Vous êtes sur la page 1sur 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah I yang berjudul tentang “GAGAL GINJAL”.Selain itu bertujuan untuk
memberikan informasi dan menambah wawasan tentang penyakit Diare pada anak.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibuselaku dosen
pembimbing mata kuliah Materi Dokumentasi Keperawatan.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.

Solok, Januari 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar........................................................................................................1
2. Daftar Isi.................................................................................................................2

3. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................4

4. BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis
2.1 Defenisi Gagal Ginjal........................................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis..............................................................................................6
2.4 Patofiologi.........................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan penunjang.....................................................................................7
2.6 Klasifikasi..........................................................................................................8
2.7 Web of Caution.................................................................................................11
B. Askep Teoritis
2.8 Asuhan Keperawatan........................................................................................12

5. BAB III PENUTUP


3.1Kesimpulan.........................................................................................................21
3.2 Saran..................................................................................................................21
6. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh
seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit serius
atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal
ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia
.

Secara umum, penyakit gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian
penyakit yang menyerang traktus urinarius.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa defenisi dari gagal ginjal?


2. Apa saja etiologi pada gagal ginjal?
3. Bagaimanakah manifestasi klinis dari gagal ginjal?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari gagal ginjal?
5. Apa saja klasifikasi gagal ginjal?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal
ginjal?
7. Bagaimana web of caution dari gagal ginjal?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal?

3
1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan gagal jantung.

2. Tujuan khusus
a. Memahami defenisi dari gagal ginjal.
b. Memahami etiologi pada gagal ginjal.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal.
d. Memahami patofisiologi dari gagal ginjal.
e. Mengetahui klasifikasi gagal ginjal.
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal
ginjal.
g. Mengetahui web of caution dari gagal ginjal.
h. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFENISI GAGAL JANTUNG

Gagal ginjal adalah keadaan dimana sebagian besar nefron di kedua ginjal tidak lagi
fungsional. Gagal ginjal dikatakan terjadi jika GFR secara mendadak berkurang sebesar 50%
atau lebih. Ini memicu oliguria dan anuria dengan akumulasi sampah metabolic di daalam
darah (Hurst, 2015:391).

Gagal ginjal merupakan sebuah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, di
mana fungsi ginjal mengalami penurunan dalam mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan eektrolit, sehingga terjadi uremia. Gagal ginjal biasanya berakibat
akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Padaa umumnya penyakit ini baru
dapat dideteksi melaluites urine dan darah (Ariani, 2016:142).

2.2 ETIOLOGI

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh
tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun
beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

a. Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)


b. Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
c. Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
d. Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
e. Menderita penyakit kanker (cancer)
f. Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu
sendiri (polycystic kidney disease)

5
g. Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau
dampak penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai
glomerulonephritis.

Menurut Brunner & Suddarth (2002),menyatakan tiga kategori utama penyebab gagal
ginjal akut antara lain:

a) Gagal prarenal: disebabkan oleh penurunan perfusi ginjal. Ini merupakan bentuk
yang paling sering menyerang pasien penyakit kritis dan menyebabkan angka
mortalitasyang tinggi untuk pasien perawatan intensif.
b) Gagal intrarenal: disebabkan oleh kematian nefron di dalam ginjal (intrinsic).
c) Gagal pascarenal: disebabkan oleh obstruksi aliran di sepanjang saluran kemih.

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Ada beberapa gejala atau tanda-tanda seseorang mengalami penyakit gagal ginjal.
Gejala atau tanda-tanda yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut (Ariani, 2016:144).

a. Lebih sering buang air kecil terutama di malam hari.


b. Kulit terasa gatal.
c. Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urine.
d. Mengalami kram otot.
e. Berat badan turun atau kehilangan berat badan.
f. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan menurun.
g. Penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan paada pergelangan kaki, kaki,
dan tangan.
h. Nyeri pada dada, akibat cairan menumpuk disekitar jantung.
i. Mengalami kejang pada otot.
j. Mengalami gangguan pernafasan atau sesak nafas.
k. Mengalami mual dan muntah.
l. Mengalami gangguan tidur atau susah tidur.
m. Terjadi disfungsi ereksi pada pria.

