Vous êtes sur la page 1sur 14

Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SUKUN


(Artocarpus altilis [Parkins.] Fosbberg) TERHADAP BAKTERI Escherichia
coli, Bacillus subtilis DAN JAMUR Candida albicans, Microsporum gypsium

Sulistiyaningsih, Tina Rostinawati, Cepa Permana


Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui adanya aktivitas antimikroba
ekstrak etanol daun sukun terhadap bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis dan
jamur Candida albicans, Microsporum gypsium. Penelitian ini menggunakan metode
difusi agar. Ekstrak etanol daun sukun diencerkan dengan berbagai konsentrasi
menggunakan pelarut DMSO. Sebanyak 50 µL ekstrak yang sudah diencerkan,
dimasukkan ke dalam lubang media agar yang mengandung mikroba. Media agar
yang mengandung biakan bakteri diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam,
sedangkan untuk media agar yang mengandung biakan jamur diinkubasikan pada
suhu 250C selama 3-5 hari. Dengan metode yang sama, dibuat kurva baku antibiotik
pembanding yaitu tetrasiklin untuk bakteri dan ketokonazol untuk jamur. Berdasarkan
kurva baku tersebut, ditentukan kesetaran aktivitas ekstrak daun sukun terhadap
antibiotik pembanding. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak daun sukun
mempunyai aktivitas terhdap bakteri dan jamur yang ditunjukkan dengan adanya
diameter hambat pada media agar yang mengandung mikroba uji. Kurva baku
tetrasiklin terhadap bakteri E. coli dan B. subtilis menunjukkan nilai R2 = 0,9955,
kemudian ketokonazol terhadap jamur C. albicans menunjukkan nilai R2 = 0,9717.
kurva baku ketokonazol terhadap M. gypsium tidak dapat dibuat, karena ketokonazol
tidak menunjukkan aktivitas terhadap M. gypsium pada konsentrasi tertinggi pada
percobaan ini. Kesetaraan ekstrak daun sukun terhadap antibiotik pembanding
menunjukkan nilai 791 : 1 terhadap E. coli, 889 : 1 terhadap B. subtilis dan 405 : 1
terhadap C. albicans. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak daun sukun dapat
dijadikan suatu sediaan farmasi semisolid untuk mengatasi infeksi kulit yang
disebabkan oleh mikroba.

Kata kunci : Ekstrak Daun sukun, aktivitas antimikroba, kesetaraan ekstrak.

ABSTRACT

The antibacterial activity of bread fruit leaves ethanol extract to Escherichia coli,
Bacillus subtilis, Candida albicans and microsporum gypsium had been researched.
This research applied agar diffusion method. Bread fruit leaves ethanol extract was
diluted with various concentration using DMSO. Each 50 µL of bread fruit leaves
extract having been diluted was filled into hole on agar media containing microbe.

1
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)

Agar media containing bacteria were incubated at temperature 370C during 18-24
hours, while for agar media containing fungi were incubated at temperature 250C
during 3-5 days. With the same method, the standard curve of antibiotic references
was done i.e tetrasiklin for bacteria and ketokonazol for fungi. Based on the standard
curve, each activity equivalence of bread fruit leaves extract to reference antibiotic
was determinated. Result of research has showed, bread fruit leaves extract has
antimicrobial activity to bacteria and fungi that having been showed with existence of
inhibiting diameter on agar media containing microbe. The standard curve of
tetrasiklin to E. coli and B. subtilis shows value of R2 = 0,9955, and then the standard
curve of ketokonazol to C. albicans shows value of R2 = 0,9717. whereas the
standard curve of ketokonazol to M. gypsium cannot be made. Ketokonazol didn’t
shows antimicrobial activity to M. gypsium at highest concentration at this attempt.
The activity equivalence of bread fruit leaves extract to reference antibiotic shows
value of 791 : 1 to E. coli, 889 : 1 to B. subtilis and 405 : 1 to C. albicans. Based on
result of this research, bread fruit leaves extract can be made as medicine like
oinment to overcome dermatitis which is caused by microbe.

