Vous êtes sur la page 1sur 9

Landasan Teori

1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson L & Lenny
R,2010).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan
dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Mubarak
2002).
2. Tahap perkembangan keluarga secara umum
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-
turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall
dan Miller (Friedman, 1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula erkawinan dari sepasang insan menandai
bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau
status lajang ke hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak
pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan:
1. Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa
transisi, tugas kritis. Masalah : Suami merasa diabaikan, peningkatan
perselisihan dan argumentasi suami dan isteri, interupsi dalam jadwal
yang continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi,
kebutuhan-kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training,
komunikasi bayi
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya:
pembentukan kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan,
perkawinan, hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan
perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan
moral keluarga. Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan
bayi yang baik, Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik
secara dini, Imunisasi, Tumbuh kembang.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak
pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih
lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai
oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan
“rumah kosong”, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum
menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun
puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang
mandiri.
g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah
satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu
pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
3. Tahap perkembangan keluarga dewasa muda
Menurut Fiedman (1998) Merupakan tahap perkembangan keluarga yang
ke VI. Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah dan berakhir dengan “rumah kosong” atau ketika anak
terakhir meninggalkan rumah.Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung beberapa banyak anak ada didalam rumah atau beberapa banyak
anak yang belum menikah dan masih tinggal dirumah. Akan tetapi ,trend yang
meluas dikalangan dewasa muda yang umumnya menunda perkawinan, hidup
terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri.
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak perpisahan dari dan oleh anak-
anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.Orangtua, karena mereka
membicarakan anak mereka yang pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai
orang tua dan kembali pada pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-
tugas perkembangan menjadi penting ketika keluarga tersebut berubah dari
sebuah rumah tangga yang dengan anak-anak kesebuah rumah tangga yang
hanya terdiri dari sepasang suami dan istri.
Tujuan utama keluarga adalah pengorganisasian keluarga menjadi
sebuah unit yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa
kedalam kehidupan mereka sendiri (Duvall,1977). Selama tahap ini pasangan
tersebut mengambil peran sebagai kakek dan nenek, perubahan lainnya dalam
peran maupun citra diri mereka.
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap dewasa awal adalah
sebagai berikut (Friedman, 2010) :
a. Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk
memasukan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-
anaknya. Ketika anak laki-laki atau perempuan yang dilepas atau menikah,
tugas keluarga adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukan
anggota keluarga baru lewat perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya
kehidupan dari pasangan tersebut.
b. Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan. Dengan emptynest (keluarnya anak dari rumah), orang tua
memiliki lebih banyak waktu untuk aktivitas dan hubungan lainnya. Mereka
tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sama lain dimana mereka tidak dapat
melembagakan dan membentuk kembali peran suami-istri yang pernah
mereka lakukan.
c. Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit. Perawatan
orang tua yang lanjut usia dan atau tidak mandiri bukanlah fungsi yang
diharapkan dari keluarga. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk mulai dari menelpon secara rutin hingga bantuan financial,
transportasi, dan mengunjungi serta merawat orang tua mereka dirumah.

Masalah-masalah kesehatan munurut Friedman (2010) pada tahap


perkembangan keluarga dewasa awal adalah :

a. Komunikasi isu antar orang tua dan anak dewasa muda.


b. Masalah transisi peran bagi suami dan istri.
c. Kedaruratan masalah kesehatan kronik.
d. Perencanaan keluarga bagi anak dewasa muda.
e. Perhatian terhadap menopause.
f. Efek yang berkaitan dengan mimum alcohol, merokok, dan praktek diet yang
buruk yang telah berlangsung dalam jangka panjang.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut Friedman (1998), membagi 5 tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu :
a. Mengenal adanya gangguan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat, maupun
yang tidak sakit dan memerlukan bantuan
d. Mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang
peningkatan status para anggotannya
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan
5. Keluarga dengan penyakit kronis
Penyakit kronis merupakan penyakit yang durasinya lebih dari 3 bulan
yang dapat sembuh atau bahkan kadang tidak dapat disembuhkan. Penyakit
kronis sendiri paling banyak diderita oleh orang-orang dengan usia >65tahun
sebesar 88% yang biasanya menderita 1 atau lebih penyakit kronis. Faktor yang
menyebabkan penyakit kronis sendiri antara lain : terjadinya peningkatan usia
harapan hidup, gaya hidup yang kurang baik, kemajuan teknologi dan
pengobatan, degenerative proses meningkat dan jumlah penyakit kronis yang
meningkat. Dampak dari penyakit kronis sendiri antara lain : pengeluaran biaya
pengobatan dan perawatan yang cukup banyak, penurunan pendapatan,
penurunan kualitas hidup dan juga akan mempengaruhi dari segi aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Macam-macam penyakit kronis seperti
diabetes mellitus, stroke, hipertensi, jantung, kanker, penyakit mental, penyakit
congenital dan penyakit degenerative seperti Alzheimer, arthritis dan
osteoporosis.
Pengalaman merawat anggota keluarga dengan penyakit kronis
menghasilkan tema yang menggambarkan dinamika keluarga setelah anggota
keluarga menderita sakit kronis. Hal tersebut meliputi respons keluarga, upaya
keluarga mempertahankan kesehatan keluarga, dan layanan kesehatan yang
diharapkan. Keluarga yang hidup dengan penderita sakit kronis menghadapi
tantangan berat dalam hidup mereka berupa stress, kecemasan dan kemarahan
akibat rutinitas pengobatan yang harus mereka lakukan (Denham & Looman,
2010). Stressor tersebut memicu munculnya respon stres yang dapat dijelaskan
dengan respon kehilangan oleh Kubler-Ross (1969) (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2004).
Respon keluarga tehradap penyakit kronis berkaitan dengan karakteristik
orang yang sakit (jenis kelamin, usia, tahap perkembangan dan peran dalam
keluarga), karakteristik dari penyakit yang diderita, stresor tambahan, koping
individu dan keluarga, percayaan, pengalaman, nilai dan kebudayaan,
sumberdaya keuangan keluarga dan dukungan sosial. Kemudian munculah
beberapa dampak kepada keluarga apabila terdapat salah satu atau lebih
anggota keluarganya yang mengalami penyakit kronis, antara lain :
a. Dampak kepada pasangan
– Adaptasi proses penyakit, kualitas hidup, kesejahteraan
– Kualitas pernikahan sbg sumber dukungan dan stres memiliki dampak
fisik dan psikososial pd pasangan
– Berbagi stres dan tanggung jawab terkait penyakit kronis
– Memiliki risiko penyakit yg sama
b. Dampak kepada anak
– Positif: ketahanan, peningkatan harga diri,
– Negatif: depresi, prestasi sekolah memburuk, kebingungan peran, kualitas
hidup yg buruk
c. Dampak kepada orang tua
– Tugas perawatan
– Beban
d. Dampak kepada saudara
– Keterpisahan