6
2.4 PATOFISIOLOGI

Hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hamper lengkap akibat kegagalan sirkulasi
renal atau disfungsi tubulus dan glomerulus yang dimanifestasikan dengan anuria (urine
kurang dari 50 ml/24 jam), oliguria (urine kurang dari 400-500 ml/24 jam), peningkatan
konsentrasi serum urea (aazotermia) atau BUN, kreatinseerum, hiperkalemia, dan retensi
sodium (Nursalam, 2009:35).

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak
gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2002 : 144)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan yang dimaksud diantaranya adalah sebgai berikut (Ariani, 2016:147)
1. Tes Urine
Salah satu gejala penyakit ginjal adalah terdapat protein atau darah dalam urine.
Maka tes ini digunakan untuk mengecek kemungkinan kandungan tersebut.
Beberapa tes urine perlu dikirim ke laboratorium untuk dikonfirmasi. Sementara
hasil beberapa tes lain dapat segera diperoleh.
2. Laboratorium
Untuk menentukan ada ataau tidaknya kegawatan, menentukan derajat gagal
ginjal, menentukn gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi.

7
BUN/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat, kalsium
menurun, protein menurun.
3. LFG
LFG atau laju filtrasi glomerulus ini merupakan suatu pengukuran yang
digunakan untuk menentukan seberapa baik ginjal bekerja. Penghitungan GFR
melibatkan pengambilan sampel darah dan dihitung berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan kelompok etnis. Hasil GFR serupa dengan persentase kapasitas
fungsi ginjal normal.
4. Pemindaian
Dalam kasus gangguan ginjal stadium lanjut, ginjal menjadi mengerut dan
berbentuk tiadak utiuh. Sebelum perubahan bentuk ginjal tersebut terjadi,
pemindaian digunakan untuk mengetahui terjadi penyumbatan tidak normal
dalam aliran urine. Proses ini dilakukan dengan alat-alat seperti USG,
computerized tomography atau CT, atau pemidaian magnetic resonance imaging
atau MRI.
5. Biopsi Ginjal
Biopsy dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal. Deteksi
kerusakan ginjal kemudian dilakukan dengan memeriksa sel-sel dengan
mikroskop.

2.6 KLASIFIKASI GAGAL GINJAL


1. Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolic (toksik uremik) di
dalam darah (Muttaqin, 2011:166). Berdsarkan derajat penurunan faal ginjal, GGK
dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal gnjal atara 50%-80%). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum
merasakan gejala-gejala dan pemeriksaan laaboratorium faal ginjal massih
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood
Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.

8
b) Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pada tahap ini lebih dari 50% jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.
Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal.
c) Stadium III
Uremi gagal ginjal (fal ginjal sekita 10-20%). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari-
hari sebagaimana messtinya. Pada stadium ini, sekitar 90% dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10-20% dari keadaan normal dn kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.
d) Stadium IV
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun
menjaadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang
tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.

2. Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara mendadak
akibat kedgagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus daan glomerulus
dengan manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar
nitrogen darah, peningkatan kreatinin serum, dan retensi produk metabolit yang harus
diekskresikan oleh ginjal) (Muttaqin, 2011:156).
a) Gagal Ginjal Akut Prerenal
GGA prerenala merupakan keadaab dimana aliran darah ke ginjal menurun
sehingga mengganggu fungsi normal ginjal, serta bersifat paling ringan dan
cepat dapar reversible (dapat normal lagi) bila keadaan tersebut segera
diperbaiki.
Etiologi:
 Pendarahan, luka bakar, muntah, diare yang menyebabkan penurunan
volume darah sehingga darah yang menuju ke ginjal juga mengalami
penurunan.
9
 Infark miokard (kematian otot jantung), gagal jantung,
mengaakibatkan penurunan curah jantung (kegagalan jantung
memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh, termasuk ginjal).
b) Gagal Ginjal Akut Renal
 Nekrosis Tubuler Akut (NTA)
GGA renal sebagian besar berupa NTA. Terjadi akibat/kelanjutan
GGA prerenal yang terlambat atau kurang baik penanganannya
sehingga ginjal kekurangan darah dalam waktu lama dan terjadi
kerusakan ginjal.
 Penyakit Primer pada Ginjal
GGA renal sebagian kecil disebabkan oleh penyakit primer pada ginjal,
misalnya: glomerulonefritis, nefrosklerosis, nefritis interstitialis akut
karena obat, kimia, atau kuman.
c) Gagal Ginjal Akut Postrenal
GGA postrenal adalah suatu keadaan dimna pembentukan urine cukup, namun
alirannya dalam saluran kemih terhambat. Disini terjadi gangguan aliran
kencing pada kedua sisi ginjal dimana ginjal atau obstruksi (sumbatan) pada
satu sisi ginjal akibat ginjal sebelah lainnya sudah diambil/sudah rusak
sebelumnya.

10
2.7 WEB OF CAUTION

11
B. ASKEP TEORITIS

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL

Menurut Marillyn E. Doenges (2000) pengkajian meliputi :

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu
dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua , pekerjaan orang tua.
b. Identitas klien
Kelemehan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicarrd/ tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
c. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menaggulangi penyakitnya.

Pengakajian Keperawatan:

1. Kaji riwayat penyakit jantung, malignasi, sepsis, atau penyakit yang


diderita sebelumnya.
2. Kaji adanya paparan dengan obat yang berpotensi meracuni ginjal
(antibiotik, nonsteroid anti-inflmasi-NSAID’S-zat kontras, dan benda cair
lainnya.)
3. Lakukan pemeriksaan fisik secara terus-menerus seperti turgor kulit, pucat,
perubahan irama jantung(nadi), dan edema.
4. Monitor volume urine. (Nursalam dan Nurs (Hons), 42)

Aktifitas/ istirahat:

1. Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise


2. Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen

12
3. Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

Sirkulasi:

1. Adanyanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada


(angina)
2. Hipertensi. DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
dan telapak tangan.
3. Nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang
pada penyakit tahap akhir.
4. Pucat, kulit coklay kehijauan, kuning.
5. Kecenderungan perdarahan.

Integritas ego:

1. Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
2. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.

Elimenasi:

1. Penurunan frekuensi urie, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut.
2. Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
3. Perubahan warna urine, contoh: kuning pekst, merah, coklat, oliguria.

Makanan/ cairan:

1. Peningkatan berat badan cepat (eodema), penurunan berat badan


(malnutrisi)
2. Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/ muntah , rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan amonia)
3. Penggunaan deuritik
4. Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
5. Perubahan turgor kulit/ kelembaban.
6. Ulserasi gusi, pendrahan gusi/lidah.

13
Neurosensori:

1. Sakit kepala, penglihatan kabur.


2. Kram otot/ kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak
kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstermitas bawah.
3. Gangguan status mental, contoh: penurunan lapang perhatian, ketidak
mampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot.

Nyeri / kenyamanan:
1. Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
2. Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.

Pernapasan:
1. Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
2. Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
3. Batuk dengan sputum encer (edema paru).

Keamanan:
1. Kulit gatal
2. Ada / berulangnya infeksi Pruriti
3. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal.
4. Ptekie, area ekimosis pada kulit
5. Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
Seksualitas: (Penurunan libido, amenorea, infertilitas)

Interaksi sosial :

Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan


fungsi peran biasanya dalam keluarga.

