Vous êtes sur la page 1sur 7

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 9, No. 3, hal. 137 - 143, 2013


ISSN 1412-5064

Pembuatan Papan Partikel (Particle Board) dari Tandan Kosong


Sawit dengan Perekat Kulit Akasia dan Gambir
Umi Fathanah*, Sofyana

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala


Jln T. A. Rauf No. 7 Darussalam Banda Aceh
*E-mail: umi_fathur@yahoo.com

Abstract

The need of wood as one of raw materials in furniture industry keeps increasing. One of
efforts to reduce wood consumption is to develop research by creating composite design from
material that contains sellulose to be particle board. Particle board is one of material
alternatives that can be wood substitute. The objective of this research is to investigate the
effect of natural-adhesive-mixture composition (acacia bark and gambier) with oil-palm-empty
bunch toward mechanical property of particle board. Characterization of particle board was
carried out by undertaking mechanical property testing (tensile strength and compressive
strength) under wet and dry conditions. Composition variations of adhesive and oil-palm-
empty bunch were 30:70; 40:60; 50:50; 60:40; 70:30. Making process of particle board is
carried out by mixing oil-palm-empty bunch and adhesive with addition of 2% para-
formaldehyde and water as much of 10%. Furthermore, the mixture is compressed by using
Hot Press at temperature of 150oC and pressure of 10 kg/cm2 for 15 minutes. The research
result indicates that the higher the adhesive composition (either adhesives of acacia bark or
gambier), particle board resulted is better. In dry condition, values of the tensile strength of
particle boards that have acacia bark adhesive and gambier adhesive have range of 84.2 -
104 Kgf/cm2 and 83.4 - 81.5 kg/cm2, respectively. Whereas, values of compressive strength
of particle boards that have adhesives of acacia bark and gambier are in the range of 6.8 -
10.5 kg/cm2 and 6.3 - 9.3 kg/cm2, respectively. The values of tensile strength and
compressive strength are obtained on compositions of adhesive: oil-palm-empty bunch ≥
40:60, and they have fulfilled satandard of SNI 03-2105-1996. The values of tensile strength
and compressive strength of particle board in wet condition, either adhesives of acacia bark or
gambier, have not fulfilled standard of SNI 03-2105-1996.

Keywords: empty-bunch-oil palm, acacia bark, gambier, particle board, tensile strength

1. Pendahuluan papan partikel dari TKS lebih sesuai untuk


bahan meubel dari pada untuk bahan
Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bangunan karena keawetannya biasanya
bahan bangunan atau furniture terus ditambahkan bahan pengawet yang
meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlahnya sekitar 0,5 persen dari berat
pertambahan penduduk sementara keterse- papan partikel. Papan partikel dari serat TKS
diaan kayu di hutan baik jumlah maupun yang dicampurkan dengan perekat kemudian
kualitasnya semakin terbatas. Hal ini ber- diproses, dimana ukuran dan kerapatan
pengaruh terhadap industri papan partikel papan dapat disesuaikan dengan tujuan dan
yang semakin sulit mendapatkan kayu yang pemakaiannya (Admin, 2008).
solid berkualitas baik. Salah satu alternatif
menggantikan partikel kayu adalah Tandan Menurut Hermiati dan Euis (2003), TKS
Kosong Sawit (TKS). TKS merupakan salah untuk berbagai macam produk papan
satu limbah hasil perkebunan yang keter- partikel adalah kompatibilitas antara perekat
sediaannya berlimpah dan belum optimal dan serat pada waktu pembuatan produk
dimanfaatkan. Uraian di atas menunjukan serta timbulnya bau yang kurang sedap dari
bahwa TKS memiliki potensi yang sangat bahan setelah penyimpanan beberapa lama.
besar untuk digunakan di bidang rekayasa, Teknologi material komposit saat ini menga-
khususnya sebagai bahan baku pada lami perkembangan untuk penggunaan
pembuatan papan partikel, dengan meman- bahan alam sebagai komponen pembentuk-
faatkan kulit kayu akasia dan gambir nya, terutama penggunaan serat alam
sebagai perekat (matriks). sebagai pengganti serat sintetis yang selama
ini dipakai. Salah satu alasannya karena
Papan partikel umumnya berbentuk datar polusi yang disebabkan oleh material sintetis
dengan ukuran relatif panjang, lebar, dan yang pada umumnya sulit didaur ulang. Dan
tipis sehingga disebut panel. Menurut juga serat alam memiliki ketersediaan yang
Haygreen dan Bowyer (1989) ukuran ideal melimpah dan pada umumnya ramah
partikel untuk papan partikel adalah 0,5 – 1 lingkungan karena dapat terutai atau
in dan tebal 0,010 - 0,015 in. Penggunaan biodegradable (Mulyadi, 2004).

137
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

Pada industri pulpatau bubur, pohon akasia biasanya silinder, menyerupai gula merah,
menjadi andalan. Tanaman ini mempunyai warnanya coklat kehitaman. Gambir (dalam
keunggulan dibandingkan beberapa jenis perdagangan antar negara dikenal sebagai
tanaman lain. Selain batang pohonnya cocok gambier) biasanya dikirim dalam kemasan
dijadikan bubur kertas, tanaman ini 50 kg. Nama lainnya dalah catechu, gutta
mempunyai kadar selulosa tinggi dan gambir, catechu pallidum (pale catechu).
mampu tumbuh dengan cepat. Namun, Gambir dapat juga dijadikan sebagai bahan
industri pulp tidak mengambil seluruh bagian baku utama perekat kayu lapis dan papan
dari pohon akasia untuk dijadikan bubur partikel. Bila gambir yang diekspor tersebut
kertas. Hal ini karena tidak semua bagian digunakan sebagai bahan baku perekat kayu
pohon akasia layak untuk dijadikan pulp lapis di dalam negeri maka baru akan
salah satunya yaitu kulit akasia. Pada memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis
industri kertas kulit kayu akasia belum yang berkapasitas 5000-6000 m3/bulan. Hal
banyak dimanfaatkan, selama ini hanya ini masih kurang dibanding kebutuhan pabrik
dibiarkan menjadi limbah tak terurus. kayu lapis dan papan partikel yang ada di
Hingga kini belum ada upaya pemanfaatan Pulau Sumatra.
limbah kulit kayu untuk di daur ulang atau
untuk keperluan lain (Admin, 2008). Polifenol alami merupakan metabolit
sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam
Menurut Subiyakto dan Prasetya (2004) suatu golongan tanin. Tanin adalah senyawa
potensi yang biasa dimanfaatkan pada fenolik kompleks yang memiliki berat
limbah pulp adalah polifenol alam, yaitu molekul 500 – 3000. Tanin ini dibagi
tanin yang terdapat pada serbuk kulit menjadi dua kelompok atas dasar tipe
akasia. Menurut beberapa penelitian, tanin ini struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa
berguna dalam proses perekatan. Berdasarkan hidrolitik terutama asam, tanin
hasil ekstraksi kulit akasia, ternyata terdapat terkondensasi (condensed tannin) dan tanin
kadar tanin sebesar 40%. Tanin ini yang dapat dihidrolisis (Hydrolyzable tannin)
merupakan komponen zat organic derivate (Naczk dkk., 1994).
polimer glikosoda yang terdapat dalam
bermacam-macam tumbuhan. Ekstrak tanin Beberapa penelitian tentang papan patikel
terdiri dari campuran senyawa polifenol yang telah dilakukan. Erwinsyah (2004) meneliti
sangat kompleks dan biasanya tergabung pemanfaatan TKS sebagai material papan
dengan karbohidrat rendah. Berdasarkan uji partikel. Berdasarkan hasil penelitian, sifat
coba yang dilakukan, tanin ini dapat fisik dan mekanik papan partikel dari tandan
digunakan sebagai bahan perekat kayu lapis kosong sawit telah memenuhi SNI untuk
eksterior maupun interior, sehingga sangat penggunaan interior. Kasim dan Anwar
berpotensi untuk dijadikan bahan perekat (2007) berhasil memanfaatkan limbah TKS
kayu (Subiyakto dan Prasetya, 2003). untuk dijadikan papan partikel dengan
menggunakan gambir sebagai perekat.
Pemanfaatan bahan baku lokal yang berasal Namun hasil penelitian ini perlu beberapa
dari sumber daya alam sendiri sebagai penyempurnaan untuk mendapatkan hasil
bahan baku industri dalam negeri sangat optimal sesuai mutu dan karakteristik yang
penting dioptimalkan sehingga dapat diinginkan. Mutu papan partikel menurut
mengurangi ketergantungan pada Sugtino dan Paribroto (2001), meliputi
i m p o r . G a m b i r merupakan produk dari beberapa hal seperti cacat, ukuran, sifat
tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) fisis, mekanis, dan kimia. Amin (2009) telah
mengandung senyawa fungsional yang berhasil membuat papan partikel TKS. Papan
termasuk dalam golongan senyawa polifenol. yang dihasilkan sudah dapat dibuat dengan
Senyawa polifenol dalam gambir terutama ukuran skala industri (240 cm x 120 cm).
adalah katekin. Bagian tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis dari komoditas 2. Metodologi
gambir ini adalah getahnya yang diperoleh
dari daun yang mengandung tanin, katekin, 2.1 Alat dan Bahan
tanin kateku, fluoresin, kuersetin dan lilin.
Namun yang paling banyak dimanfaatkan Penelitian dilakukan di Laboratorium Operasi
adalah katekin dan tanin (Heyne, 1987). Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.
Gambir adalah ekstrak air panas dari daun Analisis produk dilakukan di Laboratorium
dan ranting tanaman gambir yang MIPA Fisika dan Laboratorium Teknik Mesin
disedimentasikan kemudian dicetak dan Unsyiah. Alat yang digunakan berupa ball
dikeringkan. Hampir 95% produksi dibuat mill, timbangan digital, labu leher tiga,
menjadi produk ini, yang dinamakan betel penangas, pengaduk, thermometer, hot
bite atau plan masala. Bentuk cetakan press, mesin uji tarik, mesin uji tekan,

