Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Februari 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konflik Klinik .......................................... 4
2.2 Penyebab Konflik Klinik ........................................... 7
2.3 Proses Konflik Klinik................................................. 12
2.4 Strategi dan Ketrampilan Manajemen Konflik Klinik 13
2.5 Penyelesaian Konflik Klinik ...................................... 15
2.6 Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan .... 18
2.7 Hasil Konflik Klinik................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit
didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari
kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977)
yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu
perawatan kesehatan.
kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan
tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
1
paling kecil, mengakui bahwa manajemen sumber daya manusia sangat
hal mudah. Banyak persoalan yang melingkupi pengelolaan sumber daya manusia
Setiap manusia memiliki sejumlah dorongan, tujuan dan kebutahan yang unik
dan selalu menuntut untuk dipuaskan. Bumi ini terdiri dari orang- orang seperti ini
yang bergerak dari segala penjuru, melalui massa dan ruang didalam perjalan
mereka jika perjalan ini dibayangkan sebagai sebuah kapsul yang memuat satu
orang yang melintasi kapsul – kapsul lain, maka setiap akan bersifat otonomi, dan
manusia tidak dapat diperhitungkan secara sosilogis; dan teori system umum akan
berlaku.
(interdependep) dengan kapsul lain. Bila semua orang dan kapsul- kapsul mereka
menginkan hal- hal yang komplemen, yaitu, apa yang dinginkan oleh seseorang
adalah apa yang ingin diberikan oleh orang lain, dan apa yang ingin dipertahankan
oleh seseorang adalah apa yang tidak dinginkan oleh orang lain, apa system- system
dapat hadir dengan itegrasi total. Tetapi, harmoni seperti ini tidak hadir didalam
realita konflik Klinik hadir didalam ketidakadaan integrasi total yang harmonis.
2
Karenanya , konflik Klinik selalu ada meskipun ditekan.manusia memmang tidak
berfikir menyakini, dan meinginkan hal yang sama. Konflik Klinik adalah sebuah
penyelesauian konflik Klinik diantara orang –orang agar tujuan dapat tercapai,
inilah yang merupakan isi dari bab ini. Bab mulai dengan pengertian konflik Klinik,
diikuti oleh bahasan tentang tipe dan penyebab konflik Klinik. Isi area ini menyusun
tahap proses konflik Klinik serta strategi dan manajemen konflik Klinik.
Penyelesaian serta hasil produktif dan destruktif dari konflik Klinik menjadi topic
akhir.
Rumusan masalah pada makalah ini adalah Apa yang dimaksud dengan konflik
Klinik, tipe-tipe konflik Klinik, penyebab konflik Klinik, proses konflik Klinik,
strategi dan manajemen konflik Klinik, cara penyelesaian konflik Klinik dan hasil
1.3 Tujuan
3
1.3.6 Mengetahui cara penyelesaian konflik Klinik
4
BAB II
PEMBAHASAN
lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis
1) Klinik Pratama
dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter
umum. Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha
ataupun perorangan.
2) Klinik Utama
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin
perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha berupa CV,
ataupun PT.
5
2.2 Pengertian Konflik Klinik
Konflik Klinik adalah sebuah keadaan yang timbul oleh karena perbedaan
merupakan hal yang mustahil untuk dihindarkan. Hal ini disebabkan oleh karena
karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Konflik Klinik yang
Agar konflik Klinik tetap menguntungkan, maka seorang pemimpin yang baik
harus dapat memilih pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan suatu konflik
konflik Klinik, yaitu sebuah cara yang digunakan oleh manajer atau pemimpin
dalam sebuah organisasi, untuk mengatasi konflik Klinik yang merugikan, atau
6
Perjuangan ini dapat terjadi di dalam individu atau di dalam kelompok. Pemimpin
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan perilaku seseorang. Douglass &
bevis (1979) mengartikan konflik Klinik sebagai suatu bentuk perjuangan diantara
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik Klinik terjadi akibat
adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu
taupun pada tatanan yang lebih luas, seperti antar-individu, antar-kelompok, atau
atau kelompok, mpeningkatan kesadaran, pemahaman diri dan orang lain, dan
perasaan positif kearah hasil interaksi atau hubungan dengan orang lain.
