Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah I yang berjudul tentang “GAGAL GINJAL”.Selain itu bertujuan untuk
memberikan informasi dan menambah wawasan tentang penyakit Diare pada anak.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibuselaku dosen
pembimbing mata kuliah Materi Dokumentasi Keperawatan.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar........................................................................................................1
2. Daftar Isi.................................................................................................................2
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Tinjauan Teoritis
2.1 Defenisi Gagal Ginjal........................................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis..............................................................................................6
2.4 Patofiologi.........................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan penunjang.....................................................................................7
2.6 Klasifikasi..........................................................................................................8
2.7 Web of Caution.................................................................................................11
B. Askep Teoritis
2.8 Asuhan Keperawatan........................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh
seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit serius
atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal
ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia
.
Secara umum, penyakit gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian
penyakit yang menyerang traktus urinarius.
3
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan gagal jantung.
2. Tujuan khusus
a. Memahami defenisi dari gagal ginjal.
b. Memahami etiologi pada gagal ginjal.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal.
d. Memahami patofisiologi dari gagal ginjal.
e. Mengetahui klasifikasi gagal ginjal.
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal
ginjal.
g. Mengetahui web of caution dari gagal ginjal.
h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
Gagal ginjal adalah keadaan dimana sebagian besar nefron di kedua ginjal tidak lagi
fungsional. Gagal ginjal dikatakan terjadi jika GFR secara mendadak berkurang sebesar 50%
atau lebih. Ini memicu oliguria dan anuria dengan akumulasi sampah metabolic di daalam
darah (Hurst, 2015:391).
Gagal ginjal merupakan sebuah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, di
mana fungsi ginjal mengalami penurunan dalam mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan eektrolit, sehingga terjadi uremia. Gagal ginjal biasanya berakibat
akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Padaa umumnya penyakit ini baru
dapat dideteksi melaluites urine dan darah (Ariani, 2016:142).
2.2 ETIOLOGI
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh
tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun
beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
5
g. Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau
dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.
Menurut Brunner & Suddarth (2002),menyatakan tiga kategori utama penyebab gagal
ginjal akut antara lain:
a) Gagal prarenal: disebabkan oleh penurunan perfusi ginjal. Ini merupakan bentuk
yang paling sering menyerang pasien penyakit kritis dan menyebabkan angka
mortalitasyang tinggi untuk pasien perawatan intensif.
b) Gagal intrarenal: disebabkan oleh kematian nefron di dalam ginjal (intrinsic).
c) Gagal pascarenal: disebabkan oleh obstruksi aliran di sepanjang saluran kemih.
Ada beberapa gejala atau tanda-tanda seseorang mengalami penyakit gagal ginjal.
Gejala atau tanda-tanda yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut (Ariani, 2016:144).
6
2.4 PATOFISIOLOGI
Hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hamper lengkap akibat kegagalan sirkulasi
renal atau disfungsi tubulus dan glomerulus yang dimanifestasikan dengan anuria (urine
kurang dari 50 ml/24 jam), oliguria (urine kurang dari 400-500 ml/24 jam), peningkatan
konsentrasi serum urea (aazotermia) atau BUN, kreatinseerum, hiperkalemia, dan retensi
sodium (Nursalam, 2009:35).
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak
gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2002 : 144)
7
BUN/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat, kalsium
menurun, protein menurun.
3. LFG
LFG atau laju filtrasi glomerulus ini merupakan suatu pengukuran yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik ginjal bekerja. Penghitungan GFR
melibatkan pengambilan sampel darah dan dihitung berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan kelompok etnis. Hasil GFR serupa dengan persentase kapasitas
fungsi ginjal normal.
4. Pemindaian
Dalam kasus gangguan ginjal stadium lanjut, ginjal menjadi mengerut dan
berbentuk tiadak utiuh. Sebelum perubahan bentuk ginjal tersebut terjadi,
pemindaian digunakan untuk mengetahui terjadi penyumbatan tidak normal
dalam aliran urine. Proses ini dilakukan dengan alat-alat seperti USG,
computerized tomography atau CT, atau pemidaian magnetic resonance imaging
atau MRI.