138
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

cetakan uji tarik dan uji tekan. Sedangkan papan partikel pada keadaan kering dapat
bahan yang digunakan adalah limbah tandan dilihat pada Gambar 1. Tampak bahwa nilai
kosong sawit (TKS), kulit akasia, gambir, kekuatan tarik meningkat dengan
parafenol, paraformaldehid dan air. bertambahnya komposisi masing-masing
perekat. Semakin tinggi rasio bahan perekat
2.2 Pembuatan Papan Partikel yang digunakan maka semakin besar
kerapatan papan partikel sehingga semakin
TKS dipotong menjadi kecil-kecil dengan meningkatkan nilai rekatnya.
ukuran 1 cm. Potongan ini masih
mengandung kadar air 73%, minyak 9% dan Papan partikel dengan perekat kulit akasia
kotoran-kotoran sehingga perlu dilakukan memiliki nilai keteguhan tarik pada kisaran
perebusan selama 2 jam. Proses perebusan 84,2-104 kgf/cm2, sedangkan papan partikel
sangat efektif dalam menurunkan kadar dengan perekat gambir, nilai keteguhan tarik
lemak yang terdapat pada serat TKS dicapai pada kisaran 83,4-81,5 kgf/cm2,
(Subiyakto dan Prasetya, 2003). Kemudian dimana nilai keteguhan tarik yang dihasilkan
TKS dikeringkan di bawah sinar matahari sudah dapat memenuhi standar SNI 03-
untuk menurunkan kadar air hingga 2105-1996 yang di isyaratkan yaitu > 80
mencapai 10%. Sedangkan kulit akasia dan kgf/cm2. Hasil penelitian juga menunjukkan
gambir masing-masing dibuat serbuk, kecenderungan papan partikel menggunakan
kemudian diayak dengan ukuran 60 mesh. perekat kulit kayu akasia memiliki nilai
Selanjutnya dikeringkan dibawah sinar keteguhan tarik yang lebih besar
matahari untuk menurunkan kadar air dibandingkan dengan perekat gambir. Hal ini
hingga 3%. Serat TKS selanjutnya dicampur disebabkan karena kandungan tanin pada
dengan perekat (kulit akasia atau gambir) kulit kayu akasia lebih besar dari tanin pada
dalam suatu wadah dengan perbandingan gambir (kandungan tanin pada kulit kayu
perekat dengan TKS adalah 30:70; 40:60; akasia 48% dan tanin pada gambir 24,56%).
50:50; 60:40; 70:30. Selanjutnya pada Tanin mengandung senyawa fenol yang
campuran ditambahkan air sebanyak 10% dapat membantu proses perekatan,
dan paraformaldehid sebanyak 2%. sehingga kontak antar partikel menjadi lebih
Kemudian campuran diaduk hingga perekat kuat, kompak, dan padat.
dan TKS tercampur rata.
Papan partikel berperekat kulit akasia dan
Setelah perekat dan partikel serat TKS TKS dengan perbandingan 30:70, serta
tercampur merata, dilanjutkan dengan komposisi perekat gambir dan TKS dengan
proses pengepresan atau pengempaan. perbandingan 30:70 dan 40:60, nilai
Proses pengepresan ini dilakukan dengan keteguhan tarik yang dihasilkan belum
menggunakan hot press untuk mendapatkan memenuhi standar SNI. Hal ini disebabkan
lembaran papan yang padat dan kuat karena pada campuran ini lebih banyak
dengan temperatur pengempaan 150oC, komposisi serat TKS daripada perekat.
tekanan 10 kg/cm2, dan waktu 15 menit. Perekat alami berupa kulit kayu akasia
Papan partikel akan dibuat dengan panjang maupun gambir ini merupakan ekstender
120 mm, lebar 50 mm dan ketebalan 2 mm. yaitu bahan yang memiliki kemampuan
Selanjutnya papan partikel yang telah untuk merekat tetapi bukan base.
dicetak didinginkan pada temperatur kamar. Proporsinya lebih banyak dibandingkan
dengan fillers dan terutama berfungsi untuk
2.3 Analisis Papan Partikel mengurangi biaya perekat (Ruhendi dkk.
2007). Menurut Subiyakto dan Prasetya
Karakterisasi papan partikel dilakukan (2003), nilai keteguhan tarik tidak banyak
dengan melakukan uji tarik (keteguhan dipengaruhi oleh perlakuan awal serat TKS.
tarik) dan uji tekan (kteguhan tekan), pada Pengaruh terbesar berasal dari adanya
keadaan kering dan basah. Untuk pengujian variasi komposisi perekat dan kerapatan
basah, sampel papan partikel direndam papan partikel. Sehingga papan partikel dari
dalam air selama 1 jam sebelum dilakukan TKS dengan kerapatan dan komposisi
pengujian, sedangkan untuk pengujian perekat terbesar akan memiliki kerekatan
kering, langsung dilakukan pengujian. antar partikel yang lebih besar.

3. Hasil dan Pembahasan 3.2 Keteguhan Tarik pada Keadaan


Basah
3.1 Keteguhan pada Keadaan Kering
Uji tarik (keteguhan tarik) papan partikel
Pengaruh komposisi perekat (kulit akasia dalam keadaan basah dilakukan dengan
dan gambir) dengan TKS terhadap uji tarik merendam papan partikel yang dihasilkan di

139
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

Keteguhan Tekan (kgf/cm 2)


6

2
Kulit Akasia
1 Gambir

0
30:70 40:60 50:50 60:40 70:30

Rasio Perekat : TKS (%)

Gambar 1. Hubungan rasio bahan perekat (kulit akasia atau gambir) dan TKS terhadap keteguhan tarik
(kgf/cm2) papan partikel pada keadaan kering