Keywords : Bread frut leaves extract, antimicrobial activity, extract equivalence

2
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

PENDAHULUAN menyembuhkan infeksi kulit. Jadi, seluruh


Sukun (Artocarpus altilis) merupakan bagian pohon sukun ada manfaatnya
suatu jenis tumbuhan yang tumbuh di (Widowati, 2004).
daerah tropik. Tanaman sukun memiliki Antimikroba merupakan obat yang
khasiat terapeutik pada beberapa bagian mempunyai aktivitas menghambat
diantaranya; bagian bunga dapat digunakan (bakteriostatik) atau membunuh mikroba
sebagai obat sakit gigi, kulit kayu dapat (bakteriosida), khususnya mikroba yang
digunakan untuk mencairkan darah bagi merugikan manusia. Mikroba yang
wanita setelah melahirkan, sedangkan pada menyebabkan gangguan pada kulit di
bagian daun dapat digunakan untuk antaranya jamur dan bakteri. Jamur yang
mengobati penyakit kulit, jantung, ginjal menyebabkan infeksi pada kulit antara lain
maupun digunakan sebagai obat radang Candida albicans dan Microsporum
(Heyne. 1987. Tanaman Berguna gypsium. Bakteri yang mewakili Gram
Indonesia II). Di Trinidad dan Bahama, negatif dan Gram positif adalah E. coli
decocta dari daun sukun dipercaya dapat dan B. subtilis (Jawetz, 1986).
menurunkan tekanan darah dan Candida albicans merupakan salah
menghilangkan asma. Kunyahan daun satu contoh jamur oportunistik, yaitu jamur
sukun muda, sering digunakan untuk yang biasanya tidak menyebabkan
menetralisir kandungan racun dalam penyakit, tetapi dapat menyebabkan
makanan (Siemonsma dan Pileuk. 1992). penyakit pada orang yang mekanisme
Daun sukun memiliki kandungan pertahanannya terganggu. Candida
kimia antara lain saponin, polifenol, tanin, albicans juga dapat menimbulkan infeksi
asam hidrosianat, asetilkolin, riboflavin pada mata dan organ-organ lain bila
sedangkan kulit batangnya mengandung dimasukkan secara intravena (jarum,
flavonoida. Daun sukun yang telah kuning penyalahgunaan narkotika dan sebagainya)
mengandung fenol, kuersetin dan kamferol (Pelczar, 1986; Jawetz, 1986).
(Depkes RI, 1979). Getah sukun secara Microsporum gypsium merupakan
tradisional digunakan untuk obat sakit dermatofita yang menyebabkan penyakit
kulit, getah yang dilarutkan dipercaya dermatomikosis. Dermatofita dari marga
dapat mengatasi diare. Rebusan daun Microsporum umumnya menginfeksi
sukun berkhasiat menurunkan tekanan rambut dan kulit tetapi tidak menginvasi
darah dan mengurangi asma. Air perasan kuku. Penyakit yang ditimbulkanya yaitu
daun sukun untuk obat tetes mata, tinea capitis dan tinea corporis. (Jawetz,
sedangkan abu daun yang dibakar untuk 1986).

3
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)
E. coli merupakan salah satu jenis Penelitian Tanaman dan Sayuran
spesies utama bakteri Gram negatif. Pada (BALITSA) daerah Lembang, Bandung
umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan Jawa Barat. Daun sukun yang digunakan
dapat menyebabkan masalah kesehatan yaitu daun segar yang diproses menjadi
pada manusia, seperti diare, muntaber dan simplisia.
masalah pencernaan lainnya. Bakteri 2. Determinasi Tanaman
berbentuk batang ini merupakan organisme Determinasi dilakukan di
penghuni utama di usus besar, hidup Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi,
komensal dalam koloni manusia dan Fakultas Matematika dan Ilmu
diduga berperan dalam pembentukan Pengetahuan Alam, Universitas
vitamin K yang penting untuk pembekuan Padjadjaran.
darah. (Jawetz, 1986). 3. Ekstraksi Tanaman
B. subtilis termasuk bakteri batang Ekstraksi menggunakan metode
besar. Bacillus subtilis merupakan bakteri maserasi cara dingin dengan menggunakan
Gram positif, bersifat aerob, dalam jumlah pelarut etanol 95%, Penggantian pelarut
yang besar membentuk rantai. B. subtilis dalam suhu kamar dilakukan setiap 24 jam
adalah organisme saprofit yang lazim sebanyak 3 kali. Serbuk simplisia daun
terdapat di sekitar kita terutama dalam sukun dimasukkan ke dalam maserator
tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan. kemudian ditambahkan pelarut etanol 95%
(Jawetz, 1986). sampai seluruh serbuk terendam dan
Berdasarkan kandungan kimia yang didiamkan selama 24 jam sambil terus
terkandung dalam daun sukun yaitu diaduk. Setelah 24 jam maserat ditampung
polifenol yang sudah terbukti dapat dan dilakukan maserasi ulang, maserat
digunakan sebagai antimikroba, maka yang diperoleh di pekatkan dengan
dilakukan penelitian tentang aktivitas menggunakan rotary evaporator pada
ekstrak daun sukun terhadap mikroba. tekanan rendah dan suhu 400C sampai
Mikroba yang digunakan dalam penelitian terbentuk ekstrak kental. Ekstrak tersebut
ini adalah bakteri E. coli, B. subtilis dan kemudian dituangkan ke dalam cawan
jamur C. albicans. M. gpsium. penguap yang telah ditara, lalu diuapkan di
atas penangas air dan hasilnya ditimbang.
METODE PENELITIAN Ekstraksi dilakukan untuk menarik semua
1. Pengumpulan Sampel zat yang terkandung dalam daun sukun
Sampel yang digunakan dalam dengan meggunakan pelarut etanol 95%
penelitian ini yaitu daun sukun yang dan didapatkan ekstrak kental dari daun
diperoleh dari salah satu kebun di Balai sukun tersebut.
4
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

4. Penyiapan Media Agar larutan NaCl fisiologis steril sehingga


a. Nutrient Agar (NA) didapatkan suspensi jamur C. albicans
Sebanyak 6,5 gram NA dilarutkan dan jamur M. gypsium.
dalam air suling sebanyak 100 ml, 6. Uji Aktivitas
kemudian dipanaskan di atas penangas a. Pengujian Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Daun Sukun
air hingga semuanya menjadi larut dan
disterilkan dalam autoklaf selama 15 1). Uji Aktivitas Antibakteri
menit pada suhu 1210C sehingga Sebanyak 20 ml Nutrien Agar
didapatkan NA yang steril. dicairkan dan dibiarkan mencapai
suhu kurang lebih 450C, kemudian
b. Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) dituangkan ke dalam cawan petri
Sebanyak 6,5 gram SDA steril yang sudah berisi suspensi
dilarutkan dalam air suling sebanyak bakteri sebanyak 0,5 ml. Campuran
100 ml, kemudian dipanaskan di atas kemudian diputar hingga homogen
penangas air hingga semuanya menjadi dan dibiarkan selama beberapa menit
larut dan disterilisasikan dalam sehingga menjadi padat. Setelah
autoklaf selama 15 menit pada suhu menjadi padat, dibuat enam lubang
0
121 C sehingga didapatkan SDA yang pada tiap lempeng agar dalam
steril. cawan petri menggunakan alat
5. Penyiapan Mikroba Uji perforator yang berdiameter 99 mm
a. Penyiapan Bakteri Uji dengan berbagai konsentrasi antara
Inokulasi bakteri dibuat dengan lain 60%, 50%, 40%, 30%, dan 20%.
cara membiakkan bakteri dalam media Untuk konsentrasi bakteri B. subtilis
nutrien agar dan diinkubasi pada suhu antara lain 50%, 40%, 30%, 20%,
0
37 C selama 18-24 jam. Biakan 10%, dan 5%. Sebelum diteteskan ke
disuspensikan dalam larutan NaCl dalam agar yang sudah dilubangi,
fisiologis steril sehingga didapatkan ekstrak daun sukun dilarutkan dahulu
suspensi bakteri E. coli dan bakteri B. dengan menggunakan pelarut
subtilis. Dimetil Sulfoxid kemudian
b. Penyiapan Jamur Uji pengenceran dilakukan untuk
Jamur dibiakkan pada media menentukan konsentrasi yang
Sabouraud Dextrose Agar dan berbeda-beda. Dengan cara
0
diinkubasi pada suhu 22-25 C selama konsentrasi awal 60% dari ekstrak
2-3 hari. Biakan disuspensikan dalam daun sukun, hingga mencapai

5
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)
konsentrasi 5%. kemudian di mendapatkan konsentrasi yang
teteskan sebanyak 50 µl ekstrak daun diinginkan, teteskan sebanyak 50 µl
sukun dengan meggunakan alat ekstrak daun sukun ke dalam agar
mikropipet dan dimasukkan ke yang sudah dilubangi dan diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 370C pada suhu kamar sekitar 24-250C
selama 18-24 jam. Kemudian setelah selama 2-3 hari. Diameter hambat
diinkubasi dan dibiarkan selama 18- ditandai dengan adanya zona bening,
24 jam dilihat hasil dari Diameter kemudian diameter hambat diukur
hambat. Diameter hambat ditandai dengan menggunakan jangka sorong.
dengan adanya zona bening, b. Uji Aktivitas Antibiotik
kemudian diukur diameter Pembanding
hambatnya dengan menggunakan
Uji aktivitas antibiotik
jangka sorong. pembanding dilakukan dengan cara
2). Uji Aktivitas Antijamur
menguji aktivitas antibiotik dalam
Sebanyak 20 ml Sabouraud berbagai konsentrasi antara lain 2500
Dextrose Agar dicairkan dan ppm, 2000 ppm, 1500 ppm, 1250 ppm,
dibiarkan mencapai suhu kurang
625 ppm, dan 312,5 ppm yang
lebih 450C, kemudian dituangkan ke dilarutkan dengan menggunakan
dalam cawan petri steril yang sudah pelarut HCL 0,1 N. Pengujian
berisi suspensi jamur sebanyak 0,5 dilakukan menggunakan metode yang
ml. Campuran tersebut di putar sama dengan uji aktivitas daun sukun.
hingga homogen dan dibiarkan
Dari hasil uji aktivitas antibiotik
hingga menjadi padat. Dibuat enam diukur diameter hambatnya dengan
lubang dengan berbagai konsentrasi menggunakan jangka sorong
menggunakan alat perforator pada kemudian dibuat persamaan garis
tiap lempeng agar dalam cawan petri. antara logaritma konsentrasi dengan
Sebelum ekstrak daun sukun diameter hambat sebagai persamaan
diteteskan ke dalam agar yang sudah kurva baku antibiotik pembanding.
dilubangi, dilarutkan terlebih dahulu Kesetaraan ditentukan dengan cara
ekstrak daun sukun ke dalam larutan
memasukkan hasil yang tertinggi
Dimetil Sulfoxid, kemudian dibuat diameter hambat yang dihasilkan
pengenceran supaya didapatkan
ekstrak kedalam persamaan tersebut.
konsentrasi yang diinginkan antara
7. Analisis Data
lain dengan konsentrasi 60%, 50%,
40%, 30%, dan 20%. Setelah
6
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

Data yang dianalisis adalah data hasil Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
terhadap Bakteri
pengukuran diameter hambat dari ekstrak
daun sukun, dari diameter hambat yang 1. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
terhadap Escherichia coli
tertinggi dari aktivitas ekstrak daun sukun
terhadap mikroba-mikroba uji tersebut Pengujian ini dilakukan terhadap
kemudian dimasukkan kedalam persamaan bakteri E. coli dengan berbagai konsentrasi
kurva baku antibiotik pembanding. Dengan pengenceran dilakukan dengan
cara ini kesetaraan aktivitas ekstrak daun menggunakan metode difusi agar, didapat
sukun terhadap antibiotik pembanding hasil sebagai berikut :
dapat diketahui. Tabel 1. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
terhadap Escherichia Coli
Konsentrasi daun Diameter
sukun (%) Hambat (mm)
HASIL DAN PEMBAHASAN 60 20,15
50 19,60
Pengumpulan Bahan Tanaman 40 18,76
30 17,93
Bahan yang digunakan dalam
20 17,10
penelitian ini adalah daun sukun yang
diperoleh dari daerah Bandung Jawa Barat.
Hasil Determinasi
Nama Ilmiah : Artocarpus altilis
(Parkins.) Fosbberg
Nama Lokal : Sukun
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Gambar 1. Diameter Hambat Uji Ekstrak Etanol
Class : Magnoliopsida Daun Sukun terhadap Bakteri
Subclass : Hamamelidae Escherichia coli.

Ordo : Urticales Berdasarkan hasil pengamatan dapat


Familia : Moraceae dilihat bahwa ekstrak daun sukun dapat
Genus : Artocarpus menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Species : Artocarpus altilis Pada konsentrasi sebesar 20% ekstrak daun
(Parkins.) Fosbberg sukun dapat menghamban pertumbuhan
Dari hasil determinasi bahwa tanaman bakteri E. coli 17,1 mm. Pada konsentrasi
yang akan digunakan adalah benar dan sebesar 60% ekstrak daun sukun dapat
telah sesuai dengan tanaman uji yang menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
diperlukan. 20,15 mm. Data pengamatan yang
dirancang menunjukkan bahwa ekstrak

7
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)
daun sukun yang dapat menghambat bahwa ekstrak daun sukun yang dapat
pertumbuhan bakteri E. coli yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri B.
konsentrasi yang minimal 20%. subtilis yaitu dengan konsentrasi yang
2. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun minimal 5%.
terhadap Bacillus subtilis
Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Pengujian ini dilakukan terhadap Sukun terhadap Jamur
bakteri B. subtilis dengan berbagai 1. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
terhadap Candida albicans
konsentrasi pengenceran dilakukan dengan
Pengujian ini dilakukan terhadap
menggunakan metode difusi agar, di dapat
jamur C. albicans dengan berbagai
hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
konsentrasi pengenceran dilakukan dengan
terhadap Bacillus subtilis menggunakan metode difusi agar, didapat
Konsentrasi daun Diameter Hambat (mm)
sukun (%) hasil sebagai berikut :
50 18,93
40 18,60 Tabel 3. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun
30 17,76 terhadap Candida albicans
20 17,26 Konsentrasi daun sukun Diameter Hambat
10 16,56 (%) (mm)
5 16,10 60 20,10
50 19,43
40 18,60
30 18,31
20 17,10

Gambar 2. Diameter Hambat Uji Ekstrak Etanol


Daun Sukun terhadap Bacillus
subtilis.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
Gambar 3. Diameter Hambat Uji Ekstrak
dilihat bahwa ekstrak daun sukun dapat Etanol Daun Sukun terhadap
Candida albicans.
menghambat pertumbuhan bakteri B.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
subtilis. Pada konsentrasi sebesar 5%
dilihat bahwa ekstrak daun sukun dapat
ekstrak daun sukun dapat menghambat
menghambat pertumbuhan jamur C.
pertumbuhan bakteri B. subtilis 16,1 mm.
albicans. Pada konsentrasi sebesar 20%
Pada konsentrasi sebesar 50% ekstrak daun
ekstrak daun sukun dapat menghambat
sukun dapat menghambat pertumbuhan
pertumbuhan jamur C. albicans 17,1 mm.
bakteri B. subtilis 18,93 mm. Data
Pada konsentrasi sebesar 60% ekstrak daun
pengamatan yang dirancang menunjukkan
sukun dapat menghambat pertumbuhan
8
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

jamur C. albicans 20,1 mm. Data Pada konsentrasi sebesar 60% ekstrak daun
pengamatan yang dirancang menunjukkan sukun dapat menghambat pertumbuhan
bahwa ekstrak daun sukun yang dapat jamur M. gypsium 19,1 mm. Data
menghambat pertumbuhan jamur C. pengamatan yang dirancang menunjukkan
albicans yaitu dengan konsentrasi yang bahwa ekstrak daun sukun yang dapat
minimal 20%. menghambat pertumbuhan jamur M.
2. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun gypsium yaitu dengan konsentrasi yang
terhadap Microsporum gypsium
minimal 20%.
Pengujian ini dilakukan terhadap
Hasil Uji Aktivitas Antibiotik
jamur M. gypsium dengan berbagai
Pembanding
konsentrasi pengenceran dilakukan dengan
1. Uji Antibiotik Tetrasiklin terhadap
menggunakan metode difusi agar, didapat
Escherichia coli
hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sukun Uji aktivitas antibiotik pembanding
terhadap Microsporum gypsium tetrasiklin dilakukan terhadap bakteri E.
Konsentrasi daun sukun Diameter Hambat
(%) (mm) coli dengan berbagai konsentrasi
60 19,10 pengenceran dilakukan dengan
50 17,88
40 16,93 menggunakan metode difusi agar, didapat
30 16,33
20 15,35 hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Uji Antibiotik Tetrasiklin terhadap
Escherichia coli
Konsentrasi antibiotik Diameter Hambat (mm)
tetrasiklin (ppm)
2500 26,10
2000 25,10
1500 24,10
1250 23,10
625 19,10
312,5 16,10