Konflik Klinik timbul didalam diantara dan antara orang- orang adanya
perbedaan adanya pada kenyataan definisi, pandangan, otoritas, tujuan, nilai, dan
7
sebagai konflik Klinik vertika atau horizontal. Konflik Klinik vertical meliputi
perbedaan antara pemimpin dan anak buah. Hal inin sering diakibatkan oleh
komunikasi dan kurang penyebaran persepsi dan perilaku yang tepat untuk peran
diri sendiri atau orang lain. Konflik Klinik horizontal adalh garis konflik Klinik
antara staff dan ada hubungan dengan praktik keahlian otoritas, dan sebagainya.
Pengirim sama pesan saling berlawaan. Contoh pemimpin yang sama menutut
pelayanan yang tinggi, menolak memecat anggota staff tidak kompeten dan
2. Antar pengirim
Pesan – pesan yang berlawan dari dua atau lebih pengirim. Contoh pimpinan
sebagai model pelayanan keperawatan; anak buah yakin bahwa mereka dapat
3. Antar pesan
8
pelatyanan obsteri dan pediatric didaerahnya, dengan menempatkan semau ahli
pediatric terbagi diantara dua rumah sakit lainya. Perawat yang sama juga
4. Peran pribadi
yang ada membuat tujuan ini jarang bisa tercapai, jika tidak boleh dibilang
5. Antar pribadi
Dua atau lebih orang bertindak sebagai pendukung kelompok- kelompok yang
6. Didalam kelompok
Nilai- nilai baru dari luar dimasukkan pada kelompok yang ada. Contoh
pendidikan berkelanjutan, dan staff perawat, yang dibayar murah tetapi puas,
7. Antar kelompok
9
Dua atau lebih kelompok dengan tujuan yang berlawanan. Contoh departemen
terdiri dari dari para dokter, menyakini bahwa mereka harus mengendalikan
8. Peran mendua
sebagai pengawas.
Seseorang tidak dapat memenuhi harapan orang lain untuk perannya. Contoh
bertanggung jawab terhadap 40 tempat tidur di unit penyakit kronis dan akut
terutama dalam suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa perilaku yang
10
1. Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog
dengan orang lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan non verbal. Terdapat
kepatuhan semu atau palsu dan kemampuan bekerja sama dengan orang
organisasi. Stres yang timbul ini dapat disebabkan oleh banyaknya stressor
yang muncul dalam lingkungan kerja seseorang. Contoh stressor antara lain
terlalu banyak atau terlalu sedikit beban yang menjadi tanggung jawab
seseorang jika dibandingkan dengan orang lain yang ada dalam organisasi,
3. Kondisi ruangan yang terlalu sempit atau tidak kondusif untuk melakukan
pengunjung pasien dalam suatu ruangan atau bangsal, dan bahkan dapat
11
berupa aktivitas profesi selain keperawatan, seperti dokter juga mampu
Klinik.
Klinik. Dokter yang tidak mau menerima umpan balik dari perawat, atau
perawat yang merasa tidak acuh dengan saran-saan dari dokter untuk
akan semakin “runyam” jika diantara pihak yang terlibat dalam pengelolaan
klien merasa direndahkan harga dirinya akibat sesuatu hal. Misalnya kata-
kata ketus dokter terhadap perawat atau nada tinggi dari perawat sebagai
5. Perbedaaan nilai atau keyakinan antara satu orang dengan orang lain. Perawat
menjadi tidak yakin dengan pendapat yang diusulkan oleh profesi atau tim
kesehatan lain. Keadaan ini akan semakin menjadi kompleks jika perbedaan
keyakinan, nilai dan persepsi telah melibatkan pihak diluar tim kesehatan
yaitu keluarga pasien. Jika ini telah terjadi, konflik Klinik yang muncul pun
dalamnya.
kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini tidak
12
tatanan organisasi. Hal ini bisa terjadi manakala sebuah kelompok didalam
oleh manager untuk suatu tugas tertentu atau area pelayanan tertentu, lantas
memisahkan diri dari sistem atau kelompok lain yang ada dibangsal tersebut
kelompo lain.
