Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKENARIO C BLOK 6
Marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyusun
Laporan Tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Presentan :
3. Boleh minum
Sejak diberikan susu formula tambahan, buang air besar (BAB) sang anak
terkadang anak encer dan terkadang sulit, dan terdapat kemerahan pada pipi anak,
sehingga ibu mengganti merk susu anak tiga hari lalu.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, si anak menjadi sangat rewel dan
BAB cair kurang lebih 10 kali, cairan berwarna kekuningan dan didapatkan serat
darah (cairan yang keluar rerata 80-100 cc setiap defekasi). Setiap diberi susu
selalu di muntahkan (kurang lebih 3 kali muntah, setiap kali muntah 50 cc). anak
menjadi tampak rewel dan lemas.
I. Klarifkasi istilah
1. Resusitasi : Menghidupakan kembali seseorang yang tampak
meninggal dengan memperbaiki fungsi jantung dan paru-paru setelah
kejadian henti jantung atau kematian mendadak (Dorland)
2. Turgor : Keadaan menjadi membengkak (Dorland)
3. Anamnesis : Mengingat kembali; riwayat penyakit pasien khususnya
berdasarkan ingatan pasien (Dorland)
4. Ruam : erupsi sementara pada kulit (Dorland)
5. Perianal rash: Bagian anal yang mengalami ruam (Dorland)
6. Hipoglikemia:Difesiensi konsentrasi glukosa dalam darah, dapat
menyebabkan hipotermia, nyeri kepala dan gejala-gejala neuorologi
yang serius (Dorland)
7. Hiponatremia: Difesiensi natrium dalam darah (Dorland)
8. Hypokalemia: Kadar kalium yang abnoramal rendah dalam darah
dapat nmenyebabkan gangguan neuromuscular dan ginjal (Dorland)
9. Alergi : Suatu reaksi hipersentivitas akibat induksi immunoglobulin
(IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan dengan sel
mast dan basophil (eprints.undip.ac.id)
Susu Formula
Komposisi ASI Susu Sapi (modifikasi susu sapi)
2. Sejak diberikan susu formula tambahan, buang air besar (BAB) sang
anak terkadang encer dan terkadang sulit, dan terdapat kemerahan pada
pipi anak, sehingga ibu mengganti merk susu anak tiga hari lalu. Satu
hari sebelum masuk rumah sakit, si anak menjadi sangat rewel dan
BAB cair kurang lebih 10 kali, cairan berwarna kekuningan dan
didapatkan serat darah (cairan yang keluar rerata 80-100 cc setiap
defekasi). Setiap diberi susu selalu di muntahkan (kurang lebih 3 kali
muntah, setiap kali muntah 50 cc). anak menjadi tampak rewel dan
lemas.
a. Bagaimana fisiologi gastrointestinal?
Sensitisasi set mast oleh antibodi IgE. Sel mast berasal dari
prekursor di dalam sumsum tulang, tersebar luas di berbagai
jaringan, dan sering berada dekat pembuluh darah dan saraf, serta
pada daerah sub epitel. Sel mast memaparkan reseptor yang
berafinitas tinggi untuk bagian Fc dari rantai berat E dari IgE,
disebut FcεRI. Walaupun konsentrasi IgE serum sangat rendah
(dalam rentang antara 1 sampai 100 p.g/ mL), afinitas reseptor
FcεRI pada sel mast sangat tinggi sehingga reseptor selalu
V. Sintesis
1. Cairan Tubuh
A. Komposisi cairan tubuh
Menurut Irfanuddin (2008) Air merupakan salah satu sumber penunjang
bagi kehidupan terutama bagi manusia dan tubuhnya. 3 fungsi utama yang
mempunyai suatu manfaat bagi tubuh mahluk hidup diantaranya yaitu :
a. Merupakan tempat berlangsung sel untuk melakukan metabolisme
b. Sebagai media bagi sel untuk bergerak berpindah
c. Sebagai pengurai molekul sederhana melalui proses hidrolisis
Total air yang berada didalam tubuh manusia sekitar 50%-100% BB per
liter hal ini tergantung pada massa lemak ( jenis kelamin, kurus, gemuk
dan usia). Cairan didalam tubuh terbagi menjadi 2 kompartemen yaitu :
2 liter.