Berdasarkan hasil pengamatan


Gambar 4. Diameter Hambat Uji Ekstrak dapat dilihat bahwa antibiotik pembanding
Etanol Daun Sukun terhadap
Microsporum gypsium. tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli. Pada konsentrasi
Berdasarkan hasil pengamatan pembanding 312,5 ppm dapat menghambat
dapat dilihat bahwa ekstrak daun sukun pertumbuhan bakteri sebesar 16,1 mm.
dapat menghambat pertumbuhan jamur M. Pada konsentrasi 2500 ppm pembanding
gypsium. Pada konsentrasi sebesar 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
ekstrak daun sukun dapat menghambat sebesar 26,1 mm. Data pengamatan yang
pertumbuhan jamur M. gypsium 15,35 mm. dirancang menunjukkan bahwa
9
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)
pembanding dengan konsentrasi yang minimal yaitu 312,5 ppm dapat
minimal yaitu 312,5 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri B.
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. subtilis. Gambar diameter hambat
Gambar diameter hambat antibiotik antibiotik tetrasiklin terhadap B. subtilis
tetrasiklin terhadap E. coli dapat dilihat dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan
pada lampiran 4. Berdasarkan data tersebut data tersebut dapat dibuat kurva kalibrasi
dapat dibuat kurva kalibrasi antara log antara log konsentrasi antibiotik dengan
konsentrasi antibiotik tetrasiklin dengan diameter hambat.
diameter hambat. Uji Antibiotik Ketokonazol terhadap
Uji Antibiotik Tetrasiklin terhadap Candida albicans
Bacillus subtilis Uji aktivitas antibiotik pembanding
Uji aktivitas antibiotik pembanding ketokonazol dilakukan terhadap jamur C.
tetrasiklin dilakukan terhadap bakteri B. albicans dengan berbagai konsentrasi
subtilis dengan berbagai konsentrasi pengenceran dilakukan dengan
pengenceran dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar, di dapat
menggunakan metode difusi agar, di dapat hasil sebagai berikut :
hasil sebagai berikut : Tabel 7. Uji Antibiotik Ketokonazol terhadap
Candida albicans
Tabel 6. Uji Antibiotik Tetrasiklin terhadap Konsentrasi Diameter Hambat (mm)
Bacillus Subtilis antibiotik
Konsentrasi antibiotik Diameter Hambat (mm) ketokonazol (ppm)
tetrasiklin (ppm) 2500 26,60
2500 26,10 2000 24,10
2000 25,10 1500 21,10
1500 24,10 1250 17,10
1250 23,10 625 0
625 19,10 312,5 0
312,5 16,10

Berdasarkan hasil pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dapat dilihat bahwa antibiotik pembanding
dilihat bahwa antibiotik pembanding
ketokonazol dapat menghambat
tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan
pertumbuhan jamur C. albicans. Pada
bakteri B. subtilis. Pada konsentrasi
konsentrasi pembanding 1250 ppm dapat
pembanding 312,5 ppm dapat menghambat
menghambat pertumbuhan bakteri sebesar
pertumbuhan bakteri sebesar 16,1 mm.
17,1 mm. Pada konsentrasi 2500 ppm
Pada konsentrasi 2500 ppm pembanding
pembanding dapat menghambat
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
pertumbuhan bakteri sebesar 26,6 mm.
sebesar 26,1 mm. Data pengamatan yang
Data pengamatan yang dirancang
dirancang menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa pembanding dengan
pembanding dengan konsentrasi yang
konsentrasi yang minimal yaitu 1250 ppm
10
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