5. Biopsi Ginjal
Biopsy dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal. Deteksi
kerusakan ginjal kemudian dilakukan dengan memeriksa sel-sel dengan
mikroskop.
8
b) Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pada tahap ini lebih dari 50% jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.
Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal.
c) Stadium III
Uremi gagal ginjal (fal ginjal sekita 10-20%). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari-
hari sebagaimana messtinya. Pada stadium ini, sekitar 90% dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10-20% dari keadaan normal dn kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
d) Stadium IV
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun
menjaadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang
tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
10
2.7 WEB OF CAUTION
11
B. ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu
dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua , pekerjaan orang tua.
b. Identitas klien
Kelemehan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicarrd/ tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
c. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menaggulangi penyakitnya.
Pengakajian Keperawatan:
Aktifitas/ istirahat:
12
3. Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
Sirkulasi:
Integritas ego:
1. Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
2. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
Elimenasi:
1. Penurunan frekuensi urie, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut.
2. Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
3. Perubahan warna urine, contoh: kuning pekst, merah, coklat, oliguria.
Makanan/ cairan:
13
Neurosensori:
Nyeri / kenyamanan:
1. Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
2. Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
Pernapasan:
1. Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
2. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
3. Batuk dengan sputum encer (edema paru).
Keamanan:
1. Kulit gatal
2. Ada / berulangnya infeksi Pruriti
3. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal.
4. Ptekie, area ekimosis pada kulit
5. Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
Seksualitas: (Penurunan libido, amenorea, infertilitas)
Interaksi sosial :
14
Penyuluhan / Pembelajaran:
1. Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
2. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
3. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan nilai filtrasi glomerulus
dan retensi sodium, ditandai dengan:
DS: penambahan berat badan dalam waktu yang singkat dan asupan lebih banyak
dari pada pengeluaran.
DO: Perubahan TD , perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan vena pusat,
edema anasarka , distensi vena jagular, perubahan pola napas, dipsnea, bunyi napas
abnormal (reles) , kongestif pulmonal, penurunan Hb, penurunan hematokrit,
peningkatan elektrolit, perubahan gravitasi yang spesifik, bunyi jantung S3, refleks
hepatojugular (+), dan perubahan status mental.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan sistem imun dan pertahanan tubuh,
ditandai dengan:
DS: melaporkan demam
DO: demam, kenaiakan suhu tubuh, lab abnormal, dan tanda vital abnormal.
15
5. Gangguan ingatan berhubungan dengan efek toksin pada susunan saraf pusat,
ditandai dengan:
DO: melaporkan luka
DS: tidak mampu mengingat informasi, tidak mampu mengingat peristiwa baru,
tidak mapu belajar atau menguasai keterampilan, tidak mampu melakukan
kegiatan, tidak mapu melakukan kegiatan sesuai jadwal, tidak mampu mengenal
intervensi yang akan dilaksanankan, tidak mapu melakukan keterampilan baru,
dan lupa.(Nursalam dan Nurs (Hons), 42-43)
C. Intervensi
Diagnosis keperawatan 1
16
10. Evaluasi tanda dan gejala hiperkapnia dan monitor nilai postasium (jika nilai
5,5 mg/L , segera laporkan kedokter lalu amati perubahan ECG).
11. Berikan sodium bikarbonat atau glukosa dan insulin untuk mengganti
potasium kedalam sel.
12. Berikan kation pengganti resin (sodium polystirene sulfonate (kayekselate)
untuk koreksi kelebihan potasium dalam waktu lama.
13. Amati kardiac aritmia dan gagal jantung kongestif (congestive heart failure-
CHF) akibat hiperkalemia, ketidakseimbangan elektrolit, atau kelebihan
cairan. Siapkan alat resusitasi untuk mengatasi cardiac arrest.
14. Anjurkan kepada pasien mengenai pentingnya mengikuti pengobatan diet dan
hindari knsumsi tinggi potasium.
15. Lakukan transfusi darah selama dialisis untuk membuang potasium.
16. Monitor normalitas keseimbangan asam-basa dan monitor gas darah arteri
(AGD).