Terdapat 3 fase tahapan keluarga dengan penyakit kronis, yaitu :

1. Keluarga fase krisis


– Membangun hubungan dengan tim perawatan kesehatan
– Mempelajari penyakit dan penatalaksanaan
– Mengatasi intervensi
– Mengembangkan kompetensi keluarga
– Berduka kehilangan identitas keluarga
2. Keluarga fase kronik
– Mengakui perubahan yang permanen
– Mempertahankan kehidupan keluarga yg normal
– Mengembangkan otonomi untuk semua anggota keluarrga
– Membangun harapan yg realistik
– Komunikasi terbuka
– Mempertahankan fleksibilitas peran
– Merencakanan masa depan
3. Keluarga fase terminal
– Mengakui kehilangan yg akan terjadi
– Diskusi isu mengenai end of life
– Memulai proses reorganisasi keluarga
6. Konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan penyakit kronis
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di
berikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyleseikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,1998). Dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan yang sistemik yaitu dengan
keperawatan kesehatan keluarga. Pendekatan ini digunakan dalam rangka
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi keluarga
dimulai dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan keluarga,
perencanaan, pelaksanaan dan teknik evaluasi.

Berikut peran perawat berdasarkan fase pada keluarga dengan penyakit kronis :

a. Peran perawat pada keluarga dengan fase akut


1. Mendukung upaya keluarga dengan keterpaduan keluarga, komunikasi
efektif, batasan yang fleksibel, dan kemampuan beradaptasi
2. Anticipatory loss
3. Ambigous loss
b. Fase kronis
1. Keluarga perlu fleksibel dan mempertahankan komunikasi terbuka
2. Berbagi informasi: mengatasi ketakutan, mengeksplorasi perasaan,
memperbaiki kesalahpahaman
3. Memahami pola yg diharapkan dlm mengatasi gangguan
4. Mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sebagai unit yang
berfungsi
5. Menjadi sadar akan siklus kehidupan individu dan keluarga sehingga
mereka bisa tetap sadar akan kesesuaian antara penyakit dan masalah
perkembangan
6. Mengeksplorasi keyakinan dan makna penyakit serta masalah kesehatan
Sehingga peran perawat dalam menangani keluarga dengan penyakit kronis
adalah :

1. Edukasi
- Kemandirian dan perawatan diri
- Mengurangi biaya perawatan
- Meningkatkan kualitas hidup
- Fasilitas rujukan
- Fasilitas darurat
2. Rehabilitasi
- Mencegah komplikasi
- Membantu keluarga mencapai fungsi fisik, mental, spiritual, sosial,
dan ekonomi setinggi mungkin
- Dukungan kelompok
3. Membantu keluarga beradaptasi terhadap penyakit kronis
4. Mengenali kekuatan
5. Menurunkan beban keluarga
- Rekreasi
- Waktu khusus bersama pasangan
- Konseling
6. Melakukan home visit

Referensi :

1. https://media.neliti.com/media/publications/108301-ID-pengalaman-keluarga-
dalam-merawat-pender.pdf (diakses online pada 18 Desember 2018, pukul
21.28 WIB)
2. http://eprints.umpo.ac.id/3853/4/BAB%202.pdf (diakses online pada 18
Desember 2018, pukul 21.28 WIB)
3. http://eprints.ums.ac.id/2907/2/J200050064.pdf (diakses online pada 18
Desember 2018, pukul 21.28 WIB)
4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ocdhafarok-6754-2-
babii.pdf (diakses online pada 18 Desember 2018, pukul 21.28 WIB)
5. http://sasing.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-wahyujumia-8364-3-
bab2.pdf (diakses online pada 18 Desember 2018, pukul 21.28 WIB)

Vous aimerez peut-être aussi