14
Penyuluhan / Pembelajaran:
1. Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
2. Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
3. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan nilai filtrasi glomerulus
dan retensi sodium, ditandai dengan:
DS: penambahan berat badan dalam waktu yang singkat dan asupan lebih banyak
dari pada pengeluaran.
DO: Perubahan TD , perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan vena pusat,
edema anasarka , distensi vena jagular, perubahan pola napas, dipsnea, bunyi napas
abnormal (reles) , kongestif pulmonal, penurunan Hb, penurunan hematokrit,
peningkatan elektrolit, perubahan gravitasi yang spesifik, bunyi jantung S3, refleks
hepatojugular (+), dan perubahan status mental.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan sistem imun dan pertahanan tubuh,
ditandai dengan:
DS: melaporkan demam
DO: demam, kenaiakan suhu tubuh, lab abnormal, dan tanda vital abnormal.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan


katabolik, anoreksia, malnutrisis yang berhubungan dengan gagal ginjal , ditandai
dengan:
DS: melaporkan mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.
DO: BB 20% kurang dari BB ideal, konjungtiva dan membran pucat, serta tidak
mampu mencerna makanan.

4. Risiko trauma berhubungan dengan perdarahan gastro intestinal, ditandai dengan:


DS: melaporkan muntah atau BAB berdarah dan kotoran (feses) bewarna hitam
DO: melena (+), hematemesis (+), abnormal Hb, dan lemah.

15
5. Gangguan ingatan berhubungan dengan efek toksin pada susunan saraf pusat,
ditandai dengan:
DO: melaporkan luka
DS: tidak mampu mengingat informasi, tidak mampu mengingat peristiwa baru,
tidak mapu belajar atau menguasai keterampilan, tidak mampu melakukan
kegiatan, tidak mapu melakukan kegiatan sesuai jadwal, tidak mampu mengenal
intervensi yang akan dilaksanankan, tidak mapu melakukan keterampilan baru,
dan lupa.(Nursalam dan Nurs (Hons), 42-43)

C. Intervensi

Diagnosis keperawatan 1

Tujuan: Terpenuhinya kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit

1. Monitor tanda dan gejala hipovolemia atau hipervolemia karena kemampuan


regulasi ginjal tidak adekuat.
2. Memonitor pengeluaran dan BJ urine, ukur, dan catat asupan serta
pengeluaran urine, pengisapan cairan lambung, feses, drainase luka, dan
penguapan (melalui keringat, kulit, dan pernapasan).
3. Monitor serum dan konsentrasi elektrolit urin.
4. Ukur berat badan pasien setiap hari untuk membentuk indeks keseimbangan
cairan, perkirakan kehilangan BB 2,5-0,5 Kg setiap hari.
5. Nilai asupan cairan untuk menghindari kelebihan volume cairan dan
dehidrasi.
a. Pembatasan cairan tidak selau merupakan indikasi sampai fungsi renal
sangat menurun.
b. Berikan cairan hanya cukup untuk menganti kehilangan selama fase
oliguri-anurik (biasanya 400-500 ml / 24 jam)
c. Kebutuhan cairan seharusnya didistribusi setiap hari.
d. Hindari pembatasan cairan dalam waktu yang lama.
6. Ukur tekanan darah dalam waktu yang berbeda setiap hari
7. Auskultasi permukaan paru untuk mengetahui bunyi reles
8. Inspeksi vena leher (pembesaran).
9. Inspeksi edeme ekstremitas, abdomen, dan bola mata.