80

70
Keteguhan Tarik (kgf/cm2)

60

50

40
Kulit Akasia
30 Gambir

20

10

0
30:70 40:60 50:50 60:40 70:30

Rasio Perekat : TKS (%)

Gambar 2. Hubungan rasio bahan perekat (kulit akasia atau gambir) dan TKS terhadap keteguhan tarik
(kgf/cm2) papan partikel pada keadaan basah

dalam air selama 1 jam terlebih dahulu, TKS menurun dan kerapatan papan partikel
sebelum dilakukan pengujian uji tarik papan menjadi sangat kecil, sehingga air mudah
partikel pada keadaan basah. Grafik masuk melalui ruang antar papan partikel.
hubungan papan partikel yang dibuat dari Jatmiko (2006) menyatakan bahwa terdapat
TKS dengan menggunakan perekat kulit beberapa faktor yang mempengaruhi
akasia dan gambir terhadap keteguhan tarik besarnya penyerapan air papan partikel
papan partikel pada keadaan basah dapat yaitu adanya saluran kapiler yang meng-
dilihat pada Gambar 2. Terlihat bahwa hubungkan antar ruang kosong, volume
semakin banyak rasio bahan perekat yang ruang kosong diantara papan partikel,
digunakan maka kekuatan tarik papan dalamnya penetrasi perekat terhadap papan
partikel pada keadaan basah semakin partikel dan luas permukaan partikel yang
menurun. Hal ini disebabkan karena baik tidak ditutupi perekat. Penyerapan air dapat
perekat kulit akasia dan gambir keduanya menurunkan stabilitas papan partikel yang
memiliki sifat hidrofilik yaitu mudah dihasilkan.
menyerap air. Sehingga pada saat
perendaman papan partikel terjadi pereng- Nilai keteguhan tarik maksimum pada
gangan akibat penyerapan air yang keadaan basah untuk papan partikel dengan
menyebabkan ikatan kuat antara partikel perekat kulit kayu akasia mencapai 70

140
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

kgf/cm2. Sedangkan pada papan partikel perbandingan komposisi perekat gambir


berperekat gambir nilai keteguhan tarik dengan TKS 7 0 : 3 0 .
maksimum yang diperoleh adalah 66
kgf/cm2. Nilai keteguhan tarik pada keadaan Fenomena meningkatnya nilai
basah ini belum dapat memenuhi standar keteguhan patah dengan bertambahnya
SNI 03-2105-1996 yang disyaratkan yaitu komposisi perekat baik perekat kulit kayu
minimal memiliki kekuatan tarik >80 akasia maupun gambir disebabkan karena
kgf/cm2. adanya kandungan senyawa fenol yang
terdapat dalam tanin yang dapat membantu
3.3. Keteguhan Tekan Papan Partikel proses perekatan sehingga ikatan di antara
pada Keadaan Kering partikel semakin kuat untuk menahan beban
yang diberikan sampai batas maksimum.
Hubungan papan partikel pada keadaan Nilai keteguhan tekan yang dihasilkan untuk
kering terhadap keteguhan tekan dapat papan partikel dengan komposisi perekat
dilihat pada Gambar 3. Dapat dilihat bahwa kulit kayu akasia ≥ 40 mencapai kisaran
nilai keteguhan tekan dari papan partikel 8,6-10,5 kgf/cm2, sedangkan untuk papan
semakin meningkat dengan bertambahnya partikel dengan komposisi perekat gambir ≥
komposisi perekat. Hal ini dapat dilihat dari 40, nilai keteguhan tekan yang dihasilkan
hasil pengujian keteguhan tekan pada mencapai kisaran 6,3 – 9,3 kgf/cm2. Nilai
perbandingan komposisi kulit akasia dan tersebut berada pada kisaran yang
TKS 30 : 70 adalah 2,8 kgf/ cm2 yang terus ditentukan oleh SNI 03-2105-1996 yaitu > 6
meningkat hingga mencapai 10,5 kgf/ cm2 kgf/cm2.
pada perbandingan kulit akasia dengan TKS
70 : 30. Hal ini disebabkan karena semakin 3.4 Keteguhan Tekan Papan Partikel
besar luas permukaan partikel dari perekat pada Keadaan Basah
maka akan semakin besar kemungkinan
terjadinya kontak antara partikel serat dan Sebelum dilakukan uji tekan (keteguhan
serat TKS, sehingga papan partikel yang tekan) pada keadaan basah, terlebih dahulu
dihasilkan akan semakin baik dengan papan partikel direndam dalam air selama 1
penyebaran perekat merata. jam. Hubungan perbandingan komposisi
perekat kulit akasia atau gambir dan TKS
Keteguhan tekan papan partikel dengan terhadap uji tekan papan partikel pada
perekat gambir dan TKS juga berlaku sama keadaan basah dapat dilihat pada Gambar 4.
seperti perbandingan komposisi perekat kulit Papan partikel yang dibuat dari TKS dengan
akasia. Pada saat dilakukan pengujian dalam menggunakan perekat kulit akasia atau
keadaan kering, nilai keteguhan tekan akan gambir memberikan kecenderungan yang
meningkat dengan bertambahnya komposisi sama yaitu semakin bertambahny a
perekat. Pada perbandingan komposisi komposisi perekat, maka nilai keteguhan
perekat gambir dan TKS 30:70 nilai tekan pada keadaan basah juga semakin
keteguhan tekan adalah 2,2 kgf/cm2 dan meningkat. Nilai keteguahn patah optimum
terus meningkat dengan bertambahnya diperoleh pada papan partikel dengan
komposisi perekat menjadi 9,3 kgf/cm2 pada komposisi seimbang yaitu perbandingan

12
Keteguhan Tekan (kgf/cm 2)

10

8
Kulit Akasia
6
Gambir
4

0
30:70 40:60 50:50 60:40 70:30
Rasio Perekat: TKS (%)

Gambar 3. Hubungan rasio bahan perekat (kulit akasia atau gambir) dan TKS terhadap keteguhan tekan
(Kgf/cm2) papan partikel pada keadaan kering

141
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

Keteguhan Tekan (kgf/cm 2)


6

2 Kulit Akasia
1 Gambir

0
30:70 40:60 50:50 60:40 70:30

Rasio Perekat : TKS (%)

Gambar 4. Hubungan rasio bahan perekat (kulit akasia atau gambir) dan TKS terhadap keteguhan tekan
(kgf/cm2) papan partikel pada keadaan basah

perekat dengan TKS sebesar 50:50, yaitu 6 guhan tarik dan keteguhan tekan pada papan
kgf/cm2 untuk perekat kulit kayu akasia dan partikel. Pada keadaan kering, nilai keteguh-
5,4 kgf/cm2 untuk perekat gambir. Nilai an tarik dan keteguhan tekan papan partikel
kekuatan tekan mengalami penurunan pada dengan komposisi perekat kulit kayu akasia
komposisi perekat ≥ 60, baik untuk perekat maupun gambir ≥ 40, telah memenuhi
kulit kayu akasia maupun gambir. standar SNI 03-2105-1996, sedangkan
dalam keadaan basah, nilai keteguhan tarik
Penambahan kadar perekat berarti mengu- dan keteguhan tekan belum memenuhi
rangi jumlah partikel yang digunakan standar SNI 03-2105-1996.
sehingga mengurangi luas dan volume
partikel yang dapat ditutupi perekat. Daftar Pustaka
Semakin rapat dan semakin luasnya daerah
kontak antar partikel membuat pemakaian Admin, (2008) Memanfaatkan Akasia
perekat menjadi lebih efektif dan menghasil- sebagai Perekat. UPT Balai Litbang
kan keteguhan tekan papan yang lebih baik. Biomaterial-LIPI.
Sebaliknya jika perekat melebihi komposisi
optimum, maka akan menye-babkan perekat Amin. (2009) Papan Partikel dari Tandan
terkonsentrasi pada satu daerah sehingga Kosong Kelapa Sawit (TKKS),
keteguhan tekannya menjadi menurun. Dari http://www.inovasi.lipi.go.id/ diakses
Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai 10 Februari 2009.
keteguhan tekan pada keadaan basah, baik
papan partikel berperekat kulit kayu akasia Erwinsyah. (2004) Pengaruh jenis dan
maupun gambir, tidak ada yang memenuhi konsentrasi perekat terhadap sifat fisik
nilai standar yang di isyaratkan SNI 03- dan mekanik papan partikel dari
2105-1996 yaitu > 6 kgf/cm2. tandan kosong sawit, Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Kayu Tropis, 12(1).
4. Kesimpulan
Haygreen, J. G., Bowyer J .L. (1989) Hasil
Nilai keteguhan tekan papan partikel pada Hutan dan Ilmu Kayu, Gajah Mada
keadaan kering mengalami peningkatan University Press, Yogyakarta.
dengan bertambahnya komposisi perekat,
baik menggunakan perekat kulit kayu akasia Hermiati, Euis. (2003) Reduction of dirts and
maupun perekat gambir. Kulit kayu akasia extractives contents of oil palm empty
maupun gambir memiliki tanin yang me- fruit bunch fiber by water treatment.
ngandung senyawa fenol yang berfungsi Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol 1.
untuk membantu proses perekatan, sehing-
ga kontak antar partikel menjadi lebih kuat, Heyne (1987) Tumbuhan berguna Indonesia,
kompak dan padat. Sifat hidrofilik kulit kayu Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.
akasia maupun gambir menyebabkan papan
partikel mudah menyerap air, berakibat Jatmiko (2006) Pengaruh Jenis dan
stabilitas dimensi papan partikel menurun. Pada Kerapatan Kayu Terhadap Sifat Fisis
keadaan basah jumlah yang melebihi komposisi dan Mekanis Papan Partikel. Skripsi,
optimum menyebabkan penurunan nilai kete- Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

142
Umi Fathanah dan Sofyana / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 3

Kasim, Anwar. (2007) Influence of hulls. J. Agric. Food Chem, 42, 2196-
Temperature and Pressing Time on 2200.
Particle board Proscessing from Palm
Oil Trunk (Elaeis Guineensis Jacq and Ruhendi, S., Koroh, D. N., Syamani, F. A.,
Gambir (Uncaria Gambir Roxb) Yanti, H., Nurhaida, Saad, S., Sucipto,
Adhesive on Particleboard Properties, T. (2007) Analisis Perekatan Kayu.
Andalas University. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Kasim, Anwar (2008) Papan Tiruan
Berbahan Limbah Tandan Kosong Subiyakto, Prasetya, B. (2004) Pemanfaatan
Kelapa Sawit (TKKS), http://nasional. Langsung Serbuk Kulit Kayu Akasia
kompas.com/read/2008/03/07/07261 sebagai Perekat Papan Partikel. UPT
285 diakses 10 April 2009. Balai Penelitian dan Pengembangan
Biomaterial LIPI Bogor, Bogor.
Maloney, T., M. (1993) Modern Particle
board and Dry Process Fiberboard Subiyakto, Prasetya, B. (2004) Pemanfaatan
Manufacturing. Miller Freeman, Inc Limbah Tandan Kosong dari Industri
San Fransisco. Pengolahan Kelapa Sawit untuk Papan
Partikel dengan Perekat Penol
Mulyadi, D. (2004) Penggunaan Serat Rotan Formaldehid. UPT Balai Biomaterial-
Sebagai Penguat pada Komposit LIPI, Bogor.
dengan Matriks Poliester. Departemen
Teknik Mesin FTI-ITB, Bogor. Sutigno, Paribroto. (2001) Mutu Produk
Papan Partikel. Pusat Penelitian
Naczk, M., Nichols, T., Pink, D., Sosulski, F. Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
(1994) Condensed tannins in canola Ekonomi Kehutanan, Bogor.

143

Vous aimerez peut-être aussi