Rata-rata seorang laki-laki dewasa dengan berat 70 kilogram,
memiliki total cairan tubuh sekitar 60 persen berat badan, atau sekitar 42
L. Persentase ini dapat berubah, bergantung kepada umur, jenis kelamin,
dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase
total cairan tubuh terhadap berat badan berangsur-angsur turun. Hal
tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan yang biasanya berhubungan
dengan peningkatan persentase lemak tubuh, sehingga mengurangi
persentase cairan dalam tubuh.
Oleh karena wanita pada normalnya mempunyai lemak tubuh lebih
banyak dari pria, cairan tubuh total mereka rata-rata berkisar sekitar 50
persen dari berat badannya. Pada bayi prematur dan yang baru lahir,
jumlah total cairan tubuhnya berkisar antara 70 sampai 75 persen dari
berat badannya. Jadi, bila kita membahas kompartemen cairan tubuh "rata-
rata", kita harus menyadari adanya variasi, bergantung pada umur, jenis
kelamin, dan persentase lemak tubuh.
1. Kompartemen Cairan Intraseluler
Sekitar 28 dari 42 L cairan tubuh ada di dalam 100 triliun sel dan
secara keseluruhan disebut cairan intraselular. Jadi, cairan intraselular
merupakan 40 persen dari berat badan total pada "rata-rata" orang.
Cairan masing-masing sel mengandung campurannya tersendiri
dengan berbagai zat, namun konsentrasi zat-zat ini mirip antara satu sel
dengan sel lainnya. Sebenarnya, komposisi cairan sel sangat mirip, bahkan
pada hewan yang berbeda, mulai dari mikroorganisme paling primitif
sampai manusia. Oleh sebab itu, cairan intraselular dari seluruh sel yang
berbeda-beda dianggap sebagai satu kompartemen cairan yang besar.
2. Kompartemen Cairan Ekstraseluler
Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan
ekstraselular. Cairan ini merupakan 20 persen dari berat badan, atau
sekitar 14 L pada laki-laki normal dengan berat badan 70 kilogram. Dua
kompartemen terbesar dari cairan ekstraselular adalah cairan interstisial,
yang berjumlah lebih dari tiga perempat (11 L) bagian cairan ekstraselular,
dan plasma, yang berjumlah hampir seperempat cairan ekstraselular, atau
sekitar 3 L. Plasma adalah bagian darah yang tak mengandung sel; plasma
terus-menerus bertukar zat dengan cairan interstisial melaluli pori-pori
membran kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeabel untuk hampir
semua zat terlarut dalam cairan ekstraselular, kecuali protein. Oleh karena
itu, cairan ekstraselular secara konstan terus tercampur, sehingga plasma
dan cairan interstisial mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali
untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma.
3. Volume Darah
Darah mengandung cairan ekstraselular (cairan dalam plasma) dan
cairan intraselular (cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah
dianggap sebagai kompartemen cairan terpisah karena darah terkandung
dalam ruangnya sendiri, yaitu sistem sirkulasi. Volume darah khususnya
penting untuk mengatur dinamika sistem kardiovaskular.
Rata-rata volume darah orang dewasa adalah sekitar 7 persen dari
berat tubuh, atau sekitar 5 L. Sekitar 60 persen darah berupa plasma dan
40 persennya berupa sel darah merah, namun persentase ini dapat
bervariasi pada masing-masing orang bergantung pada jenis kelamin, berat
badan, dan faktor lainnya.
Hematokrit (Packed Red Cell Volume). Hematokrit adalah fraksi
darah yang terdiri atas sel darah merah, yang ditentukan melalui
sentrifugasi darah dalam "tabung hematokrit" sampai sel-sel ini menjadi
benar-benar mampat di bagian bawah tabung. Semua sel darah merah tidak
mungkin untuk dimampatkan; karenanya, sekitar 3 sampai 4 persen
plasma tetap terjebak di antara sel-sel, dan nilai hematokrit yang
sebenarnya hanya sekitar 96 persen dari nilai hematokrit yang terukur.
Komposisi cairan :
a. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil
(sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90%
tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl)
dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik
pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
b. Kalium
Kadar kalium tergantung engan efek dari aldosteron yang memacu
ginjal untuk mengeluarkan kalium sehingga kadar kalium akan menurun.