16
10. Evaluasi tanda dan gejala hiperkapnia dan monitor nilai postasium (jika nilai
5,5 mg/L , segera laporkan kedokter lalu amati perubahan ECG).
11. Berikan sodium bikarbonat atau glukosa dan insulin untuk mengganti
potasium kedalam sel.
12. Berikan kation pengganti resin (sodium polystirene sulfonate (kayekselate)
untuk koreksi kelebihan potasium dalam waktu lama.
13. Amati kardiac aritmia dan gagal jantung kongestif (congestive heart failure-
CHF) akibat hiperkalemia, ketidakseimbangan elektrolit, atau kelebihan
cairan. Siapkan alat resusitasi untuk mengatasi cardiac arrest.
14. Anjurkan kepada pasien mengenai pentingnya mengikuti pengobatan diet dan
hindari knsumsi tinggi potasium.
15. Lakukan transfusi darah selama dialisis untuk membuang potasium.
16. Monitor normalitas keseimbangan asam-basa dan monitor gas darah arteri
(AGD).
17. Siapkan terapi ventilator jika terjadi asidosi atau masalah pernapasan.
18. Berikan sodium bikarbonat untuk mengatasi gejala asidosis (defisit
bikarbonat).

Diagnosis keperawatan 2

Tujuan: Pencegahan infeksi

1. Monitor semua tanda infeksi. Perlu dicatat bahwa pasien gagal ginjal tidak
selau menunjukkan demam dan leukositosis.
2. Angkat kateter unrine segera mungkin, monitor infeksi saluran kemih.
3. Gunakan perawatan higienen pulmonari secara intensif terhadap edema paru
dan infeksi.
4. Lakukan perawatan luka dan kulit.
5. Jika ingin memberikan antibotik, sebaiknya berikan sesuai dosis derajat
kerusakan ginjal.

17
Diagnosis keperawatan 3

Tujuan : tercukupinya kebutuhan nutrisi

1. Bekerja sama dengan ahli gizi untuk mengatur asupan protein sesuai
kerusakan fungsi ginjal sebab metabolik yang diakumulasikan di dalam darah
biasanya berasal dari katabolisme, sehingga protein harus tinggi nilai
biologinya dan kaya asam amino esensial (makanan kering, telur, daging) agar
pasien tidak mengalami katabolisme jaringan bagi asam amino esensial.
2. Diet rendah protein harus digabung dengan asam amino esensial dan vitamin.
Pasien dengan kerusakan ginjal membutuhkan pembatasan protein.
3. Protein akan ditingkatkan jika pasien mengikuti program dialisis untuk
memungkinkan penurunan asam amino selama dialisis.
4. Berikan makanan tinggi karbohidrat sebab karbohidrat memiliki fungsi
memecah tepung dan berikan kalori tambahan lainnya.
5. Ukur berat badan setiap hari.
6. Monitor BUN, kreatinin, elektrolit, serum albumin total protein, dan
transferin.
7. Ingat bahwa makanan dan cairan mengandung banyak sodium, potasium, dan
fosfat (perlu dibatasi).
8. Siapkan hiperalimentasi ketika nutrisi yang adekuat tidak diberikan melaui
saluran pencernaan makan.

Diagnosis keperawatan 4

Tujuan : pencegahan perdarahan gastrointestinal

1. Periksa semua fese dan muntahan untuk melihat adanya perdarahan.


2. Berikan H2 resepor antagonis seperti cimetidine (tagament), rantidine (zantac),
atau antasida seperti pencegahan ulcer stres lambung. Jika H2 reseptor
antagonis digunakan, perawatan harus dilakukan untuk menlai dosis bagi
derajat kerusakan ginjal.
3. Siapkan endoskopi ketika terjadi perdarahan gastrointestinal.

