Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah
terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak
menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan
penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan
kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit
seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan
kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila
keluhan timbul kembali.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan DHF
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman tentang Asuhan
Keperawatan Anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever.
2
BAB II
3
tunggal dengan berat molekul 4 x 106. (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolongarbovirus
(Arthropod-borneviruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan
arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi
sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga
menjadi hospes. reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor
adalah berturut-turut nyamuk.(Soegijanto,2004).
3. Patofisiologi
Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHFadalah
meningkatnya permeabilitasdinding pembuluh darah(kapiler),yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnyavolume plasma
yang otomatis jumlah trombosit berkurang(trombositopenia),terjadinya
hipotensi (tekanan darah rendah) yangdikarenakan kekurangan
haemoglobin,plasma merembes selamaperjalanan penyakit mulai dari
permulaan masa demam dan mencapaipuncaknya pada masa
terjadinyahemokonsentrasi(peningkatan hematokrit> 20 %) bersamaan
dengan menghilangnya plasma melaluiendoteldinding pembuluh darah.
Meningginya nilai hematokrit menimbulkandugaan bahwa renjatan terjadi
sebagai akibat kebocoran plasma ke daerahekstra vaskuler melalui kapiler
yang rusak. Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan
perdarahan dan jka tidak tertangani maka akan menimbulkan syok Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
4
5
4. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi
4 derajat :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanoa perdarahan spontan uji torniquet
(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain
yaitu epitaksis(mimisan),perdarahan gusi,hematemesisdanmelena(muntah
darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang
teraba dingin dan lembab.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
d. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi
pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah
dengue.Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan
kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba – tiba, tetapi
juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 – 50 % penderita
demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan
demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan
adekuat.
5. Gejala klinis DHF
a) Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
Sepertianoreksia,lemah,nyeri pada punggung,tulang sendi dan kepala.
Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan.Demam
berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secaralysis.
6
b) Perdarahan
Umumnya muncul padahari kedua sampaiketiga demam bentuk
perdarahandapatberupaujirumple
leedpositif,petechiae,purpura,echimosis,epistasis,perdarahan gusi dan
yang paling parah adalahmelena.
c) Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam,kadang-kadang
juga ditemukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus. Pada permulaan
dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang kurang
gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan
hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya
renjatan pada penderita.
d) Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan
ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam
biasanyamempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan
kegagalan peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembabdan
dingin pada ujung hidung,jari dan kaki,sianosis,sekitar mulut danakhirnya
shock.
e) Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabiladibawah
150.000/mm3biasanya di temukan di antara hari ketigasampai ketujuh
sakit.
f) Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap
terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik.
g) Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah
epigastrium,muntah-muntah,diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006).
7
6. Pemeriksaan fisik
- Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
- Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS. Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat
grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos mentis,
Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen,
Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma
- Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade
IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
- Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
- Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
- Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
7. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
1) Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting.Masa pembekuan
8
masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang.
Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan
X. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH darahmungkin
meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2) Pemeriksaan Hemoglobin
KasusDHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakanterjadi
kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanyaakan
keluar dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi.Kenaikankadar
hemoglobin >14 gr/100 ml.
3) Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan
terjadinyahemokonsentrasi,yang merupakan indikator terjadinya
perembesanplasma.Nilai peningkatan ini lebih dari 20%
4) Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saatpasien
didiagnosa sebagai pasien DHF,Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebutnormal atau
menurun.Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /μl atau kurangdari 1-2
trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan10 lapang
pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
5) Pemeriksaan Clothing time (CT )
Pemeriksaan ini juga memanjang dikarenakan terjadinya gangguan
hemostatis.Prinsip : Sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur
waktunyamulai dari keluarnya darah sampai membeku.
6) Pemeriksaan Bleding time (BT)
Pasien DHFpadamasa berdarah,masa perdarahan lebih
memanjangmenutup kebocoran dinding pembuluh darah
tersebut,sehingga jumlahtrombosit dalam darah berkurang.Berkurangnya
jumlah trombosit dalamdarah akan menyebabkan terjadinya gangguan
hemostatis sehingga waktuperdarahan dan pembekuan menjadi
memanjang.Prinsip : Waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya
9
perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping telinga
danberhentinya perdarahan tersebut secara spontan.
