sebagai Stimulus
Tumbuhan Obat bagi Masyarakat, Kasus di
Rahayu et al., 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Taman Nasional Meru Betiri. Sekolah
secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Jurna:
Disertasi. Tidak dipublikasikan.
Biodiversitas Volume 7 hal 245-250.
Rostiana, O., A. Abdullah dan P. Wahid. 1992.
Penelitian Plasma Nutfah Tumbuhan Obat.
Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Hasil
Penelitaian Plasma Nutfah dan Budidaya
Tumbuhan Obat. Balitbang Pertanian. Bogor.
Siswanto. 2000. Opsi Kebijakan Medikalisasi
Pengobatan Tradisional vs Pemberdayaan
Pengobatan Tradisional. Prosiding Makalah
Bebas Poster. Simposium Penelitian Bahan
Obat Alam. Kongres Nasional Obat Tradisional
Indonesia. Surabaya.
Suciati, R. 2004. Perencanaan Program Konservasi
Tumbuhan Obat di Taman Hutan Kampus
Leuwikopo Kampus IPB Darmaga. Skripsi.
Konservasi Sumberdaya Hutan IPB: Bogor.
Suyono, I.M. 1991. Studi Interaksi Masyarakat Desa
Sekitar dengan Tumbuhan Obat di Taman
Nasional Baluran. Skripsi Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Tidak diterbitkan.

Vous aimerez peut-être aussi