dapat menghambat pertumbuhan jamur C. dengan menandakan adanya diameter


albicans. Pada konsentrasi 625 ppm dan hambat yang terdapat dalam cawan petri
312 ppm, antibiotik pembanding terlihat yang berisikan agar sebagai media untuk
tidak dapat menghambat pertumbuhan pertumbuhan mikroba, bakteri dan jamur
jamur C. albicans dengan tidak adanya sebagai mikroba yang diuji. Selain meneliti
diameter hambat. Gambar diameter hambat ekstrak daun sukun, dilakukan juga uji
antibiotik ketokonazol terhadap C. pembanding untuk mengetahui
albicans dapat dilihat pada lampiran 4. perbandingan ekstrak daun sukun dan
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat antibiotik. Untuk uji pembanding bakteri,
kurva kalibrasi antara log konsentrasi digunakan antibiotik tetrasiklin dan untuk
antibiotik ketokonazol dengan diameter uji pembanding jamur, digunakan
hambat. antibiotik ketokonazol. Dari hasil
percobaan antibiotik tersebut didapatkan
4.5.4 Uji Antibiotik Ketokonazol diameter hambat dengan adanya zona
terhadap Microsporum gypsium bening yang menandakan antibiotik
Uji pembanding yang dilakukan tersebut mempunyai uji daya hambat
terhadap jamur M. gypsium setelah terhadap mikroba uji. Tetapi, untuk uji
melakukan percobaan sebanyak lima kali yang dilakukan terhadap jamur
dengan merubah berbagai konsentrasi Microsporum gypsium walaupun sudah
antara lain 4500 ppm, 4000 ppm, 3500 dilakukan dengan berbagai konsentrasi
ppm, 3000 ppm, 2500 ppm, 2000 ppm, antara lain 4500 ppm, 4000 ppm, 3500
1500 ppm, 1250 ppm, dan 625 ppm, dan ppm, 3000 ppm, 2500 ppm, 2000 ppm,
312,5 ppm terhadap Jamur M. gypsium 1500 ppm, 1250 ppm, dan 625 ppm, dan
tidak menandakan adanya diameter 312,5 ppm tidak menandakan adanya
hambat. Ketiadaan diameter hambat diameter hambat ketokonazol pada
menunjukkan bahwa antibiotik percobaan ini tidak menunjukkan aktivitas
ketokonazol dimungkinkan kurang efektif terhadap M. Gypsium pada konsentrasi
untuk menghambat pertumbuhan jamur M. tinggi 4500 ppm. Ekstrak daun sukun
gypsium. Peneletian penentuan aktivitas mempunyai aktivitas lebih tinggi terhadap
antimikroba ekstrak etanol daun sukun M. Gypsium dibandingkan dengan
mempunyai aktivitas untuk menghambat ketokonazol.
pertumbuhan terhadap mikroba khususnya Berdasarkan hasil percobaan yang
bakteri E. coli, B. subtilis, jamur Candida telah dilakukan, ekstrak daun sukun
albicans, dan jamur Microsporum gypsium mempunyai aktivitas antimikroba terhadap

11
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)
bakteri E. coli, B. subtilis dan jamur C.
albicans, M. gypsium yang ditunjukkan Ekstrak daun sukun
dengan adanya diameter hambat yang Nilai banding = _______________
menunjukkan adanya diameter hambat Antibiotik
terhadap mikroba tersebut. Penetapan nilai banding tersebut dilakukan
Uji kesetaraan ekstrak daun sukun dengan cara perhitungan sebagai berikut :
terhadap antibiotik pembanding dengan A. Diameter hambat ekstrak daun
konsentrasi minimal 312,5 ppm, dilakukan sukun terhadap bakteri Escherichia
dengan membandingkan diameter hambat coli pada konsentrasi 600.000 ppm
yang ditunjukkan Ekstrak daun sukun adalah 20,15 mm.
tarhadap antibiotik pada mikroba uji. B. Konsentrasi baku pembanding
Pengujian kesetaraan aktivitas antara tetrasiklin pada diameter hambat
ekstrak daun sukun terhadap antibiotik ini 20,15 mm dihitung melalui
dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil persamaan garis. Hasilnya adalah
pengamatan zat pembanding dibuat dalam 758,577 ppm.
bentuk kurva kalibrasi dengan data log C. Nilai banding aktivitas antimikroba
konsentrasi (ppm) pada sumbu X dan ekstrak daun sukun dengan
diameter hambat (mm) pada sumbu Y. tetrasiklin terhadap bakteri E. coli
Kemudian dibuat garis regresi liniernya adalah 600.000 : 758 = 791 : 1
dan dicari persamaan matematik garis Artinya 791 gram ekstrak daun
lurus tersebut. Kurva ini kemudian sukun setara dengan 1 gram
dipergunakan sebagai pembanding bagi antibiotik.
aktivitas ekstrak daun sukun yang Penetapan nilai uji banding
memiliki aktivitas tertinggi. Caranya yaitu aktivitas antimikroba terhadap bakteri
dengan menarik garis lurus yang Bacillus subtilis, jamur Candida albicans
memotong kurva baku dari diameter dan jamur Microsporum gypsium
hambat hasil pengamatan sehingga dilakukan melalui cara perhitungan yang
diperoleh harga konsentrasi dan sama sehingga diperoleh hasil 889 : 1
selanjutnya dapat dihitung konsentrasi untuk B. subtilis, 405 : 1 untuk C. albicans
sebenarnya dari ekstrak daun sukun. dan untuk M. gypsium dikarenakan tidak
Nilai banding aktivitas ekstrak ada diameter hambat, maka tidak
daun sukun terhadap zat pembanding dilakukan uji kesetaran ekstrak daun
antibiotik dapat dihitung dengan sukunnya.
menggunakan persamaan sebagai berikut :