8. Diagnose/ criteria diagnosis
Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 terdiri dari criteria klinis dan laboratoris.
Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o Uji torniquet positif
o Petekie, ekimosis, purpura.
o Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o Hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
gelisah.
Kriteria laboratoris
a. Trobositopenia (100.000/Чl atau kurang)
b. Hemokonsentrasi (hematokrit > 20% dari normal)
9. Terapi/ penanganan
a) Terapi
Belum atau tanpa renjatan:
1) Grade I dan II :
a. Oral atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB <
10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi
disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
10
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
o 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
o 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
o 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
o 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
o Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat
Dengan Renjatan ;
2) Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
o 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
o 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
o 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
o 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
11
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/
1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam.
b).Penatalaksanaan
Tirah baring atau istirahat baring.
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang
) atau kejang-kejang.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif
/ negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
Panas disertai perdarahan
Panas disertai renjatan.
Diet makan lunak.
Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
10. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
12
a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa
kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Perdarahan luas.
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan
13
b. Diagnosa Keperawatan
14
penurunan suhu
5. 5. Berikan tubuh.
terapi cairan
intravena dan 4. pakaian tipis
obat-obatan membantu
sesuai program mengurangi
dokter. penguapan tubuh.
5. 5. pemberian
cairan sangat
penting bagi
pasien dengan
suhu tinggi.
15
sesuai program7. 7. Untuk
dokter. mengetahui status
gizi pasien
7. 7. Ukur berat
badan pasien
setiap minggu.
5. 4. Asupan cairan
sangat diperlukan
untuk menambah
volume cairan
tubuh.
6.
5. 5. Untuk
mengetahui
keseimbangan
cairan.
16
dengan kondisi terpenuhi 2. 2. Kaji hal-hal 2. 2. Untuk
tubuh yang lemah. , dengan criteria hasil yang mampu mengetahui
: atau yang tidak tingkat
- Pasien mampu mampu ketergantungan
mandiri setelah bebas dilakukan oleh pasien dalam
demam. pasien. memenuhi
kebutuhannya.
3. 3. Bantu pasien3. 3. Pemberian
untuk bantuan sangat
memenuhi diperlukan oleh
kebutuhan pasien pada saat
aktivitasnya kondisinya lemah
sehari-hari dan perawat
sesuai tingkat mempunyai
tanggung jawab
4. 4. Letakkan dalam pemenuhan
barang-barang kebutuhan sehari-
di tempat yang hari pasien tanpa
mudah mengalami
terjangkau oleh ketergantungan
pasien. pada perawat.
4. 4. Akan
membantu pasien
untuk memenuhi
kebutuhannya
sendiri tanpa
bantuan orang
lain.
17
5. 4. Berikan 3. 3. Perdarahan
transfusi sesuai cepat diketahui
program dan dapat diatasi
dokter. sehingga pasien
tidak sampai syok
6. 5. Lapor dokter hipovolemik.
bila tampak
syok 4. 4. Untuk
hipovolemik. mengetahui
tingkat kebocoran
pembuluh darah
yang dialami
pasien sebagai
acuan melakukan
tindakan lebih
lanjut.
5. 5. Untuk
menggantikan
volume darah
serta komponen
darah yang
hilang.
6. Untuk
mendapatkan
penanganan lebih
lanjut sesegera
mungkin
18
perdarahan 4. 4. Memotivasi
lebih lanjut. pasien untuk mau
minum obat
4. 4. Jelaskan obat sesuai dosis yang
yang diberikan diberikan.
dan
manfaatnya.
19
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : AP
2. Anak yang ke : Pertama
3. Tanggal lahir/umur : 14 Februari 2011/ 10 th
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. “WS” (kandung)
b. Umur : 28 th
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Banjar Dauh Marga Desa Delodbrawah, Jembrana
2. Ibu
a. Nama : Ny. “NK” (kandung)
b. Umur : 25 th
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Banjar Dauh Marga Desa Delodbrawah, Jembrana
20
sembuh dengan obat dari dokter. Tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit lain yang
dianggap berbahaya.
