Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN PENDAHUAN CA RECTI

KELOMPOK H’18

RANTI ANGGASARI

BP:1841312084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
1. Landasan Teoritis Penyakit
A. Anatomi Fisiologi Rectum
Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ rektum berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Rektum dapat kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens sduah penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Terjadinya pengembangan dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keiinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material tersebut akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Konstipasi dan pengerasan akan
terjadi jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua dapat menahan keonginan untuk defekasi namun bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB (Syaifudding, 2014).
Rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai pada garis anorektal

dengan panjang sekitar 12-13 cm. Secara fungsional dan endoskopik, rektum
dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga
annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari
fasia supra-ani. Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal
eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus. Bagian ampula terbentang dari
sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa. Mukosa saluran anal
tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-
masing berisi arteri dan vena (Syaifuddin, 2014).

B. Defenisi Ca Recti
Ca colorecti merupakan salah satu keganasan yang terdapat pada kolon
dan rektum yang pada umumnya menyerang bagian rectum yang terjadi karean
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014).
Kanker rekti adalah kanker yang muncul di permukaan rektum/rectal yang
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, terdapat adenoma atau
berbentuk polip. Berikut klasifikasi Ca recti (Jhonson, 2010):
Stadium Karakteristik
0 Kanker belum menembus membran basal dri mukosa kolon
atau rektum
I Kanker telah menembus memberan basal hingga lapisan
kedua atau ketiga (submukosa/ muskularis propria) lapisan
dinding kolon/ rektum dan belum menyebar keluar dari
dinding kolon/rektum
II Kanker menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar dan
belum menyebar pada kelenjar getah bening
III Kanker telah menyebar ke kelanjar getah bening dan belum
sampai ke organ
IV Kanker sudah menyebar ke organ lainnya
C. Etiologi
Berikut beberapa faktor resiko/predisposisi terjadinya ca recti (Jhonson,
2010) :
1. Diet rendah serat
2. Lemak berlebih
3. Polip yang ada di usus
4. Penyakit inflamasi bowel
5. Ada riwayat kanker baik itu keluarga maupun penderita
6. Gaya hidup tidak sehat

D. Manifestasi Klinis
Awalnya gejala yang timbul asimtomatis namun dalam waktu lama akan
terjjadi perubahan kebiasaan defekasi dan perdarahan rectal. Gejala paling
menonjol berupa (Smeltxer & Bare, 2013):
1. Perubahan dalam defekasi
2. Pasase darah dalam feses
3. Anemia
4. Anoreksia
5. Penurunan BB
6. Fatigue
7. Terasa tidak puas setelah BAB
8. Rectal teras sempit sehingga susah BAB
9. Perut terasa kembung atau kram perut
10. Feses berdarah
11. Penekanan pada radiks saraf: hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah,
sering berkemih.
E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan carsinoma embrionik antigen, uji
faecal occult blood test yang bertujuan untuk melihatperdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination yang bertjuan mengenali tumor yang terletak 10
cm dari rektum yang teraba keras dan menggaung
3. Barium enema dengan meletakkan cairan yang mengandung barium dan
masuk ke rektum kemudian di lakukan foto sinar X pada traktus
gasrtrointestinal bawah
4. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) merupakan prosedur melihat
bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau tidak
5. Biospsi dilakukan untuk mengetahu patologi anatami dari kanker
6. CT scan dan MRI berguna untuk melihat penyebaran kanker
7. Test guaiac pada feces bertujuan untuk mendeteksi bekuan darah dalam
feces karena kanker rectal akan terjadi perdarahan
(Jhonson, 2010; Smeltzer & Bare, 2013)

F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Kolostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter bedah melalui dinding abdomen
ke dalam saluran iliaka atau asendens yang bersifat sementara atau
permanen untuk mengeluarkan feces. Indikasi dibuat pada pasien dengan
difertikulitis yang sudah komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi,
dan abses.
b. Radiotherapy
Terapi radiasi dilakukan jika sel karsinoma menembus tunika muskularis
propria, sudah metastase ke kelenjar limfe, dan masih ada sisa sel-sel
karsinoma tertinggal tetapi belum metastase jauh
c. Kemoterapi
Obat kemoterapi yang biasa digunakan ialah 5 florourasil (5FU) sebagai
terapi adjuvan post op kanker rectal
2. Keperawatan
a. Meningkatkan kenyamanan pasien dengan distraksi
b. Mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal dengan kolaborasi
pemberian terapi
c. Mencegah terjadinya infeksi post op
d. Memberikan edukasi tentang proses dan kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan
e. Persiapan operasi dengan edukasi penurunan kecemasan.
f. Edukasi makanan yang baik dikonsumsi seperti kaya serat, menghindari
makanan berlemak dan diawaetkan.menggunakan pewarna sintetik
g. Edukasi mobilisasi dini post op

G. Komplikasi
Komplikasi ca rectal terjadi karena sel-sel kanker bermetastase melalui
hematogen, dinding usus dan organ sekitar, atau melalui kelenjar getah bening
yang akan menyebabakan (Jhonson, 2010):
1. Obstruksi usus partial/lengkap
2. Hemoragic
3. Pembentukan abses
4. Peritonitis dapat menyebabkan syok sepsis
WEB OF CAUSION

Proses peradangan kolon dan rectum Diet rendah serat Diet tinggi lemak Fast food Faktor keluarga/gen

Tidak lancarnya proses metabolisme

Peningkatan kontak dinding usus dengan residu

Resiko peningkatan terjadinya kanker

Peningkatan ukuran/massa dalam lumen Terapi pembedahan: kolostomi MK: gangguan body image, cemas

Invasi ke sekitar usus : rectum Insisi bedah: terputusnya jaringan MK: nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi

Sel limfatik/hematogen Organ terdekat (lambung, ureter, organ reproduksi)

Gangguan fungsi hati Gangguan fungsi paru Gangguan fungsi ginjal Peradangan pada lambung Adanya fistula disaluran reproduksi

Kembung-nausea vomitus Obstruksi Peningkatan perdarahan MK: resiko ketidakseimbangan cairan Penekanan ujung saraf

MK: Gangguan nutrisi kurang Tenesmi Anemia MK: nyeri


dari kebutuhan tubuh
MK: gangguan pola defekasi Suplai O2 berkurang

Kelemahan

MK: intoleransi aktifitas


2. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas pasien: semua orang dapat terkena ca recti
2) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Pasien dengan ca reti mengeluh BAB berdarah dan berlendir, tidak BAB,
tidak ada flatus dalam jangka waktu lama, perut terasa nyeri. Terasa mual
dan ada muntah, tidak puas ketika BAB, mengeluh BAB sedikit, dan
penurunan BB.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menderita kelainan pada kolon seperti kolitis ulceratif, riwayat
diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan kanker, atau penyakit sistemik seperti DM dan
hipertensi
5) Fungsional gordon
- Persepsi dan penanganan kesehatan
Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan obat-obatan yang tidak ada resep dokter saat ini /
berulang dan reaksinya. Penggunaan alkohol atau rokok dalam jangka
panjang.
- Nutrisi / metabolik
Penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, mual/muntah, asites.
Perubahan warna dan turgor kulit/kelembaban. Pola makan sehari-
hari tergagnggu.
- Eliminasi
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/
tak adanya bising usus. Kesulitan BAB, konstipasi, feses bewarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah, dan berbau
anyir.
- Aktifitas / olahraga
Pasien dengan ca recti biasanya jarang olahraga
- Istirahat / tidur
Tergagnggunya tidur karena proses penyakit membuat pasien tidak
nyaman, gelisah, dan ansietas
- Kenyamanan
Pasien dengan ca recti merasakan nyeri pada perut dalam jangka
waktu berbulan-bukan pada abdomen bagian bawah.
- Kognitif / persepsi
Kognitif dan persepsi tidak mengalami gangguan.
- Seksualitas / reproduksi
Pasien pernah terkena herpes genetalia atau tidak, aktivitas seksual
dini, multigravida
- Koping / toleransi stress
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian. Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
- Keyakinan / nilai
Agama dan budaya agama dalam meningkatkan derajat kesehataan
6) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Umumnya pasien dalam tingkat kesadaran stupor, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat menandakan pasien mengalami syok
sepsis. Pernafasan meningkat, suhu juga meningkat bila ada infeksi.
- Kepala
Kulit kepala normal, tidak ada hematom maupun lesi.
- Mata
Bentuk simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
palpebra normal, tidak ada udem.
- Hidung
Tidak ada polip, simetris kiri kanan, tidak ada gangguan indra
penciuman
- Telinga
Simetris kiri kanan, serumen dalam batas normal, fungsi pendengaran
normal.
- Mulut
Mukosa bibir kering, lidah tampak kotor, karies (+), tidak ada lubang,
gigi palsu tidak ada.
- Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar limfe.
- Jantung
I : ictus kordis tampak
P : ictus kordis teraba lemah
P : pekak
A : irama jantung ireguler
- Paru-paru
I : pergerakaan dinding dada simetris, penggunaan otot-otot asesoris
pernafasan (-)
P : taktil fremitus kiri = kanan
P : sonor
A : vesikuler
- Abdomen
I : distensi abdomen, peningkatan lingkar perut.
P : nyeri tekan pada abdomen bawah
P : timpani
A : bising usus
- Ekstremitas
Tidak ada edema, CRT < 3 s, kekuatan otot normal
- Rectal
Hemoroid, konstipasi
B. NANDA NOC NIC

NANDA NOC NIC

Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Nutrition Monitoring


n nutrisi : Kurang tindakan keperawatan 1. BB pasien dalam batas normal
dari kebutuhan selama ….x 24 jam, 2. Monitor adanya penurunan berat badan
tubuh klen akan: 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
Nutritional Status: biasa dilakukan
Food and Fluid Intake 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
Self-Care: Eating selama makan
Weight: Body Mass 5. Monitor lingkungan selama makan
yang dibuktikan dengan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
indicator (1: Sangat tidak selama jam makan
Berat, 2: Berat, 3: 7. Monitor kulit kering dan perubahan
Sedang, 4: Ringan, 5: pigmentasi
Tidak Ada Gangguan) 8. Monitor turgor kulit
Kriteria Hasil: 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
1. Intake makanan per mudah patah
oral (spontan/ naso 10. Monitor mual dan muntah
feeding) adekuat 11. Monitor kadar albumin, total protein,
2. Intake cairan per Hb, dan kadar Ht
oral (spontan/ 12. Monitor pertumbuhan dan
parenteral) adekuat perkembangan
3. Nutrisi parenteral 13. Monitor pucat, kemerahan, dan
adekuat kekeringan jaringan konjungtiva
4. Menyatakan nafsu 14. Monitor kalori dan intake nuntrisi
makan baik 15. Catat adanya edema, hiperemik,
5. Menyiapkan hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
makanan dengan
baik Nutrition Management
6. Menyantap 1. Kaji status nutrisi klien den kemampuan
makanan dengan untuk pemenuhan nutrisi klien
maksimal dan 2. Identifikasi klien tentang riwayat alergi
mengunyahnya makanan dan kaji makanan kesukaan
dengan baik klien
7. Menghabiskan 3. Instruksikan kepada klien tentang cara
porsi makanan pemenuhan nutrisi yang optimal
tanpa adanya (misalnya dengan pelaksanaan diet sesuai
gangguan anjuran)
8. Tidak ada 4. Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari
gangguan selama dan sediakan aneka ragam makanan
proses makan sesuai keinginan klien.
(mual/ muntah) 5. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk
9. Berat badan ideal mendukung nafsu makan klien
10. Masa otot triceps, 6. Anjurkan klien/ keluarga untuk
biceps dan membantu klien melakukan perawatan
subskapularis rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan
memadai untuk meningkatkan kenyamanan
11. Lemak pada 7. Rencanakan pemberian obat untuk
panggul (wanita) mengatasi gejala yang mengganggu nafsu
memadai makan (nyeri, mual muntah)
12. Lemak di leher 8. Sajikan makanan dengan menarik dan
(pria) memadai suhu hangat
13. Lingkar kepala 9. Atur diet makanan klien sesuai kondisi
memadai dalam penyakit (indikasi dan kontraindikasi)
standar normal 10. Berikan nutrisi tinggi serat untuk
(anak) memperlancar proses pencernaan
14. Proporsi antara 11. Monitoring asupan nutrisi dan kalori tiap
tinggi badan dan hari
berat badan normal 12. Monitoring trend peningkatan/ penurnan
(anak) berat badan tiap hari

Nutrition Therapy
1. Kaji status nutrisi Klien
2. Monitoring asupan cairan dan makanan
serta hitung intake kalori per hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentukam
jumlah kebutuhan kalori klien per hari
4. Tentukan jenis asupan makanan yang
akan diberikan dengan
mempertimbangkan aspek budaya dan
agama klien
5. Berikan nutrisi tambahan (suplemen)
6. Anjurkan klien untuk makan makanan
kunak untuk meminimalisir kerja saliva
dan rongga mulut
7. Dorong asupan makanan tinggi kalsium
dan kalium (sesuai anjuran/ diet)
8. Anjurkan klien mengkonsumsi serat
tinggi untuk memperlancar proses
pencernaan
9. Sediakan makanan dengan tinggi
protein, kalori dan mudah untuk
dikonsumsi klien
10. Ciptakan lingkungan yang nyaman
untuk meningkatkan nafsu makan klien
11. Bantu klien dalam mereposisi tubuh
yang nyaman saat akan makan

Nyeri Akut Setelah dilakukan Pain management


tindakan keperawatan
selama ….x 24 jam, 1. Lakukan penilaian nyeri secara
klen akan: komprehensif dimulai dari lokasi,
Pain control karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Pain level intensitas dan penyebab.
yang dibuktikan dengan 2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal,
indicator (1: Sangat terutama untuk pasien yang tidak bisa
Berat, 2: Berat, 3: mengkomunikasikannya secara efektif
Sedang, 4: Ringan, 5: 3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan
Tidak Ada Gangguan) dengan analgesic
Kriteria Hasil: 4. Tentukan dampak nyeri terhadap
1. Menggunakan kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
buku harian untuk makan, aktivitas, kesadaran, mood,
memantau gejala hubungan sosial, performance kerja dan
dari waktu ke melakukan tanggung jawab sehari-hari)
waktu 5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
2. Menggunakan menimbulkan ketidaknyamanan pada
langkah-langkah pasien (suhu ruangan, pencahayaan,
pencegahan gejala keributan)
nyeri 6. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
3. Menggunakan ketika memilih metoda mengurangi nyeri
langkah-langkah 7. Menyediakan analgesic yang dibutuhkan
bantuan non dalam mengatasi nyeri
analgesik 8. Gunakan pendekatan dari berbagai
4. Menggunakan disiplin ilmu dalam manajemen nyeri
analgesik seperti 9. Monitor kepuasan pasien terhadap
yang manajemen nyeri ynag diberikan dalam
direkomendasikan interval yang ditetapkan.
5. Mengenali gejala Administere analgetic
nyeri 1. Menentukan lokasi , karakteristik, mutu,
6. Laporan nyeri dan intensitas nyeri sebelum mengobati
dikontrol pasien
7. Klien melaporkan 2. Periksa order/pesanan medis untuk obat,
nyeri yang dosis, dan frekuensi yang ditentukan
dirasakan telah analgesik
berkurang atau 3. Cek riwayat alergi obat
menghilang 4. Tentukan analgesik yang cocok, rute
8. Panjangnya pemberian dan dosis optimal.
episode nyeri 5. Tentukan jenis analgesik yang
berkurang digunakan (narkotik, non narkotik atau
9. Klien tidak lagi NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat
mengekpresikan nyeri.
wajah nyeri 6. Monitor TTV sebelum dan sesudah
10. Klien tidak pemberian obat narkotik dengan dosis
merasa gelisah pertama atau jika ada catatan luar biasa.
lagi 7. Cek pemberian analgesik selama 24 jam
11. TTV dalm batas untuk mencegah terjadinya puncak nyeri
normal tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri
12. Nafsu makan yang menjengkelkan
klien diharapkan 8. Dokumentasikan respon pasien tentang
meningkat. analgesik, catat efek yang merugikan
9. Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi
perubahan obat, dosis, rute pemberian,
atau interval, serta membuat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip equianalgesic.

Resiko tinggi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi


infeksi tindakan keperawatan
selama ….x 24 jam, 1. Bersikan lingkungan secara tepat
klen akan: setelah digunakan oleh pasien
Risk control 2. Ganti peralatan pasien setiap selesai
Risk control: infection tindakan
process 3. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
yang dibuktikan dengan kesehatan individu
indicator (1: Sangat 4. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
Berat, 2: Berat, 3: tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
Sedang, 4: Ringan, 5: 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah
Tidak Ada Gangguan) kontak dengan pasien
kriteria hasil 6. Lakukan universal precautions
1. Mengetahui faktor 7. Gunakan sarung tangan steril
risiko 8. Lakukan perawatan aseptic pada semua
2. Memonitor faktor jalur IV
risiko lingkungan 9. Lakukan teknik perawatan luka yang
3. Mengembangkan tepat
strategi 10. Tingkatkan asupan nutrisi
pengendalian 11. Anjurkan asupan cairan
risiko yang efektif 12. Anjurkan istirahat
4. Menghindari 13. Berikan terapi antibiotic
paparan ancaman
kesehatan Infection Protection
5. Memantau
perubahan status 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
kesehatan sistemik dan lokal
6. Mencari validasi 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
risiko infeksi yang 3. Monitor angka granulosit, WBC dan
dirasakan hasil yang berbeda
7. Memonitor 4. Partahankan teknik aspesis pada pasien
lingkungan untuk yang beresiko
faktor yang terkait 5. Berikan perawatan kulit yang tepat pada
dengan risiko area edematous
infeksi 6. Inspeksi kulit dan membran mukosa
8. Mempertahankan terhadap kemerahan, panas, atau
lingkungan yang drainase
bersih 7. Ispeksi kondisi luka
9. Menggunakan 8. Dukungan masukkan nutrisi yang
kewaspadaan cukup
universal 9. Dukungan masukan cairan
10. Memantau 10. Dukungan istirahat
perubahan status 11. Instruksikan pasien untuk minum
kesehatan umum antibiotik sesuai resep

Perawatan luka

1. Monitor karakteristik luka meliputi


drainase, warna, ukuran dan bau
2. Bersihkan luka dengan NaCl (normal
saline)
3. Pertahankan teknik steril dalam
perawatan luka
4. Inspeksi luka setiap melakukan
pergantian dreesing
5. Bandingkan dan laporkan adanya
perubahan pada luka secara reguler
6. Atur posisi untuk mencegah tekanan
pada daerah luka
7. Tingkatkan intake cairan
8. Ajarkan pada pasien/anggota keluarga
tentang prosedur perawatan luka
9. Ajarkan pada pasien/anggota keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi
10. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran,
dan penampakannya.

C. Evaluasi
Tahapan yang terencana yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dengan tujuan
mencapai kesehatan pasien.
 S (subjektif) : informasi yang didapat dari keluarga dan pasien
mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien serta
bagaimana reaksinya
 O (objektif) : informasi yang didapat dari hasil pemeriksaan
terhadap pasien mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan
 A (analisis) : hasil olahan dari membandingkan anatara data
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang nantinya
dapat disimpulkan bahwa masalah sudah teratasi, teratasi sebagian
ataupun belum teratasi.
 P (planning) : ialah rencana keperawatan lanjutan yang nantinya
akan dilakukan berdasarkan hasil dari analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M, & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8.


Singapore: Elsevier
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.
Nursing Interventions Classification (NIC): Fifth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
Johnson. (2010). Textbook of Medical Nursing Surgical 12th Edition. USA:
Lippncott Williams & Wilkins.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi
12. Jakarta: Kedokteran EGC.
Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC.
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Kingdom: Markono Print Media.

Vous aimerez peut-être aussi