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium
ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang
dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada
wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada
orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan
kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya
transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan
natrium).
c. Kalsium
Membantu proses pembekuan darah, meningkatkan fungsi saraf
dan otot, membenttuk garam bersama fospate, bicarbonat dan flouride
didalam gigi dan tulang
d.Bikarbonat
Bereaksi dengan asam kuat membentu asam karbonant dan suasana
garam untuk menurunkan ph
e.Fospate
Sebagai energi pada metabolisme sel
Pengatur utama intake adalah haus setelah pesan yang dikirim dari
hipocampus maka ada keinginan untuk minum dan setelah minum sensasi
haus akan hilang sebelum di serap oleh tractus gastrointestinal
2. Output
Output cairan dalam tubuh manusia melaui beberapa jalan keluar.
Cairan didalam tubuh juga dapat hilang, kehilangan cairan didalam tubuh
ini dapat disebababkan oleh beberapa hal, yaitu :
F. Gangguan Keseimbangan
1. Gangguan Keseimbangan Natrium.
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium
plasma dalam tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah
nilai normal (135-145 mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium
plasma meningkat di atas normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan
hipoosmolalitas dan hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas.
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air
yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan
konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya
terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat
selama aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan
penurunan volume cairan ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan
penggunaan diuretik secara berlebihan. 10,12,19 Hiponatremia juga dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan
fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit addison, serta retensi
air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon
antidiuretik10,12,19. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons
fisiologis dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari
hipotalamus (osmolaritas urine rendah).
1. Gangguan Keseimbangan Kalium
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai
hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai
hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi
denyut jantung melambat. 3,10,16,19 Peningkatan kalium plasma 3-4
mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi
lagi dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung. Penyebab
hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
a. Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum
alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik,
atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan
baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program
menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia.
b. Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna
seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik
3. Gangguan Keseimbangan Natrium.
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi
pemasukan. Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan
hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia,
defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat
terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat,
contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
2. Fisiologi gastrointestinal
Proses Pencernaan.
1. Mastikasi/ Mengunyah
Mengunyah adalah proses pencernaan makanan yang pertama kali.
Organ utama mengunyah adalah gigi. Gigi yang paling berperan untuk
menghaluskan makanan adalah gigi incisivus (seri) yang berfungsi
memotong dan molar (geraham) untuk menggiling makanan. Ada juga
tipe gigi kaninus (taring) yang berperan untuk mengoyak makanan. Dan
juga ada peran lidah sebagai reseptor rasa dan pengatur perubahan posisi
makanan serta pendorong makanan ke faring untuk ditelan Di organ mulut
memiliki beberapa kelenjar yang berproduksi saliva. Saliva terdiri dari
campuran mukus, enzim ptialin/amilase dan natrium bikarbonat. Mukus
berperan untuk memudahkan proses menelan dan garam bikarbonat untuk
menetralisir keasaman makanan. (Irfannuddin, 2008)
2. Diglusi/Menelan
Menurut Irfannuddin (2008) setelah dirasa halus, makanan akan
didorong ke faring posterior untuk ditelan. Proses menelan terbagi menjadi
tiga stadium, yaitu :
a) Stadium volunteer merupakan awal proses menelan. Secara sadar,
makanan didorong ke faring oleh lidah.
b) Stadium faringeal makanan sampai ke pintu faring dan mengenai tonsil
palatina dan dinding posterior faring. Sentuhan makanan ke faring akan
membangkitkan reseptor menelan.
c) Stadium esophageal menimbulkan gerakan peristaltik primer sebagai
lanjutan kontraksi muskulus kontriktor faring. Dengan gerakan peristaltik
makanan di esofagus akan di dorong ke gaster. Bila makanan belum
seluruhnya ke gaster maka akan timbul gerakan peristaltik sekunder yang
dihasilkan oleh distensi esofagus oleh makanan.
3. Motilitas
Kata motilitas merujuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong maju isi saluran cerna. Di dinding saluran cerna terdapat otot
polos yang dinamakan tonus yang berfungsi untuk mempertahankan
tekanan tetap pada isi saluran cerna serta untuk mencegah dindingnya
teregang permanen setelah mengalami distensi (Sherwood, 2013).