21
N Nafsu makan Baik Berkurang
- Menu makan Nasi+Lauk+Sayur+Susu Nasi+Lauk+Sayur+Susu
- Frekuensi makan 3 kali sehari 3 Kali Sehari tidak habis
- Makanan yang disukai Mie goreng Tidak ada
- Makanan pantangan Tidak ada Makanan yang keras
- Pembatasan pola makan Tidak ada Makanan yang lunak
- Kebiasaan makan Makan sendiri Makan sendiri
- Ritual saat makan Berdoa sebelum makan Berdoa sebelum makan
M Makanan selingan Roti kering Buah jambu
Kebiasaan jajan Arumanis Tidak ada
C. Eliminasi (BAB/BAK)
22
Obat Pencahar Tidak digunakan Tidak digunakan
D. Aktifitas
Permainan
Pasien mengatakan suka bermain dengan teman-temannya di rumah saat
sore hari, permainan yang paling disukai rumah boneka. Dirumah pasien
memiliki banyak boneka.
E. Rekreasi
Pasien mengatakan jarang berlibur dengan keluarga, saat berlibur terakhir
2 tahun lalu di kolam renang. Di rumah sakit mengisi waktu luang dengan
bermain boneka di handphone.
F. Istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat.
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan mencuci kaki dan kencing
sebelum tidur malam hari, biasa tidur siang pukul 13.00 – 15.30, malam
hari tidur pukul 21.00 – 06.00, sebelum masuk rumah sakit biasa tidur 8
jam, setelah masuk rumah sakit tidur hanya 4-5 jam karena sering
terbangun akibat jantung terasa berdebar-debar.
G. Kebersihan diri
Pasien mengatakan dirumah biasa mandi sendiri 2 kali sehari namun saat
masuk rumah sakit hanya di lap oleh Ibunya. Dikeringkan pakai handuk,
gosok gigi sendiri dibantu oleh Ibu menggunakan pasta gigi.
H. Pengaturan suhu tubuh
Saat pengkajian suhu tubuh pasien 38oC.
I. Rasa nyaman
Pasien mengatakan merasa nyeri saat menelan, nyeri berlangsung 1-3
menit dengan skla nyeri 5 berdasarkan skala 0-10 dimana 10 merupakan
nyeri paling parah.
J. Rasa aman
Pasien mengatakan merasa cemas terlalu lama di rumah sakit akan
tertular penyakit pasien lain dan pasien ingin cepat pulang.
K. Belajar (anak dan orangtua)
Pasien mengatakan tidak tau apa penyebab sakit yang dialami, pasien
sadar berada dirumah sakit sedang mendapatkan perawatan. Ibu pasien
mengatakan mengerti anaknya sakit sehingga membawa anaknya kerumah
sakit. Perasaan orang tua lebih tenang karena anaknya dirawat dengan baik
dengan lingkungan yang bersih di rumah sakit.
L. Prestasi
Pasien mengatakan menjadi juara 1 di kelasnya, dan mendapat juara 1
menari Bali tingkat kecamatan.
23
M. Hubungan sosial anak
Saat pengkajian pasien sangat dekat dengan Ibu nya, akrab berkomunikasi
dengan keluarga besarnya. Bahasa yang digunakan pasien adlaah Bahasa
Indonesia.
N. Melaksanakan ibadah
Keluarga pasien mengatakan selalu berdoa pada TUhan dan percaya
anaknya akan segera sembuh. Pasien tetap melaksanakan Tri Sandya di
atas bed dituntun oleh kedua orang tua.
V. PENGAWASAN KESEHATAN
Keluarga pasien mengatakan saat sehat hanya diawasi oleh orang tua. Bila sakit
meminta pertolongan kepada dokter praktik mandiri. Keluarga pasien
mengatakan rajin membawa anak pada saat kecil ke posyandu. Orang tua
melakukan pengawan anak dirumah dengan baik.
Imunisasi ( 1 – 5 tahun)
24
VI. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
No Jenis Akut/Kronis Umur Lamanya Pertolongan
Penyakit /Menular/tidak saat
sakit
1 Demam Akut 5 th 4 hari Di RS
Berdarah
G. Kepala
Bentuk keepala mesocpepale, rambut panjang berwarna hitam, kulit
kepala bersih, tidak ada lesi di kepala, nyeri tekan tidak ada.