18
Diagnosis keperawatan 5

Tujuan : penanganan fungsi sistem saraf

1. Komunikasikan dengan pasien.


2. Atur hal yang dapat diprediksi secra teratur dan uga perubahan secara
minimal.
3. Amati dan laporkan perubahan status mental, somnolen, latergi, kelemehan,
iritabilitas, disorientasi, kekacauan, dan penurunan tingkat kesadaran secara
mendadak.
4. Koreksi gangguan kognitif.
5. Gunakan intervensi keparawatan penurunan tingkat kesadaran dengan
memamsang pagar tempat tidur, pernapasan, pengsapan, dan persiapkan
peralatan disamping pasien.
6. Bantu pasien berbalik dan bergerak, karena letargi dan penurunan tingkat
kesadran mencegah aktivitas.
7. Gunakan musik untuk relaksasi
8. Siapkan dialis untuk mencegah komplikasi sistem saraf.
(Nursalam dan Nurs (Hons), 43-47)

Intervensi gagal ginjal menurut Hurst (2016, 396-397) adalah:


1. Tirah baring merangsang diuresis
2. Perawatan mulut yangsering dan efektif : urea didalam salifa memicu
stomatitis ulseratif dan anoreksia.
3. Perawatan kulit yang sering ketika terdapat bekuan uremik akan
menyingkirkan urea yang mengiritasi dari permukaan kulit
4. Pembatasan cairan: angka kecukupan cairan setiap hari didasarkan pada
haluaran cairan pasien ditambah 600 ml. Tambahan 600 ml ditambahakan ke
haluaran cairan pasien untuk mengompensasi kehilangan cairan yang tidak
dirasakan (respirasi, perspirasi, proses metabolik. Misalnya:
- Haluaran urine 24 jam adalah 280 mL. Pengisapan gastrik adalah
200 mL. Kehilangan cairan totaladalah 480 mL. Angka kecukupan
cairan setiap hari harus sebesar 480 + 600 = 1080 mL untuk 24 jam
selanjutnya.

19
5. Berikan epogen (eritropoietin) yang telah diresapkan sesuai program untuk
menstimulasi produksi sel darah merah karena ginjal yang rusak tidak dapat
memproduksi eritropoietin.
6. Persiapkan pasien untuk dialisis (jelaskan pilihan dengan perhatian pada
aspek fisik dan psikososial) ketika penurunan fungsi ginjal. Membuat
beberapa bentuk dialisis menjadi tak terhindarkan.
7. Dengan kehilangan fungsi ginjal sebesar 85% hingga 90%, dokter nefrologi
akan menganjurkan pemasangan alat akses vesikular permanen sebagai
persiapan untuk hemodialisis . perencanaan sebelum akan mencegah
ketidaknyamanan dan pengeluaran biaya akibat penenaman termporer ,
sementara memungkinkan waktu untuk matangnya akses vaskular yang baru .
8. Berikan dukungan nutrisi yang tepat.

D. Evaluasi
1. Tekanan darah stabil, tidak edema, dan pernapasan normal.
2. Tidak ada tanda infeksi
3. Asupan makanan cukup
Merasa nyaman dan dapat tidur. (Nursalam dan Nurs (Hons), 47)

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh , menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine .
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita pentakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang didedrita oleh
tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal. Adapun
beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

 Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)


 Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
 Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
 Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
 Menderita penyakit kanker (cancer)
 Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu
sendiri (polycystic kidney disease)
 Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak
penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis.

3.2 SARAN

Sakit dan sehat memang sudah ada yang mengatur takdir kita sebagai manusia. Tetapi
kita bisa menjauhkan keadaan sakit itu dengan berusaha untuk tetap prima dan fit agar tubuh
kita tetap sehat dengan cara Pola Hidup Sehat (PHS), yaitu dengan pola makan dan minum
yang sehat, Olahraga yang cukup, Hygienis, dan istirahat yang cukup.Jika mengalami

21
keadaan tubuh yang kurang sehat segeralah berobat untuk mendapatkan tindakan dan
pengobatan secara dini sebelum terjadi sakit yang kronis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hurs, Marlene. 2015. Keperawatan Medikala Bedah Vol.1. Jakarta: EGC.

Nursalam dan Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.

Ariani, Sofi. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Gangguan Ginjal Lainnya. Yogyakarta:
Istana Media

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikala Bedah. Jakarta: EGC.

23

Vous aimerez peut-être aussi