Pada aktivitas tonus yang terus-menerus terjadi ini terdapat dua
tipe dasar motilitas fasik saluran cerna: gerakan propulsif dan gerakan
mencampur.
a) Gerakan propulsif mendorong isi maju melalui saluran cerna. Makanan
yang melalui esofagus hanya transit. Tapi di usus, penyerapan isi bergerak
maju dengan lambat, untuk menguraikan dan menyerap makanan.
(Sherwood, 2013)
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Terdapat beberapa faktor hormonal yang memengaruhi peristaltik berupa
gastrin, CCK, insulin, dan serotonin, semuanya meningkatkan motilitas
usus dan disekresikan selama berbagai fase pencernaan makanan.
Sebaliknya, sekretin dan glukagon menghambat motilitas usus. Fungsi lain
dari kimus adalah menyebarkan kimus sepanjang mukosa usus. (Arthur C.
Guyton, 1997)
b). Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan
mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan ini meningkatkan
pencernaan makanan. Kedua, gerakan ini mempermudah penyerapan
dengan memajankan semua bagian isi saluran cerna ke permukaan serap
saluran cerna Pergerakan bahan terjadi berkat kontraksi otot polos di
dinding organ-organ pencernaan. Kecuali pada saat mengunyah, menelan,
dan defekasi karena otot yang berperan adalah otot rangka. (Sherwood,
2013)
4. Sekresi
Menurut Guyton (1997) di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar
sekretoris mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
a) Enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah dari
rongga mulut sampai ujung distal ileum.
b). Kelenjar mukus, dari ringga mulut sampai ke anus, mengeluarkan
mucus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran
pencernaan.
5.Digesti
Menurut Sherwood (2013) manusia mengonsumsi tiga kategori
utama bahan makanan kaya-energi: karbohidrat, protein, dan lemak.
Tujuan digesti adalah untuk menguraikan struktur kompleks makanan
secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil dan dapat diserap
melalui proses-proses berikut ini:
a). Sebagian besar bentuk karbohidrat yang dikonsumsi berbentuk
polisakarida, polisakarida yang paling umum dikonsumsi adalah tepung,
yang mengandung polisakarida amilosa dan amilopektin yang berasal dari
tanaman. Polisakarida dalam bentuk lain berupa glikogen yang terdapat
pada daging dan terdapat juga bentuk selulosa yang ditemukan dalam
makanan dan di dinding tumbuhan. Selain polisakarida, sumber
karbohidrat lain dalam makanan adalah dalarn bentuk disakarida, termasuk
sukrosa yang dikenal sebagai gula pasir dan laktosa yaitu gula susu.
Melalui proses pencernaan, tepung, glikogen, dan disakarida diubah
menjadi monosakarida yang dapat diserap tubuh.
b). Protein dalam makanan terdiri dari berbagai kombinasi asam amino
yang disatukan oleh ikatan peptide. Melalui proses pencernaan, protein
diuraikan terutama menjadi asam-asam amino serta beberapa polipeptida
kecil, keduanya adalah satuan protein yang dapat diserap.
c). Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigliserida,
Pencernaan enzimatik lemak akan diubah menjadi monogliserida dan asam
lemak netral yang dapat diserap oleh tubuh.
Pencernaan semua bahan makanan dalam diet dituntaskan Garam dan air,
oleh hidrolisis enzimatik. Makanan akan diurai oleh enzim yang akan
diubah menjadi unit-unit terkecil yang dapat diserap.
6.Absorpsi
Di usus halus, pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar
penyerapan. Melalui proses absorpsi, unit-unit kecil makanan yang dapat
diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama dengan air, vitatnin, dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darali atau
limfe. (Sherwood, 2013)
3. Sistem Imun
A. Definisi
Saluran cerna tersusun dari jaringan limfoid (40%) dan 80% selnya
menghasilkan antibodi. Jaringan limfoid saluran cerna sendiri
merupakan jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh manusia. Oleh
karena itu, wajar bila saluran cerna sangat berperan dalam mekanisme
pertahanan (sistem imun) tubuh secara keseluruhan. Diharapkan
dengan mempunyai saluran cerna yang sehat, anak lebih terproteksi
dari berbagai bakteri patogen dan lebih tolerans dari bahan makanan
yang bersifat alergen (menimbulkan penyakit alergi). Secara ringkas
dapat disimpulkan bahwa dengan saluran cerna yang sehat akan
menghasilkan sistem pertahanan tubuh yang baik sehingga anak lebih
jarang sakit dan dapat tumbuh serta berkembang secara optimal
(Satgas ASI IDAI, 2010).
Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu
mahluk hidup yang melindunginya terhadap infeksi dengan
mengidentitifikasi dan membunuh substansi patogen. Sistem ini dapat
mendeteksi bahan patogen, mulai dari virus sampai parasit dan cacing
serta membedakannya dari sel dan jaringan normal. Deteksi
merupakan suatu hal yang rumit karena bahan patogen mampu
beradaptasi dan melakukan cara-cara baru untuk meng-infeksi tubuh
dengan sukses.
Sebagai suatu organ kompleks yang disusun oleh sel-sel spesifik,
sistem imun juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah dari
pembuluh darah yang kesemuanya bekerja sama untuk menghilangkan
infeksi dari tubuh. Organ sistem imun terletak di seluruh tubuh, dan
disebut organ limfoid.
B. Jenis Sistem Imun
1. Sistem imun non spesifik
Suatu sistem pertahanan tubuh yang terdepan dalam menghadapi
berbagai macam serangan mikoroorganisme karena sistem imun spesifik
memiliki waktu yang sedikit lama untuk merespon. Adapu pertahanan dari
sistem imun non spesifik adalah :
a. Pertahanan fisik
Berfungsi sebagai pencegahan dari kuman patogen yang masuk kedalam
kulit misal nya luka bakar, dan selaput lendir
b. Pertahanan larut
Pertahanan biokimia : bahan yang di sekresi misalnya ludah, keringat air
mata dan air susu sebagai perlindungan kuman dan antibakteri
c. Pertahanan humoral
Pertahann komplemen : meng aktivasikan fagosit untuk membasmi bakteri
2. Sistem imun spesifik
a. Sistem imun spesifik humoral : yang berperan dalam sistem fungsi
spesifik adalah lomfosit B yang berasal dari multi protein dalam sumsum
tulang. Bila limfosit B terangsang benda asing maka sel tersebut
berdifesiensi menjadi mebentuk anti bodi untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi bakteri atau bakteri dan menetralisir toksin
b. Sistem imun spesifik seluler : yang berperan dalam sistem pertahanan
adalah sel T fungsinya yaitu :
• Memproduksi antibodi bersama sel B
• Mengenali dan mehancurkan virus
• Pengaktifan makrofag dan fagositosis
• Pengontrolan abang dan kualitas sistem imun
Gambar 4. Organ dan jaringan sistem imun sebagai barier proteksi tubuh
terhadap infeksi
Pada dasarnya, ada tiga macam strategi pertahanan tubuh: 1)
Barier-sikal (kulit dan mukosa yang utuh) dan kimia (asam lambung); 2)
Respons imun alami (innate/non-spesifik), misal fagositosis; 3) Respons
imun adaptif (didapat/ spesifik). Pada sebagian besar kasus, pertahanan
terhadap patogen penyerang yang merusak dapat dilakukan oleh barier-
sikal dan respons imun alami, tetapi bila tidak berhasil, respons
imunadaptif akan diaktivasi. Membran mukosa, seperti mukosa
pencernaan, pernapasan, urinari, dan reproduksi, berfungsi untuk
melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme asing. Urin dan sekret
mukosa akan men-dorong dan mengeluarkan antigen dan antibodi.
