Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa yang memegang peranan
penting dalam pembangunan nasional sehingga keberadaannya menjadi penting sejak dulu.
Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871
di Cibodas, Jawa Barat, namun usaha tersebut mengalami kegagalan hingga pada tanggal 15 Juni
1885 pertama kalinya di Indonesia, Aeilko Jan Zijkler seorang Belanda berhasil menemukan
sumber minyak komersial melalui pengeboran pada kedalaman 400 kaki di Telaga Tiga dekat
Pangkalan Brandan, Sumatra Utara. Pencarian minyak bumi terus berlanjut sehingga berturut-
turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) pada tahun 1887, Ledok Cepu
(Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan pada tahun 1905 dan di Talang Akar
Peridopo (Sumatra Selatan) pada tahun 1921. Penemuan sumber minyak baru mendorong
keinginan perusahaan asing seperti Royal Deutche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan
perusahaan asing lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia 1945, lapangan minyak sekitar Pangkalan
Brandan dan Aceh berhasil dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia yaitu bekas
minyak Shell-B.P.M (perusahaan gabungan Royal Deutche Company dan Shell Transport and
Trading Company), yang selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan
diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I).
Usai perjuangan fisik di tahun 1950, P.T.M.N.R.I juga belum menunjukkan usaha
pembangunannya, maka pada bulan April 1954 P.T.M.N.R.I diubah menjadi Tambang Minyak
Sumatera Utara (TMSU). Namun TMSU tidak juga berkembang, sehingga pada tanggal 10
Desember 1957 atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, TMSU diubah menjadi PT.
PERTAMINA dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal berdirinya PT. PERTAMINA.
Setelah itu tanggal 1 Juli 1961 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan
Minyak Nasional (PN. PERMINA).
Penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia
disisi lain menyebabkan status N.V.NIAM (perusahaan campuran yang dibentuk oleh pemerintah
Belanda dan B.P.M) pada tanggal 1 Januari 1959 diubah menjadi PT. Pertambangan Minyak
2
Indonesia (PT. PERMINDO). Karena jangka waktu berdirinya N.V. NIAM hanya sampai tanggal
31 Desember 1960 maka pada bulan Februari 1961 didirikan Perusahaan Negara Minyak
Indonesia (PN. PERTAMIN) dan untuk melancarkan usaha tersebut, PN. PERTAMIN ditunjuk
sebagai satu-satunya distributor minyak di dalam negeri dan bertanggung jawab atas penyediaan
minyak bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Akhirnya, untuk mempertegas struktur
dan prosedur kerja pada tanggal 20 Agustus 1968 PN. PERMINA dan PN. PERTAMIN dilebur
menjadi Perusahaan Negara Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN. PERTAMINA) berdasarkan
PP. No.198/1961 dan PP. No.27/1968.
Sebagai landasan kerja baru dilahirkan UU no. 8/1971 pada tanggal 15 September 1971.
Sejak saat itu, PN. PERTAMINA diubah menjadi PERTAMINA, yang merupakan satu-satunya
perusahaan minyak nasional yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang
industri perminyakan di Indonesia. Seiring dengan perubahan yang terjadi didalam tubuh
PERTAMINA maka pada tanggal 17 September 2003 nama PERTAMINA kembali berubah
menjadi PT. PERTAMINA (PERSERO).
(TMSU)
(PT PERMINA)
198/1961)
Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan BBM di Indonesia
tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero) semakin berat karena lonjakan kebutuhan BBM
harus diiringi dengan peningkatan pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam
pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu:
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.
(Anonim 1,2019)
Visi:
Misi:
• Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan
prinsip-prinsip komersial.
5
Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak
Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen
Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo
baru PERTAMINA sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai
tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang /tanda pengenal PERTAMINA masih
dapat /tetap dipergunakan.
Arti Logo :
1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk
panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif
2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA dan
aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis dimana:
• Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
• Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
• Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan.
Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi
pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan Pertamina
lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah yang dimasukkan
sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun
1990. Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA.
Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak mentah
jenis Duri. Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang relatif rendah karena
kualitasnya yang kurang baik sebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat
terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi, kandungan logam berat dan karbon
serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya
kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi
minyak dari lapangan. Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode
SecondaryRecovery. Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran
crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM yaitu:
Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan proyek
EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada perkembangan selanjutnya,
pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up
kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari
perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic Cracking (RCC)
mengalami kerusakan.
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan,
yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga.
Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak
dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk
saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak domestik
menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari
bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya.
Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini. Kilang RU-VI Balongan
memiliki beberapa keunikan dan keunggulan, antara lain :
Visi:
Misi:
• “Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM dan Petkim
secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar.”
• “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien dan
berwawasan lingkungan.”
• “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem manajemen yang
tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan.”
2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT.
Pertamina (Persero) RU VI Balongan
9
3. Warna :
b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap tindakan yang
selalu berdasarkan kebenaran
c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)
Hidrokarbon 66,6783
Sulphur 0,3200
Nitrogen 0,4570
Hydrogen 17,2700
Nickel 0,0047
Vanadium 1,7000
Sodium 3,9000
Asphaltane 0,5700
Carbon residu 9,1000
Total 100
(Anonim3, 2019)
Hidrokarbon 85,7960
Sulphur 0,2900
Nitrogen 0,3971
Hydrogen 12,7400
Nickel 0,0022
Vanadium 0,0002
Sodium 0,0011
Asphaltane 0,7500
Carbon residu 0,0133
Total 100
(Anonim3, 2019)
11
Hidrokarbon 77,0039
Sulphur 0,3050
Nitrogen 0,4270
Hydrogen 15,0050
Nickel 0,0069
Vanadium 0,0851
Sodium 1,9505
Asphaltane 0,6600
Carbon residu 4,5566
Total 100
(Anonim3, 2019)
1.2.1.2. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan berupa katalis. Katalis yang digunakan berupa zeolite yang
tersusun dari silica SiO4 dan alumina AlO4 tetrahedral dengan struktur kerangka cabang yang
terdiri dari satu atom silicon atau aluminium pada titik pusat dengan satu atom oksigen pada
keempat sudutnya. Zeolit menghasilkan selektifitas produk dan aktifitas katalis yang tinggi.
Keaktifan suatu katalis terdapat pada sisi asam yang sangat memungkinkan untuk melakukan
pemecahan molekul dengan baik menjadi fraksi-fraksi ringan seperti yang diinginkan, tanpa
banyak terjadi pengendapan coke pada permukaan katalis.
12
Proses utama yang ada pada pengolahan minyak bumi di PT. Pertamina (Persero) RU-VI
Balongan, di golongkan menjadi empat bagian yaitu :
14
Amine treater (unit 23) merupakan unit yang berfungsi untuk mengolah sour off-gas dan
menghilangkan kandungan H2S yang terdapat dalam sour off-gas.
Sour Water Stripper (Unit 24) adalah unit pengolahan air buangan dari unit-unit lain yang masih
mengandung H2S dan NH3. Produk yang dihasilkan dari unit ini adalah treated water yang ramah
lingkungan dan dapat digunakan kembali untuk proses RU lainnya.
Caustic Soda (Unit 64) adalah unit yang bertujuan untuk mengoksidasi komponen sulfur dalam
larutan spent caustic yang berasal dari beberapa unit operasi membentuk H2SO4 di oxidation tower.
Continuous Catalyst Regeneration (Unit 32) adalah unit yang bertujuan untuk meregenerasi
katalis yang telah terdeaktivasi akibat reaksi reforming pada seksi platforming.
15
Penex (Pentane Heptane Isomerization) (Unit 33) adalah unit yang bertujuan untuk melakukan
proses catalytic isomerization dari pentana, hexana dan campuran dari CCR Regeneration Process
Unit.
Plant Unit yang akan mengelola produk puncak Main Column RCC Unit menjadi Stabilized
Gasoline, LPG dan Non Condensable Lean Gas. Adapun proses-proses utama yang terjadi pada unit
RCC ini meliputi proses reaksi dan regenerasi, serta proses pemisahan.
b. Light End Unit (LEU) yang meliputi:
Unsaturated Gas Concentration (Unit 16), LPG Treathing Unit (Unit 17), Naptha Treathing
(Unit 18), Propylene Recovery Unit (Unit 19), Catalytic Condensation Unit (Unit 20).
1. General Manager
Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh
kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan
pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan
kilang, supply chain operation, procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai
target perusahaan di Refinery Unit VI.
Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang, assesment kondisi
peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul, pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan
barang dan jasa, pengadaan bahan baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage
management, pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar
dan aman di Refinery Unit VI.
3.Production-I Manager
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan perencanaan
perusahaan di Refinery Unit VI Production 1 Manager membawahi : RCC, HSC, dan DHC.
4.Production-II Manager
8. Reliability Manager
Tugas pokok Reliability Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan
mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang
(anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang,
pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang
berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE
dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan
safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit
pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan
jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan
operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu
kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan berorientasi kepada
pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit VI.
penyusunan kebutuhan anggaran, pendanaan jangka pendek, kas dan bank untuk kebutuhan
kegiatan operasi.
kebutuhan informasi dan pembinaan hubungan dengan Refinery Unit VI guna mendukung
operasionalisasi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang optimal dalam rangka
pencapaian target perusahaan.
17. Manager IT
Tugas pokok Manager IT adalah mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan
pemeliharaan, analisa pengajuan perubahan dan persiapan instalasi, pengelolaan physical
environment (fasilitas pendukung), pengelolaan pengamanan data, pengadaan pengelolaan IT.
Berdasarkan jam kerja, karyawan dapat dibedakan menjadi karyawan shift dan karyawan
regular.
1. Jam kerja Shift
Jam kerja shift dilakukan secara bergantian berlaku bagi karyawan yang terlibat langsung dalam
kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift diatur sebagai berikut :
Shift Pagi : Pukul 08.00 – 16.00
Shift Sore : Pukul 16.00 – 24.00
Shift Malam : Pukul 24.00 – 08.00
Kegiatan distribusi BBM dilalukan oleh Unit Pemasaran III melalui pipa untuk DKI Jakarta
sengan mobil tanki untuk konsumen di Indramayu, Majalengka, Cirebon, Kuningan dan
sekitarnya dan melalui kapal tanker untuk konsumen di Semarang, Bali, NTB. Sedangkan
distribusi hasil produksi Pertamax Plus, LPG , Premium, Pertamax sebagian dikirim ke luar
Pulau jawa melalui pelabuhan khusus Balongan.
1.3. Lay Out Pabrik
Kilang PT. PERTAMINA RU-VI didirikan di Balongan, salah satu kecamatan di Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat. Penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan
pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah. Pulau ini berjarak ±70 km
arah bujur timur dari pantai Balongan. Kegiatan penimbunan ini dikerjakan dalam waktu empat
bulan dimulai dari bulan Oktober. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan
dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang.
Tata letak (layout) merupakan salah satu langkah didalam perencanaan suatu pabrik
secara lebih luas. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut
menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup
ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Peralatan dan suatu desain produk yang bagus
akan tidak ada artinya akibat perencanaan layout yang sembarangan saja. Aktivitas
produksi suatu industri secara normalnya harus berlangsung lama dengan layout yang tidak
berubah-ubah, sehingga setiap kekeliruan dalam perencanaan layout ini akan menyebabkan
kerugian yang tidak kecil.
Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur area kerja dan
segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produk aman, dan nyaman
sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik
lagi suatu tata letak yang baik akan memberikan keuntungan dalam sistem produksi, antara
lain sebagai berikut :
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi kerusakan-kerusakan
yang bisa terjadi pada bahan baku ataupun produk jadi. Getaran-getaran, debu, panas dan
lain-lain dapat secara mudah merusak kualitas material ataupun produk yang dihasilkan.
Secara umum tata ruang atau letak dari PT. Pertamina RU VI dipengaruhi oleh
beberapa pertimbangan:
1. Kantor utama berada dibagian depan untuk mempermudah dan mempernyaman aktivitas
pekerja administratif
2. Pengisian produk dibagian pelabuhan (jetty) untuk mempermudah dalam proses pengisian
dan mempermudah transportasi yang mengangkut produk
3. DCS( Distributed Control System) berada di dekat unit produksi untuk mempermudah
pengawasan dalam proses produksi
4. Gudang penyimpanan bahan kimia berada di dekat cooling water system untuk
mempermudah transportasi dari pemindahan
5. Membuat proses berjalan cepat dan efektif dengan alat-alat atau unit-unit yang berdekatan
6. Memudahkan penanggulangan bahaya yang mungkin terjadi
30
Keterangan :
1. Atmospheric Hydrotreating Unit
2. Crude DistilationUnit
3. H2 Plan
4. Sulphur Plan
5. LPG Treater
6. Residu Catalytic Complex
7. Nafta Processing Unit (KLBB)
8. Utilitas
9. Cooling Tower
10. Crude Tank I
11. Intermediate Tank Product
12. Crude Tank II
13. Pengolahan Limbah
14. Spherical Tank
15. DCS( Distributed Control System)
16. LAB dan K3LL
17. Kantor P.E.
18. Kantor Pusat
19. Gudang Peralatan dan
Maintenance
Skala 1 : 10000
Gambar 5. Layout PT. Pertamina RU VI Balongan
(Anonim 1, 2019)