17. Siapkan terapi ventilator jika terjadi asidosi atau masalah pernapasan.
18. Berikan sodium bikarbonat untuk mengatasi gejala asidosis (defisit
bikarbonat).
Diagnosis keperawatan 2
1. Monitor semua tanda infeksi. Perlu dicatat bahwa pasien gagal ginjal tidak
selau menunjukkan demam dan leukositosis.
2. Angkat kateter unrine segera mungkin, monitor infeksi saluran kemih.
3. Gunakan perawatan higienen pulmonari secara intensif terhadap edema paru
dan infeksi.
4. Lakukan perawatan luka dan kulit.
5. Jika ingin memberikan antibotik, sebaiknya berikan sesuai dosis derajat
kerusakan ginjal.
17
Diagnosis keperawatan 3
1. Bekerja sama dengan ahli gizi untuk mengatur asupan protein sesuai
kerusakan fungsi ginjal sebab metabolik yang diakumulasikan di dalam darah
biasanya berasal dari katabolisme, sehingga protein harus tinggi nilai
biologinya dan kaya asam amino esensial (makanan kering, telur, daging) agar
pasien tidak mengalami katabolisme jaringan bagi asam amino esensial.
2. Diet rendah protein harus digabung dengan asam amino esensial dan vitamin.
Pasien dengan kerusakan ginjal membutuhkan pembatasan protein.
3. Protein akan ditingkatkan jika pasien mengikuti program dialisis untuk
memungkinkan penurunan asam amino selama dialisis.
4. Berikan makanan tinggi karbohidrat sebab karbohidrat memiliki fungsi
memecah tepung dan berikan kalori tambahan lainnya.
5. Ukur berat badan setiap hari.
6. Monitor BUN, kreatinin, elektrolit, serum albumin total protein, dan
transferin.
7. Ingat bahwa makanan dan cairan mengandung banyak sodium, potasium, dan
fosfat (perlu dibatasi).
8. Siapkan hiperalimentasi ketika nutrisi yang adekuat tidak diberikan melaui
saluran pencernaan makan.
Diagnosis keperawatan 4
18
Diagnosis keperawatan 5
19
5. Berikan epogen (eritropoietin) yang telah diresapkan sesuai program untuk
menstimulasi produksi sel darah merah karena ginjal yang rusak tidak dapat
memproduksi eritropoietin.
6. Persiapkan pasien untuk dialisis (jelaskan pilihan dengan perhatian pada
aspek fisik dan psikososial) ketika penurunan fungsi ginjal. Membuat
beberapa bentuk dialisis menjadi tak terhindarkan.
7. Dengan kehilangan fungsi ginjal sebesar 85% hingga 90%, dokter nefrologi
akan menganjurkan pemasangan alat akses vesikular permanen sebagai
persiapan untuk hemodialisis . perencanaan sebelum akan mencegah
ketidaknyamanan dan pengeluaran biaya akibat penenaman termporer ,
sementara memungkinkan waktu untuk matangnya akses vaskular yang baru .
8. Berikan dukungan nutrisi yang tepat.
D. Evaluasi
1. Tekanan darah stabil, tidak edema, dan pernapasan normal.
2. Tidak ada tanda infeksi
3. Asupan makanan cukup
Merasa nyaman dan dapat tidur. (Nursalam dan Nurs (Hons), 47)
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh
tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun
beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
3.2 SARAN
Sakit dan sehat memang sudah ada yang mengatur takdir kita sebagai manusia. Tetapi
kita bisa menjauhkan keadaan sakit itu dengan berusaha untuk tetap prima dan fit agar tubuh
kita tetap sehat dengan cara Pola Hidup Sehat (PHS), yaitu dengan pola makan dan minum
yang sehat, Olahraga yang cukup, Hygienis, dan istirahat yang cukup.Jika mengalami
21
keadaan tubuh yang kurang sehat segeralah berobat untuk mendapatkan tindakan dan
pengobatan secara dini sebelum terjadi sakit yang kronis.
22
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam dan Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ariani, Sofi. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Gangguan Ginjal Lainnya. Yogyakarta:
Istana Media
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikala Bedah. Jakarta: EGC.
23