lebih dari satu peran pada waktu yang hamper bersamaan, masih merupakan
rumah sakit maupun di komunitas. Contoh peran ganda, antara lain satu sisi
Dalam kondisi ini sering terjadi kebingunan untuk menentukan mana yang
harus dikerjaka terlebih dahulu oleh perawat tersebut dan kegiatan mana yang
tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atay
kelompok.
sumber absolute terjadinya konflik Klinik. Sedikinya sumber daya insani atau
manusia, sering memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam suatu
tatanan organisasi. Contoh konflik Klinik yang dapat terjadi, yaitu persaingan
13
untuk memperoleh uang melalui pemikiran bahwa segala sesuatu pasti di
kedudukan.
Begitu juga individu yang selalu menginginkan perubaan akan menjadi tidak
nyaman bila tidak terjadi perubahan, atau perubahan dilakukan terlalu dalam
tatanan organisasinya.
10. Imbalan, beberapa ahli berpendapat bahwa imbalan kadang tidak cukup
dengan pembagian yang tidak merata anatar satu orang dan orang lain sering
informasi yang tidak seimbang, hanya orang-orang tertentu yang diajak biacar
14
oleh manager, penggunaan bahasa yang tidak efektif, dan juga penggunaan
media yang tidak tepat sering kali berujung dengan terjadinya konflik Klinik
Klinik dalam enam tahapan, yaitu kondisi yang mendahului, konflik Klinik yang
atau penekanan konflik Klinik, dan penyelesaian akibat konflik Klinik. Kondisi
yang mendahului merupakan penyebab terjadinya konflik Klinik seperti yang sudah
didiskusikan sebelumnya. Setelah terjadi suatu konflik Klinik, konflik Klinik yang
ada dipersepsi atau berusaha diketahui. Kondisi yang ada diantara pihak yang
terlibat atau di dalam diri dapat menyebabkan terjadinya konflik Klinik. Konflik
Klinik yang dipersepsi ini pada umumnya bersifat logis, tidak personal, dan sangat
objektif. Di sisi lain konflik Klinik akan dirasakan secara subjektif karena individu
merasa ada konflik Klinik relasi. Perasaan semacam ini sering diasumsikan sebagai
takut dan bahkan timbulnya perasaan tidak berdaya. Akibat dari kondisi-kondisi
perilaku agresif, pasif, aseptif, persaingan, debat, atau ada beberapa individu yang
atau menekan konflik Klinik tersebut. Perilaku tersebut dapat berupa perjnjian
15
siantara yang terlibat atau kadang melalui tindakan “penaklukan” pada pihak yang
terlibat. Oleh karena itu, upaya untuk menyelesaikan sisa atau akibat konflik Klinik
tersebut sudah selayaknya dilakukan oleh pihak yang terlibat. Jika hal itu tidak
dilakukan, dapat memunculkan konflik Klinik baru pada tempat dan waktu yang
berbeda.
kedua kelompok atau pihak yang terlibat konflik Klinik menjadi dingin dan
isu tidak gawat atau bila kerusakan yang potensial tidak akan terjadi dan lebih
penyelesaian konflik Klinik. Dengan demikian, pihak yang terlibat konflik Klinik
konflik Klinik, terutama yang terkait dengan tugas dan tanggungjawab stafnya.
Strategi yang biasa digunakan adalah melalui peningkatan motivasi antar staf guna
mengambil jalan tengah diantara pihak-pihak yang terlibat konflik Klinik. Hal ini
16
biasanya bersifat sementara sehingga bila situasinya sudah stabil, perlu
dikumpulkan pihak yang terlibat konflik Klinik untuk selanjutnya dapat dilakukan
penyelesaian masalah secara tuntas. Cara lain yang dapat ditempuh untuk
menyelesaikan konflik Klinik adalah dengan cara kerjasama. Cara ini dilakukan
dengan melibatkan pihak yang terlibat konflik Klinik untuk melakukan kerjasama
1. Membuat aturan atau pedoman yang jelas dan harus diketahui oleh semua
pihak.
2. Menciptakan suasana yang mendukung dengan banyak pilihan. Hal ini akan
jembatan pengertian.
perilaku.
17
7. Mempertimbangkan waktu dengan baik untuk semuanya, dan jangan menunda
kesalahan kerja.
Konflik Klinik yang terjadi dalam suatu tatanan organisasi misalnya bangsal
keperawatan harus dikenali sifat, jenis, penyebab, lamanya, dan kepelikan konflik
Klinik yang positif. Manajer dapat saja “mengabaikan” konflik Klinik yang terjadi
atau harus ikut campur tangan dalam penyelesaiannya. Jika persoalan yang
mendasari konflik Klinik sangat kecil, dalam arti hanya melibatkan dua orang
18
(perawat, perawat dengan profesi lain) dan tidak mempengaruhi proses pemberian
asuhan keperawatan secara bermakna, seorang manajer tidak harus ikut campur
izin agar pihak yang terlibat membuat perjanjian mengenai persoalan yang sedang
dihadapi dan cara apa yang sekiranya dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik
inisiatif untuk ikut seta aktif menyelesaikan konflik Klinik yang sedang terjadi
denga pertimbangan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang
1. Penggunaan disiplin
individual, tegas dalam keputusan, penciptaan rasa hormat dan rasa percaya
19
2. Pertimbangan tahap kehidupan
tahap dewasa muda dicirikan dengan kegiatan mengejar atau rasa “haus” akan
dengan tujuan yang diinginkan. Atas dasar ciri tersebut maka seorang manajer
3. Komunikasi
Dalam situasi ini, seorang manajer dapat melakukan beberapa tindakan untuk
20
keterampilan dasar yang menyangkut orientasai realitas, ketengan emosi,
4. Lingkaran kualitas
Cara lain yan gdapat digunakan untuk mencegah terjadinya konflik Klinik
5. Latihan keasertifan
Seorang manajer dapat juga melatih stafnya dalam hal keasertifan untuk
mencegah atau mengelola konflik Klinik. Sifat asertif dapat juga diajarkan
melalui progam pengembangan staf. Pada program ini perawat diajarkan cara
personel supaya mampu memegang aturan. Bila mereka tidak puas, mereka
perilaku asertif dapat dipelajari melalui studi kasus, bermain peran, dan
diskusi kelompok.
antara logika dan daya, dan jika tepat, akan menciptakan jalan keluar yang
21
memuaskan. Sekalipun tidak mudah untuk mengambil keputusan dalam berbagai
kondisi yang dihadapi, tetapi keputusan tetap harus diambil dalam setip kegiatan
yang dilakukan organisasi. Karena setiap keputusan memiliki dampak pada waktu
yang akan datang, oleh karena itu keputusan yang dapat diambil harus dapat
informasi yang akurat, tepat, dan lengkap. Berdasarkan hal tersebut perlu dibuat
Tahap pertama, pengkajian situasi. Tahap ini terdiri dari tiga proses yang
identifikasi tujuan dari penyelesaian masalah melalui keputusan yang akan diambil.
yang benar-benar masalah dan gejala dan apa yang menjadi sebab akibat dari gejala
keputusan menentukan secara pasti apa yang menjadi sebab dan apa yang menjadi
akibat. Proses terakhir dari tahap investigasi situasi adalah identifikasi tujuan dari
keputusan yang akan diambil. Pada proses ini, pengambil keputusan perlu
diambil sebagai langkah solusi. Tahap ini akan sangat tidak efektif jika masukan
berupa ide-ide kreatif dihasilkan melalui keterlibatan seluruh lapis pekerja yang
terkait dengan masalah yang dihadapi. Salah satu metode yang digunakan metode
22
brain storming/curah ide, yang seluruh pihak dilibatkan dalam penentuan
alternative secara kreatif dan bebas dalam menawarkan berbagai langkah solusi
yang terkait dengan masalah. Agar tahapan ini berjalan efektif dan efisien, maka
perlu dipimpin oleh seorang yang mampu mengendalikan proses pertemuan secara
efektif dan efisien. Pada tahap ini evaluasi belum dilakukan, artinya berbagai
sementara ditampung dulu, karena pada tahap ini seluruh ide ditampung tamping
melakukan evaluasi dan penilaian terhadap berbagai alternative yang muncul untuk
kemudian diambil satu atau lebih alternative yang dianggap terbaik. Untuk dapat
menentukan alternative solusi yang terbaik, maka pendekatan bagan alur (flow
memungkinkan.
Proses ini dilakukan pada proses perencanaan implementasi. Pada tahap ini
ditentukan siapa, apa saja, dan bagaimana alternative tersebut akan dijalankan.
implementasi dari rencana alternative yang akan dijalankan. Pada proses ini, apa
23
diimplementasikan. Untuk memastikan langkah implementasi tersebut berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka perlu dilakukan
memastikan bahwa apa yang telah dijalankan sesuai dengan apa yang telah
kekhawatiran yang tidak diinginkan. Pegang teguh, menolak menghadapi isu, pada
keputusan.
Deutsh( 1969, 1973) menegenali empat factor utama yang menentukan hasil konflik
1. Isu
Pada konflik Klinik yang destruktif, isu di besarkan, dirumuskan secara luas
dengan tambahan secara rinci , dan bermuatan emosi. Pada konflik Klinik yang
24
ditangani. Hanya isu perifer yang berhubungan hal pokok yang dididkusikan,
2. Kekuasaan
dan paksaan. Suasananya adalah persaingan dengan hasil menang dan kalah.
yang mungkin berupa kompromi atau sebuah jalan keluar yang dapat diterima
yang mungkin diterima yang mungkin berupa kompromi atau sebuah jalan
keluar yang baru; kebutuhan dan pandangan pribadi tidak dipaksakan pada
orang lain
4. Komunikasi
Saling tidak percaya, persepsi yang salah, dan peningkatan muatan emosi
konstruktif meliputi dialog terbuka dan jujur, slaing berbagi kekawatiran, dan
25
3 Konflik Klinik dapat bermanfaat bagi organisasi, bila pemimpin mempunyai
Jika perbedaan pendapat tentang sesuatu isu disuarakan dan jika masalah
dibuka, hali ini menunjukan bahwa orang- orang terlibat dan peduli. Lawan
dari cinta bukanlah benci, tetapi ketidakpedulian. Pada cinta dan benci terdapat
Klinik adalah akar perubahan pribadi dan social’( hlm153). Konflik Klinik
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik Klinik adalah sebuah keadaan yang timbul oleh karena perbedaan
merupakan hal yang mustahil untuk dihindarkan. Hal ini disebabkan oleh karena
karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Konflik Klinik yang
Perjuangan ini dapat terjadi di dalam individu atau di dalam kelompok. Pemimpin
dapat menggerakkan konflik Klinik ke hasil yang destruktif atau konstruktif. Secara
pemimpin dan anak buah, atau horizontal, yaitu garis relative staf. Sembilan tipe
konflik Klinik tercatat dalam literature : di dalam pengirim, di dalam peran, peran
pribadi, antar pribadi, di dalam kelompok, di antara kelompok, peran mendua, dan
umumnya telah dinyatakan dan dibahas. Penyebab umum ini antara lain perilaku
27
perawat yang berlebihan, perbedaan nilai dan keyakinan, eksklusifisme, peran
bergerak ke konflik Klinik yang di presepsi dan atau dirasakan. Selanjutnya adalah
Penyelesaian konflik Klinik yang konstruktif adalah sebuah aspek penting dari
keterlibatan dan menejemen yang mempunyai tujuan, juga didiskusikan. Tidak ada
harus dipilih dan dilaksanakan strategi yang terbaik untuk situasi yang unuk
tersebut.
3.2 Saran
Konflik Klinik adalah sebuah kemutlakan, pemimpin harus belajar untuk secara
dapat tercapai. Dari hasil pembahasan di atas, diharap para pembaca baik yang
merupakan calon pemimpin ataupun yang telah menjadi pemimpin, agar dapat me-
manajemen institusi atau organisasinya dengan baik agar terbebas dari konflik
28
DAFTAR PUSTAKA
29