H. Mata :
Bentuk mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjungtiva merah
muda, sclera tidak ikterik, tidak ada edema palpebra, nyeri tekan tidak ada.
25
Visus : Normal 6/6, lapang pandang normal, pasien mampu melihat jari
penunjuk pemeriksa.
I. Hidung :
Bentuk hidung simetris, terdapat lesi bekas pedarahan, nyeri tekan ada,
benjolan tidak ada. Penciuman baik,mampu membedakan bau obat dengan
bau parfum, tidak terdapat sekret dihidung.
J. Telinga
Keadaan daun telinga baik, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
serumen, fungsi pendengaran baik, mampu mendengar suara jam tangan
pemeriksa terdekat hingga jarak 30 cm.
K. Mulut
Mukosa bibir kering, tidak terdapat stoimatitis, terdapat gigi berlubang
yaitu gigi geraham bawah kanan, tidak ada nyeri tekan.
L. Leher:
Pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakkan leher
Tidak adapembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, nadi karotis teraba,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, nyeri tekan tidak ada.
M. Thoraks:
Bentuk dada simetris, normal, irama pernafasan tidak teratur, adanya suara
nafas crackles.
N. Jantung : S1S2 tunggal regular, tidak ada mur-mur, denyut nadi 100 kali
permenit
O. Abdomen :
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites,
peristaltic usu 20 kali permenit, suara perkusi timpani.
P. Ekstremitas :
Ektremitas Atas
Bentk tangan simetris kanan dan kiri, terpasang infus pada tangan kiri,
ROM penuh, akral dingin, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada nyeri
tekan.
Ekstremitas Bawah
Bentuk kaki simetris kanan dan kiri, ROM penuh, akral dingin, tidak ada
edema, tidak ada nyeri tekan.
Q. Alat kelamin : kebersihan cukup, tidak ada nyeri tekan, tidak ada perdarahan.
R. Anus : tidak ada massa, kebersihan cukup.
26
T. Gejala kardinal :
1. Suhu = 38oC
2. Nadi = 100 kali permenit
3. Pernafasan = 28 kali permenit
4. Tekanan darah = 120 kali permenit
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji turniket dan laboratorium.
ANALISA DATA
27
DO: pasien tampak cemas
dan merengek pulang
pada keluarga
RENCANA TINDAKAN
28
pakaian yang dapat
tebal. meningkatkan
5. Berikan terapi penguapan yang
cairan intravena mempercepat
dan obat-obatan penurunan suhu
sesuai program tubuh.
dokter.
4. pakaian tipis
membantu
mengurangi
penguapan
tubuh.
5. pemberian
cairan sangat
penting bagi
pasien dengan
suhu tinggi.
7. batasi
masukan
makanan dan
minuman yang
mengandung
kafein
29
4. Beri diperhatikan
kesempatan dengan baik.
pada pasien 4. Meringankan
untuk beban pikiran
mengungkapkan pasien
perasaannya 5. Agar segala
sesuatu yang
5. Gunakan disampaikan
komunikasi diajarkan pada
terapeutik pasien
memberikan
hasil yang
efektif.
CATATAN PERKEMBANGAN
30
2 10/2/19 2 10.45 Memberi kompres S : Klien mengatakan
WITA hangat
suhu badannya tidak
sepanas kemarin dan
6. Memberi lingkungan
sudah bisa tidur
yang tenang dan
nyaman dengan nyenyak
O : Klien kelihatan
11.00 baru bangun tidur
WITA 7. Membatasi masukan
dan suhu badannya
makanan dan minuman
yang mengandung 37,6 o C
kafein
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
5. Menggunakan
komunikasi terapeutik
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan
spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi
cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan
pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
32
tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan
tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan
dengan kurangnya informasi.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran kepada seluruh
pembaca makalah ini ataupun seluruh masyarakat diharapkan untuk dapat
menjaga lingkungan rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk
pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program
3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Price, Sylvia A, dkk.2006.Patofisiologi volume 1.Jakarta:EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
33
Arifin.2014. DHF Anak.http://www.tersemangat.com/2014/09/, diakses pada 5 Februari
2016
34