Antigen merupakan suatu zat yang dapat merangsang pembentukan
antibodi sedangkan antibodi gamma globulin atau immunoglobulin yang
mencangkup 20 persen dari seluruh protein plasma (guyton, 2016)
Mekanisme antibodi :
1. Menyerang penyebab penyakit
2. Mengaktivasi sistem komplemen yang kemudian akan menghancurkan
penyebab penyakit
Mekanisme Kerja Antibodi :
Kerja langsung antibodi terhadap agen yang menginvasi dengan cara
a. Aglutinasi, Terikatnya secara bersama-sama menjadi satu gumpalan
banyak partikel besar dengan antigen di permukan seperti bkteri atau sel
darah merah
b. Presipitasi, yaitu pembentukan presipitat akibat suatu proses yang
menyebabkan kompleks molekular dari antigen yang mudah larut dan
antibodi menjadi begitu besar sehingga menjadi tidak larut
c. Netralisasi, proses yang menyebabkan antibody menutupi tempat-tempat
yang toksik dari agen yang bersifat antigenik.
d. Lisis, rupturnya suatu agen akibat beberapa antibody yang sangat kuat
yang mampu menyerang membrane sel agen penyebab penyakit.
Kerja antibody yang langsung menyerang agen penyebab penyaki tidak
cukup kuat. Sehingga, terdapat efek penguatan oleh sistem komplemen
yang merupakan isitilah gabungan untuk menggambarkan suatu sistem
yang terdiri dari kira-kira 20 protein yang kebanyakan merupakan
precursor enzim. Pemeran utama dalam sistem ini adalah 11 protein yang
ditandai dengan C1 sampai C9,B, dan D yang terdapat diantara protein
plasma darah dan juga ada di antara protein yang bocor keluar dari kapiler
masuk ke dalam jaringan.
Jenis immunoglobulin :
a. igG
Komponen utama yang banyak yang ditemukan dalam berbagai
cairan diantarnya cairan saraf sentral dan juga urin, igG dapat meembus
plasenta dan masuk ke janin dan berperan sebagai imunitas bayi pada
umur 6-9 bulan, berfungsi sebagai pertahanan infalamasi
b. igA
Ditemukan sedikit dalam serum terdapat dalam cairan sekresi
saluran pernapasan, saluran cerna, saluran kemih, air mata , keringat ,
ludah dan kolostrum lebih tinggi. Berfungsi sebagai menetralisir toksin
atau virus dan atau mencegah kontak antara toksin atau virus
c. igD
Ditemukan dengan kadar yang rendah dalam darah berfungsi
mengaktivasi antibodi terhadap antigen
d. igE
Ditemukan dalam jumlah dikit didalam serum yang diikat dengan
mastofil, basofil, eosinofil, makrofag dan trombosit. Kadar ig E tinggi
ditemukan pada saat alergi
C. Penyebab alergi
1. Alergi yang disebabkan oleh sel T teraktivasi : alergi reaksi-lambat
a. Alergi ini menyebabkan erupsi kulit sebagai respons terhadap obat-
obatan atau bahan-bahan kimia tertentu. Contohnya erupsi kulit yang
disebabkan oleh pajanan terhadap racun dari tumbuhan yang menjalar.
b. Alergi ini disebabkan teraktivasinya sel T bukan dari antibodi.
Pada kasus terkena racun dari tumbuhan yang menjalar, toksik dari racun
itu sendiri tidak menyebabkan banyak kerusakan jaringan, tetapi bila
terpapar terus-menerus akan menimbulkan reaksi imun yang diperantarai
sel. Jadi akibat akhir dari beberapa alergi reaksi-lambat dapat
menimbulkan kerusakan jaringan yang parah. (Arthur C. Guyton, 1997
2. Alergi pada orang yang alergenik dengan antibodi IgE yang
berlebihan
a. Alergi ini ditandai dengan adanya sejumlah besar antibodi IgE.
Bila suatu alergen (antigen yang beraksi dengan antibodi regain IgE)
memasuki tubuh, maka terjadi reaksi alergen-reagin, dan kemudian
menjadi reaksi alergi. (Arthur C. Guyton, 1997)
D. Imunopatologi hipersensitivitas
1. Reaksi hipersensitivitas tipe I
Pada individu yang mempunyai predisposisi genetik, paparan
antigen makanan menyebabkan produksi IgE. Pada usia penyapihan,
apabila supresor sel T tidak berkembang, atau produksi IgA defisien pada
saat lahir, maka terjadi proses lebih lanjut yang diawali ikatan IgE spesifik
pada sel mast atau basofil. Pemaparan antigen spesifik berikutnya, maka
sel mast atau sel basofil akan mengikat antigen kemudian mengeluarkan
berbagai macam mediator. Penyebab utama reaksi tipe I adalah protein
susu sapi atau protein telur. Protein susu sapi dapat berada di dalam ASI
dalam jumlah sedikit, sehingga kasus alergi CMPA pada anak yang
minum EBF lebih jarang (Mac Donald dalam Pitono, 2003).
