Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK H’18
RANTI ANGGASARI
BP:1841312084
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1. Landasan Teoritis Penyakit
A. Anatomi Fisiologi Rectum
Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ rektum berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Rektum dapat kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens sduah penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Terjadinya pengembangan dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keiinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material tersebut akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Konstipasi dan pengerasan akan
terjadi jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua dapat menahan keonginan untuk defekasi namun bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB (Syaifudding, 2014).
Rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai pada garis anorektal
dengan panjang sekitar 12-13 cm. Secara fungsional dan endoskopik, rektum
dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga
annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari
fasia supra-ani. Sfingter anal internal otot polos (involunter) dan sfingter anal
eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus. Bagian ampula terbentang dari
sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa. Mukosa saluran anal
tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan vertikal yang masing-
masing berisi arteri dan vena (Syaifuddin, 2014).
B. Defenisi Ca Recti
Ca colorecti merupakan salah satu keganasan yang terdapat pada kolon
dan rektum yang pada umumnya menyerang bagian rectum yang terjadi karean
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014).
Kanker rekti adalah kanker yang muncul di permukaan rektum/rectal yang
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, terdapat adenoma atau
berbentuk polip. Berikut klasifikasi Ca recti (Jhonson, 2010):
Stadium Karakteristik
0 Kanker belum menembus membran basal dri mukosa kolon
atau rektum
I Kanker telah menembus memberan basal hingga lapisan
kedua atau ketiga (submukosa/ muskularis propria) lapisan
dinding kolon/ rektum dan belum menyebar keluar dari
dinding kolon/rektum
II Kanker menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar dan
belum menyebar pada kelenjar getah bening
III Kanker telah menyebar ke kelanjar getah bening dan belum
sampai ke organ
IV Kanker sudah menyebar ke organ lainnya
C. Etiologi
Berikut beberapa faktor resiko/predisposisi terjadinya ca recti (Jhonson,
2010) :
1. Diet rendah serat
2. Lemak berlebih
3. Polip yang ada di usus
4. Penyakit inflamasi bowel
5. Ada riwayat kanker baik itu keluarga maupun penderita
6. Gaya hidup tidak sehat
D. Manifestasi Klinis
Awalnya gejala yang timbul asimtomatis namun dalam waktu lama akan
terjjadi perubahan kebiasaan defekasi dan perdarahan rectal. Gejala paling
menonjol berupa (Smeltxer & Bare, 2013):
1. Perubahan dalam defekasi
2. Pasase darah dalam feses
3. Anemia
4. Anoreksia
5. Penurunan BB
6. Fatigue
7. Terasa tidak puas setelah BAB
8. Rectal teras sempit sehingga susah BAB
9. Perut terasa kembung atau kram perut
10. Feses berdarah
11. Penekanan pada radiks saraf: hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah,
sering berkemih.
E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan carsinoma embrionik antigen, uji
faecal occult blood test yang bertujuan untuk melihatperdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination yang bertjuan mengenali tumor yang terletak 10
cm dari rektum yang teraba keras dan menggaung
3. Barium enema dengan meletakkan cairan yang mengandung barium dan
masuk ke rektum kemudian di lakukan foto sinar X pada traktus
gasrtrointestinal bawah
4. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) merupakan prosedur melihat
bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau tidak
5. Biospsi dilakukan untuk mengetahu patologi anatami dari kanker
6. CT scan dan MRI berguna untuk melihat penyebaran kanker
7. Test guaiac pada feces bertujuan untuk mendeteksi bekuan darah dalam
feces karena kanker rectal akan terjadi perdarahan
(Jhonson, 2010; Smeltzer & Bare, 2013)
F. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Kolostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter bedah melalui dinding abdomen
ke dalam saluran iliaka atau asendens yang bersifat sementara atau
permanen untuk mengeluarkan feces. Indikasi dibuat pada pasien dengan
difertikulitis yang sudah komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi,
dan abses.
b. Radiotherapy
Terapi radiasi dilakukan jika sel karsinoma menembus tunika muskularis
propria, sudah metastase ke kelenjar limfe, dan masih ada sisa sel-sel
karsinoma tertinggal tetapi belum metastase jauh
c. Kemoterapi
Obat kemoterapi yang biasa digunakan ialah 5 florourasil (5FU) sebagai
terapi adjuvan post op kanker rectal
2. Keperawatan
a. Meningkatkan kenyamanan pasien dengan distraksi
b. Mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal dengan kolaborasi
pemberian terapi
c. Mencegah terjadinya infeksi post op
d. Memberikan edukasi tentang proses dan kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan
e. Persiapan operasi dengan edukasi penurunan kecemasan.
f. Edukasi makanan yang baik dikonsumsi seperti kaya serat, menghindari
makanan berlemak dan diawaetkan.menggunakan pewarna sintetik
g. Edukasi mobilisasi dini post op
G. Komplikasi
Komplikasi ca rectal terjadi karena sel-sel kanker bermetastase melalui
hematogen, dinding usus dan organ sekitar, atau melalui kelenjar getah bening
yang akan menyebabakan (Jhonson, 2010):
1. Obstruksi usus partial/lengkap
2. Hemoragic
3. Pembentukan abses
4. Peritonitis dapat menyebabkan syok sepsis
WEB OF CAUSION
Proses peradangan kolon dan rectum Diet rendah serat Diet tinggi lemak Fast food Faktor keluarga/gen
Peningkatan ukuran/massa dalam lumen Terapi pembedahan: kolostomi MK: gangguan body image, cemas
Invasi ke sekitar usus : rectum Insisi bedah: terputusnya jaringan MK: nyeri, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi
Gangguan fungsi hati Gangguan fungsi paru Gangguan fungsi ginjal Peradangan pada lambung Adanya fistula disaluran reproduksi
Kembung-nausea vomitus Obstruksi Peningkatan perdarahan MK: resiko ketidakseimbangan cairan Penekanan ujung saraf
Kelemahan
Nutrition Therapy
1. Kaji status nutrisi Klien
2. Monitoring asupan cairan dan makanan
serta hitung intake kalori per hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentukam
jumlah kebutuhan kalori klien per hari
4. Tentukan jenis asupan makanan yang
akan diberikan dengan
mempertimbangkan aspek budaya dan
agama klien
5. Berikan nutrisi tambahan (suplemen)
6. Anjurkan klien untuk makan makanan
kunak untuk meminimalisir kerja saliva
dan rongga mulut
7. Dorong asupan makanan tinggi kalsium
dan kalium (sesuai anjuran/ diet)
8. Anjurkan klien mengkonsumsi serat
tinggi untuk memperlancar proses
pencernaan
9. Sediakan makanan dengan tinggi
protein, kalori dan mudah untuk
dikonsumsi klien
10. Ciptakan lingkungan yang nyaman
untuk meningkatkan nafsu makan klien
11. Bantu klien dalam mereposisi tubuh
yang nyaman saat akan makan
Perawatan luka
C. Evaluasi
Tahapan yang terencana yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dengan tujuan
mencapai kesehatan pasien.
S (subjektif) : informasi yang didapat dari keluarga dan pasien
mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien serta
bagaimana reaksinya
O (objektif) : informasi yang didapat dari hasil pemeriksaan
terhadap pasien mengenai kondisi dan tindakan yang dilakukan
A (analisis) : hasil olahan dari membandingkan anatara data
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang nantinya
dapat disimpulkan bahwa masalah sudah teratasi, teratasi sebagian
ataupun belum teratasi.
P (planning) : ialah rencana keperawatan lanjutan yang nantinya
akan dilakukan berdasarkan hasil dari analisa.
DAFTAR PUSTAKA