12
Farmaka, Volume 7 Nomor 1, April 2009

SIMPULAN untuk bakteri B. subtilis, 405 : 1 gr untuk


Dari penelitian Aktivitas Jamur C. albicans. Ekstrak daun sukun
Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun mempunyai aktivitas terhadap M.
terhadap bakteri Escherichia coli, Bacillus Gypsium, sedangkan ketokonazol pada
subtilis, jamur Candida Albicans dan penelitian ini tidak memiliki aktivitas pada
jamur Microsporum gypsium, dapat konsentrasi 312,5 – 4500 ppm.
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
sukun mempunyai khasiat sebagai SARAN
antimikroba terhadap bakteri dan jamur. Dari penelitian ini diharapkan dapat
Aktivitas ekstrak daun sukun dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
sebanding dengan antibiotik tetrasiklin Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun
dan antibiotik ketokonazol terhadap bakteri Sukun untuk dapat dijadikan sebuah
dan jamur dengan nilai perbandingan produk jadi sebagai sediaan Farmasi.
untuk bakteri E. coli 791 : 1 gr 889 : 1 gr

DAFTAR PUSTAKA

Backer, C.A. and R.C. Bakkuinzen. 1965. Flora of Java. Volume II. Wolter-Noordhoff NV.
Groningen. p 18.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal 718.

Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia
Press. hal 661-672.

Heyne, K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia II. Diterjemahkan oleh Badan Litbang
Kehutanan Jakarta. Jilid II. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya. hal
670-672.

Hugo, W. B. and A. D. Russel. 1977. Pharmaceutical Microbiology. New York : Blackwell


Scientific Publications. p 116.

Hutapea, J. R. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Jakarta : Departemen


Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 15-16.

Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedoteran. Edisi XX. Diterjemahkan oleh : Edi Nugroho RF
Maulany. Jakarta : EGC. hal 195-196.

Jones, B. Samuel Jr. and E. A. Luchsinger. 1987. Plant Systematics. 2nd Edition. New York :
McGrawHill International. p 225.
Madigan, M.T. 1997. Biology of Microorganisms. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall
International. p 119.

13
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Sulistiyaningsih)

Mutschler, E. 1986, Dinamika Obat. Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Diterjemahkan
oleh : Mathilda, B. W. Edisi V. Penerbit ITB, Bandung. hal 4, 100-101.
Pelczar, M. J. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh : Ratna Siri Hadioetomo.
Cetakan 1 & 2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. hal 202-206.

Schunack, W. 1990. Senyawa Obat. Buku Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi II. Diterjemahkan
oleh Dr. Jore R. Wattimera M. Sc. dan Dr. Sriewoelani Soebito. Gadjah Mada
University Press. hal 100.

Setiabudi, D. 1984. Suntingan Naskah Populer Obat Tradisional. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. hal 531-536.

Siemonsma, J.S. and K. Piluek. 1992. PROSEA : Plant Resource of South-East Asia 2, Edible
Fruits and Nuts. Editor : E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel. Bogor : PROSEA
Foundation. p 113.

Tortora, G. 1998. Microbiologi an Introduction. 6th Edition. California : Addison Wesley


Longman, Inc. p 285.

Widowati, I. 2004. Buah roti, pangan alternatif pendamping beras. www. Pikiran Rakyat.
Com. [diakses Mei 2007].

14

Vous aimerez peut-être aussi