2. Reaksi hipersensitivitas tipe III
Antibodi (IgG atau IgM) bereaksi dengan antigen yang berlebih,
diikuti perlekatan komplemen, dengan akibat respon keradangan lokal.
Reaksi berlangsung dalam beberapa jam sesudah pemaparan antigen.
Dikemukakan reseptor Fc untuk immunoglobulin dan bukannya
komplemen yang penting dalam kerusakan jaringan. Reaksi
gastrointestinal dapat terjadi 6 jam setelah pemaparan berupa muntah,
diare dan kolik, serta peningkatan lokal dari IgM dan sel plasma IgA.
Dalam jangka 24 jam berikutnya akan terlihat sembab lokal, reaksi
endotel, penebalan membran dasar, penimbunan serat kolagen dan
infiltrasi lekosit polimorf. Terjadi pula peningkatan lokal IgG dan C3 di
dalam jaringan ikat subepitelial yang menunjukkan adanya reaksi
kompleks imun. Pada tahap ini mulai terlihat kerusakan enterosit yaitu
mikrovili yang menjadi tidak teratur, peningkatan lisosom dan
pembengkakan mitokondrial. Selain penimbunan lokal, kompleks imun
yang mengandung antigen makanan dan imunoglobulin (IgG dan IgE)
terlihat pula dalaM serum penderita alergi makanan (Mac Donald dalam
Pitono, 2003)
3. Reaksi hipersensitivitas tipe IV (Delayed type hypersensitivity
reaction=DTH)
DTH mencerminkan fenomena imunitas dengan perantaraan sel
CMI (cell-mediatedimmunity). DTH merupakan mekanisme imunologik
yang paling jelas perannya terhadap kerusakan mukosa usus yang berat.
DTH adalah reaksi yang ditimbulkan oleh antigen dengan limfosit T
spesifik terhadap antigen tersebut dikenal sebagai sel DTH (Pitono S dkk,
2003, Siti Boedina Kresna, 1996) Antigen menembus mukosa usus
melalui Plaques Peyeri, ditangkap sel APC, sel dendritik atau makrofag.
Selanjutnya disajikan pada sel T yang mengikat MHC II, akan memacu
Th1 menghasilkan IFN-g. Sel akan bermigrasi pada lamina propria yang
juga memacu Th1 lebih banyak dan menghasilkan IFN-g. IFN-g ini
menyebabkan keradangan dan kerusakan mukosa usus. Sitokin lainnya
adalah TNF-a dan IL-1b yang akan menghasilkan berbagai
metalloproteinase yang merusak mukosa (Mowatt, 1994 dalam Pitono,
2003
Susu Formula
Komposisi ASI Susu Sapi (modifikasi susu sapi)
B. Jenis ASI
1. Kolostrum
Kolostrum adalah jenis susu yang diproduksi pada tahap akhir
kehamilan dan pada hari-hari awal setelah melahirkan. Warnanya
kekuningan dan kental. Meski jumlahnya tidak banyak, kolostrum
memiliki konsentrasi gizi dan imunitas yang tinggi. Dalam beberapa hari
pertama setelah kelahiran, kolostrum keluar dari payudara untuk diminum
bayi. Kolostrum hanya tersedia mulai hari pertama hingga maksimal hari
ketiga atau keempat (Depkes, 2002).
Menurut Depkes, 2002, kolostrum memiliki banyak manfaat yaitu :
a. Kolostrum berkhasiat untuk bayi dan komposisinya mirip dengan nutrisi
yang diterima bayi di dalam rahim
b.Kolostrum bermanfaat untuk mengenyangkan bayi pada hari-hari petama
hidupnya
c.Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi
(perlindungan terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu
sebelumnya)
d.Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan
dan membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium, yaitu kotoran
bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan
e.Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA yang melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare
f. Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang
menyebabkan bayi kuning)
Kolostrum memiliki fungsi yang sangat vital dalam sepuluh hari
pertama kehidupan bayi. Kolostrum memiliki konsentrasi tinggi
karbohidrat, protein, dan zat kekebalan tubuh. Zat kebal yang ada antara
lain adalah : IgA dan sel darah putih. Kolostrum sangat rendah lemak
karena bayi yang baru lahir tidak mudah mencerna lemak.
