Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah.
Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi dan
inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi
darurat nomor dua setelah appendicitis akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan
Greenberg et al, 2008).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2004). Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia
inguinalis yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban
berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua,
kehamilan,prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional,
overweightdan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010 dan Burney, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya
meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia
segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak
adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara
termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah
penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit Indonesia
tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya
meninggal dunia dan hal ini bisa disebabkan karena ketidak berhasilan proses pembedahan
terhadap hernia itu sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094
kasus terjadi pada wanita.Sedangkan untuk pasien rawat jalan, hernia masih menempati
urutan ke-8. Dari 41.516kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan
8.799 pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Depkes RI, 2011).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn.
D dengan post operasi Hernia Inguinalis di RSUD Bari Palembang dengan
pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. D dengan post operasi Hernia Inguinalis.
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. D dengan post operasi Hernia
Inguinalis.
3. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. D dengan post
operasi Hernia Inguinalis.
4. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan
post operasi Hernia Inguinalis.
5. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang
dilakukan pada Tn. D dengan post operasi Hernia.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam penyusunan Makalah ini, penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. D dengan Hernia Inguinalis di RSUD Bari Palembang yang
dilaksanakan dari tanggal 13 november sampai dengan 16 november 2018 di ruang
keperawatan medikal bedah di RSUD bari palembang.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam bidang
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Hernia Inguinalis. Juga
diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus
yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
2.1.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Bari Palembang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakansatu-satunya rumah
sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit umum Daerah Palembang
BARI terletak di jalan panca usaha No. 1 kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang Ulu,
dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak
tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI.

2.1.2 Visi Misi Dan Motto


 Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul,Amanah dan Terpercaya di Indonesia
 Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesialisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan di
Indonesia.
 Motto
“ KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGANADALAH KEBAHAGIAAN KAMI”
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan
gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan
SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI, tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April
2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan
RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola
pengolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap
kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor
: KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015

2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur


1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poloklinik/
Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG sebgai
Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas dr.M.Faisal
Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita, H.A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS, sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI
2.1.4 Pelayanan & fasilitas
Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up

Pelayanan Rawat inap :


1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan umum kelas I
3. Perawatan umum kelas II
4 .Perawatan umum laki-laki kelas III
5. Perawatan umum perempuan kelas III
6. Perawatan anak kelas I,II,III
7. Perawatan bedah kelas III
8. Perawatan ICU
9. Perawatan ICCU
10. Perawatan kebidanan kelas VIP.I,II,III
11. Perawatan Nifas kelas III
12. Perawatan Neonatus/NICU/PICU
13. Bedah sentral

Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
13. CSSD

2.1.5 Fasilitas Kendaraan Oprasional


1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.2 Tinjauan teori


2.2.1 Hernia
a. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding
otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal
lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan tekanan intra-
abdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih
bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan
dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles of
Surgery.Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela paha
(regio inguinalis). (Haryono, 2012).
Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan yang terjadi pada kanalis inguinalis akibat
masuknya viscara (organ internal abdonan) abdomen melalui kanalis inguinalis lateral
(Syamsuhidajat,2004).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari
perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical
Surgical Nursing. Philadelphia: W.B SaundersCompany,2000)

2.2.2 Anatomi Fisiologi


1. Anatomi Hernia

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia
yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ ekstraperitoneal seperti
ovarium, appendiks divertikel dan buli-buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi
kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya
paru dan sebagainya (Martini, H, 2001).

2. Fisiologi Menurut preace (2002).

a. Krista illika berfungsi sebagai penopang seikum dan sebelah depan menyentuh kolon
desendes.
b. Mukulus obliges externus abdominus fungsinya adalah mengencangkan dan
melindunngi organ intra abdomen.
c. Saluran ingunialis atau lingkaran ingunialis berfungsi sbagai tempat berjalan tali mani
(funukulus spermatikus) pada pria dan ligamen bundar dari uterus pada wanita dan juga
beberapa urat saraf dan pembuluh darah.
d. Liena alba atau garis putih berfungsi memisahkan otot relatus abdominus.
e. Tembuk lubang dalam atau internal berfungsi sebagai tempat pada fosia otot tranfersal
dimana tali mani masuk melintasi salura ingunial, tembuk lubang tepi atau external
adalah tempat di dalam abdominal oblik external dimana tali mani muncul atau turun ke
lipat paha atau masuk skrotum.
f. Vena safena magma yang panjang fungsinya untuk mengalirkan darah kotor dari
seluruh tubuh ke jantung.

2.2.3 Etiologi
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak
dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum.Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

2.2.4 Patofisiologi
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia
diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul.Sekitar 75% dari Hernia terjadi di
pangkal paha.Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau Femoralis.Sekitar 10% adalah
Hernia Ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki.Hernia
Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun
ke dalam skrotum sebelum kelahiran.Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau
omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis
Inguinalis.Sering turun ke dalam skrotum.Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat
bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan
intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki
saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding
Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang
lebih tua.Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui
cincin femoral.Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama
pemeriksaan fisik rutin.Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di
selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang.Pasien laki-laki biasanya terdapat
pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum,
meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang
terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik
secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau
dengan tekanan manual.Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi.Bila isi
hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau
dipenjara.Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau
membuka ke hernia.Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan
cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi
tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.Komplikasi
ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan
perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit
meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
untuk terjadi inkarserasi.Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di
dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C, Barbara, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 2,1996)
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993.
Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul. Timbul
bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan,batuk-
batuk,menangis.Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara
spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada bayi bila
menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan kembali
rongga abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas,
bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali
karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia
Strangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada
usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasus
Hernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar.

2.2.6 Komplikasi
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
f. Fostes urin dan feses,
g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi

2.2.7 Penatalaksanaan
a. Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan lokal atau umum.
Operasi terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik dengan tujuan
menjepit Anulus femonialis. Bisa juga dengan pendekatan krural,
Hernioplastikdapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum Inguinale ke
ligamentum cooper. Tehnik Bassini melalui region Inguinalis, ligamentum
inguinale di jahitkan keligamentum lobunase Gimbernati.
b. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi berupa ligasi Plofesis vaginalis,
soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena
resiko terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT,
infus dan disuntik sedaiba sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg
dengan tertidur tekanan intra peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1,2000)

2.3 Asuhan keperawatan


2.3.1 pengkajian
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
Kenyamanan
- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka
- Keadaan/kebersihan balutan
- Tanda-tanda peradangan
- drainage
Aktifitas
- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas
Status Nutrisi
- Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi
- Distensi abdomen pola BAK/BAB

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh dan ADL dibantu.
c. Cemas berhubungan dengan keadaan penyakit yang dialami.

2.3.3 Rencana keperawatan

No Diagnosa NOC (Tujuan dan kriteria NIC (Intervensi)


. Keperawatan hasil)
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan  Tingkat nyeri  Lakukan pengkajian nyeri
dengan luka  Kontrol nyeri secara komprehensif
post operasi.  Tingkat kenyamanan termasuk
Setelah dilakukan tindakan lokasi,karakteristik,durasi,f
keperawatan selama rekuensidan kualitas
………..pasien tidak  Observasi reaksi nonverbal
mengalami nyeri dengan dari ketidaknyamanan
kriteria hasil  Kontrol lingkungan yang
 Mampu mengontrol nyeri dapat mempengaruhi nyeri
(tahu penyebab seperti suhu ruangan,
nyeri,mampu menggunakan pencahayaan dan
tehnik nonfarmakologi kebisingan
untuk mengurangi  Ajarkan tentang tehnik non
nyeri,mencari bantuan) farmakologi : nafas
 Melaporkan bahwa nyeri dalam,relaksasi,distraksi,k
berkurang dengan ompres air hangat dan
menggunakan manajemen kompres dingin
nyeri  Berikan analgetik untuk
 Mampu mengenali nyeri mengurangi nyeri
(skala,intensitas,frekuensi  Tingkatkan istirahat
dan tanda nyeri)
 Berikan informasi tentang
 Mampu mengenali nyeri nyeri seperti penyebab
(skala,intensitas,frekuensi nyeri,berapa lama nyeri
dan tanda nyeri) akan berkurang dan
 Tanda vital dalam rentang antisipasi
normal ketidaknyamanan dari
 Tidak mengalami gangguan prosedur
tidur  Monitor vital sign
2. Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas  Energy conservation  Bantu klien untuk
 Activity tolerance mengidentifikasi aktivitas
berhubungan
 Self Care : ADLs yang mampu dilakukan
dengan  Bantu untuk memilih
Setelah dilakukan tindakan aktivitas konsisten yang
kelemahan
keperawatan selama sesuai dengan kemampuan
tubuh dan fisik, psikologi dan social
………..pasien tidak  Bantu untuk
ADL dibantu.
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
melakukan aktivitas diperlukan untuk aktivitas
Kriteria Hasil : yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan
 Berpartisipasi dalam alat bantuan aktivitas
aktivitas fisik tanpa disertai seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk
peningkatan tekanan darah, mengidentifikasi aktivitas
nadi dan RR yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
 Mampu melakukan jadwal latihan diwaktu
aktivitas sehari-hari luang
 Bantu pasien/keluarga
(ADLs) secara mandiri untuk mengidentifikasi
 Tanda-tanda vital normal kekurangan dalam
beraktivitas
 Energy psikomotor
 Monitor respon fisik,
 Level kelemahan emosi, social dan spiritual
 Mampu berpindah: dengan
atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari
adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran
gas dan ventilasi adekuat

3. Ansietas NOC : NIC :


berhubungan  Anxiety Level  Identifikasi tingkat
dengan keadaan  Social Axiety level kecemasan
penyakit yang Setelah dilakukan tindakan  Bantu pasien mengenal
dialami. keperawatan selama situasi yang menimbulkan
………..pasien tidak kecemasan
mengalami ansietas  dorong pasien untuk
 Klien mampu mengungkapkan perasaan,
mengidentifikasi dan ketkutan dan persepsi
mengungkapkan gejala  Instruksikan pasien
cemas menggunakan teknik
 Mengidentifikasi dan relaxasi
mengungkapkan serta  Jelaskan alasan untuk
menunujukan teknik untuk mengenal relaxasi dan
mengontrol cemas manfaat, batas dan jenis
 Vital sign dalam relaksasi yang tersedia
mengontrol cemas
 Postur tubuh, expresi wajah
dan tingkat aktifitas
menunjukan berkurangnya
kecemasan

Vous aimerez peut-être aussi