2. ASI transisi
ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum, yaitu
pada hari kelima sampai hari kesepuluh. Kadar lemak dan laktosa yang
dikeluarkan lebih tinggi dan kadar protein serta mineral lebih rendah
dibandingkan dengan kandungan ASI hari pertama. Pada masa ini, jumlah
volume ASI semakin meningkat dan pengeluaran ASI mulai stabil. Hal ini
untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan
bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan (Williams, L, & Wilkins,
2011).
3. Susu matur
Susu matur yaitu ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6
bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI
(Williams, L, & Wilkins, 2011).
C. Komposisi ASI
ASI selalu dapat diberikan dalam kondisi apapun ke bayi,
meskipun ibu dalam keadaan sakit, hamil, menstruasi atau kurang gizi.
Kandungan seimbang dalam ASI dapat membantu pencernaan bayi, selain
itu bioavailabilitasnya tinggi pada beberapa zat gizi makro dan mikro. ASI
mengandung sedikit kasein, dimana bentuknya lebih halus dan mudah
dicerna, lebih banyak protein dibandingkan dengan susu sapi, dan biasanya
mengandung protein anti-inefective. Selain itu, ASI juga mengandung
asam lemak esensial yang tidak terdapat pada susu sapi atau produk susu
sapi. Enzim lipase dalam ASI membantu mencerna lemak dan kandungan
laktosanya yang tinggi membuatnya lebih bercita rasa dibandingkan susu
sapi. (Gibney, MJ et al, 2009).
DN, 9 Bulan
Ibu Bekerja
Respon Imunologis
Spesifik
Hipersensitivitas Tipe I
(Ig E)
Ig E Berikatan Dengan
Antigen Yang Dapat
Memicu Alergi
Bakteri Tumbuh Di
Perut
Bakteri Tumbuh Di
Perut
Hiponatremia
Hypokalemia
VII. Kesimpulan
Anak mengalami gangguan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit disebabkan oleh muntah dan diare dengan dugaan disebabkan
oleh alergi susu sapi
Daftar Pustaka
Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Alih Bahasa:
. Irawati, Ramadani D, Indriyani. Editor Bahasa Indonesia: Setiawati.
Jakarta: . Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
Host A. Halken S. Approach to feeding problems in the infant and young child.
Dalam: Leung DYM, Sampson HA, Geha RS, Szefler SJ, penyunting. Pediatric
Allergy principles and practice. Missouri, Mosby, 2003
Satgas ASI IDAI. 2010. Air Susu Ibu Dan Menyusui. Jakarta: Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Siregar P Sjawitri, Ida Mardiati, Akib Arwin. Cows milk allergy. Pediatric
Indonesia 1999.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Air susu ibu dan Kesehatan
Khasanah. 2011. ASI atau susu formula ya?. Panduan Lengkap Seputar ASI dan
Susu Formula.
Jogjakarta. Flashbook
Giovanna, V., Carla, C., Alfina, C., Domenico, P. A., & Elena, L. (2012). The
immunopathogenesis of cow's milk protein allergy (CMPA). Italian Journal of
Pediatrics, 1-5.
Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2013). Robbins Basic Pathology (13th
ed.). Philadelphia: Elsevier.
Nasar, S., Hendarto, A., & Muaris, H. J. (2005). Makanan Bayi dan Ibu
Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Praptiani, W. (2012). Kebidanan Oxford : dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Arifin, Siregar. 2004. Pemberian Asi Eksklusif dan Faktor - Faktor yang
Mempengaruhinya.
Juffrie, Mohammad. 2013. Saluran Cerna yang Sehat: Anatomi dan Fisiologi.
Sherwood. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 8 ed. Jakarta: EGC.
Siregar, P dan Zakiudin, M. 2006. Pentingnya Pencegahan Dini dan Tata laksana
Alergi Susu Sapi.
Sudiono, Janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG